//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - bond

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8
76
Meditasi / Metode Acharn Mun
« on: 20 October 2008, 09:39:05 AM »
Almarhum YM. Acharn Mun Bhuridatta adalah salah satu bhikkhu Dhuttangga (tradisi hutan) yg terkenal dengan vinaya yang sangat ketat dan disiplin tinggi. Sebenarnya metode beliau sama seperti gurunya yaitu Acharn Sao Kantasilo (bisa lihat dihttp://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5055.0.html ). Dan dipercaya bahwa Acahrn Sao dan Acahrn Mun adalah seorang arahat.


Bagaimana teknik meditasi beliau? Teknik meditasi beliau tidak lah berbeda jauh dengan sutta2 ataupun visudhimagga, hanya keunikannya beliau mengulang kata "Buddho..Buddho...Buddho" dalam hati yg sebenarnya adalah salah satu bentuk perenungan terhadap Buddha yg singkat (Buddhanusati). Dari sini maka konsentrasi akan semakin kuat dan batin menjadi tenang, setelah tenang barulah pengamatan pada keluar masuk nafas atau anapanasati.

Dalam perkembangannya ada yg melatih pada saat masuk nafas menyebut Bud dan pada saat nafas keluar menyebut dho demikian seterusnya.

Nah beliau juga mengalami tahapan jhana dan kemudian melakukan vipasana. Dan konon menurut Biography tentang Acharn Mun, beliau bisa membaca pikiran dan juga sering kali mengajarkan para dewa dan makhluk halus tentang Dhamma ketika beliau bermeditasi di hutan2 lebat di Thailand.

Murid2 beliau yg sering kita kenal adalah Acharn Chah, Acharn Luangta Mahaboowa nyanasampano

Untuk mengetahui Biography beliau bisa melihat dihttp://www.chezpaul.org.uk/buddhism/books/download/Ach_Mun.pdf atau bisa mencari di perpustakaan Buddhis di Vihara Dhammacaka Jaya-sunter.

Smoga bermanfaat  _/\_

77
Meditasi / Metode Paauk Sayadaw
« on: 19 October 2008, 10:01:25 AM »
Metode Paauk Sayadaw adalah metode meditasi yg menggunakan efek gema jhana sebagai landasan bervipasana.

Secara singkat Beliau mengajarkan orang untuk mencapai Jhana 1-8 dengan metode awal  yaitu anapanasati.
Lalu mengajarkan kita vipasanna.

Jhana:

Jhana adalah konsentrasi yg terserap. Bagaimana cara mencapainya? Bagi mereka yg menggunakan objek anapanasati untuk mencapai Jhana, ia harus senantiasa memegang sila dengan teguh, karena tanpa sila yg baik seseorang akan sulit mencapi jhana. Dan hal yg terpenting harus yakin terhadap guru yg mengajarkan kita.

Anapanasati adalah metode dengan memperhatikan keluar masuk nafas, nafas harus alami tidak boleh diatur ataupun dibuat2. Tugas UTAMA dan yang terpenting adalah HANYA mengamati keluar masuk nafas. Dalam perjalanan pasti muncul banyak sensasi2 seperti tubuh merasa ringan, ada seperti aliran listrik bahkan penglihatan2. Hendaknya ini semua diabaikan Hanya mengamati keluar masuk nafas.

Saat mengamati nafas adakalanya pemeditator merasa nafas semakin halus atau bahkan merasa berhenti, dalam hal ini hendaknya tidak panik dan tidak mencari-cari nafas tetap relaks sadari apa yg terjadi biarkan nafas muncul dengan sendirinya lagi. Adakalanya ada yg merasakan sesak nafas, ini dikarenakan paru2 perlu beradaptasi karena oksigen yg diperlukan begitu sedikit ketika bermeditasi.Saat berlatih anapanasati maka adakalanya kita melihat warna kuning, putih , orange, atau seperti awan dsb dan sifatnya hanya sementara saja dan tidak jelas. Dalam hal ini hendaknya pemeditator tetap memperhatikan keluar masuk nafas. Hal tersebut disebut nimitta atau lebih tepatnya Ugaha nimitta. Suatu nimita yg belum mantap.

