//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa  (Read 41272 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« on: 25 November 2009, 08:13:16 PM »
Quote
Quote
memang benar , Luanta menangis seperti yg dilihat di foto,itu seperti terbawa perasaan....awalnya saya curiga apa benar sih beliau "arahat"

tapi apa 1 bikkhu Thailand. mengatakan pada saya...
" di Thai ilmu-ilmu gaib itu sangat tinggi,apabila Luanta mengatakan bahwa  dirinya-arahat...tentu banyak yg mau "TES",benar atau tidak....
dan lagi jika bohong, pastilah umur nya pendek....
apalagi raja Thai pernah namsakara sama beliau, tentu raja tidak asal datang ke penjual kecap tanpa bukti...
kemungkinan raja sudah menanyakan kebenaran tersebut pada "sangharaja Thai[somdet nanasamvara]"

saya juga pernah ketemu dengan Bhante bourkry, beliau jika ada hal lucu, beliau tertawa kok...tapi tidak tertawa terbahak-bahak...senyum-senyum khas beliau lah...kek senyum nya AjahnChah....

Ikut nambahin ah... dan sekedar share aja ....^-^
Apa yg ada di buku arahat magga-phala mengenai pencapaian beliau adalah tentang yg terakhir saja, jadi bukan langsung hap...Kalau dibaca teliti, ada sesuatu yg mengkonfirmasi yg pasti ada kaitannya dalam sutta dan abhidhamma...(tapi biarlah waktu yg menjelaskan)
Seperti Bahiya adalah arahat tercepat, apakah ini langsung? kelihatan saja langsung  ;D

Saudara Bond yang baik, saya mengerti bahwa saudara sangat mengagumi beliau. Yang saya baca disana tidak tersirat beliau sudah Anagami pada saat itu.

Om Fabian yang baik pula, memang tidak dijelaskan beliau sudah anagami, itu yg diceritakan hanya sepenggal sebelum pencapaian akhir. Banyak bhikkhu lainnya yang saya kagumi juga koq...seperti Paauk, Ajahn Brahm, Ajahn Chah, Ajahn Mun, Bhante Pannavaro, Mahasi, Bhante Thitaketuko dll.Dan sangha pada umumnya.


Quote
Kalaupun saat menangis Luangta Mahaboowa belum mencapai arahat, bagaimana dengan sekarang?. Kalau tidak salah kejadian itu sekitar 2002-2004. Ada yg bisa memastikan kondisi batin beliau sekarang atau pencapaian ariya apa yg dicapai beliau? ingat hukum anicca..dan sayang sekali Sang Buddha sudah tidak ada lagi secara fisik, jika ada maka kemungkinan seperti kasus Pilinda Vacca dan Bhikkhu arahat yg bunuh diri bisa terpecahkan.
Kalau saya pribadi ngak tau...hanya saya percaya saja dia Arahat. Tapi yang ngak percaya juga ngak apa-apa, itulah indahnya dinamika perbedaan pandangan pada putthujana.

saya tak mau berspekulasi mengenai yang sekarang. Pada waktu itu beliau pasti bukan Arahat.

Kalau waktu beliau menangis  saya no comment karena tidak tau persis secara keseluruhan kecuali saya seorang Buddha. Nah maksudnya saya untuk pertanyaan saya untuk semuanya tidak mbah Fabian aja, adalah agar kita menilai orang bukan karena masa lalunya karena suatu kontroversinya saja tetapi saat kini, ada kalanya orang khilaf, bahkan arahat pun bisa melakukan kesalahan kecil.

Quote
Yang terakhir... Di Thailand tentu banyak bhikkhu yg mahir, bahkan Luangta pun sering memuji koleganya (murid2 Ajahn Mun lainnya) dan sekarang tentu juga banyak bhikkhu yg luar biasa hebat tetapi mengapa ia juga sangat dihormati dan dicintai seluruh rakyat Thailand dan Kerajaan Thailand. Apakah seorang Luangta tidak ada ujian2 apa yg ia nyatakan? Bahkan kemanapun Luangta pergi pemerintah Thai dengan sukarela mengawal beliau sekalipun tidak ia inginkan. Jadi kalau lewat jalan darat , sudah seperti presiden lewat. Mengapa bisa demikian?yang pasti dan saya ketahui langsung bahwa beliau dianggap sebagai asset negara yg harus dijaga dengan sangat baik.
Kemegahan yang didapat seorang bhikkhu bukan karena dia Arahat atau bukan.

Betul mbah, tapi tentu ada hal yg luar biasa bukan?

Quote
Di dalam Wat Barn Tad tempat beliau tinggal ada Kuti khusus Putri Raja Thailand dan putri raja Thai tersebut dalam setahun pasti retreat disana. Kuti putri raja tersebut adalah terbaik diantara kuti2 bhikkhu, termasuk kuti Luangta kalah bagus. Beliau hanya tinggal pada kuti yg sederhana.
Dan perlu di ketahui bahwa Luangta memiliki andil dalam pemulihan krisis ekonomi Thailand saat 1998 dengan meminta seluruh rakyat Thai mengumpulkan emas untuk disumbangkan pada pemerintah Thailand. Bahkan terakhir ketika saya bertemu beliau umat2 Thai meminta agar Luangta dijaga kesehatannya agar panjang umur. Dan umat meminta Luangta menjadi kepala proyek rumah sakit(simbolis) untuk para bhikkhu dan dapat dipergunakan secara umum juga, agar para bhikkhu dirawat secara layak. Kalau kita pernah mendengar bagaimana Ajahn Brahm dirawat di rumah sakit Thai, mungkin itu salah satu alasan mengapa rumah sakit untuk bhikkhu dibuat.

Apakah karena hal ini kita menduga beliau Arahat? Saya tak mau berkomentar hal miring lainnya mengenai pengumpulan sumbangan emas pada waktu krisis moneter tersebut.

Tentu itu bukan patokannya juga bahwa dia sebagai arahat, cuma kita sebagai putthujana hendaknya tidak melihat kesalahan/kelalaian jika itu memang salah atau lalai sebagai justifikasi selamanya. Ada juga suatu sisi yg mulia apalagi beliau kan juga latihannya tidak sembrono dibandingkan kita.

 Kalau mengenai hal miring lainnya tentang pengumpulan emas...saya tidak tau...yang pasti kalo yg sudah menilai dia miring atau antipati apapun bisa ditulis miring,dan yang pasti dari pengumpulan itu hasil nyatanya sukses. Tapi ini bukan tentang ko Fabian ya(bagi saya mbah lebih berpengalaman dalam hal meditasi dari saya  ;D)...jadi sekedar share aja..


Quote
Sekali lagi apapun komentar2 miring orang tentang Luangta. Saya hanya bisa mengatakan he is a HOLY GREAT MAN. datang dan lihatlah langsung pengabdian beliau terhadap Dhamma. Apa yg telah kita lakukan dibandingkan beliau ?

Saya kira ini tidak relevan, saya hanya mengatakan seseorang yang masih menangis bukan Arahat.


Mbah pernyataan diatas sekali lagi tidak dimaksudkan untuk mbah...jangan salah paham dulu nih...kan saya uda bilang kalo dibilang belum arahat juga tidak mengapa karena itulah keindahan perbedaan pendapat putthujhana. Miring disini yg saya maksudkan adalah bila seseorang menjudgment bahwa dia adalah bhikkhu yg menyesatkan kira2 begitu arti yg saya maksud. ^-^

Quote
dan tidak saja beliau tetapi para bhikkhu yang berjuang dalam Dhamma. Yang pasti kalau saya sendiri hanya putthujana yg masih meraba-raba kebenaran yg masih terombang-ambing dengan ketidakpastian. Saya merasa harus menyatakan ini semua agar kita lebih waspada membicarakan orang2 yg sudah lebih lanjut berlatih apalagi disinyalir ariya pugala dengan semangat ehipasiko.

Saudara Bond yang baik,  saya tidak mengatakan beliau bukan Ariya Puggala, saya hanya mengatakan bahwa menurut Tipitaka orang menangis pasti bukan Arahat, entah bhikkhu atau umat awam. .

Kembali lagi bukan dimaksudkan ke mbah, ini hanya pernyataan informatif sebagai nasihat. Saya tau mbah ada tulis dia bukan arahat, tetapi  pernah ngomong dan tulis bahwa beliau mungkin ariya pugala.

Quote
Mengenai Ajahn Brahm dan Thanisaro jika mereka menulis hanya melalui jhana ada kemungkinan mereka berbicara berdasarkan pengalaman pribadi yg dikaitkan dengan sutta.
Mungkin ya...mungkin tidak... we don't know..

