//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!  (Read 76872 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #15 on: 15 June 2010, 05:00:07 PM »
Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
Ajaran Buddha Universal (MMD)
Mohon di-sharing.
Pembahasan ini nanti menjurus ke topik tentang dualisme lagi (seperti pembahasan JMB8 - Satipatthana kemaren) ;D
Apa yang ingin Anda hubung2kan antara dualisme dengan LDM, sis ?

Tadi saya baca tentang “LDM tidak bermasalah”, jadi saya teringat tentang pembahasan kemaren:

1. dualisme: kembangkan yang baik, padamkan yang buruk
2. “melampaui dualisme”, tentang tidak ada baik/buruk.

Tapi setelah saya baca notes di link facebook yang diberikan bro Ryu, sy gak mau terlalu banyak komentar. Karena pemahaman saya masih dangkal tentang Vipassana dan bahkan saya belum bisa merumuskan apapun yang berasal dari pemahaman saya sendiri.

Notes tersebut adalah rumusan dari pemahaman beliau. Menurut saya, pemahaman seseorang adalah bersifat personal (hanya dia yang paling tau). Apalagi notes itu sangat singkat. Selain itu, pemahaman  yang dituangkan dalam bentuk kata-kata, mungkin bisa mendistorsi makna sebenarnya. Atau mungkin bisa disalahartikan oleh orang lain. Jadi saya belum bisa komentar tentang notes tersebut.
ya memang, justru itulah kehebatan MMD dengan tulisan sepotong bisa membuat pengertian yang hebat ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #16 on: 15 June 2010, 05:01:23 PM »
Sayang tidak dijelaskan harus berkutat dengan si "aku/atta/diri/ego" atau tidak.
Juga dikatakan LDM berasal dari si "aku", lalu si "aku" asalnya dari mana kira-kira yah?
HUDOYO:
Penderitaan ADALAH aku, bukan Aku yang mengalami penderitaan. Jadi "membebaskan diri dari penderitaan" berarti membebaskan diri dari aku. Itu jelas mustahil, karena aku tidak mungkin membebaskan diri dari aku.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula aku. Jadi tidak ada aku yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya aku. Di dalam nibbana, aku bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #17 on: 15 June 2010, 05:02:46 PM »
Sependapat dengan Bro Adi Lim. Dengan menambahkan sedikit, mungkin ini malah kesempatan baik bagi kita untuk berbagi bagaimana seorang Buddhis berpandangan sesuai ajaran 'jalan tengah' Sang Buddha.

Sejauh pengertian saya.. Meski menurut Sang Buddha sesuatu yang dapat dilekati sebagai atta yang sifatnya tetap dan memuaskan itu tidak ada, bukan berarti perbuatan dan akibat perbuatan tidak ada. Perbuatan sendiri berakar pada LDM atau AL,AD,AM.
Ada 2 pandangan ekstrim dari dulu hingga sekarang maupun nanti mengenai ini: sassatavada, pandangan eternalis dan ucchedavada, pandangan annihilasionis/nihilis. Pandangan eternalis berpendapat bahwa atta itu ada, karena itu perbuatan ada demikian pula akibat perbuatan. Pandangan nihilis berpendapat bahwa atta itu tidak ada, karena itu perbuatan itu tidak ada apalagi akibat perbuatan. Contoh dalam literatur Buddhis adalah Purana Kassapa, seorang guru dengan pandangan ucchedavada yang menganggap tidak adanya perbuatan (dapat dibaca di DCpedia.)
Sedangkan Sang Buddha dengan solusi ajaran Jalan Tengahnya memang mengajarkan mengenai tidak ada diri (atta) tetapi bukan berarti tidak ada perbuatan dan akibat dari perbuatan. [Ini pernah dibahas oleh Sam. Peace Mind dalam 1 thread terdahulu mengenai siapa yang terlahir kembali dan menerima akibat kamma].
Karenanya Sang Buddha menekankan bahwa perbuatan berakar pada LDM yang belum muncul hendaknya tidak dibiarkan muncul, perbuatan berakar pada LDM yg telah muncul hendaknya dihentikan. Sebaliknya perbuatan berakar pada AL,AD,AM yang belum muncul hendaknya dimunculkan, perbuatan berakar pada AL,AD,AM yang telah muncul hendaknya dikembangkan ke puncaknya. Jika diselidiki lebih lanjut, Sang Buddha biasanya akan memberi formula JMB8 sebagai jenis perbuatan (kamma) yang berakar pada AL,AD,AM yang menuntun pada berakhirnya kamma dan kelahiran kembali, karena menurut beliau inilah jenis kamma bukan gelap dan bukan terang yang membawa pada berakhirnya kamma.