Ketika perhatian terhadap nafas sudah mantap maka akan muncul nimitta cahaya (walaupun tidak semua orang muncul nimitta ini tapi pada umumnya demikian). Dan nimitta ini akan terlihat jelas dan tidak tergoyahkan. Nimitta ini disebut patibagha nimitta. Ketika nimitta ini muncul janganlah langsung terburu-buru mengalihkan objek dari keluar masuk nafas ke nimitta tersebut, harus tetap pada keluar masuk nafas. Setelah beberapa saat nimitta akan semakin jernih dan bercahaya terang sekali, dan kemudian menjadi seperti kristal. Perhatian masih tetap pada keluar masuk nafas. Pada saat nimitta mendekat ke ujung hidung (bahkan sebagaian meditator merasakan ia akan masuk atau terserap ke dalam objek). Meditator harus tetap seimbang. Setelah sekitar 15 menit lebih nimitta menetap di ujung hidung maka alihkan perhatian dari keluar masuk nafas ke nimita cahaya tersebut maka Tidak lama kemudian meditator akan masuk kedalam jhana. Dan biasanya bisa 2 jam lebih.

Bagaimana setelah kemunculan patibagha nimitta kita masuk ke dalam jhana? Ketika nimitta sudah di ujung hidung dengan jelas, perhatikan di sekitar tengah nimitta cahaya ada yg paling bercahaya,terang dan briliant nah fokuslah disana. Maka Anda akan masuk ke dalam jhana 1.

Setelah meditator mencapai jhana -1 janganlah terburu ingin mencapai jhana diatasnya sebelum melatih kemahiran keluar masuk jhana tersebut. Jadi ketika keluar dari jhana 1, janganlah langsung menyelesaikan meditasi tetapi saat baru keluar dari jhana -1 maka arahkan perhatian ke HADAYAVATHU(disekitar jantung dimana kesadaran ada, atau biasa disebut mind-door/pintu pikiran). Nah disini meditator hendaknya meninjau ulang pengalaman jhana tersebut dan memeriksa kelima faktor jhana-1 yaitu vitaka,vicara,piti, sukha dan ekagata. Demikian cara ini dilatih berulang-ulang maka kelima faktor jhana 1 akan semakin halus dan meditator menjadi mahir keluar masuk jhana-1, dan setelah itu boleh melatih ke jhana-2 dst.

Mereka yg telah mencapai Jhana, janganlah berpikir akan selalu ada karena mereka yg tidak melatih dengan tekun maka jhana pun bisa hilang dan harus mengulang dalam waktu yg cukup lama. Oleh karena itu meditator hendaknya menjaganya seperti gelas yg gampang pecah yaitu harus melatih dengan tekun dan sila yg baik.

Bagaimana Jhana membantu vipasana?

Jadi dalam bervipasana memang  dilakukan saat mencapai upacara samadhi. Tetapi upacara samadhi setelah mencapai jhana dan tanpa jhana adalah berbeda kualitasnya.
Jadi ketika seseorang telah mencapai jhana dan keluar dari jhana (moment setelah keluar dari jhana inilah disebut upacara samadhi setelah jhana) maka arahkan perhatian ke HADAYAVATHU disinilah kita melakukan pengamatan terhadap 4 objek vipasana (kayanupasana, vidananupasana, cittanupasana, dan dhammanupasana). Dan menurut Paauk Sayadaw dengan melalui jhana ketika kita mengamati jasmani misalnya mata, kita dapat melihat rupa kalapa-rupa kalapa. Jadi ibarat dengan bantuan kesadaran setelah jhana kita melihat objek dengan menggunakan mikroskop. Jadi sesungguhnya dalam jhana meditator tidak bisa melakukan vipasana. Hanya kekuatan atau efek setelah jhanalah yg membantu kita.

Mengapa diperlukan jhana?

Karena nanti saat melakukan vipasana khususnya dalam mengamati NAMA(batin) akan sangat membantu sekali. Jika tidak akan mengalami kesulitan ketika jika hanya mengandalkan upacara samadhi saja atau khanika samadhi. Dan yg paling penting adalah ketika akan melihat kehidupan masa lampau kita yg berkaitan dengan paticasamupada.

NB: Perlu diingat melihat kehidupan lampau dalam vipasanna bukan hanya melihat dulu  kita menjadi apa..tetapi juga melihat prosesnya dari satu kelahiran itu meninggal lalu ada kesadaran penerus lalu masuk rahim dengan melihat prosesnya lalu menjadi kelahiran berikutnya karena sebab sebelumnya dst. Jadi disini tidak melihat kelahiran lampau seperti past regresion. Disini meditator dapat dengan jelas melihat avijja penyebab utama dengan jelas. Disini pula kita baru tau seberapa benar apa yg menurut Abhidhamma bukan menurut asumsi pribadi.