Quote
Sorry OOT _/\_
Saya juga mohon maaf jika pernyataan sya mengenai Luangta Mahaboowa menyinggung perasaan saudara Bond.  ^:)^

Santai aja om, saya hanya ingin memberikan berita berimbang, bisa dibayangkan bila seorang sudah melatih susah payah, lalu diberitakan hal yg tidak sesuai hingga membentuk opini umum apalagi timbul akusala citta bagi pembaca, tentu situasi ini tidak menguntungkan bukan..(hukum kamma)
Karena saya telah melihat dengan mata kepala saya sendiri mengenai perilaku beliau lalu saya bandingkan dengan perilaku Luangpu Santiwarayan  dan ada Luangpu Lee yg juga dipercaya sebagai arahat(dalam hal ini saya tidak mengajak pembaca untuk percaya tapi buktikan sendiri)hampir semuanya memiliki ciri khas yg hampir sama. Bayangkan jika ada setiap bhikkhu yg kontroversi dimana kita belum hidup bersama dan melihat langsung perilakunya lalu meneliti lebih lanjut dan hanya dari buku atau orang lain dan desas-desus lalu menyimpulkan maka suasana ini tidak kondusif. Dan ini tidak berlaku tentang Luangta saja, tetapi juga Bhikkhu lainnya. Bisa dibayangkan mereka yg minim pengetahuan Dhamma terbawa pada suatu pandangan yg mana kita sebagai puthujana belum tentu benar, apa yg terjadi.Syukur kalau mereka cukup dewasa menyikapi apalagi ini forum terbuka. Tapi semua ini tidak ada maksud mengkritik mbah Fabian, sebagai tukar pikiran santai aja.  Dan saya jujur katakan pada saat saya sudah bertemu Luangta pun saya masih ragu, tetapi setelah melihat perilaku, pandangan dan diteliti dengan berbagai sutta dan ini memakan waktu 1-2 bulan barulah saya memiliki keyakinan. Dan disamping itu jauh sebelum saya tau yang namanya Luangta bahkan DC,  saya ada pengalaman unik tersendiri tentang beliau. Sehingga apa yang saya katakan ini adalah juga suatu pengalaman langsung tanpa ada niat terhadap orang lain untuk percaya pada saya tapi berharap direnungkan untuk kebaikan bersama.
Kalau ada salah kata saya juga minta maaf mbah ^:)^

 _/\_




« Last Edit: 25 November 2009, 09:49:25 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #1 on: 26 November 2009, 01:21:19 AM »
Quote
Quote
memang benar , Luanta menangis seperti yg dilihat di foto,itu seperti terbawa perasaan....awalnya saya curiga apa benar sih beliau "arahat"

tapi apa 1 bikkhu Thailand. mengatakan pada saya...
" di Thai ilmu-ilmu gaib itu sangat tinggi,apabila Luanta mengatakan bahwa  dirinya-arahat...tentu banyak yg mau "TES",benar atau tidak....
dan lagi jika bohong, pastilah umur nya pendek....
apalagi raja Thai pernah namsakara sama beliau, tentu raja tidak asal datang ke penjual kecap tanpa bukti...
kemungkinan raja sudah menanyakan kebenaran tersebut pada "sangharaja Thai[somdet nanasamvara]"

saya juga pernah ketemu dengan Bhante bourkry, beliau jika ada hal lucu, beliau tertawa kok...tapi tidak tertawa terbahak-bahak...senyum-senyum khas beliau lah...kek senyum nya AjahnChah....

Ikut nambahin ah... dan sekedar share aja ....^-^
Apa yg ada di buku arahat magga-phala mengenai pencapaian beliau adalah tentang yg terakhir saja, jadi bukan langsung hap...Kalau dibaca teliti, ada sesuatu yg mengkonfirmasi yg pasti ada kaitannya dalam sutta dan abhidhamma...(tapi biarlah waktu yg menjelaskan)
Seperti Bahiya adalah arahat tercepat, apakah ini langsung? kelihatan saja langsung  ;D

Saudara Bond yang baik, saya mengerti bahwa saudara sangat mengagumi beliau. Yang saya baca disana tidak tersirat beliau sudah Anagami pada saat itu.

Om Fabian yang baik pula, memang tidak dijelaskan beliau sudah anagami, itu yg diceritakan hanya sepenggal sebelum pencapaian akhir. Banyak bhikkhu lainnya yang saya kagumi juga koq...seperti Paauk, Ajahn Brahm, Ajahn Chah, Ajahn Mun, Bhante Pannavaro, Mahasi, Bhante Thitaketuko dll.Dan sangha pada umumnya.


Quote
Kalaupun saat menangis Luangta Mahaboowa belum mencapai arahat, bagaimana dengan sekarang?. Kalau tidak salah kejadian itu sekitar 2002-2004. Ada yg bisa memastikan kondisi batin beliau sekarang atau pencapaian ariya apa yg dicapai beliau? ingat hukum anicca..dan sayang sekali Sang Buddha sudah tidak ada lagi secara fisik, jika ada maka kemungkinan seperti kasus Pilinda Vacca dan Bhikkhu arahat yg bunuh diri bisa terpecahkan.
Kalau saya pribadi ngak tau...hanya saya percaya saja dia Arahat. Tapi yang ngak percaya juga ngak apa-apa, itulah indahnya dinamika perbedaan pandangan pada putthujana.

saya tak mau berspekulasi mengenai yang sekarang. Pada waktu itu beliau pasti bukan Arahat.

Kalau waktu beliau menangis  saya no comment karena tidak tau persis secara keseluruhan kecuali saya seorang Buddha. Nah maksudnya saya untuk pertanyaan saya untuk semuanya tidak mbah Fabian aja, adalah agar kita menilai orang bukan karena masa lalunya karena suatu kontroversinya saja tetapi saat kini, ada kalanya orang khilaf, bahkan arahat pun bisa melakukan kesalahan kecil.

Quote
Yang terakhir... Di Thailand tentu banyak bhikkhu yg mahir, bahkan Luangta pun sering memuji koleganya (murid2 Ajahn Mun lainnya) dan sekarang tentu juga banyak bhikkhu yg luar biasa hebat tetapi mengapa ia juga sangat dihormati dan dicintai seluruh rakyat Thailand dan Kerajaan Thailand. Apakah seorang Luangta tidak ada ujian2 apa yg ia nyatakan? Bahkan kemanapun Luangta pergi pemerintah Thai dengan sukarela mengawal beliau sekalipun tidak ia inginkan. Jadi kalau lewat jalan darat , sudah seperti presiden lewat. Mengapa bisa demikian?yang pasti dan saya ketahui langsung bahwa beliau dianggap sebagai asset negara yg harus dijaga dengan sangat baik.
Kemegahan yang didapat seorang bhikkhu bukan karena dia Arahat atau bukan.

Betul mbah, tapi tentu ada hal yg luar biasa bukan?

Quote
Di dalam Wat Barn Tad tempat beliau tinggal ada Kuti khusus Putri Raja Thailand dan putri raja Thai tersebut dalam setahun pasti retreat disana. Kuti putri raja tersebut adalah terbaik diantara kuti2 bhikkhu, termasuk kuti Luangta kalah bagus. Beliau hanya tinggal pada kuti yg sederhana.
Dan perlu di ketahui bahwa Luangta memiliki andil dalam pemulihan krisis ekonomi Thailand saat 1998 dengan meminta seluruh rakyat Thai mengumpulkan emas untuk disumbangkan pada pemerintah Thailand. Bahkan terakhir ketika saya bertemu beliau umat2 Thai meminta agar Luangta dijaga kesehatannya agar panjang umur. Dan umat meminta Luangta menjadi kepala proyek rumah sakit(simbolis) untuk para bhikkhu dan dapat dipergunakan secara umum juga, agar para bhikkhu dirawat secara layak. Kalau kita pernah mendengar bagaimana Ajahn Brahm dirawat di rumah sakit Thai, mungkin itu salah satu alasan mengapa rumah sakit untuk bhikkhu dibuat.

Apakah karena hal ini kita menduga beliau Arahat? Saya tak mau berkomentar hal miring lainnya mengenai pengumpulan sumbangan emas pada waktu krisis moneter tersebut.

Tentu itu bukan patokannya juga bahwa dia sebagai arahat, cuma kita sebagai putthujana hendaknya tidak melihat kesalahan/kelalaian jika itu memang salah atau lalai sebagai justifikasi selamanya. Ada juga suatu sisi yg mulia apalagi beliau kan juga latihannya tidak sembrono dibandingkan kita.

 Kalau mengenai hal miring lainnya tentang pengumpulan emas...saya tidak tau...yang pasti kalo yg sudah menilai dia miring atau antipati apapun bisa ditulis miring,dan yang pasti dari pengumpulan itu hasil nyatanya sukses. Tapi ini bukan tentang ko Fabian ya(bagi saya mbah lebih berpengalaman dalam hal meditasi dari saya  ;D)...jadi sekedar share aja..


Quote
Sekali lagi apapun komentar2 miring orang tentang Luangta. Saya hanya bisa mengatakan he is a HOLY GREAT MAN. datang dan lihatlah langsung pengabdian beliau terhadap Dhamma. Apa yg telah kita lakukan dibandingkan beliau ?

Saya kira ini tidak relevan, saya hanya mengatakan seseorang yang masih menangis bukan Arahat.


Mbah pernyataan diatas sekali lagi tidak dimaksudkan untuk mbah...jangan salah paham dulu nih...kan saya uda bilang kalo dibilang belum arahat juga tidak mengapa karena itulah keindahan perbedaan pendapat putthujhana. Miring disini yg saya maksudkan adalah bila seseorang menjudgment bahwa dia adalah bhikkhu yg menyesatkan kira2 begitu arti yg saya maksud. ^-^

Quote
dan tidak saja beliau tetapi para bhikkhu yang berjuang dalam Dhamma. Yang pasti kalau saya sendiri hanya putthujana yg masih meraba-raba kebenaran yg masih terombang-ambing dengan ketidakpastian. Saya merasa harus menyatakan ini semua agar kita lebih waspada membicarakan orang2 yg sudah lebih lanjut berlatih apalagi disinyalir ariya pugala dengan semangat ehipasiko.

Saudara Bond yang baik,  saya tidak mengatakan beliau bukan Ariya Puggala, saya hanya mengatakan bahwa menurut Tipitaka orang menangis pasti bukan Arahat, entah bhikkhu atau umat awam. .

Kembali lagi bukan dimaksudkan ke mbah, ini hanya pernyataan informatif sebagai nasihat. Saya tau mbah ada tulis dia bukan arahat, tetapi  pernah ngomong dan tulis bahwa beliau mungkin ariya pugala.