Tambahan:
Menurut Sang Buddha pula, keinginan akan pencerahan, keinginan akan mencapai nibbana, keinginan menjadi arahanta bukanlah jenis keinginan yang di'haram'kan dan harus dikurangi, karena itu pula Sang Buddha tidak menyebut jenis keinginan ini sebagai tanha melainkan chanda.

Ingat-ingat nasehat Buddha mengenai ajaran ini: "Deep, is this phenomenon, hard to see, hard to realize, tranquil, refined, beyond the scope of conjecture, subtle, to-be-experienced by the wise. For those with other views, other practices, other satisfactions, other aims, other teachers, it is difficult to know..."

Sukhi hotu
 _/\_
« Last Edit: 15 June 2010, 05:31:58 PM by Jerry »
appamadena sampadetha

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #18 on: 15 June 2010, 05:04:31 PM »
Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
Ajaran Buddha Universal (MMD)
Mohon di-sharing.
Pembahasan ini nanti menjurus ke topik tentang dualisme lagi (seperti pembahasan JMB8 - Satipatthana kemaren) ;D
Apa yang ingin Anda hubung2kan antara dualisme dengan LDM, sis ?

Tadi saya baca tentang “LDM tidak bermasalah”, jadi saya teringat tentang pembahasan kemaren:

1. dualisme: kembangkan yang baik, padamkan yang buruk
2. “melampaui dualisme”, tentang tidak ada baik/buruk.

Tapi setelah saya baca notes di link facebook yang diberikan bro Ryu, sy gak mau terlalu banyak komentar. Karena pemahaman saya masih dangkal tentang Vipassana dan bahkan saya belum bisa merumuskan apapun yang berasal dari pemahaman saya sendiri.

Notes tersebut adalah rumusan dari pemahaman beliau. Menurut saya, pemahaman seseorang adalah bersifat personal (hanya dia yang paling tau). Apalagi notes itu sangat singkat. Selain itu, pemahaman  yang dituangkan dalam bentuk kata-kata, mungkin bisa mendistorsi makna sebenarnya. Atau mungkin bisa disalahartikan oleh orang lain. Jadi saya belum bisa komentar tentang notes tersebut.

Tp ada penyataan di sana kira2 berbunyi (KALAU BELUM DIEDIT) :
"Semoga dibaca oleh smua umat buddha yg masih berkutat dgn LDM tnpa sadar itu bersumber dari 'aku'".
Jadi tersirat seakan2 ini benar. Yang lain tidak benar.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #19 on: 15 June 2010, 05:07:12 PM »
Tadi saya baca tentang “LDM tidak bermasalah”, jadi saya teringat tentang pembahasan kemaren:

1. dualisme: kembangkan yang baik, padamkan yang buruk
2. “melampaui dualisme”, tentang tidak ada baik/buruk.

Tapi setelah saya baca notes di link facebook yang diberikan bro Ryu, sy gak mau terlalu banyak komentar. Karena pemahaman saya masih dangkal tentang Vipassana dan bahkan saya belum bisa merumuskan apapun yang berasal dari pemahaman saya sendiri.

