//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Saya ingin bertanya kpd yg tlh mempelajari Edukasi Theravada, mohon bimbingannya  (Read 7558 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline lukas_osterhagen

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
sebenarnya masalah mahayana dan Theravada
memang pelik, dan ada tulisan tertentu juga tidak masuk/janggal
dalam pemikiran pribadi saya yang sampai sekarang tak ketemu jawabannya?
termasuk dlm pengertian Buddhism Theravada itu sendiri terhadap Mahayana.

memang sy akui bahwa dalam Mahayana
terdapat perbauran dengan agama Hindu
istilah spt Nilakantha
[arti: berwarna kebiruan - sakral, yang rela berkorban demi makluk lain]
ini adalah istilah sakral untuk para Dewata Hindu
dan tentu kita harus menghargai apa yang mereka hormati juga.
moga teman2 juga bisa berdiskusi secara damai.

Demikian pula dengan vegetarian
yang didalam agama Buddha sendiri dicetuskan atau
dimohon sendiri oleh orang yang telah melukai Sang Buddha
agar para bhikkhu untuk vegetarian, dsb.
dan Vegetarian pun merupakan pengaruh Hinduism juga.
Quote
tapi terus terang orang yang vegetarian [red: Vegan] akan lebih sehat
dibandingkan orang yang nonvege. karena
semenjak jaman kapitalisme dilaksanakan dunia
banyak yang berlomba lomba untuk menciptakan obat
yang mengandung hormon, dimana membuat hewan lebih cepat besar
bahkan karena dosis yang banyak tidak diketahui dengan tepat atau
memang dengan sengaja diberikan lebih banyak dosisnya
shingga tak sedikit pula yang bisa mati pada saat perkembangannya.

yang menyedihkan, dari yang meninggal tidak sedikit itu pun
dijual ke masarakat, dan dagingnya ada diperkotaan.
jelas ini berpengaruh pada kesehatan tubuh kita.
terkadang, adakalanya kita harus berpikir bahwa untuk sehatpun
jarang jarang makan daging.

termasuk istilah Aum
[sebuah bunyi getaran semesta - suara universal] inipun istilah Hindu.
Sang Buddha tidak perna mengajarkan hal ini.

juga dengan segala hal hal lain yang rasanya janggal.
tapi kalau memang boleh harusnya dilakukan penelitian lebih intensif
barulah agar lebih jelas.
bagi teman teman yang bisa memberi tahu saya
pls diberikan rekomendasi alamat websitenya
dengan memberikan point2 pentingnya
agar sy jg bisa tahu .

tetap untuk dasar atau basis yang kuat ada pada Theravada.
tapi didalam kehidupan berspiritual atau kehidupan relijius
masing masing edukasi / mashab
sy rasa gak salah juga kalau ingin melaksanakan apa yang diyakinannya.
karena tingkat kebijaksanaan atau pengertian seseorang
terhadap yang ia yakini tidaklah sama levelnya.

tp sy terdapat kejanggalan juga yang perlu sy tanyakan kepada yang lebih
mengerti ajaran Buddha mengenai apakah benar kita seperti yang dikatakan tanpa roh?

kalau lihat pada penelitian reincarnation di barat mengenai kelahiran kembali,
bahwa selalu diceritakan kalau setelah seseorang meninggal,
rohnya akan melayang?
tapi dikitab Theravada dan Mahayana sendiri tidak pernah
di ceritakan mengenai roh yang melayang tersebut.
atau mungkin ada? please referensinya yah. thanks

dan terkadang istilah peta sendiri gak melulu diartikan sebagai makluk halus yg menderita kelaparan,
tapi adakalanya diterjemahkan sebagai makluk yang belum terlahirkan
ke alam manusia, apakah kalau gitu artinya sama dengan cerita penelitian Prof Ian Stevenson atau biar lebih dekat, hasil regresi yang dilakuka Dr. Bryan Weiss terhadap pasiennya mengenai setelah orang meninggal rohnya melayang?