Untuk lebih jelas bisa lihat di www.paauk.org

Mettacitena,
Smoga bermanfaat  _/\_



78
Seremonial / Happy Birthday Elsol
« on: 13 October 2008, 05:45:34 PM »
Sol happy birthday ye......ditunggu traktir makannya, dan jangan lupa sembayang diwihara maitreya :)) :o) :o) :o) <:-P <:-P <:-P

79
Meditasi / Meditasi yg benar sesuai ajaran Sang Buddha
« on: 10 September 2008, 07:11:11 PM »
Seseorang yg ingin melatih batinnya hingga menjadi mahir dan mengetahui tipuan2 kilesa dengan jelas, tidak boleh terikat dengan belajar teori2 Buddhisme melulu (tanpa praktek atau latihan) sampai ia membiarkan berkembang biaknya kilesa dalam batin. Akan tetapi, ia juga tak boleh mengabaikan belajar teori2 Buddhisme, karena hal ini dapat membuatnya keluar dari jalur ajaran Sang Buddha tanpa sadar.Kedua cara tadi bertentangan dengan apa yg diajarkan Sang Buddha dan tak akan mencapai tujuan dari praktek bhavana yg sebenarnya.

Dengan kata lain, seseorang yg sedang melakukan bhavana(meditasi), tidak boleh membiarkan batinnya melekat pada teori2 yg didapat dari belajar karena hal itu dapat memunculkan bentuk2 pikiran(sankhara) pada masa lalu maupun masa mendatang. Sebaliknya, batin harus tetap pada masa sekarang, hanya memperhatikan dan bertahan pada satu titik Dhamma yg sedang dikerjakan.

Apabila dalam batin seseorang muncul keragu-raguan dan pertanyaan sehubungan dengan batin yg tidak bisa diatasi, ia boleh memeriksa dan membandingkan dengan teori2 Dhamma setelah latihan bhavana(meditasi) selesai(tidak sedang melakukan bhavana/meditasi). Merupakan suatu kesalahan, bila seseorang selalu memeriksa dan mencocokan praktek bhavananya dengan hasil dari belajar teori karena pengetahuan  dari belajar teori tidaklah lebih dari pengetahuan intelektual biasa yg tidak sehalus dan sedalam kebijaksanaan yg didapat dari praktek bhavana. Ini bukanlah cara yg benar.

Kesimpulannya,jika batin seseorang bisa mencapai ketenangan dengan menggunakan kammathana seperti biasa, yaitu diawali dengan menggunakan parikamma bhavana dan tak menemui kesulitan berarti untuk mencapai ketenangan, maka sepatutnya ia tetap memakai metode ini untuk selanjutnya. Tetapi jika batin seseorang bisa mencapai ketenangan hanya dengan menggunakan panna(dengan berbagai siasat,akal dan metode untuk mengatasi kesulitan dalam pencapaian ketenangan), maka ia harus selalu memakai panna untuk membantunya mencapai ketenangan.

Hasil2 yg didapat dari kedua jenis latihan ini (samadhi mengembangkan panna dan panna mengembangkan samadhi) adalah berkembangnya samadhi dan panna ke tingkat yg lebih tinggi lagi


Oleh Acahrn Luangta Mahabowa Nanasampano

80
Meditasi / Ada yang tau? (perbedaan tehnik meditasi)
« on: 09 July 2008, 06:55:18 PM »
Ada yang tau perbedaan teknik meditasi vipasana Shwe Oo min Sayadaw dan Sunlun Sayadaw?

Mohon pencerahannya _/\_

81
Hasil interview saya kepada Sayadaw U Aganna

Bond : Bhante, bagaimana cara mencapai 4 tingkat kesucian mulai dari sotapanna, sakadagami,anagami dan Arahanta secara singkat saja? Selama ini kita hanya tahu ciri2nya dari lenyapnya kilesa2 dari setiap tingkatan adakah cara khusus atau tanda khusus atas 4 pencapaian tingkat kesucian? Sepertinya pencapaian jhana kita mengetahui dengan adanya kemunculan nimitta sebelumnya..

Bhante : Jadi dengan kesadaran setelah jhana kita mengamati nama dan rupa, dari situ akan mencapai 7 pemurnian(7 visudhi) secara lengkap besertaan dengan itu muncul seluruh nyana2(bisa lihat http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1304.0.html). Maka tercapailah sotapanna.