Notes tersebut adalah rumusan dari pemahaman beliau. Menurut saya, pemahaman seseorang adalah bersifat personal (hanya dia yang paling tau). Apalagi notes itu sangat singkat. Selain itu, pemahaman  yang dituangkan dalam bentuk kata-kata, mungkin bisa mendistorsi makna sebenarnya. Atau mungkin bisa disalahartikan oleh orang lain. Jadi saya belum bisa komentar tentang notes tersebut.
Setuju dengan pendapat di-bold di atas. Hanya saja menurut saya, tidak seharusnya kita menilai orang lain yang juga memiliki pemahaman pribadi dan dituangkan lewat kata-kata "LDM" sebagai hal keliru.

Mau lihat "penghalang" berupa "aku/diri/atta/ego" atau pun "LDM" semua hanyalah sebatas kata-kata. Seperti perumpamaan zen tentang jari menunjuk bulan, mau ditunjuk dari arah mana pun, jari tetaplah bukan bulan. Walaupun satu jari lebih dekat ke bulan, bahkan menyentuhnya, tetap saja jari itu bukan bulan. Dengan begitu, mengapa harus mengatakan jari orang lain "lebih ngaco" daripada punya saya?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #20 on: 15 June 2010, 05:10:33 PM »
HUDOYO:
Penderitaan ADALAH aku, bukan Aku yang mengalami penderitaan. Jadi "membebaskan diri dari penderitaan" berarti membebaskan diri dari aku. Itu jelas mustahil, karena aku tidak mungkin membebaskan diri dari aku.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula aku. Jadi tidak ada aku yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya aku. Di dalam nibbana, aku bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.


Penderitaan ADALAH Moha, bukan Moha yang mengalami penderitaan. Jadi "membebaskan Moha dari penderitaan" berarti membebaskan Moha dari Moha. Itu jelas mustahil, karena Moha tidak mungkin membebaskan diri dari Moha.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula Moha. Jadi tidak ada Moha yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya Moha. Di dalam nibbana, Moha bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #21 on: 15 June 2010, 05:15:05 PM »
HUDOYO:
Penderitaan ADALAH aku, bukan Aku yang mengalami penderitaan. Jadi "membebaskan diri dari penderitaan" berarti membebaskan diri dari aku. Itu jelas mustahil, karena aku tidak mungkin membebaskan diri dari aku.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula aku. Jadi tidak ada aku yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya aku. Di dalam nibbana, aku bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.


Penderitaan ADALAH Moha, bukan Moha yang mengalami penderitaan. Jadi "membebaskan Moha dari penderitaan" berarti membebaskan Moha dari Moha. Itu jelas mustahil, karena Moha tidak mungkin membebaskan diri dari Moha.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula Moha. Jadi tidak ada Moha yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya Moha. Di dalam nibbana, Moha bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.



HUDOYO
Moha adalah ketidaktahuan bahwa aku adalah SUMBER dari lobha (keinginan) dan dosa (ketidaksenangan). Lebih jauh lagi, moha adalah ketidaktahuan bahwa aku ADALAH lobha dan dosa itu sendiri.
Jadi masalahnya bukan terletak pada MELEKATNYA aku, melainkan terletak pada AKU itu sendiri. Masalahnya bukan bagaimana menghilangkan kelekatan, tapi bagaimana aku ini bisa lenyap.

Demikianlah, aku tidak mungkin melenyapkan kelekatan dan penolakan, yang adalah dirinya sendiri! Agar kelekatan lenyap, aku harus berakhir.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #22 on: 15 June 2010, 05:21:24 PM »
HUDOYO
Moha adalah ketidaktahuan bahwa aku adalah SUMBER dari lobha (keinginan) dan dosa (ketidaksenangan). Lebih jauh lagi, moha adalah ketidaktahuan bahwa aku ADALAH lobha dan dosa itu sendiri.
Jadi masalahnya bukan terletak pada MELEKATNYA aku, melainkan terletak pada AKU itu sendiri. Masalahnya bukan bagaimana menghilangkan kelekatan, tapi bagaimana aku ini bisa lenyap.

Demikianlah, aku tidak mungkin melenyapkan kelekatan dan penolakan, yang adalah dirinya sendiri! Agar kelekatan lenyap, aku harus berakhir.
Saya setuju dengan pendapat Pak Hudoyo di atas. Memang Moha tersebut yang membentuk persepsi "diri/atta/aku/ego". Dengan adanya persepsi "diri/atta/aku/ego" maka timbullah baik/jahat, timbullah yang harus dikembangkan, yang harus dihancurkan. Timbullah kemelekatan, timbullah kebencian.