2. dan juga seringkali kita dengar bahwa
jangan sampai terlahir ke alam binatang karena menderita.
atau diklasifikasikan bahwa alam binatang termasuk kedalam alam menderita.

tapi kita juga bisa baca di kitab Buddhism mengenai surga
bahwa disurga terdapat kuda, gajah, dsb.
[baca: vimanavatthu: istana gajah, Istana perempuan elok, dsb]
lho ternyata ada gajah dan kuda juga di surga?

ini masih pertanyaan pribadi saja.

mohon juga penjelasan untuk yg satu ini kepada yang mengerti Dhamma.
biar sy jg bs lebih faham.
terima kasih
Bukan hanya karena pandai bicara dan bukan pula karena memiliki penampilan yang baik; seseorang dapat menyebut dirinya sebagai “orang yang baik”, apabila ia
[Dhammatthavaggo 262]

http://4.bp.blogspot.com/-r2yMqc3px7g/UmLHqJGhJmI/AAAAAAAABY4/Fg94t5bpg_U/s1600/1-Buddha%27s-utterance-websie.png

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
di DC sudah banyak pembahasan Mahayana dan Theravada, jika anda rajin cobalah bongkar file2 lama, mungkin disana anda bisa menambah pengetahuan antara kedua tradisi.
pedoman Theravada adalah Tipitaka kanon Pali
pedoman Mahayana adalah Tripitaka
keduanya juga ada pengaruh Hindu

jika ingin belajar tradisi Theravada pakailah referensi Sutta yang banyak terdapat di Kitab Digha Nikaya, Samyutta Nikaya, Anguttara Nikaya, Majjhima Nikaya, dan Kitab Vinaya Pitaka.

di Tipitaka Pali selain diatas Pitaka yang disebutkan ini, masih memuat kitab2 lain dan kitab komentar. Dan kitab2 tsb dipercayai sudah disusupi/pengaruh oleh Brahmaisme dan Hinduisme serta budaya2 lainnya.
« Last Edit: 05 October 2012, 06:16:30 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Saya coba jawab.

sebenarnya masalah mahayana dan Theravada
memang pelik, dan ada tulisan tertentu juga tidak masuk/janggal
dalam pemikiran pribadi saya yang sampai sekarang tak ketemu jawabannya?
termasuk dlm pengertian Buddhism Theravada itu sendiri terhadap Mahayana.

memang sy akui bahwa dalam Mahayana
terdapat perbauran dengan agama Hindu
istilah spt Nilakantha
[arti: berwarna kebiruan - sakral, yang rela berkorban demi makluk lain]
ini adalah istilah sakral untuk para Dewata Hindu
dan tentu kita harus menghargai apa yang mereka hormati juga.
moga teman2 juga bisa berdiskusi secara damai.
Soal Mahayana atau Theravada, kalau mau objektif yah dua-duanya juga tidak tahu mana yang benar karena semua hanya berdasarkan buku peninggalan yang ditulis berabad-abad setelah Buddha wafat. Jadi kalau dari segi netral, harus dianggap dua-duanya tidak ada yang jadi tolok ukur kebenaran.


Quote
Demikian pula dengan vegetarian
yang didalam agama Buddha sendiri dicetuskan atau
dimohon sendiri oleh orang yang telah melukai Sang Buddha
agar para bhikkhu untuk vegetarian, dsb.
dan Vegetarian pun merupakan pengaruh Hinduism juga.
Quote
tapi terus terang orang yang vegetarian [red: Vegan] akan lebih sehat
dibandingkan orang yang nonvege. karena
semenjak jaman kapitalisme dilaksanakan dunia
banyak yang berlomba lomba untuk menciptakan obat
yang mengandung hormon, dimana membuat hewan lebih cepat besar
bahkan karena dosis yang banyak tidak diketahui dengan tepat atau
memang dengan sengaja diberikan lebih banyak dosisnya
shingga tak sedikit pula yang bisa mati pada saat perkembangannya.

yang menyedihkan, dari yang meninggal tidak sedikit itu pun
dijual ke masarakat, dan dagingnya ada diperkotaan.
jelas ini berpengaruh pada kesehatan tubuh kita.
terkadang, adakalanya kita harus berpikir bahwa untuk sehatpun
jarang jarang makan daging.
Sebetulnya Theravada sendiri tidak ada masalah untuk bervegetarian, namun yang dihindari adalah pandangan salah terhadap vegetarian yang menyebabkan delusi "menu makanan berhubungan dengan pikiran bersih"; maka Theravada kembali pada pikiran sewaktu makan (apapun makanannya baik daging ataupun non-daging), juga menghindari makan daging yang pembunuhannya dikhususkan untuk dirinya, yang berarti menyetujui pembunuhan tersebut. Jika memang kita tidak ada hubungannya dengan pembunuhan tersebut, maka daging hanyalah daging, sebuah objek yang netral.