Bond : bagaimana setelah sotapanna ke sakadagami dan seterusnya bhante?

Bhante : Mengulangi  visudhi tadi dan nyana2 tersebut hanya saja pengulangan visudhi tadi tidak dari awal tetapi dari advance. Contohnya : jika seseorang sudah mencapai sarjana dan ingin mengambil gelar master tentunya tidak perlu mengulangi pelajaran sarjana dari awal.Demikian seterusnya hal ini dilakukan sampai mencapai tingkat arahanta

Bond : Adakah tanda khususnya bhante?

Bhante : mengenai hal ini harus ada guru yg mengajar dan memberitahu kamu untuk memastikan apa yg kamu capai.

Bond : Terima kasih bhante atas penjelasannya.

Hal yg diterangkan Bhante tentang prosesnya sama persis dengan pencapaian Arahat Alm.Ven. Sunlun Sayadaw.(http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1587.0.html) atau baca saja di http://www.sunlun-meditation.com.mm/

 _/\_

82
Kita melakukan retreat di tempat pelatihan Bali Usada Kesehatan di Baturiti dari tgl 7-17 Mei .

Total peserta kurang lebih 10 atau 11 orang dan  yg luar biasa dan unik Bapak Merta Ada(guru meditasi kesehatan Bali Usada) juga mengikuti pelatihan ini. Peserta dari manca negara ada 3 orang dari negara yg berbeda(Jerman, Perancis, dan Australia) dan ada 2 orang muslim. Sebagian peserta ini kebanyakan murid dari dari Bapak Merta Ada. Yang uniknya ternyata mereka telah mendapat gemblengan yang cukup baik bahkan mampu duduk 3 jam, jadi bisa dikatakan mereka memiliki dasar yg baik. Jadi sekali satu sesi duduk meditasi 1,5 jam dan setelah itu meditasi berjalan yg mana bagi mereka 1,5 jam waktu yg singkat.Dan kebanyakan peserta juga melihat nimitta2. Termasuk salah satu orang Australia yg sebelumnya juga pernah berlatih Vipassana teknik Mahasi Sayadaw bersama Sayadaw U Pandita.


Yg uniknya lagi 2 peserta dari muslim pernah melihat patibagha nimitta sebelum retreat dan tanpa pengetahuan buddhis(ketika berlatih bersama Bpk. Merta Ada) salah satu dari mereka langsung memasuki "heart base" dimana ia dapat mengingat saat dia bayi sampai sekarang (umur beliau kurang lebih 70 tahun) dan dia merasakan kebaikan dan keburukanya dengan rinci. Dan yg satunya lagi melihat nimitta yg cemerlang. Dia seorang wanita.

Meditasi dimulai jam 5 pagi sampai jam 6.30 tetapi saya sangat bersemangat sekali. Bangun jam 3.30 pagi dan jam 4.00 sudah bangun. Demikian pengalaman penting yg saya ingat dalam 1-2 sesi dalam satu hari. Total sesi ada 6 sesi.

Hari I -pada pagi hari duduk dengan santai tapi setelah lewat 1,5 jam mulai gelisah karena kaki mulai sakit(karena memang biasa cuma 1,5 jam) dalam selang 1,5  jam saya sempat melihat nimitta bintang kecil saja. Memasuki sesi berikutnya tulang2 punggung seperti patah2, kaki sakit luar biasa, sehingga ada moment konsentrasi dan ada moment berjuang melawan sakit.

Hari 2 -Rasa sakit kaki sudah mereda tetapi punggung masih sakit luar biasa, masih seperti di patah-patah, sempat kosentrasi melihat nimitta seperti bunga mekar silih berganti dan bekilauan. Dan bisa merasakan nafas yg jernih yg membuat otak segar sekali,

Hari 3 -Rasa sakit kaki sudah tidak masalah, punggung nyeri2 saja. Dalam salah satu sesi  saya mengingat pengalaman "to be aware" saat retreat vipasana(teknik Mahasi) 6 tahun yg lalu, kontan saat itu perhatian terhadap nafas sinambung dan langsung seperti terbang melihat seperti cahaya saat matahari terbit saat itu timbul piti yg luar biasa, hanya ketika sedikit goyah perhatian nafas karena sakit kaki, perhatian langsung melemah, uniknya saat melemah dengan cepat saya merasakan bisa kembali keadaan semula seperti naik turun tangga sesuai kehendak kita sehingga mengalami piti kedua yg luar biasa.

