Kita diskusi saja ya....don't take seriously. Biar Dc penuh dengan variasi ngak monoton
Nah saya mo tanya misal nimitta yg muncul pada meditasi, apakah semuanya tertulis pada teks? Yang saya tau teks hanya mengatakan secara garis besar. Nah jenis detil berbagai macam nimitta beserta ilusinya hanya diketahui pada orang yg praktek. Saya pribadi percaya pada teks dan teks membantu kita dan sebagai panduan. Dan teks itu hanya buku yg terbatas dan pengembangannya adalah dari latihan..
Dapatkah kita mengatakan mana yang paling klasik? jawabanya cuma satu hanya ketika kita mengalami kita baru tau. Bukankah perdebatan keaslian dan kesempurnaan teks tipitaka masih jadi perdebatan. Saya pribadi tidak mau pusing, hanya satu gimana nih kilesa hilang....kalo uda hilang plong deh..
hilangnya kilesa pada citta arahat itu sifatnya permanen atau tidak permanen? jika ini terjawab that's the answer. nah masalah mengena atau tidak. No comment.
Jika karena seorang bhikkhu menyatakan "that man is a fine hindu' adalah hal yg wajar, untung baru satu bhikkhu yg mengatakan demikian. Tapi bagaimana bhikkhu yg banyak setuju ). Think about it. Sebenarnya masalahnya bukan di Luangta atau siapapun tapi didiri kita.
Setuju dengan kecocokan but to judgement ini modern dan ini klasik untuk mereka yg berlatih sebelum langsung membuktikan menyelidiki dengan seksama, karena teks ataupun desas-desus maka kurang bijak. Untuk mengerti tentang teks/tipitaka pun jika diteliti dengan seksama ada kasar, menengah dan halus tergantung dari kematangan batin orang itu. Nah mumpung orangnya masih hidup bisa tanya langsung. Seperti Raja Ajatasatu mendatangi guru-guru saat itu untuk memastikan langsung dari narasumbernya dan akhirnya puas dengan Sang Buddha. Kalau saya kasi keterangan rasanya pasti banyak yang penasaran ya...
Bagi saya mau sayadaw, ajahn,luangta,luangpu,sayalay sepanjang mereka benar-benar bisa menunjukan jalan untuk menghancurkan kilesa sampai terealisasinya Kerahatan maka itu lah jalan. Bebas dari paham klasik atau modern adalah juga jalan tengah. Bagi saya ajaran Buddha adalah ajaran Buddha.
Setuju om. Ajaran Sang Buddha tetap ajaran Sang Buddha, bukan ajaran Maha Boowa.
Bagi saya ajaran Sang Buddha sudah jelas, dukkha dan berakhirnya dukkha.
Nah, berakhirnya dukkha dimulai dari pandangan benar. Nah, apakah citta yang kekal itu pandangan benar? Citta pada arahat sudah terbebas dari kilesa, menurut teks. Nah, apakah citta pada arahat terbebas dari kilesa dan abadi?
Setuju kalau ini cuma teori. Tetapi saya pribadi gak mau dimulai dengan pandangan demikian.
Karena itu saya pribadi bilang, masih ada guru-guru lain yang sejalan, dan saya lebih baik mengikuti guru-guru yang sejalan dengan Sang Buddha.
Ha..ha saya juga setuju ajaran Sang Buddha adalah tetap ajaran Sang Buddha. Memangnya ada ya ajaran Mahaboowa?
saya mengartikan pernyataan luangta tentang abadi /permanen pada hilangnya kilesa pada citta arahat, tapi anda melihatnya citta pada arahat dari kilesa dan abadi...tentu saja tidak ketemu. Karena perspektif kita berbeda melihatnya
Saya tidak akan memaksakan Anda ataupun teman lainnya untuk mengikutinya atau mencoba membuat bro mengerti sekalipun saya mengerti dengan jelas maksud dari Luangta dan ini bukan karena saya ingin membenarkan, ini ada prosesnya
. Saya menjawab statement Anda karena Anda telah mencoba membentuk opini seakan-akan Luangta adalah salah, keliru tanpa Anda ketahui langsung batinnya dia dan bertemu langsung (orangnya masih hidup). Kalau tidak setuju ya sudah netral saja, kalo ingin membuktikan maka buktikanlah sampai tuntas. Kalau ingin menyalahkan pandangan dia keliru, apakah pandangan kita sendiri sudah benar -benarbenar? Mudah-mudahan asumsi ini juga salah.
Kalu memang Anda punya guru-guru yg anda asumsikan sejalan dengan Sang Buddha ya jalankan saja. Apakah Luangta seorang bhikkhu yg
setengah mati berusaha menjalankan Dhamma tidak sejalan dengan Sang Buddha atau "bukan ajaran Buddha selama ini yg kita kenal"seperti yang anda katakan sebelumnya? apakah Anda pasti dengan hal itu apakah arti yg kita kenal mentok mati sesuai teks tipitaka? Kalau sampe anda mengatakan pernyataan di depan umum,
jujur saya malu karena dikalangan theravada saja salah-salahan sampe bhikkhunya pun disalahkan. Padahal kita sendiri masih diliputi pandangan keliru. Apakah karena pandangan anda tidak mau berangkat dari sana lalu menyalahkan yg lain tidak sejalan?
Kalo memang mentok seperti teks, maka latihan cara mahasi dengan kembang kempis perut juga tidak ada, saya tidak mengkritik teknik Mahasi ya.. Saat itupun dia mengalami kontroversi. Saya sendiri menghargai Mahasi sayadaw dan pernah berlatih tekniknya dan membuktikannya sendiri bahwa itu juga baik.Masih banyak lagi yg tidak perlu satu2 saya sebutkan yg tidak tertulis mentok pada teks. Bagi saya yg terpenting kita tahu essensi dari teks.
Sebagai penutup :
Jika citta abadi sebagai pandangan Buddhisme modern
Dan Jika pandangan eternal citta adalah pandangan salah
Dan kita saat ini juga disini masih berada pada pandangan salah ( bukan tentang citta abadi saja tapi dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari kita)
Maka Sesungguhnya kita semua disini berada pada posisi Buddhisme Modern
Benar2 klasik nanti kalo uda sampe arahat.
Bisa-bisa juga termasuk aliran Mahayana dan tantra dimasukan kategori Buddhisme modern
Harapan saya dari hal ini adalah mengetahui Dhamma hendaknya dilakukan dengan mencurahkan hati sepenuhnya pada Dhamma itu sendiri dan untuk melihat ini adalah dengan insight bukan outsight.
Salam metta