Soal rekayasa genetik, ini argumentasi yang aneh. Sayuran dan buah pun mengalami rekayasa genetika sehingga sekarang kita bisa dapat buah lebih besar, lebih manis, biji lebih sedikit, sayuran tahan hama, dsb. Semua teknologi ada pertimbangannya.


Quote
...
tp sy terdapat kejanggalan juga yang perlu sy tanyakan kepada yang lebih
mengerti ajaran Buddha mengenai apakah benar kita seperti yang dikatakan tanpa roh?

kalau lihat pada penelitian reincarnation di barat mengenai kelahiran kembali,
bahwa selalu diceritakan kalau setelah seseorang meninggal,
rohnya akan melayang?
tapi dikitab Theravada dan Mahayana sendiri tidak pernah
di ceritakan mengenai roh yang melayang tersebut.
atau mungkin ada? please referensinya yah. thanks
Dalam Tradisi Theravada, tidak ada roh seperti itu. Jika orang meninggal, maka ia akan terlahir kembali sesuai kammanya.


Quote
dan terkadang istilah peta sendiri gak melulu diartikan sebagai makluk halus yg menderita kelaparan,
tapi adakalanya diterjemahkan sebagai makluk yang belum terlahirkan
ke alam manusia, apakah kalau gitu artinya sama dengan cerita penelitian Prof Ian Stevenson atau biar lebih dekat, hasil regresi yang dilakuka Dr. Bryan Weiss terhadap pasiennya mengenai setelah orang meninggal rohnya melayang?
Makhluk yang belum dilahirkan itu biasa disebut gandhabba. Apakah itu seperti di cerita penelitian Ian Stevenson, yah saya tidak tahu. ;D


Quote
2. dan juga seringkali kita dengar bahwa
jangan sampai terlahir ke alam binatang karena menderita.
atau diklasifikasikan bahwa alam binatang termasuk kedalam alam menderita.
Di alam binatang kebahagiaan dan penderitaannya variatif. Anjingnya Paris Hilton mungkin lebih bahagia ketimbang orang yang mati kelaparan di medan perang. Namun secara general, alam binatang kurang menguntungkan karena tidak bisa mencerna dhamma.


Quote
tapi kita juga bisa baca di kitab Buddhism mengenai surga
bahwa disurga terdapat kuda, gajah, dsb.
[baca: vimanavatthu: istana gajah, Istana perempuan elok, dsb]
lho ternyata ada gajah dan kuda juga di surga?
Ini juga memang pernah membingungkan saya, tapi ada pendapat -saya lupa baca di mana- yang mengatakan hewan tersebut adalah ciptaan pikiran para deva.


Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
di DC sudah banyak pembahasan Mahayana dan Theravada, jika anda rajin cobalah bongkar file2 lama, mungkin disana anda bisa menambah pengetahuan antara kedua tradisi.
pedoman Theravada adalah Tipitaka kanon Pali
pedoman Mahayana adalah Tripitaka
keduanya juga ada pengaruh Hindu

Kalau soal pengaruh kepercayaan Hindu di Mahayana sudah ditulis TS. Nah gw kurang paham tentang ada pengaruh Hindu di Theravada. bisa dijelaskan?  :-?
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Saya coba jawab

tp sy terdapat kejanggalan juga yang perlu sy tanyakan kepada yang lebih
mengerti ajaran Buddha mengenai apakah benar kita seperti yang dikatakan tanpa roh?

kalau lihat pada penelitian reincarnation di barat mengenai kelahiran kembali,
bahwa selalu diceritakan kalau setelah seseorang meninggal,
rohnya akan melayang?
tapi dikitab Theravada dan Mahayana sendiri tidak pernah
di ceritakan mengenai roh yang melayang tersebut.
atau mungkin ada? please referensinya yah. Thanks


Pertama, Sdr. Osterhagen, perlu kita ketahui bahwa masih banyak misteri kehidupan yang belum dapat dipecahkan oleh sains terutama yang berhubungan dengan batin.

Kedua, budaya dunia barat erat dengan konsep kehidupan ala agama monoteis dan lainnya yang menganggap adanya roh/inti/diri sejati/aku/tubuh halus/atta dalam tubuh manusia, sehingga dalam penelitian pun mereka belum bisa lepas dari pemahaman adanya roh ketika dihadapkan dengan kelahiran kembali .
Sampai sekarang belum ada teknologi sains yang mampu meneropong PROSES kelahiran kembali. Dengan demikian kesimpulan yang ada hanya berdasarkan pengakuan orang pertama (objek penelitian) dan si peneliti yang masih memegang konsep adanya roh yang kemudian dikaitkan dengan munculnya kehidupan baru. Oleh karena itu istilah yang mereka gunakan adalah Reincarnation (kembali masuk ke dalam daging), mereka beranggapan ada sesuatu yang masuk kembali ke dalam tubuh yang baru.