Hari ke 4- Melihat cahaya seperti lampu yg kuat dari arah kanan ke kiri yg menyebabkan mata saya sempat silau tetapi karena goyahnya perhatian akibat kagetnya mata karena silau, konsentrasi menjadi lemah . Dan didalam salah satu sesi seperti saya akan keluar dari tubuh.

Hari-5 - Merasakan tubuh mengkerut dan mengeras seperti batu, saya pikir saat itu  badan saya benar2 mengkerut ternyata masih tegak. Lalu Bhante mengatakan itu dikarenakan unsur padat dalam tubuh yg dominan. Dan juga sempat merasakan bahwa saya bisa duduk dalam tubuh postur yg tegak lurus seperti pohon tidak tergoyahkan.

Hari-6 - Dalam sesi pagi hari saya melihat seperti secerah cahaya putih yg masih buram muncul seperti matahari terbit dan menutupi seluruh wajah, dan saya melakukan kesalahan langsung memperhatikan itu, sehingga dia langsung redup dan berkelap-kelip.

Hari-7 - Dalam sesi pagi hari saya bisa duduk selam dua jam non stop tanpa ada gerakan badan sedikit pun, benar2 mantap. Dan sempat melihat gambaran Ajhan Mun Bhuridatta kemudian tiba2 berserakan menjadi tengkorak berantakan, saat itu saya sadar ketidak indahan dan ketidak permanenan tubuh dengan sangat jelas (pengertian ini muncul seperti anak panah yg langsung mengenai targetnya)

Hari-8 Saya merasakan nafas hilang kurang lebih 3-6 detik lalu muncul begitu seterusnya, dada terasa padat, saat ini saya mencoba tetap rileks, dan sempat muncul cahaya seperti matahari terbit, tetapi di point tertentu  dia berhenti di seperempat jalan karena tiba2 nafas menjadi lebih kasar dan dia masuk ke jeda tidak ada nafas dan muncul nafas lagi.

Hari-9 Sedikit kurang kosentrasi karena sakit kepala.

Hari-10 Muncul nimitta bintang 2 -3 kali lebih besar dan melintas seperti meteor jatuh.

Hal yg paling sulit adalah menyeimbangkan  pikiran untuk tidak bergeming, karena sedikit bergeming saja nimita langsung goyah dan lenyap.

Setiap hari kita ada interview pribadi dengan Bhante, disitulah kesempatan saya bertanya hal2 yg mendetil. Pengalaman yg paling berkesan selain pengalaman meditasi adalah Bhante Sayadaw U Aganna yg penuh dengan kelembutan, kesabaran, dan sifat yg menginspiring kepada peserta dan menjawab setiap pertanyaan kita dengan rinci dan sabar. Dari cara berjalan,makan dan berbicara benar2 penuh dengan mindfullness. Saat malam hari ketika sehari sebelum retreat selesai saya sempat menitikan air mata yg lumayan banyak akan keindahan ajaran Sang Buddha dan Kemuliaan kehidupan para Arya(bhikkhu). Tidak itu saja, seorang wanita yg beragama muslim pun sempat terharu dan menangis setiap Bhante membacakan paritta. Disini juga ada satu peserta meditasi wanita yang hamil dan sebelum pulang Bhante membacakan Angulimala parita untuk kehamilannya, dan wanita itu juga sangat terharu sampai mengeluarkan airmata. Dan dalam hati saya mengatakan "beruntung sekali kamu dan anakmu didalam kandunganmu".


It was really wonderful, inspiring and touching  heart retreat!!!


 _/\_ :x











83
Theravada / Penerapan kesadaran setelah Jhana dalam vipassana
« on: 17 May 2008, 07:08:25 PM »
Hasil interview saya selama retreat tentang penerapan Jhana dalam vipassana kepada Sayada U Aggana (murid Paauk Sayadaw, beliau salah satu murid terbaik dalam hal visuddhi magga dan Abhidhamma)

Jadi sebenarnya banyak orang salah kaprah bahwa di dalam jhana kita bisa melakukan vipassana. Sebenarnya tidaklah demikian, hal yg sebenarnya adalah kesadaran yg kuat setelah keluar dari jhana(yg oleh Ajahn Brahm disebut kesadaran adidaya). Ketika keluar dari jhana(kesadaran setelah jhana), perhatian kita alihkan ke "heart based" disinilah kita dapat mengamati NAMA DAN RUPA.