Quote
Mengenai Ajahn Brahm dan Thanisaro jika mereka menulis hanya melalui jhana ada kemungkinan mereka berbicara berdasarkan pengalaman pribadi yg dikaitkan dengan sutta.
Mungkin ya...mungkin tidak... we don't know..

Quote
Sorry OOT _/\_
Saya juga mohon maaf jika pernyataan sya mengenai Luangta Mahaboowa menyinggung perasaan saudara Bond.  ^:)^

Santai aja om, saya hanya ingin memberikan berita berimbang, bisa dibayangkan bila seorang sudah melatih susah payah, lalu diberitakan hal yg tidak sesuai hingga membentuk opini umum apalagi timbul akusala citta bagi pembaca, tentu situasi ini tidak menguntungkan bukan..(hukum kamma)
Karena saya telah melihat dengan mata kepala saya sendiri mengenai perilaku beliau lalu saya bandingkan dengan perilaku Luangpu Santiwarayan  dan ada Luangpu Lee yg juga dipercaya sebagai arahat(dalam hal ini saya tidak mengajak pembaca untuk percaya tapi buktikan sendiri)hampir semuanya memiliki ciri khas yg hampir sama. Bayangkan jika ada setiap bhikkhu yg kontroversi dimana kita belum hidup bersama dan melihat langsung perilakunya lalu meneliti lebih lanjut dan hanya dari buku atau orang lain dan desas-desus lalu menyimpulkan maka suasana ini tidak kondusif. Dan ini tidak berlaku tentang Luangta saja, tetapi juga Bhikkhu lainnya. Bisa dibayangkan mereka yg minim pengetahuan Dhamma terbawa pada suatu pandangan yg mana kita sebagai puthujana belum tentu benar, apa yg terjadi.Syukur kalau mereka cukup dewasa menyikapi apalagi ini forum terbuka. Tapi semua ini tidak ada maksud mengkritik mbah Fabian, sebagai tukar pikiran santai aja.  Dan saya jujur katakan pada saat saya sudah bertemu Luangta pun saya masih ragu, tetapi setelah melihat perilaku, pandangan dan diteliti dengan berbagai sutta dan ini memakan waktu 1-2 bulan barulah saya memiliki keyakinan. Dan disamping itu jauh sebelum saya tau yang namanya Luangta bahkan DC,  saya ada pengalaman unik tersendiri tentang beliau. Sehingga apa yang saya katakan ini adalah juga suatu pengalaman langsung tanpa ada niat terhadap orang lain untuk percaya pada saya tapi berharap direnungkan untuk kebaikan bersama.
Kalau ada salah kata saya juga minta maaf mbah ^:)^

 _/\_





Saudara Bond yang baik,
Saya rasa saya tidak pernah beranggapan bahwa seorang bhikkhu menangis adalah sesat
atau seorang bhikkhu marah-marah jahat, sama-sekali tidak demikian, menangis, tertawa dan marah-marah adalah hal yang wajar bagi orang yang belum sepenuhnya terbebaskan.

Saya hanya menekankan bahwa menangis tidak akan terjadi pada Arahat.
Sama tidak mungkinnya seorang Arahat tertawa terbahak-bahak.

Menangis karena persepsi, tertawa juga karena persepsi, seorang Arahat tak pernah mempersepsikan segala sesuatu (atau mengkonsepkan segala sesuatu), karena batinnya senantiasa melihat segala sesuatu apa adanya. Jadi tak mungkin Arahat menangis atau tertawa.
Semoga menjadi jelas.

 _/\_
« Last Edit: 26 November 2009, 01:22:57 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #2 on: 26 November 2009, 09:27:27 AM »
Quote
by Fabian
Saudara Bond yang baik,
Saya rasa saya tidak pernah beranggapan bahwa seorang bhikkhu menangis adalah sesat
atau seorang bhikkhu marah-marah jahat, sama-sekali tidak demikian, menangis, tertawa dan marah-marah adalah hal yang wajar bagi orang yang belum sepenuhnya terbebaskan.

Ko Fabian yg baik,

Saya tidak pernah mengatakan mbah beranggapan demikian....yang saya tulis adalah bersifat informatif dan umum serta ada penjelasan tidak dimaksudkan kepada mbah. Coba mbah baca pelan2 pernyataan saya dengan jelas dibawah ini dan saya garis bawahi :


"Mbah pernyataan diatas sekali lagi tidak dimaksudkan untuk mbah...jangan salah paham dulu nih...kan saya uda bilang kalo dibilang belum arahat juga tidak mengapa karena itulah keindahan perbedaan pendapat putthujhana. Miring disini yg saya maksudkan adalah bila seseorang menjudgment bahwa dia adalah bhikkhu yg menyesatkan kira2 begitu arti yg saya maksud.[/b]" chuckle

Quote
Saya hanya menekankan bahwa menangis tidak akan terjadi pada Arahat.
Sama tidak mungkinnya seorang Arahat tertawa terbahak-bahak.

Menangis karena persepsi, tertawa juga karena persepsi, seorang Arahat tak pernah mempersepsikan segala sesuatu (atau mengkonsepkan segala sesuatu), karena batinnya senantiasa melihat segala sesuatu apa adanya. Jadi tak mungkin Arahat menangis atau tertawa.
Semoga menjadi jelas.

Mbah mau tanya, mbah mengatakan Luangta menangis bukan arahat karena ekspresi luar atau memang telah melihat seluruh proses batin saat itu terjadi pada diri Luangta? Dan Luangta sendiri telah menjelaskan alasannya. Tapi tak mengapa kalau mbah tidak bisa menerima alasan itu.

Saya juga mau tanya Mbah ada arahat yang berbicara kasar contoh Pilinda vacca yang suka memanggil orang dengan sebutan 'wretch' atau orang malang/kasta rendah bukankah ini juga sering terjadi pada orang yg belum arahat . Tetapi SB dengan pasti menjelaskan mengapa Pilinda Vacca demikian tanpa mencelanya sama sekali bahkan memaklumi. Dan yang dilihat SB itu adalah kondisi batin saat itu. Katakan Pilinda Vacca ada pada sekarang, tidak ada SB yg menjelaskan dan tidak ada di Tipitaka. Apakah mbah juga berkesimpulan bahwa Pilinda Vacca juga bukan arahat? atau no comment?

Yang Kedua. Arahat yg bunuh diri, jika itu terjadi pada saat sekarang dan tidak ada SB yang menjelaskan dan tentunya dan pasti tidak tertulis dalam Tipitaka, bahkan Sariputta pun tidak tahu bhikkhu itu sudah arahat dan melarangnya. maka apa pendapat mbah Fabian tentang Bhikkhu arahat yang bunuh diri itu jika itu terjadi saat kini? Apakah pendapat mbah Fabian, apakah mengatakan juga bahwa Bhikkhu arahat yang bunuh diri itu bukan arahat karena tidak ada di Tipitaka atau mengatakan dia bukan arahat karena tidak upekha terhadap rasa sakit atau no comment..?

Arahat yang bunuh diri itu kalau tidak salah karena ia ingin mengakhiri rasa sakit yang berkepanjangan, pertanyaan kritisnya kenapa ngak biarkan sampai mati dengan sendirinya? berarti batinnya belum upekha dong----> ini kalau kita mau menilai secara awam.

Bunuh diri adalah hal yg paling tidak lazim dan tak ada satu agamapun yg menganjurkan ataupun secara sistim sosial kemasyarakatan pada umumnya. Bahkan Berbicara kasar tanpa melihat situasi kondisi adalah kurang bijaksana, apakah Pilinda Vacca juga kurang bijaksana?

Kedua contoh yang saya berikan lebih ekstrem dari Arahat menangis....sama halnya secara awam kita bisa menilai menangis karena persepsi.
dsb....tapi benarkah demikian 100% kita memastikan seperti SB memastikan.
?

Dan kedua apakah seorang arahat tidak bisa berpersepsi jika dikehendaki, seperti mengatakan 'ini manis' atau itu 'pahit' kalau jawabanya upekha terhadap persepsi kembali kepada arahat bunuh diri yg tidak upekha terhadap rasa sakit, atau kurang bijaksananya Pilinda Vacca.

Saya pribadi menyikapi dengan no comment. Sekalipun saya percaya Luangta Arahat itu sebatas keyakinan saya dari hati yang terdalam. Sama halnya umat awam yang memiliki keyakinan pada Buddha dan arahat2nya pada jaman Sang Buddha, sekalipun umat itu tidak tahu persis batin Buddha tapi mereka mengerti melalui hati mereka. Demikian terhadap  Luangta sebagai Sangha termasuk Bhikkhu2 lainnya.

mettacitena, _/\_




Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #3 on: 26 November 2009, 09:52:23 AM »
Quote
Arahat yang bunuh diri itu kalau tidak salah karena ia ingin mengakhiri rasa sakit yang berkepanjangan, pertanyaan kritisnya kenapa ngak biarkan sampai mati dengan sendirinya? berarti batinnya belum upekha dong----> ini kalau kita mau menilai secara awam

Ada referensi mengenai ini Bro? sepanjang sutta+komentar yang saya pernah baca, semua kasus bunuh diri dilakukan sebelum pencapaian Arahat, dan menjadi Arahat sesaat sebelum meninggal dunia

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #4 on: 26 November 2009, 10:02:54 AM »
Quote
Arahat yang bunuh diri itu kalau tidak salah karena ia ingin mengakhiri rasa sakit yang berkepanjangan, pertanyaan kritisnya kenapa ngak biarkan sampai mati dengan sendirinya? berarti batinnya belum upekha dong----> ini kalau kita mau menilai secara awam

Ada referensi mengenai ini Bro? sepanjang sutta+komentar yang saya pernah baca, semua kasus bunuh diri dilakukan sebelum pencapaian Arahat, dan menjadi Arahat sesaat sebelum meninggal dunia


Ok, itu ada yang menerangkan dan tertulis dalam sutta. Dan memang saya pernah baca dan demikian alasannya. Karena saat itu Sang Buddha yang menjelaskan prosesnya kan? Tapi bila hal itu terjadi pada saat sekarang dan berarti dan tentunya tidak tertulis di Tipitaka? lalu apa respon kita?.