Ada yang berpendapat (hanya spekulasi) bahwa pengakuan orang pertama (objek penelitian) yang melihat dirinya atau rohnya melayang, merupakan refleksi dari pikirannya sendiri terhadap tubuhnya. Pada dasarnya pikiran manusia telah merekam gambaran wujud dirinya dalam pikirannya melalui indera penglihatan (kecuali mungkin mereka yang buta sejak lahir). Gambaran inilah yang kemudian muncul saat menjelang mati dan dirasakan tubuhnya tersebut ringan. Padahal yang ada hanyalah pikiran atau kesadaran akhir yang kemudian padam dan kemudian tanpa jedah bangkit lagi sebagai kesadaran baru.

Dalam Sunna Sutta (Samyutta Nikaya 35.85), Sang Buddha menjelaskan bahwa dunia itu kosong akan diri (atta) termasuk tubuh manusia.


Untuk No.2 saya sependapat dengan Sdr. Kainyn, dengan tambahan jika diperhatikan dalam kasus tertentu dalam Vimanavatthu nampak ada gajah yang tercipta dari kekuatan aspirasi http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/istana-gajah/
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline lukas_osterhagen

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
 [at] adi lim:
saya rasa banyak sekali paham yang bertolak belakang
antara Hindu dengan yang ada pada Buddhism Thera Education.
pola utama yang membedakannya adalah anatta
Mungkin budaya yang sdr maksud adalah kebiasaan dan tatacara umat awam setempat
tapi sy rasa tidak dengan pengajaran atau Dhamma itu sendiri.

sedangkan dalam Edukasi Mahayana jelas
terdapat perbauran dengan Hindu.
Bukan hanya karena pandai bicara dan bukan pula karena memiliki penampilan yang baik; seseorang dapat menyebut dirinya sebagai “orang yang baik”, apabila ia
[Dhammatthavaggo 262]

http://4.bp.blogspot.com/-r2yMqc3px7g/UmLHqJGhJmI/AAAAAAAABY4/Fg94t5bpg_U/s1600/1-Buddha%27s-utterance-websie.png

Offline lukas_osterhagen

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
 [at] kelana:
iya betul memang untuk sekarang ini
mereka baru saja melihat dari lapisan yang belum mendalam
mengenai kelahiran kembali.
tapi tentu saja ini membuka tabir yang selama ini
dibungkam, dan mereka lebih tidak menutup mata dibandingkan pada abad abad sebelumnya
karena dogma tradisi dan agama samawi yang mereka anut.

dalam penelitian regresi pun mereka berkata sesuai dengan apa yang mereka lihat begitu saja
secara gamblang saja.

Quote
Untuk No.2 saya sependapat dengan Sdr. Kainyn, dengan tambahan jika diperhatikan dalam kasus tertentu dalam Vimanavatthu nampak ada gajah yang tercipta dari kekuatan aspirasi http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/istana-gajah/

maksudnya kekuatan aspirasi?
bahkan Sang Buddha sendiri saat memperbanyak tubuhnya
akan terlihat gerakan seperti memantul saja bukan?
mohon penjelasannya disini sy kurang mengerti?
Bukan hanya karena pandai bicara dan bukan pula karena memiliki penampilan yang baik; seseorang dapat menyebut dirinya sebagai “orang yang baik”, apabila ia
[Dhammatthavaggo 262]

http://4.bp.blogspot.com/-r2yMqc3px7g/UmLHqJGhJmI/AAAAAAAABY4/Fg94t5bpg_U/s1600/1-Buddha%27s-utterance-websie.png

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
[at] adi lim:
saya rasa banyak sekali paham yang bertolak belakang
antara Hindu dengan yang ada pada Buddhism Thera Education.
pola utama yang membedakannya adalah anatta
Mungkin budaya yang sdr maksud adalah kebiasaan dan tatacara umat awam setempat
tapi sy rasa tidak dengan pengajaran atau Dhamma itu sendiri.

sedangkan dalam Edukasi Mahayana jelas
terdapat perbauran dengan Hindu.