Jadi beliau menjelaskan bahwa bisa saja seseorang menggunakan upacara samadhi saja untuk melakukan vipassana tetapi khusus untuk NAMA , mereka akan mengalami kesulitan karena untuk mengamati nama diperlukan kekuatan perhatian yg besar sekali khususnya untuk melihat kelahiran lampau yg bisa menghasilkan nyana2 tertentu.

Jhana yg terbaik untuk melakukan vipasanna adalah setelah mencapai jhana ke-4.

Smoga bermanfaat _/\_


84
Meditasi / Cara masuk ke jhana Sayadaw U Aganna
« on: 17 May 2008, 06:51:45 PM »
Hasil interview detail saya kepada Sayadaw U Aganna tentang cara memasuki jhana setelah melihat Patibagha nimitta, setelah nimitta muncul cahaya yg amat cemerlang, tunggu beberapa saat sampai stabil, dekat hidung. Setelah stabil alihkan perhatian nafas ke nimitta lihat sekitar tengah nimitta(tidak selalu tepat ditengah) yg paling cemerlang(brilliant). Dan terus-menerus jika bisa dua jam lebih maka Anda sudah berada dalam jhana.

Setelah perlahan keluar dari jhana, jangan langsung terburu-buru keluar dan selesai, dan tetapi biarkan keluar perlahan-lahan "sembari memfokuskan ke "heart-based" nah disitu baru melakukan evaluasi/discernment jhana faktor(Vitaka, vicara, piti, sukha, ekagata).

Orang yg telah memasuki jhana harus berulang kali melatih untuk keluar masuk jhana, sampai mahir, jika tidak pengalaman itu akan sulit diperoleh.
 _/\_



85
Diskusi Umum / Apa ukuran "benar" dan "tidak benar"?
« on: 01 May 2008, 10:06:27 PM »
Apakah ukuran "benar" dan "tidak benar"?

Pertanyaan diatas adalah salah satu bahasan dari "Sebulan Penghayatan Dhamma " yg di adakan di Vihara Buddha Sakyamuni-Denpasar

dengan penceramah Bhikkhu Siriratano.

Nah pertanyaan diatas mari didiskusikan, bagaimana pandangan dan jawaban teman2 disini?
 _/\_

86
Mo nanya nih
 Lobha dan dosa apakah bisa bersekutu atau tidak dapat bersekutu? _/\_

87
Theravada / Ke Mana Citta Pergi Setelah Pencerahan?
« on: 06 April 2008, 11:09:52 AM »
Ke Mana Citta Pergi Setelah Pencerahan?

Api menyala tergantung pada bahan bakarnya. Kata untuk " bahan bakar" dalam bahsa Pali adalah upadana. Nyala lilin bergantunng pada panas, lilin, dan sumbu. Jika salah satu darik ketiga "bahan bakara" tersebut lenyap, maka nyalanya pun berakhir. Jika angin meniup pergi panas,api pun padam. Jika sumbu telah terbakar habis, api pun padam. Dan jika lilin telah terpakai habis, api pun padam. Begitu api padam, api tidak pergi ke mana-mana. Tidak ada surga ke mana api yg baik pergi, dengan bahagianya menyala abadi. Tidak juga api menyatu dengan Api kosmik yg transenden. Itu hanyalah padam, itu saja. Dalam bahasa Pali, kata untuk "perginya" nyala api adalah Nibbana.

Citta pun tergantung dari bahan bakarnya. Sutta-sutta menyatakan bahwa citta bergantung pada nama-rupa dan ketika nama-rupa padam, citta pun sepenuhnya padam(SN 47,42). Citta tersebut pergi. Citta tersebut "nibbana". Citta tidak pergi kemana-mana; citta hanya berhenti eksis. Yang menarik , dua bhikkhuni terkenal, Kisagotami dan Patacara, menjadi tercerahkan penuh tatkala mereka melihat nyala sebuah lampu padam(Dhp275, Thig 116).

Sifat Citta

Ketika Anda mempertahankan kesadaran adidaya(kesadaran setelah pengalaman jhana/keluar dari jhana,kesadaran yg sangat kuat sekali) pada citta yg murni, hakikat dari semua jenis kesadaran menyingkapkan dirinya. anda melihat kesadaran bukan sebagai sebuah proses yg mengalir lancar, namun sebagai serangkaian peristiwa yg terpisah, berdiri sendiri-sendiri. Kesadaran dapat dibandingkan degn hamparan pasir di pantai. Secara sepintas, pasir tampak bersambungan sampai ratusan meter. Namun setelah Anda menyelidik lebih dekat, Anda temukan bahwa pasir tersusun dari partikel2 yg terpisah dan berlainan. Ada ruang kosong diantara setiap partikel pasir, tanpa sifat pasir hakiki yg mengalir di kesenjangan antara dua partikel mana pun. Demikian pula, apa yg kita anggap sebagai arus kesadaran jelas tampak sebagai serangkaian peristiwa yg terpisah, tanpa sesuatu pun yg mengalir diantaranya.