Dan kalaupun itu dijadikan pembenaran, nantinya ada bhikkhu bunuh diri lalu mengatakan demikianlah cara untuk mencapai kerahatan. Unik juga ya...he..he

Bagaimana dengan Pilinda Vacca jika terjadi pada saat ini?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #5 on: 26 November 2009, 12:12:28 PM »
Luanta Mahaboowa kalo bagian dari pesamuan Sangha Mahayana mungkin tidak akan timbul kontroversi. hehe..
Karena dalam MahaParinirvana Sutra , Y.A MahaKasyapa juga turut menangis ketika menerima kabar Sang Buddha telah Mahaparinirvana.


 

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #6 on: 26 November 2009, 12:36:39 PM »
^
^

:))

Boleh juga kalo di tulis di thread mahayana referensi Mahakasyapa menangis(biar ada hot topik). Hanya nampaknya ada perbedaan dalam mengapa menangisnya...

Kalo prinsip jalan tengahnya nanti muncul aliran baru Mahatherayana. ^-^

« Last Edit: 26 November 2009, 12:38:59 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #7 on: 26 November 2009, 12:42:10 PM »
^
^

:))

Boleh juga kalo di tulis di thread mahayana.

Kalo prinsip jalan tengahnya nanti muncul aliran baru Mahatherayana. ^-^


hm..boleh dipertimbangkan..haha
kecenderungan saya, mengagumi Mahayana sekaligus Theravada. Kontradiktif kah? Ga juga, enjoy aja.. malah.. ;D

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #8 on: 26 November 2009, 03:21:55 PM »
Quote
Arahat yang bunuh diri itu kalau tidak salah karena ia ingin mengakhiri rasa sakit yang berkepanjangan, pertanyaan kritisnya kenapa ngak biarkan sampai mati dengan sendirinya? berarti batinnya belum upekha dong----> ini kalau kita mau menilai secara awam

Ada referensi mengenai ini Bro? sepanjang sutta+komentar yang saya pernah baca, semua kasus bunuh diri dilakukan sebelum pencapaian Arahat, dan menjadi Arahat sesaat sebelum meninggal dunia

bhikkhu Channa... suttanya saya lupa... jika ada yg berkondisi tolong dipostkan...

Luanta Mahaboowa kalo bagian dari pesamuan Sangha Mahayana mungkin tidak akan timbul kontroversi. hehe..
Karena dalam MahaParinirvana Sutra , Y.A MahaKasyapa juga turut menangis ketika menerima kabar Sang Buddha telah Mahaparinirvana.


 
saya sih tidak meragukan arahat kalau menangis,
tetapi lebih meragukan penjelasan nibbana dari Luangta tentang citta setelah nibbana...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #9 on: 26 November 2009, 04:14:53 PM »
tahukah alasan mengapa Luanta menyampaikan apa yang ia capai?

mari kita simak Lohicca sutta.
Quote
[224] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika, Sang Bhagavà sedang mengunjungi Kosala bersama lima ratus bhikkhu, dan, sampai di Sàlavatikà, Beliau menetap di sana. Dan pada saat itu, Brahmana Lohicca sedang menetap di Sàlavatikà, tempat yang ramai, banyak rumput, kayu, air, dan jagung, yang dianugerahkan kepadanya oleh Raja Pasenadi dari Kosala sebagai anugerah kerajaan lengkap dengan kekuasaan kerajaan.
2. Saat itu, suatu pemikiran buruk muncul dalam benak Lohicca: ‘Andaikan seorang petapa atau Brahmana menemukan suatu ajaran yang baik,232 setelah menemukannya, ia tidak harus menyatakannya kepada orang lain; karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Bagaikan seseorang, setelah memutuskan belenggu lama, membuat belenggu yang baru. Aku menyatakan bahwa hal demikian adalah suatu perbuatan buruk yang berakar pada kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?’
3. Kemudian Lohicca mendengar bahwa Petapa Gotama telah tiba di Sàlavatikà, dan bahwa sehubungan dengan Sang Bhagavà, suatu berita baik telah beredar … (seperti Sutta 4, paragraf 2). [225] ‘Dan sesungguhnya adalah baik sekali menemui Arahat demikian.’

Quote
9. Maka Sang Bhagavà datang ke kediaman Lohicca, dan duduk di tempat [227] yang telah disediakan. Lohicca secara pribadi melayani Sang Buddha dan para bhikkhu dengan berbagai makanan keras dan lunak hingga mereka puas dan kenyang. Ketika Sang Bhagavà menarik tangan-Nya dari mangkuk, Lohicca mengambil bangku kecil dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavà berkata kepadanya: ‘Lohicca, benarkah bahwa suatu pikiran jahat muncul dalam benakmu … (seperti paragraf 2)?’ ‘Benar, Yang Mulia Gotama.’
dan sang buddha menjawab

10. ‘Bagaimana menurutmu, Lohicca? Bukankah engkau menetap di Sàlavatikà?’ ‘Ya, Yang Mulia Gotama.’ ‘Sekarang, jika seseorang mengatakan: “Brahmana Lohicca menetap di Sàlavatikà, dan ia menikmati seluruh buah dan penghasilan dari Sàlavatikà, tidak membaginya kepada siapa pun” – Bukankah orang yang mengatakan hal ini akan menjadi sumber bahaya bagi wargamu?’ ‘Ia dapat menjadi sumber bahaya, Yang Mulia Gotama.’
‘Dan dengan demikian, apakah ia memerhatikan kesejahteraan mereka atau tidak?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’
‘Dan, dengan tidak memerhatikan kesejahteraan mereka, apakah hatinya dipenuhi cinta kasih terhadap mereka, ataukah kebencian?’ ‘Kebencian, Yang Mulia Gotama.’
‘Dan dengan hati penuh kebencian, apakah ada pandangan salah ataukah pandangan benar?’ ‘Pandangan salah, Yang Mulia Gotama.’ [228]
‘Tetapi, Lohicca, Aku menyatakan bahwa pandangan salah akan mengarah menuju salah satu dari dua alam tujuan kelahiran – neraka atau alam binatang.233’
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #10 on: 26 November 2009, 05:22:59 PM »
MN 144: Channovada Sutta(Advice to Venerable Channa.)

I heard thus.

At one time the Blessed One lived in the squirrels’ sanctuary in the bamboo grove in Rajagaha. At that time, venerable Sariputta, venerable Mahacunda and venerable Channa lived on the Gijjha peak. At that time venerable Channa was seriously ill. Venerable Sariputta getting up from his seclusion in the evening approached venerable Mahacunda and said. ‘Friend, Chunda, let’s approach venerable Channa to inquire about his health.’ Venerable Mahacunda accepting venerable Sariputta’s suggestion, both approached venerable Channa. After exchanging friendly greetings with venerable Channa they sat on a side and venerable Sariputta said. ‘ Friend, Channa, how are you feeling? Would you survive? Are the unpleasant feelings decreasing or increasing? Do the feelings show the increasing end or the decreasing end?’

‘Friend, Sariputta, I do not feel well, will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, my top hurts a lot. I feel as though a strong man was giving me a headdress with a strong headband. I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, my belly hurts a lot as though a lot of air was turning about in my belly. I feel as though a clever butcher or his apprentice was carving my belly with a sharp butcher’s knife I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, there is a lot of burning in my body. I feel as though two strong men taking me by my hands and feet are pulling me to a pit of burning embers and are scorching and burning me. I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, I will take a weapon to end life.’

‘Friend, Channa, do not take a weapon, do survive. We desire that you survive. If venerable Channa does not get suitable nourishment, I will find them for venerable Channa. If venerable Channa does not get suitable medical requisites, I will find them for venerable Channa.. If venerable Channa does not have a suitable attendant, I will attend to venerable Channa. Friend, Channa, do not take a weapon, do survive. We desire that you survive.

‘Friend, Sariputta, it is not that I’m in want of suitable nourishment, or suitable medical requisites, or a suitable attendant, yet my duties by the Teacher are done long ago, with pleasure and not with displeasure.

Friend, Sariputta, for a disciple who has done his duties by the Teacher pleasantly, there is nothing wrong if he takes a weapon to end life, remember it as that.’

‘Friend Channa, I will ask a certain question if venerable Channa would volunteer to explain.’

‘Friend, Sariputta, ask, I will explain.’

‘Friend, Channa, is your reflection, eye, eye-consciousness, and things cognizable by eye consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, ear, ear-consciousness, and things cognizable by ear -consciousness, are me, I’m in them and they are self? Is your reflection, nose, nose-consciousness, and things cognizable by nose-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, tongue, tongue-consciousness, and things cognizable by tongue-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, body, body-consciousness, and things cognizable by body-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, mind, mind-consciousness, and things cognizable by mind-consciousness, are me, I’m in them, they are self?

‘Friend, Sariputta, eye, eye-consciousness, and things cognizable by eye consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, ear, ear-consciousness, and things cognizable by ear -consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, nose, nose-consciousness, and things cognizable by nose-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, tongue, tongue-consciousness, and things cognizable by tongue-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, body, body-consciousness, and things cognizable by body-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self Friend, Sariputta, mind, mind-consciousness, and things cognizable by mind-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self.’