pedoman Theravada adalah Tipitaka Pali
pernah tahu bahwa Tipitaka itu bukan hanya Nikaya2 yang berisi Sutta, masih banyak kitab lainnya termasuk salah satunya kisah Jataka2, sedangkan kisah jataka sendiri sudah banyak kontaminasi cerita2 luar Buddhisme, walaupun ceritanya tidak berlawanan dengan ajaran Buddha.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
maksudnya kekuatan aspirasi?
bahkan Sang Buddha sendiri saat memperbanyak tubuhnya
akan terlihat gerakan seperti memantul saja bukan?
mohon penjelasannya disini sy kurang mengerti?

Kekuatan aspirasi adalah kekuatan tekad tujuan, termasuk merupakan kekuatan niat pikiran yang membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan
Bagaimana caranya bisa muncul? Apakah sama bentuknya seperti kekuatan iddhi Sang Buddha? Saya tidak tahu. Tapi sutta mengatakan karena aspirasinya tersebut muncullah baginya seekor gajah agung.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline joeraygaul

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 15
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Tidak usah dibuat rumit, sebenarnya Sang Bhagava telah mengajarkan bahwa hanya segenggam daun yang perlu benar2 dipelajari dan diketahui dengan sungguh2, yaiut 4 kesunyataan aria dan JMB8. Mengenai faham2 lain, bila tidak membawa pada penembusan langsung 4 kesunyataan ariya sudah selayaknya ditinggalkan.
Ingat, kita sekarang sudah terpanah sekali, jangan sampai terpanah 2 kali, bila tidak kita akan menjadi "bikkhu kitab kosong".
 _/\_

Offline lukas_osterhagen

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
Tidak usah dibuat rumit, sebenarnya Sang Bhagava telah mengajarkan bahwa hanya segenggam daun yang perlu benar2 dipelajari dan diketahui dengan sungguh2, yaiut 4 kesunyataan aria dan JMB8. Mengenai faham2 lain, bila tidak membawa pada penembusan langsung 4 kesunyataan ariya sudah selayaknya ditinggalkan.
Ingat, kita sekarang sudah terpanah sekali, jangan sampai terpanah 2 kali, bila tidak kita akan menjadi "bikkhu kitab kosong".
 _/\_

Mohon saat kita berdiskusi untuk tidak mengucapkan ini,
disini saya dengan kesadaran yang tidak bermaksud menjelek2an satu aliran
tapi saya cuma ingin memangkas keraguand dalam hati saya
dalam diskusi dan pengetahuan ini sendiri,
dan tentu saja dalam diskusi ada etika yang harus saya terima
misalnya ada orang yang menyatakan keraguannya
dengan berkata "saya tidak tahu"
[karena memang tidak yakin atau alasan lainnya yang mereka punya
alasan kuat atas pernyataan itu, sehingga tidak ada atau belum ketemu acuan
yang meyakinkan dirinya]
hal ini memang diterima dalam diskusi.

tapi tolong jangan berkata seperti diatas
itu tidak membahas atau tidak akan membawa saya kepada
penghancuran keraguan itu sendiri,
demikian pula dalam sebuah penelitian science pun mereka
tak henti hentinya mencari jawaban
sehingga perkembangan pengetahuan kitapun bertambah.

dan mohon maaf kepada semuanya,
sekali lagi saya ingin utarakan kepada teman2
bahwa pertanyaan saya bukanlah dengan niat
mengadu domba, mengkambinghitamkan sesuatu
apalagi ingin bermaksud jahat.

saya hanya ingin mendapatkan acuan
melalui diskusi ini
agar mendapatkan suatu titik pencerahan dari masalah ini.
karena keyakinan adalah yang utama buat saya
saya harus yakin dan teguh didalam Dhamma
barulah saya akan maju
tanpa lagi melihat jubah atau bagian luarnya apa
[maksud saya apakah mahayana, theravada dsb]
saya harus memiliki satu pilar keyakinan yang kuat
sehingga sy bisa menembuh batas kulit tapi langsung melihat kedalam
tanpa menutup mata saya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Bukan hanya karena pandai bicara dan bukan pula karena memiliki penampilan yang baik; seseorang dapat menyebut dirinya sebagai “orang yang baik”, apabila ia
[Dhammatthavaggo 262]

http://4.bp.blogspot.com/-r2yMqc3px7g/UmLHqJGhJmI/AAAAAAAABY4/Fg94t5bpg_U/s1600/1-Buddha%27s-utterance-websie.png