Analogi lainnya adalah analog tentang salad buah. Misal saja diatas piring terdapat sebuah apel. Dengan jelas Anda melihat apel ini menghilang dan sekarang dia atas piring muncul sebutir kelapa. Lalu kelapa itu pun lenyap dan di tempatnya semula muncul apel yg lain. Lantas apel kedua itupun lenyap dan kelapa yg lain muncul. Kelapa tsb lenyap dan sebuah pisang muncul, lalu lenyap tatkala kelapa yg lain menampakkan diri diatas piring, lalu pisang lainnya, kelapa, apel, kelapa, mangga, kelapa,jeruk dst. Begitu satu buah lenyap, sejenak berikutnya muncul buah yg baru. Semuanya buah, tetapi berbeda total satu dengan lainnya, tanpa satupun buah yg sama. Lebih lanjut tidak ada arus esensi buah yg menyambungkan dari satu buah ke buah berikutnya. Dalam analogi ini, apel mewakili sebuah peristiwa dari kesadaran mata, pisang untuk kesadaran tubuh, dan kelapa utk kesadaran pikiran. Setipa momen kesadaran terpisah satu sama lain, tanpa ada sesuatu pun mengalir dari satu moment ke momen berikutnya.

Kesadaran pikiran, si "kelapa", muncul setelah setiap jenis kesadaran lainnya dan oleh karena itu memberikan ilusi kesamaan pada setiap pengalaman kesadaran. Bagi orang kebanyakan, terdapat sebuah kualitas dalam aktivitas melihat yg juga ditemukan saat mendengar, membaui, mengecap, dan menyentuh. Kita dapat menyebut kualitas tersebut sebagai "mengetahui". Akan tetapi dengan kesadaran adidaya Anda akan melihat bahwa " mengetahui" tersebut bukanlah bagian dari melihat, mendengar, dst, tetapi muncul sesaat setalah setiap jenis kesadaran indra. Lebih lanjut, proses mengetahui ini lenyap ketika, misalnya, kesadaran mata terjadi. Dan kesdaran mata lenyap tatkala mengetahui(kesadaran pikiran) terjadi. Dalam kiasan tentang salad buah-buahan tsb, tidak dapat terjadi sebuah apel dan sebutir kelapa di atas piring secara bersamaan.

Si Pengetahu Bukanlah Diri

Dengan merenungkan kesadaran dengan cara ini - melihatnya sebagai serangkaian peristiwa yg berlainan dan terpisah, tanpa sesuatu pun yg sinambung dari satu momen ke momen berikutnya - akan melemahkan ilusi akan adanya sosok pengetahu, yg terus ada, yg selalu ada untuk menerima pengalaman dunia. Anda merubuhkan pernaungan terakhir dari ilusi tentang diri. Sebelumnya sangatlah jelas nampak bagi Anda bahwa "akulah yg mengetahui". Tetapi, apa yg nampak jelas seringkali keliru. Sekarang Anda melihatnya hanya sebagai "mengetahui, sebagai kesadaran pikiran, seperti kelapa yg kadang ada kadang tiada. Citta hanyalah fenomena lazim,pasti akan berakhir. Citta tidak dapat menjadi aku, milikku, atau suatu diri. Yang mengetahui, citta, akhirnya dipahami sebagai anatta.

Satipatthana, dipraktikkan demi tujuan merealisasi anatta, tiada inti diri. Dua peristirahatan terakhir bagi ilusi tentang diri atau jiwa adalah si pengetahu dan si pelaku. Jika Anda mengindentifikasi apa saja sebagai "Anda" yang hakiki, itu adalah yg melakukan atau yg mengetahui. Kedua khayalan yg kuat bercokol dan lama dicengkram ini berdiri di antara Anda dan pencerahan. Tembusilah ilusi2 ini, dan Anda adalah seorang pemenang arus. Tembusilah ilusi2 ini setiap saat, dan Anda adalah seorang Arahat.