‘Friend, Channa, seeing what in the eye, eye-consciousness and things cognizable by eye-consciousness do you realize, eye, eye-consciousness and things cognizable by eye consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the ear, ear-consciousness and things cognizable by ear-consciousness do you realize, ear, ear-consciousness and things cognizable by ear consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the nose nose-consciousness and things cognizable by nose-consciousness do you realize, nose, nose-consciousness and things cognizable by nose consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness do you realize, taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness do you realize, body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness do you realize, mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self?

‘Friend, Sariputta seeing the cessation of the eye, eye-consciousness and things cognizable by eye-consciousness I realized, eye, eye-consciousness and things cognizable by eye consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of ear, ear-consciousness and things cognizable by ear-consciousness I realized, ear, ear-consciousness and things cognizable by ear consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta seeing cessation of the nose, nose-consciousness and things cognizable by nose-consciousness, I realized, nose, nose-consciousness and things cognizable by nose consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness I realized, taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of the body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness I realized, body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of the mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness I realized, mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self’

Then venerable Mahacunda said to venerable Channa. ‘Friend, Channa, constant attention should be given to this too in the dispensation of the Blessed One. To the settled there is change, to the not settled there is no change. (*1) When there is no change, there is delight. (*2) When there is delight, there is no inclination. (*3) When there is no inclination, there is no coming and going. (*4) When there is no coming and going, there is no disappearing and appearing (*5)When there is no disappearing and appearing, there is no here or there, or in between. (*6) That is the end of unpleasantness.

Venerable Sariputta and venerable Mahcunda having advised venerable Channa, in this manner got up from their seats and went away. Soon after they had gone venerable Channa took a weapon and put an end to his life. Then venerable Sariputta approached the Blessed One, worshipped, sat on a side and said.’Venerable sir, venerable Channa has put an end to his life, what are his movements after death?’

‘Sariputta, wasn’t the faultlessness of the bhikkhu Channa declared in your presence?’

‘Venerable sir, in Pabbajira, the village of the Vajjii’s, the families of venerable Channa’s friends, well -wishers and earlier relations live.’

‘Sariputta, there may be the families of venerable Channa’s friends, well-wishers and earlier relatives, I say, there is no fault to that extent. Sariputta, if someone gives up this body and seizes another, I say it is a fault. In the bhikkhu that fault is not apparent. Bhikkhu Channa took his life faultlessly.’

The Blessed One said thus and venerable Sariputta delighted in the words of the Blessed One.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #11 on: 26 November 2009, 05:28:25 PM »
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #12 on: 26 November 2009, 06:29:02 PM »
MN 144: Channovada Sutta(Advice to Venerable Channa.)

I heard thus.

At one time the Blessed One lived in the squirrels’ sanctuary in the bamboo grove in Rajagaha. At that time, venerable Sariputta, venerable Mahacunda and venerable Channa lived on the Gijjha peak. At that time venerable Channa was seriously ill. Venerable Sariputta getting up from his seclusion in the evening approached venerable Mahacunda and said. ‘Friend, Chunda, let’s approach venerable Channa to inquire about his health.’ Venerable Mahacunda accepting venerable Sariputta’s suggestion, both approached venerable Channa. After exchanging friendly greetings with venerable Channa they sat on a side and venerable Sariputta said. ‘ Friend, Channa, how are you feeling? Would you survive? Are the unpleasant feelings decreasing or increasing? Do the feelings show the increasing end or the decreasing end?’

‘Friend, Sariputta, I do not feel well, will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, my top hurts a lot. I feel as though a strong man was giving me a headdress with a strong headband. I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, my belly hurts a lot as though a lot of air was turning about in my belly. I feel as though a clever butcher or his apprentice was carving my belly with a sharp butcher’s knife I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, there is a lot of burning in my body. I feel as though two strong men taking me by my hands and feet are pulling me to a pit of burning embers and are scorching and burning me. I do not feel well and will not survive. My unpleasant feelings are severe and increasing, not decreasing. The unpleasant feelings are increasing until the end. Friend, Sariputta, I will take a weapon to end life.’

‘Friend, Channa, do not take a weapon, do survive. We desire that you survive. If venerable Channa does not get suitable nourishment, I will find them for venerable Channa. If venerable Channa does not get suitable medical requisites, I will find them for venerable Channa.. If venerable Channa does not have a suitable attendant, I will attend to venerable Channa. Friend, Channa, do not take a weapon, do survive. We desire that you survive.

‘Friend, Sariputta, it is not that I’m in want of suitable nourishment, or suitable medical requisites, or a suitable attendant, yet my duties by the Teacher are done long ago, with pleasure and not with displeasure.

Friend, Sariputta, for a disciple who has done his duties by the Teacher pleasantly, there is nothing wrong if he takes a weapon to end life, remember it as that.’

‘Friend Channa, I will ask a certain question if venerable Channa would volunteer to explain.’

‘Friend, Sariputta, ask, I will explain.’

‘Friend, Channa, is your reflection, eye, eye-consciousness, and things cognizable by eye consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, ear, ear-consciousness, and things cognizable by ear -consciousness, are me, I’m in them and they are self? Is your reflection, nose, nose-consciousness, and things cognizable by nose-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, tongue, tongue-consciousness, and things cognizable by tongue-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, body, body-consciousness, and things cognizable by body-consciousness, are me, I’m in them, they are self? Is your reflection, mind, mind-consciousness, and things cognizable by mind-consciousness, are me, I’m in them, they are self?

‘Friend, Sariputta, eye, eye-consciousness, and things cognizable by eye consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, ear, ear-consciousness, and things cognizable by ear -consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, nose, nose-consciousness, and things cognizable by nose-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, tongue, tongue-consciousness, and things cognizable by tongue-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self. Friend, Sariputta, body, body-consciousness, and things cognizable by body-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self Friend, Sariputta, mind, mind-consciousness, and things cognizable by mind-consciousness, are not me, I’m not in them, they are not self.’

‘Friend, Channa, seeing what in the eye, eye-consciousness and things cognizable by eye-consciousness do you realize, eye, eye-consciousness and things cognizable by eye consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the ear, ear-consciousness and things cognizable by ear-consciousness do you realize, ear, ear-consciousness and things cognizable by ear consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the nose nose-consciousness and things cognizable by nose-consciousness do you realize, nose, nose-consciousness and things cognizable by nose consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness do you realize, taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness do you realize, body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self? ‘Friend, Channa, seeing what in the mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness do you realize, mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self?

‘Friend, Sariputta seeing the cessation of the eye, eye-consciousness and things cognizable by eye-consciousness I realized, eye, eye-consciousness and things cognizable by eye consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of ear, ear-consciousness and things cognizable by ear-consciousness I realized, ear, ear-consciousness and things cognizable by ear consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta seeing cessation of the nose, nose-consciousness and things cognizable by nose-consciousness, I realized, nose, nose-consciousness and things cognizable by nose consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness I realized, taste, taste-consciousness and things cognizable by taste-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of the body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness I realized, body, body-consciousness and things cognizable by body-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self. Friend, Sariputta, seeing the cessation of the mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness I realized, mind, mind-consciousness and things cognizable by mind-consciousness are not me, I’m not in them and they are not self’

Then venerable Mahacunda said to venerable Channa. ‘Friend, Channa, constant attention should be given to this too in the dispensation of the Blessed One. To the settled there is change, to the not settled there is no change. (*1) When there is no change, there is delight. (*2) When there is delight, there is no inclination. (*3) When there is no inclination, there is no coming and going. (*4) When there is no coming and going, there is no disappearing and appearing (*5)When there is no disappearing and appearing, there is no here or there, or in between. (*6) That is the end of unpleasantness.

Venerable Sariputta and venerable Mahcunda having advised venerable Channa, in this manner got up from their seats and went away. Soon after they had gone venerable Channa took a weapon and put an end to his life. Then venerable Sariputta approached the Blessed One, worshipped, sat on a side and said.’Venerable sir, venerable Channa has put an end to his life, what are his movements after death?’

‘Sariputta, wasn’t the faultlessness of the bhikkhu Channa declared in your presence?’

‘Venerable sir, in Pabbajira, the village of the Vajjii’s, the families of venerable Channa’s friends, well -wishers and earlier relations live.’

‘Sariputta, there may be the families of venerable Channa’s friends, well-wishers and earlier relatives, I say, there is no fault to that extent. Sariputta, if someone gives up this body and seizes another, I say it is a fault. In the bhikkhu that fault is not apparent. Bhikkhu Channa took his life faultlessly.’

The Blessed One said thus and venerable Sariputta delighted in the words of the Blessed One.



Dalam sutta ini, memang tampak bahwa Bhikkhu Channa bunuh diri setelah beliau mencapai arahat. Akan tetapi, kitab komentar dari Sutta ini menjelaskan bahwa sesungguhnya beliau mencapai arahat sesaat setelah ia memotong tenggorokannya dengan pisau.. Saat mencoba bunuh diri, ia belum mencapai arahat.

Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?
sepertinya memang bunuh diri... Namun yang menjadi pertanyaan adalah yang dibunuh "diri" yang mana? Hehehe....

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #13 on: 26 November 2009, 06:30:05 PM »
Quote
saya sih tidak meragukan arahat kalau menangis,
tetapi lebih meragukan penjelasan nibbana dari Luangta tentang citta setelah nibbana...