Menurut Bro ryu, mananya yang keliru?

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #23 on: 15 June 2010, 05:24:45 PM »
HUDOYO
Moha adalah ketidaktahuan bahwa aku adalah SUMBER dari lobha (keinginan) dan dosa (ketidaksenangan). Lebih jauh lagi, moha adalah ketidaktahuan bahwa aku ADALAH lobha dan dosa itu sendiri.
Jadi masalahnya bukan terletak pada MELEKATNYA aku, melainkan terletak pada AKU itu sendiri. Masalahnya bukan bagaimana menghilangkan kelekatan, tapi bagaimana aku ini bisa lenyap.

Demikianlah, aku tidak mungkin melenyapkan kelekatan dan penolakan, yang adalah dirinya sendiri! Agar kelekatan lenyap, aku harus berakhir.
Saya setuju dengan pendapat Pak Hudoyo di atas. Memang Moha tersebut yang membentuk persepsi "diri/atta/aku/ego". Dengan adanya persepsi "diri/atta/aku/ego" maka timbullah baik/jahat, timbullah yang harus dikembangkan, yang harus dihancurkan. Timbullah kemelekatan, timbullah kebencian.

Menurut Bro ryu, mananya yang keliru?

masuk akal..saya jg setuju seh..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #24 on: 15 June 2010, 05:28:31 PM »
Saya setuju dengan pendapat Pak Hudoyo di atas. Memang Moha tersebut yang membentuk persepsi "diri/atta/aku/ego". Dengan adanya persepsi "diri/atta/aku/ego" maka timbullah baik/jahat, timbullah yang harus dikembangkan, yang harus dihancurkan. Timbullah kemelekatan, timbullah kebencian.

Menurut Bro ryu, mananya yang keliru?

Bro Kainyn, yang Anda postingkan di atas adalah "mem-Buddhis-kan" pernyataan Pak Hudoyo. Apakah ada yang bisa menangkap maksud saya? :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #25 on: 15 June 2010, 05:37:47 PM »
Saya setuju dengan pendapat Pak Hudoyo di atas. Memang Moha tersebut yang membentuk persepsi "diri/atta/aku/ego". Dengan adanya persepsi "diri/atta/aku/ego" maka timbullah baik/jahat, timbullah yang harus dikembangkan, yang harus dihancurkan. Timbullah kemelekatan, timbullah kebencian.

Menurut Bro ryu, mananya yang keliru?

Bro Kainyn, yang Anda postingkan di atas adalah "mem-Buddhis-kan" pernyataan Pak Hudoyo. Apakah ada yang bisa menangkap maksud saya? :)
Kurang mengerti, Bro. Bisa dijelaskan lebih detail?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #26 on: 15 June 2010, 05:46:19 PM »
Kurang mengerti, Bro. Bisa dijelaskan lebih detail?

Yang ditekankan Pak Hudoyo dalam MMD adalah "menghentikan aku". Pak Hudoyo juga mengatakan bahwa "aku adalah penderitaan", yang jika di-Buddhis-kan maka "aku adalah dukkha". Pak Hudoyo juga mengatakan bahwa "aku adalah sumber dari LDM". Pak Hudoyo juga pernah mengatakan bahwa "berhentinya pikiran adalah berhentinya penderitaan", yang bila disimpulkan maka artinya "berhentinya pikiran adalah berhentinya dukkha".

Jadi dalam MMD, "aku" = "pikiran" = "penderitaan".

Atas dasar ini, bila Anda berusaha mensubstitusikan kata "aku" dengan kata "moha" adalah tidak tepat. Bahkan dalam pernyataan Pak Hudoyo saja dikatakan bahwa "LDM (termasuk moha di dalamnya) bersumber dari aku". Maka apa yang Anda postingkan sebelumnya sebenarnya menjurus pada "mem-Buddhis-kan" pernyataan Pak Hudoyo, entah Anda sadar atau tidak.