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Tidak usah dibuat rumit, sebenarnya Sang Bhagava telah mengajarkan bahwa hanya segenggam daun yang perlu benar2 dipelajari dan diketahui dengan sungguh2, yaiut 4 kesunyataan aria dan JMB8. Mengenai faham2 lain, bila tidak membawa pada penembusan langsung 4 kesunyataan ariya sudah selayaknya ditinggalkan.
Ingat, kita sekarang sudah terpanah sekali, jangan sampai terpanah 2 kali, bila tidak kita akan menjadi "bikkhu kitab kosong".
 _/\_

bold, baru dengar istilah ini  ???
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
bold, baru dengar istilah ini  ???
ada, di kitab Dhammapada, tentang Tuccha Potthila :)
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline joeraygaul

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 15
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Mohon saat kita berdiskusi untuk tidak mengucapkan ini,
disini saya dengan kesadaran yang tidak bermaksud menjelek2an satu aliran
tapi saya cuma ingin memangkas keraguand dalam hati saya
dalam diskusi dan pengetahuan ini sendiri,
dan tentu saja dalam diskusi ada etika yang harus saya terima
misalnya ada orang yang menyatakan keraguannya
dengan berkata "saya tidak tahu"
[karena memang tidak yakin atau alasan lainnya yang mereka punya
alasan kuat atas pernyataan itu, sehingga tidak ada atau belum ketemu acuan
yang meyakinkan dirinya]
hal ini memang diterima dalam diskusi.

tapi tolong jangan berkata seperti diatas
itu tidak membahas atau tidak akan membawa saya kepada
penghancuran keraguan itu sendiri,
demikian pula dalam sebuah penelitian science pun mereka
tak henti hentinya mencari jawaban
sehingga perkembangan pengetahuan kitapun bertambah.

dan mohon maaf kepada semuanya,
sekali lagi saya ingin utarakan kepada teman2
bahwa pertanyaan saya bukanlah dengan niat
mengadu domba, mengkambinghitamkan sesuatu
apalagi ingin bermaksud jahat.

saya hanya ingin mendapatkan acuan
melalui diskusi ini
agar mendapatkan suatu titik pencerahan dari masalah ini.
karena keyakinan adalah yang utama buat saya
saya harus yakin dan teguh didalam Dhamma
barulah saya akan maju
tanpa lagi melihat jubah atau bagian luarnya apa
[maksud saya apakah mahayana, theravada dsb]
saya harus memiliki satu pilar keyakinan yang kuat
sehingga sy bisa menembuh batas kulit tapi langsung melihat kedalam
tanpa menutup mata saya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Sebenarnya secara logika harapan bro mungkin akan agak sedikit sulit untuk terealisasi, secara fakta historis banyak sumber ajaran Buddhisme (tertulis) yang berasal dari jaman yang paling dekat dengan Sang Buddha telah musnah semenjak penghancuran Universitas Nalanda di India bila bro ingin mematahkan keraguan secara literatur.
Yang tersisa di kita saat ini pun hanya merupakan salinan dan terjemahan dari yang sebelumnya. Dan satu hal yang pasti, Sang Buddha ketika mengajar tidak menyebutkan istilah Theravada, Mahayana, Vajrayana, atau Esoteris bahkan istilah2 lainnya, Sang Buddha hanya membabarkan hal2 yang perlu dan berkaitan langsung dengan penembusan cattariariyasaccana saja, karena inilah satu2nya dasar dari ajaran Sang Buddha.
Dan bila ada paham2 di luar hal tersebut dan tidak berkaitan dengan hal tersebut secara langsung maka dapat dikategorikan achintiya dhamma, dan bro dapat mempelajarinya lebih lanjut dan merenungkan Malunkyaputta Sutta.

Sekarang satu2nya cara pembuktian yang tersisa untuk mematahkan keraguan bro hanya melalui pengujian dengan praktik dan penembusan langsung, apakah hal2 yang dibabarkan oleh kedua tradisi ini (utara ; Mahayana dan Selatan ; Theravada) ini bermanfaat langsung atau tidak bagi diri bro dan saya.

Mohon maaf bila kata2 saya kurang baik dan tidak sopan.
 _/\_

Offline godfrey

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 107
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
anda itu skrg lagi bingung mau memilih theravada atau mahayana? atau sedang membanding2 kan antara 1 aliran dengan aliran lain?