Mengenai citta setelah nibbana. Banyak yg salah kaprah tentang pandangan Luangta Mahaboowa terhadap masalah ini. Semua trah/murid Ajahn Mun yg utama dalam tradisi dhutangga selalu menggunakan kata " CITTA" daripada menggunakan  kata "NAMA"  bahkan kadangkala menggunakan kata CITTA sebagai citta itu sendiri , saya pun tidak tahu alasannya. Tetapi pernah dibahas dalam penjelasan Luangta.  Sehingga kalau kita membaca tulisan Luangta atau pun murid utama Ajahn Mun berbicara tentang citta harus diperhatikan konteks kalimatnya agar tidak terjebak pada pengertian yg salah tentang citta . Kedua, audience saat Luangta berbicara adalah umat awam yg tidak semuanya mengerti bahasa kitab suci Tipitaka. Sehingga kata citta digunakan agar dimengerti.


Quote
Jadi kondisi nibbana akan dicapai pada saat seseorang terbebas dari kilesa

Dari sini akan muncul istilah saupadisesa nibbana yaitu padamnya kilesa secara total tapi pancakhanda masih ada
Dan Anupadisesa dimana padamnya kilesa secara total, dan padamnya pancakhanda

secara singkat, padamnya pancakhanda dapat diilustrasikan seperti ini:
Mahluk itu terdiri dari :
1. Nama khanda
2. Nama Dhamma
3. Rupa khanda
4. Rupa Dhamma

Pada Nibbana hanya ada Nama Dhamma saja (Nama/batin secara kebenaran), sementara nama dan rupa khandanya musnah   http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,8515.0.html  ---->diskusi abhidhamma
                                          

Lalu ada hubungannya dengan :

Quote
Terus terang saya baru mendengar bahwa nāmadhamma dan nāmakkhandha berbeda dari satu sama lain. Istilah nāmadhamma sendiri sangat jarang ditemukan dalam Abhidhamma. Tapi ada satu kutipan yang mungkin ada hubungannya dengan pertanyaan anda. Kutipan ini bukan saya ambil dari Abhidhamma melainkan dari Sutta.

      Jika kita lihat pernyataan yang diambil dari Suttapiṭaka, salah satu definisi nibbāna adalh sebagai berikut:

‘Viññāṇaṃ anidassanaṃ, anantaṃ sabbatopabhaṃ;
Ettha āpo ca pathavī, tejo vāyo na gādhati.
Ettha dīghañca rassañca, aṇuṃ thūlaṃ subhāsubhaṃ;
Ettha nāmañca rūpañca, asesaṃ uparujjhati;
Viññāṇassa nirodhena, etthetaṃ uparujjhatī’ti".       ----- (Kevaṭṭasuttaṃ--Tīradassisakuṇupamā)

Yang bisa diterjemahkan sebagai berikut:

“(Dimana) kesadaran tanpa tanda (signless), tanpa batas dan seluruhnya bercahaya;
Di sini, air, tanah, api dan udara tidak memiliki tempat berpijak.
Di sini, panjang, pendek, kecil, besar, indah dan buruk,
Mental dan materi lenyap tanpa sisa;
Dengan lenyapnya kesadaran, di sini, semua lenyap.”

        Di atas ada dua macam viññāna. Pertama viññāna yang masih eksis dalam nibbāna. Viññana ini memiliki tiga keistimewaan, yakni anidassanaṃ, anantaṃ dan sabbatopabhaṃ. Viññana kedua adalah viññāna yang lenyap. Kitab komentar telah membedakan kedua viññāna ini. Viññāna pertama adalah nama lain dari nibbāna (viññāṇaṃ nibbānassetaṃ nāmaṃ), sedangkan viññāna kedua diidentifikasi sebagai abhisaṅkhāraviññāṇa (conditioned viññāna) atau singkatnya ini adalalh viññāṇa yang muncul karena kondisi. Jika kita menerima konsep nāmadhamma yang masih eksis dalam nibbāna, maka viññāṇaṃ anidassanaṃ anantaṃ sabbatopabhaṃ  bisa dikatakan sebagai nāmadhamma. Sementara itu, viññāna kedua yang lenyap adalah viññānakkhandha / nāmakkhandha yang lenyap dalam nibbāna.

referensi berikutnya adalah arahat magga phala jika dibaca teliti ada hal tersirat tentang definisi nibbana diatas. lalu juga baca Luangta ini London yg bisa didownload di www.luangta.com



sekalian menjawab beberapa teman yg pernah mengajukan pertanyaan tentang kemunculan arahat dalam pengalaman meditasi Ajahn Mun, Luangta Mahaboowa sudah menjelaskannya sebagai SAMADHI NIMITTA. Bisa dibaca di buku Legendaris pengalaman spritual Ajahn Mun.

selamat diteliti, diresapi....hasilnya dikembalikan kepada diri masing2 dalam memahami Dhamma.

 _/\_



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #14 on: 26 November 2009, 06:32:07 PM »
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7699.95/wap2.html

BY:markosprawira
Quote
dear bro,

ada 5 cara seorang arahat sebelum parinibbana....

salah satunya adalah dalam kondisi sedang mempertunjukkan abhinna.

Kondisi lainnya adalah :
- sedang dalam jhana
- merenungkan jhana
- merenungkan kilesa yg sudah dibasmi, dsbnya

jadi sebenarnya, parinibbana dalam kondisi batin sedang berada dalam abhinna, hanya merupakan salah satu kondisi batin sebelum meninggalnya (maranasanna vitthi) arahat

semoga bs bermanfaat yah


ingin menambahkan bagaimana proses batin parinibbana seorang arahat secara lengkapnya yaitu :

Semua Arahat tidak pari-nibbana melalui pancadvara maranasannavitthi tetapi melalui manodvara maransannavitthi saja
Pun tidak akan ada Kamma Aramanna, Nimitta Aramanna dan Gati Nimitta Aramanna

Proses batin sebelum kematian (maranasannavitthi) seorang Arahat dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Kamajavanamaranasanna-vitthi : cuti citta (pikiran yg mengakhiri kehidupan) yg timbul dari Javana yg menjadi Mahakiriya.
Ini merupakan Pari-Nibbana yg biasa terjadi
2. Jhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Jhanasamapatti-vitthi
3. Paccavekkhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Vitthi yg merenungkan Jhana
4. Abhinnasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Abhinna-vitthi yg sedang mempertunjukkan abhinna/kesaktian ---> ini yg ada pada cerita diatas
5. Jivitasamasisi : cuti citta yg timbul dari perenungan magga, phala, nibbana dan kilesa yg sudah dibasmi

Jadi sebenarnya pari nibbana seorang arahat secara umum justru merupakan peralihan dari kama javana yg ada pada mahluk non arahat, menjadi mahakiriya javana

semoga bisa bermanfaat yah
...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #15 on: 26 November 2009, 06:33:46 PM »
Quote
Quote
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?

sepertinya memang bunuh diri... Namun yang menjadi pertanyaan adalah yang dibunuh "diri" yang mana? Hehehe....
[/quote]

 :-[ ;D Good question.. sama-sama tau lah he..he
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #16 on: 26 November 2009, 06:47:06 PM »
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7699.95/wap2.html

BY:markosprawira
Quote
dear bro,

ada 5 cara seorang arahat sebelum parinibbana....

salah satunya adalah dalam kondisi sedang mempertunjukkan abhinna.

Kondisi lainnya adalah :
- sedang dalam jhana
- merenungkan jhana
- merenungkan kilesa yg sudah dibasmi, dsbnya

jadi sebenarnya, parinibbana dalam kondisi batin sedang berada dalam abhinna, hanya merupakan salah satu kondisi batin sebelum meninggalnya (maranasanna vitthi) arahat

semoga bs bermanfaat yah


ingin menambahkan bagaimana proses batin parinibbana seorang arahat secara lengkapnya yaitu :

Semua Arahat tidak pari-nibbana melalui pancadvara maranasannavitthi tetapi melalui manodvara maransannavitthi saja
Pun tidak akan ada Kamma Aramanna, Nimitta Aramanna dan Gati Nimitta Aramanna

Proses batin sebelum kematian (maranasannavitthi) seorang Arahat dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Kamajavanamaranasanna-vitthi : cuti citta (pikiran yg mengakhiri kehidupan) yg timbul dari Javana yg menjadi Mahakiriya.
Ini merupakan Pari-Nibbana yg biasa terjadi
2. Jhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Jhanasamapatti-vitthi
3. Paccavekkhanasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Vitthi yg merenungkan Jhana
4. Abhinnasamanantara-vitthi : cuti citta yg timbul dari Abhinna-vitthi yg sedang mempertunjukkan abhinna/kesaktian ---> ini yg ada pada cerita diatas
5. Jivitasamasisi : cuti citta yg timbul dari perenungan magga, phala, nibbana dan kilesa yg sudah dibasmi

Jadi sebenarnya pari nibbana seorang arahat secara umum justru merupakan peralihan dari kama javana yg ada pada mahluk non arahat, menjadi mahakiriya javana

semoga bisa bermanfaat yah

Termasuk menggunakan Abinna untuk bunuh diri ya? (joke mode on  ;D) . Terima kasih penjelasannya.
Dan kalau tidak salah abinna yg dipertunjukan Ananda didepan umat awam juga lho. Padahal ada vinaya tidak boleh mempertunjukan abinna didepan umum. nah lho... ^-^

Yang pasti saya sih tidak ragu pada Ananda. yang pasti gue ngak mendahului menyimpulkan Ananda takut lahir jadi  kodok.  ;D
« Last Edit: 26 November 2009, 07:15:21 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #17 on: 26 November 2009, 06:47:26 PM »
Quote
Quote
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?

sepertinya memang bunuh diri... Namun yang menjadi pertanyaan adalah yang dibunuh "diri" yang mana? Hehehe....