Makanya perlu dipahami jelas; MMD adalah MMD, Buddhisme Theravada adalah Buddhisme Theravada. Sebaiknya jangan dipadan-padankan beberapa terminologi di dalamnya bagaikan memasang puzzle.

Hanya saran saja.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #27 on: 15 June 2010, 06:07:22 PM »
Yang ditekankan Pak Hudoyo dalam MMD adalah "menghentikan aku". Pak Hudoyo juga mengatakan bahwa "aku adalah penderitaan", yang jika di-Buddhis-kan maka "aku adalah dukkha".
Betul. Apa yang orang awam sebut sebagai "aku" adalah Panca Khanda dalam terminologi Buddhisme. Buddha mengatakan khanda inilah penderitaan. Sejauh ini, saya rasa tetap sesuai.


Quote
Pak Hudoyo juga mengatakan bahwa "aku adalah sumber dari LDM".
Ini yang memang sedikit rancu. Di kutipan Bro ryu dikatakan:
"[..]moha adalah ketidaktahuan bahwa aku ADALAH lobha dan dosa itu sendiri."
Dengan demikian, moha adalah sumber dari "aku" yang kemudian berlanjut pada lobha & moha. Ini pun saya lihat sesuai. Entah mengapa kemudian dikatakan di tempat lain "aku" sumber dari LDM.

Quote
Pak Hudoyo juga pernah mengatakan bahwa "berhentinya pikiran adalah berhentinya penderitaan", yang bila disimpulkan maka artinya "berhentinya pikiran adalah berhentinya dukkha".
Ini dulu pernah kita bahas. Dalam Mulapariyaya Sutta, pikiran terbagi menjadi beberapa proses, bukan satu. Yang terhenti adalah proses kalau tidak salah namanya Manna'ti. Kalau hanya menghentikan semua pikiran, apalah bedanya dengan makhluk Asannasatta?


Quote
Jadi dalam MMD, "aku" = "pikiran" = "penderitaan".

Atas dasar ini, bila Anda berusaha mensubstitusikan kata "aku" dengan kata "moha" adalah tidak tepat. Bahkan dalam pernyataan Pak Hudoyo saja dikatakan bahwa "LDM (termasuk moha di dalamnya) bersumber dari aku". Maka apa yang Anda postingkan sebelumnya sebenarnya menjurus pada "mem-Buddhis-kan" pernyataan Pak Hudoyo, entah Anda sadar atau tidak.
Saya telah menjelaskan bahwa yang saya setujui adalah yang sebatas diposting Bro ryu. Tidak lebih dari itu. Seharusnya sudah terlihat bahwa saya mempertanyakan "darimana asalnya aku?" pada postingan sebelumnya.


Quote
Makanya perlu dipahami jelas; MMD adalah MMD, Buddhisme Theravada adalah Buddhisme Theravada. Sebaiknya jangan dipadan-padankan beberapa terminologi di dalamnya bagaikan memasang puzzle.

Hanya saran saja.
Terima kasih sarannya. Yang saya utarakan adalah pendapat saya (yang mungkin kebetulan ada kesamaan dengan Pak Hudoyo). Saya tidak punya kepentingan menyama-nyamakan atau membeda-bedakan MMD & Buddhisme Theravada.
Bagi saya metoda MMD yang memang berdasarkan Sutta, adalah sesuai dengan Ajaran Buddha.
Namun saya tidak mengatakan semua opini yang berkembang di kalangan praktisinya lantas adalah sesuai dengan Ajaran Buddha.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #28 on: 15 June 2010, 06:20:46 PM »
HUDOYO:
Penderitaan ADALAH aku, bukan Aku yang mengalami penderitaan. Jadi "membebaskan diri dari penderitaan" berarti membebaskan diri dari aku. Itu jelas mustahil, karena aku tidak mungkin membebaskan diri dari aku.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula aku. Jadi tidak ada aku yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya aku. Di dalam nibbana, aku bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.