Sumber: Mindfulness, Bliss, and beyond
Penulis : Ajahn Brahm
 _/\_

88
Theravada / 9 Hal yg tak mampu dilakukan seorang arahat
« on: 05 April 2008, 10:00:19 AM »
Ada 9 hal yg secara alamiah tak mampu dilakukan oleh seorang arahat: menyimpan kepemilikan, secara sengaja membunuh bentuk kehidupan apapun,mencuri, melakukan hubungan seksual, mengatakan kebohongan yg disengaja, dan bertindak tidak pantas karena nafsu,karena niat buruk, karena delusi,atau karena rasa takut (Angutara Nikaya IX,7).
Sebagai contoh,karena nafsu indrawi telah sepenuhnya teratasi,tak ada lagi percikan api yg tersisa untuk memantik nafsu seks. Semua Arahanta "betul-betul impoten"

Lebih Jauh, para Arahanta telah membasmi, sekali untuk selamanya, tiga jenis kesombongan(mana): "aku lebih buruk"; dan "aku setara". Di dalam
ajaran Buddha, bahkan perendahan diri seperti "aku payah" dipandang sebagai kesombongan dalam bentuk kebalikannya. Para Arahanta, sudah menjadi bawaanya, tidak mampu lagi mempersepsi dalam kerangka "aku"(Samyuta Nikaya 22,89). Mereka memandang tubuh dan pikiran sebagai proses impersonal. Bagi mereka, tidaklah beralasan membandingkan sebuah proses dengan proses lainnya seperti halnya membandingkan nilai sepotong kayu dengan sebutir mangga.

Berkaitan dengan 3 bentuk kesombongan, hanya pada pencerahan penuhlah semua perbandingan pribadi padam.
Kontroversi2 lama dan merepotkan, seperti apakah seorang Arahat lebih tinggi daripada Bodhisatva ataukah sebaliknya, semuanya lenyap. Seorang Arahat  menjalani hidup kebenaran, yg tanpa inti diri, melampui ukuran2 semacam itu. Elitisme bukanlah bagian dari pencerahan penuh. Demikianlah kita dapat mengharapkan kerendahan hati sejati dari seorang Arahat, seperti yg ditunjukan oleh kisah berikut.

Bhikkhu Sariputta adalah seorang Arahat terkemuka, diakui semua orang sebagai luar biasa bijaksana. Suatu pagi beliau pergi utk menerima dana makanan dgn mengenakan jubah yg tidak rapi. Seorang samanera cilik memergoki hal itu dan secara terbuka mengingatkan bhikkhu agung tersebut. Alih-alih menanggapi dengan sesuatu seperti "Emangnya kamu siapa, anak kecil, berani2nya menegur aku!" dengan tenang Bhikkhu Sariputta memeriksa untuk melihat apakah beliau memang tidak mengenakan jubah dengan rapi. Melihat bahwa ternyata benar adanya, Bhikkhu Sariputa pergi ke balik semak, merapikan jubahnya lantas muncul kembali untuk berterima kasih kepada samanera cilik itu, memuji hormat anak itu sebagai "guru saya" Itulah kerendahan hati nan anggun, sebuah ciri seorang Arahat (Th-a 2,116)

Sumber buku: Mindfulness, Bliss, And Beyond
Penulis : Ajahn Brahm
 _/\_


89
Kesehatan / [ASK] Manfaat dan Kerugian Petai dan Jengkol
« on: 02 April 2008, 06:32:46 PM »
Bro Hedi atau pakar lainnya di bidang kesehatan,

Apakah pete itu sehat jika dikonsumsi, ada yg bilang bagus untuk ginjal dan ada yg bilang tidak, mana yang bener nih?

Kalo jengkol gimana?

 _/\_

90
Diskusi Umum / Cinta and sex &tingkat kesucian
« on: 29 March 2008, 12:22:31 PM »
Sex adalah suatu hal wajar , jika ia tidak disalahgunakan dalam hal keduniawian


Tetapi dimana ada sex disana ada lobha, dan orang sering mencampur adukan dengan cinta.

Bagaimana dengan seorang yg masih belum menaklukan nafsu sex , apakah bisa membawa seseorang mencapai tingkat kesucian jika ia mencoba berlatih pada sang jalan tapi belum menaklukan nafsu sex?

Adakah perbedaan dalam hal kualitas meditasi antara seorang celibate(dilakukan dengan kesungguhan dan penuh kesadaran bukan terpaksa) dengan orang yg masih melakukan hubungan sex?

 _/\_

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8
anything