dharmaraja masa kini :
Saya menulis sebuah lagu "Tak perduli" sebagai berikut:
"Saya mulai merenung,
Apakah Mara itu? Apakah Budha itu?
Siapakah Mara dan siapakah Budha?
Ah! Saya tidak perduli lagi,
Apakah saya menjadi seorang Budha atau seorang Mara.
Sewaktu kau telah cerah,
Baik kekuatiran maupun penyakit menjadi Bodhi.
Sewaktu kau telah cerah,
Tak ada bedanya lagi. Perbedaan adalah buatan diri.
Tak perduli kendaraan nya besar atau kecil.
Tak perduli saya makan enak atau makan tidak enak.
Tak perduli kamar saya besar atau kecil.
Tak perduli saya pakai sepatu atau telanjang kaki.
(Sewaktu kau menyadari bahwa tak ada beda antara ini dan itu, maka kau akan
segera terbebaskan dan menjadi seorang Budha.)
Saya tidak perduli apakah saya menjadi seorang Budha.
Saya tidak perduli apakah saya menjadi seorang Mara.
Saya tidak perduli apakah saya sukses.
Saya tidak perduli apakah saya gagal.
Saya tidak perduli apakah saya kaya.
Saya tidak perduli apakah saya miskin.
Saya tidak perduli apakah saya menikah.
Saya tidak perduli apakah saya cerai.
Saya tidak perduli apakah saya masuk surga.
Saya tidak perduli apakah saya masuk neraka.
Segala hal, ada atau tidak ada, benar atau buruk, baik atau jahat, pujian atau kecaman,
semuanya menjadi "kosong".
Saya mulai merenung lagi,
Meninggalkan keduniawian berarti melepaskan kemelekatan.
Tak perduli berarti pembebasan segera.
Tak kuatir adalah Maha Sukha (Kenikmatan Terbesar).
Namo Amitabha!
Namo Budha Sinar Bunga Yang Leluasa!"
*