Penderitaan ADALAH Moha, bukan Moha yang mengalami penderitaan. Jadi "membebaskan Moha dari penderitaan" berarti membebaskan Moha dari Moha. Itu jelas mustahil, karena Moha tidak mungkin membebaskan diri dari Moha.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula Moha. Jadi tidak ada Moha yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya Moha. Di dalam nibbana, Moha bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.



HUDOYO
Moha adalah ketidaktahuan bahwa aku adalah SUMBER dari lobha (keinginan) dan dosa (ketidaksenangan). Lebih jauh lagi, moha adalah ketidaktahuan bahwa aku ADALAH lobha dan dosa itu sendiri.

Bro Ryu yang baik, beginilah pernyataan orang yang pandangannya keliru, dicari dimanapun di Tipitaka tak akan pernah ada seorang Buddha mengatakan bahwa "aku" adalah sumber lobha dan dosa. Ini adalah pandangan orang yang minim praktek Vipassana, yang hanya rajin berteori dan berkonsep melulu. Alih-alih membebaskan diri dari konsep, malah semakin menambah konsep yang nggak-nggak....

Lobha hanya merupakan fenomena batin tak lebih.
Dosa juga hanya merupakan merupakan fenomena batin, tak lebih.
Moha hanya merupakan fenomena batin tak lebih.
Ketiga sifat ini bisa muncul dan lenyap kembali (anicca), tak memuaskan (dukkha) dan "tanpa aku" (anatta)


Menurut konsep Krishnamurti, sumber segala keburukan adalah "aku". Ini bukan ajaran Sang Buddha. Sang Buddha membimbing kita agar terbebas dari konsep, bukan malah menambah konsep yang nggak-nggak seperti "konsep aku dari Krishnamurti" dsbnya.

Quote
Jadi masalahnya bukan terletak pada MELEKATNYA aku, melainkan terletak pada AKU itu sendiri. Masalahnya bukan bagaimana menghilangkan kelekatan, tapi bagaimana aku ini bisa lenyap.
Pandangan bahwa ada aku yang menjadi sumber segala sesuatu adalah pandangan keliru. Sang Buddha tak pernah mengajarkan demikian. Sang Buddha mengajarkan bahwa "segala sesuatu (termasuk LDM) Muncul karena suatu sebab (sebab musabab yang saling bergantungan), dan akan lenyap kembali bila sebabnya telah lenyap". Tak pernah mengatakan "muncul karena aku".

Quote
Quote
Demikianlah, aku tidak mungkin melenyapkan kelekatan dan penolakan, yang adalah dirinya sendiri! Agar kelekatan lenyap, aku harus berakhir.

Pemeditator Vipassana yang benar dan telah cukup maju, mengalami sendiri kemelekatan lenyap, demikian juga penolakan.
Semakin dalam ber Vipassana, maka semakin jelas ia mengalami sendiri "tak ada aku".
Dengan demikian maka pemikiran-pemikiran konseptual menjadi lenyap dan dengan sendirinya ia dapat "melihat apa adanya"
Fenomena-fenomena batin dan jasmani seperti lobha, dosa, moha, akan lenyap dengan sendirinya bila sebabnya telah lenyap.

  _/\_
« Last Edit: 15 June 2010, 06:28:29 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #29 on: 15 June 2010, 06:29:36 PM »
Lobha hanya merupakan fenomena batin tak lebih.
Dosa juga hanya merupakan merupakan fenomena batin, tak lebih.
Moha hanya merupakan fenomena batin tak lebih.
Ketiga sifat ini bisa muncul dan lenyap kembali (anicca), tak memuaskan (dukkha) dan "tanpa aku" (anatta)


Numpang tanya, Bro fabian. Apakah pernyataan di bawah ini benar:

ALobha hanya merupakan fenomena batin tak lebih.
ADosa juga hanya merupakan merupakan fenomena batin, tak lebih.
AMoha hanya merupakan fenomena batin tak lebih.
Ketiga sifat ini bisa muncul dan lenyap kembali (anicca), tak memuaskan (dukkha) dan "tanpa aku" (anatta)

 

anything