 :-[ ;D Good question.. sama-sama tau lah he..he
[/quote]
Kalo gitu, bagi seorang Arahat
berarti bisa menangis, toh yang nangis itu emangnya "diri" yang mana?
bisa saja ketawa terbahak-bahak, toh yg tertawa itu emangnya "diri" yg mana?

gitu ya?  ???

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #18 on: 26 November 2009, 07:21:44 PM »
kalau kena gas air mata apakah nangis ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #19 on: 26 November 2009, 07:32:42 PM »
Quote
Quote
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?

sepertinya memang bunuh diri... Namun yang menjadi pertanyaan adalah yang dibunuh "diri" yang mana? Hehehe....

 :-[ ;D Good question.. sama-sama tau lah he..he

Kalo gitu, bagi seorang Arahat
berarti bisa menangis, toh yang nangis itu emangnya "diri" yang mana?
bisa saja ketawa terbahak-bahak, toh yg tertawa itu emangnya "diri" yg mana?

gitu ya?  ???
Bisa juga minum arak, menikah dan membina rumah tangga spt kasus yg telah ada.. toh yg mabuk dan berumah tangga itu "diri" yg mana? ;D
appamadena sampadetha

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #20 on: 26 November 2009, 08:13:19 PM »
Quote
Quote
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?

sepertinya memang bunuh diri... Namun yang menjadi pertanyaan adalah yang dibunuh "diri" yang mana? Hehehe....

 :-[ ;D Good question.. sama-sama tau lah he..he

Kalo gitu, bagi seorang Arahat
berarti bisa menangis, toh yang nangis itu emangnya "diri" yang mana?
bisa saja ketawa terbahak-bahak, toh yg tertawa itu emangnya "diri" yg mana?

gitu ya?  ???
Bisa juga minum arak, menikah dan membina rumah tangga spt kasus yg telah ada.. toh yg mabuk dan berumah tangga itu "diri" yg mana? ;D
Maka pernyataan "sepertinya memang bunuh diri... Namun yang menjadi pertanyaan adalah yang dibunuh "diri" yang mana?"  menjadi tidak valid.   ;D

Jadi, kesmpulannya tidak ada satu orang awam pun yang berkompeten menilai tindak-tanduk seorang Arahat. Bahkan kita tidak sanggup memahami sepenuhnya seorang putujana, apalagi seorang Ariya?  :P

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #21 on: 26 November 2009, 08:34:21 PM »
Quote
Quote
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?

sepertinya memang bunuh diri... Namun yang menjadi pertanyaan adalah yang dibunuh "diri" yang mana? Hehehe....

 :-[ ;D Good question.. sama-sama tau lah he..he

Kalo gitu, bagi seorang Arahat
berarti bisa menangis, toh yang nangis itu emangnya "diri" yang mana?
bisa saja ketawa terbahak-bahak, toh yg tertawa itu emangnya "diri" yg mana?

gitu ya?  ???
Bisa juga minum arak, menikah dan membina rumah tangga spt kasus yg telah ada.. toh yg mabuk dan berumah tangga itu "diri" yg mana? ;D

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah... apakah anda pernah membaca sutta bahwa ada arahat yng menangis, tertawa terbahak2, minum arak, menikah, membina rumah tangga?

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #22 on: 26 November 2009, 08:47:10 PM »
Di thread2 lain, sudah disepakati bahwa arahat adalah seorang yang sempurna dalam moralitas, konsentrasi dan kebijaksaan. Ia juga merupakan seorang yang tidak terjerumus lagi dalam kenikmatan duniawi (kāma). Mungkinkah orang demikian masih menginginkan kehidupan berumah-tangga, menikmati arak, dll? Mungkin saudara2 bisa membaca Magandiyasutta dari Majjhimanikāya tentang bagaimana pandangan Sang BUddha sebgai seorang arahat terhadap kenikmatan2 duniawi..

Justru karena Sang Buddha dan mereka yang telah mencapai kesucian arahat, meninggalkan segala kekotoran batin, mereka tidak akan lagi terjerembab dalam kenikmatan2 kāma.

Jika saudara2 melihat keseluruhan cerita Ānanda, Bakula atau Mahapajapatigotami yang parinibbāna dengan membakar dirinya melalui pencapaian tejakasina, saudara sekalian akan mengetahui betapa mereka memutuskan parinibbana bukan berdasarkan pada campur tangan "self". Kematian mereka tidak bisa disamakan dengan stupid narrow minded persons yang mati bunuh diri....!

Be happy.

Be happy.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #23 on: 26 November 2009, 09:35:49 PM »
Di thread2 lain, sudah disepakati bahwa arahat adalah seorang yang sempurna dalam moralitas, konsentrasi dan kebijaksaan. Ia juga merupakan seorang yang tidak terjerumus lagi dalam kenikmatan duniawi (kāma). Mungkinkah orang demikian masih menginginkan kehidupan berumah-tangga, menikmati arak, dll? Mungkin saudara2 bisa membaca Magandiyasutta dari Majjhimanikāya tentang bagaimana pandangan Sang BUddha sebgai seorang arahat terhadap kenikmatan2 duniawi..

Justru karena Sang Buddha dan mereka yang telah mencapai kesucian arahat, meninggalkan segala kekotoran batin, mereka tidak akan lagi terjerembab dalam kenikmatan2 kāma.

Jika saudara2 melihat keseluruhan cerita Ānanda, Bakula atau Mahapajapatigotami yang parinibbāna dengan membakar dirinya melalui pencapaian tejakasina, saudara sekalian akan mengetahui betapa mereka memutuskan parinibbana bukan berdasarkan pada campur tangan "self". Kematian mereka tidak bisa disamakan dengan stupid narrow minded persons yang mati bunuh diri....!

Be happy.

Be happy.
jadi mereka (Ananda, Bakula..)melakukan aksi itu atas dasar apa?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #24 on: 26 November 2009, 10:22:42 PM »
 :outoftopic:
member Chingik, demi kerapian, silahkan membuka thread baru sehubungan dengan Ananda, dll.

 :backtotopic:

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #25 on: 26 November 2009, 11:18:57 PM »
Di thread2 lain, sudah disepakati bahwa arahat adalah seorang yang sempurna dalam moralitas, konsentrasi dan kebijaksaan. Ia juga merupakan seorang yang tidak terjerumus lagi dalam kenikmatan duniawi (kāma). Mungkinkah orang demikian masih menginginkan kehidupan berumah-tangga, menikmati arak, dll? Mungkin saudara2 bisa membaca Magandiyasutta dari Majjhimanikāya tentang bagaimana pandangan Sang BUddha sebgai seorang arahat terhadap kenikmatan2 duniawi..

Justru karena Sang Buddha dan mereka yang telah mencapai kesucian arahat, meninggalkan segala kekotoran batin, mereka tidak akan lagi terjerembab dalam kenikmatan2 kāma.

Jika saudara2 melihat keseluruhan cerita Ānanda, Bakula atau Mahapajapatigotami yang parinibbāna dengan membakar dirinya melalui pencapaian tejakasina, saudara sekalian akan mengetahui betapa mereka memutuskan parinibbana bukan berdasarkan pada campur tangan "self". Kematian mereka tidak bisa disamakan dengan stupid narrow minded persons yang mati bunuh diri....!

Be happy.

Be happy.
jadi mereka (Ananda, Bakula..)melakukan aksi itu atas dasar apa?

Jika kita melihat berbagai cerita yang ada, banyak arahat yang tahu kapan hari kematiannya. Seperti Sariputta, MOgalanna, Bakula, Pajapatigotami, dll dan termasuk Sang BUddha mengetahui kapan beliau akan memasuki parinibbana. Dalam Komentar Cundasutta, dikatakn bahwa Sariputta mengetahui bahwa beliau akan meninggal setelh tujuh hari lagi.. Oleh karenanya beliau memutuskan pergi ke rumah ibunya...

 so  “sattāhameva  me āyusaṇkhārā pavattissantī”ti ñatvā “kattha parinibbāyissāmī”ti cintesi - "Beliau (Sariputta), setelah mengetahui, "Setelah tujuh hari kekuatan kehidupan (life force) ku akan habis", berpikir, "Di mana,saya akan memasuki parinibbāna?"

Pernyataan di atas sangat jelas bahwa seorang arahat meninggal / parinibbāna bukan karena kebodohan, bukan karena "self", bukan karena narrow thought.

Be happy.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #26 on: 26 November 2009, 11:22:53 PM »
Dalam sutta ini, memang tampak bahwa Bhikkhu Channa bunuh diri setelah beliau mencapai arahat. Akan tetapi, kitab komentar dari Sutta ini menjelaskan bahwa sesungguhnya beliau mencapai arahat sesaat setelah ia memotong tenggorokannya dengan pisau.. Saat mencoba bunuh diri, ia belum mencapai arahat.
bagi saya dalam sutta sudah sangat tegas bahwa bhikkhu Channa sudah arahat sebelumnya.
Sang Buddha pun menjawab Sariputta berdasarkan pernyataan Channa:
‘Sariputta, wasn’t the faultlessness of the bhikkhu Channa declared in your presence?’

Sariputta menganggap pernyataan "faultlessness" Channa menggunakan pisau dalam arti lain &
dan Buddha mempertegas pernyataan "faultlessness" Channa kepada Sariputta lagi.

semakin aneh jika menganggap Channa belum arahat tapi menyatakan "faultless" mengggunakan pisau... dalam hal ini saya menyampingkan kitab komentar...
namun jika dilihat dari kitab komentar, seorang arahat seperti Ananda pun mengakhiri hidupnya dg menggunakan api. (bagi saya bedanya hanya tool utk mengakhiri hidup, Channa dg pisau, Ananda dg abhinna).

Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?
dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan bunuh diri & permasalahnnya adalah "pelaku", tetapi dalam kasus arahat kita boleh mengganti pertanyaannnya dg "apa yg mendorong arahat mengakhiri nama & rupa?"... seorang arahat sudah tidak ada LDM yg mendorong tindakannya, lantas apa yg menyebabkan arahat mengakhiri nama & rupannya? bagaimana pikiran arahat, kenapa bisa sampai mengakhiri nama & rupanya yg belum habis berproses?
(kalau nasehat Buddha, ini salah satu hal yg tidak seharusnya dipikirkan, acinteyya (cmiiiw))
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #27 on: 26 November 2009, 11:37:43 PM »
Mengenai citta setelah nibbana. Banyak yg salah kaprah tentang pandangan Luangta Mahaboowa terhadap masalah ini. Semua trah/murid Ajahn Mun yg utama dalam tradisi dhutangga selalu menggunakan kata " CITTA" daripada menggunakan  kata "NAMA"  bahkan kadangkala menggunakan kata CITTA sebagai citta itu sendiri , saya pun tidak tahu alasannya. Tetapi pernah dibahas dalam penjelasan Luangta.  Sehingga kalau kita membaca tulisan Luangta atau pun murid utama Ajahn Mun berbicara tentang citta harus diperhatikan konteks kalimatnya agar tidak terjebak pada pengertian yg salah tentang citta . Kedua, audience saat Luangta berbicara adalah umat awam yg tidak semuanya mengerti bahasa kitab suci Tipitaka. Sehingga kata citta digunakan agar dimengerti.
ya, saya mengerti hal tsb, bahkan citta juga diartikan sebagai sati (awareness) oleh Ajahn Mun... :)
namun walaupun citta diartikan sebagai nama (ataupun nama dhamma), bagi saya pernyataan itu (ada citta/nama yg pure/nama dhamma setelah nibbana) tetap tidak valid.

apa yg tersisa setelah parinibbana, dalam sutta telah dikatakan, tidak ada lagi cara di dunia ini utk menjelaskan orang tsb & saya lebih memilih sutta daripada abhidhamma dalam hal ini.
pada saat nibbana, LDM padam.
pada saat parinibbana, pancakhanddha padam.
setelah itu --- tidak bisa dijelaskan :)

Quote
Pada Nibbana hanya ada Nama Dhamma saja (Nama/batin secara kebenaran), sementara nama dan rupa khandanya musnah

Disini yg org sering kepleset dimana dengan pernyataan nama dan rupa khanda lenyap, berarti pada waktu nibbana dicapai, mahluk juga lenyap
pernyataan ini menghasilkan pertanyaan baru: apakah setelah parinibbana, arahat & buddha masih mahkluk? bagi saya, eksistensi memang lenyap ketika nibbana. mungkin saya masuk dalam kategori orang yg sering kepleset itu, mungkin juga sebaliknya.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #28 on: 26 November 2009, 11:45:57 PM »
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7699.95/wap2.html

BY:markosprawira
Quote
dear bro,

ada 5 cara seorang arahat sebelum parinibbana....

salah satunya adalah dalam kondisi sedang mempertunjukkan abhinna.

Kondisi lainnya adalah :
- sedang dalam jhana
- merenungkan jhana
- merenungkan kilesa yg sudah dibasmi, dsbnya

jadi sebenarnya, parinibbana dalam kondisi batin sedang berada dalam abhinna, hanya merupakan salah satu kondisi batin sebelum meninggalnya (maranasanna vitthi) arahat

semoga bs bermanfaat yah


ingin menambahkan bagaimana proses batin parinibbana seorang arahat secara lengkapnya yaitu :
Buddha telah menyatakan, 4 hal yang tidak seharusnya dipikirkan (ref, Acinteyya Sutta):
1. batin seorang yang sudah bebas (buddha, arahat)
2. asal mula segala sesuatu
3. hakikat jhana
4. seluk-beluk karma

isi quote (yg mungkin dari Abhidhamma) itu saja sudah bertentangan dg sutta ;)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #29 on: 26 November 2009, 11:50:56 PM »
Dalam sutta ini, memang tampak bahwa Bhikkhu Channa bunuh diri setelah beliau mencapai arahat. Akan tetapi, kitab komentar dari Sutta ini menjelaskan bahwa sesungguhnya beliau mencapai arahat sesaat setelah ia memotong tenggorokannya dengan pisau.. Saat mencoba bunuh diri, ia belum mencapai arahat.
bagi saya dalam sutta sudah sangat tegas bahwa bhikkhu Channa sudah arahat sebelumnya.
Sang Buddha pun menjawab Sariputta berdasarkan pernyataan Channa:
‘Sariputta, wasn’t the faultlessness of the bhikkhu Channa declared in your presence?’

Sariputta menganggap pernyataan "faultlessness" Channa menggunakan pisau dalam arti lain &
dan Buddha mempertegas pernyataan "faultlessness" Channa kepada Sariputta lagi.

semakin aneh jika menganggap Channa belum arahat tapi menyatakan "faultless" mengggunakan pisau... dalam hal ini saya menyampingkan kitab komentar...
namun jika dilihat dari kitab komentar, seorang arahat seperti Ananda pun mengakhiri hidupnya dg menggunakan api. (bagi saya bedanya hanya tool utk mengakhiri hidup, Channa dg pisau, Ananda dg abhinna).


 Dan Sang BUddha juga menggunakn jhana sebagai toolnya ya.. hehehe..


Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?
dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan bunuh diri & permasalahnnya adalah "pelaku", tetapi dalam kasus arahat kita boleh mengganti pertanyaannnya dg "apa yg mendorong arahat mengakhiri nama & rupa?"... seorang arahat sudah tidak ada LDM yg mendorong tindakannya, lantas apa yg menyebabkan arahat mengakhiri nama & rupannya? bagaimana pikiran arahat, kenapa bisa sampai mengakhiri nama & rupanya yg belum habis berproses?
(kalau nasehat Buddha, ini salah satu hal yg tidak seharusnya dipikirkan, acinteyya (cmiiiw))
[/quote]

yap, memang demikian...

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #30 on: 27 November 2009, 12:00:12 AM »
_/\_ Sdr Peacemind

Jangan serius thdp tulisan saya sebelumnya.. ;D Tulisan saya cm menyoal KONON adanya "Buddha hidup" di masa lalu di Cina yg demen makan daging dan minum arak. Sedangkan masa kini, ada lg KONON "Buddha hidup" yg menikah dan berumah tangga. Itu fenomena di salah 1 aliran Buddhisme. ;)

Tapi utk pernyataan soal arahat yg bunuh diri bukan masalah, saya pikir memang demikian.. Bahkan jika pun setelah menjadi arahat lalu bunuh diri jg bukan masalah. Di sana benar-benar tidak ada diri lagi yg dibunuh dan tidak ada kamma vipaka yg timbul sbg akibat perbuatan. Di 1 sutta ketika Sang Buddha menjelaskan, lalu ditanya oleh 1 orang siswanya, "siapa yg merasakan?" Jawaban Sang Buddha adalah pertanyaan tsb tidak valid, karena Sang Buddha tidak menyatakan adanya yg merasakan. Tetapi pertanyaan itu hendaknya diganti menjadi "Dari mana timbulnya perasaan?" Lalu Sang Buddha menjawab dan memberi eksposisi terkait Paticca-Samuppada.

Kesimpulan saya mengenai keterkaitan Sutta tsb dgn dlm menjelaskan fenomena spt arahat bunuh diri adalah simple. Pertanyaan ttg mengapa seorang arahat bisa terkesan bunuh diri, hanya akan valid jika kita melihat hal ini dari sisi masih adanya "diri". Sedangkan jika kita melihat dr sudut pandang ariya puggala sendiri, pertanyaan itu tidak valid karena di sana tidak lagi ada "diri".

Tapi cara pandang ini tidak bisa diterapkan dalam semua hal, seperti arahat yg minum arak, menikah, terbahak-bahak dan "mungkin" menangis [yg terakhir asumsi pribadi]. Karena seperti pendapat Sdr Peacemind bahwa mereka tdk akan lagi jatuh dalam nafsu sensual. Sedangkan soal terbahak2 dan menangis, sangat kuat kemungkinan mereka tidak akan tergoyahkan lagi oleh jenis2 perasaan yg timbul dari kontak yg mereka alami, apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.

mettacittena,
appamadena sampadetha

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #31 on: 27 November 2009, 12:02:31 AM »
Di thread2 lain, sudah disepakati bahwa arahat adalah seorang yang sempurna dalam moralitas, konsentrasi dan kebijaksaan. Ia juga merupakan seorang yang tidak terjerumus lagi dalam kenikmatan duniawi (kāma). Mungkinkah orang demikian masih menginginkan kehidupan berumah-tangga, menikmati arak, dll? Mungkin saudara2 bisa membaca Magandiyasutta dari Majjhimanikāya tentang bagaimana pandangan Sang BUddha sebgai seorang arahat terhadap kenikmatan2 duniawi..

Justru karena Sang Buddha dan mereka yang telah mencapai kesucian arahat, meninggalkan segala kekotoran batin, mereka tidak akan lagi terjerembab dalam kenikmatan2 kāma.

Jika saudara2 melihat keseluruhan cerita Ānanda, Bakula atau Mahapajapatigotami yang parinibbāna dengan membakar dirinya melalui pencapaian tejakasina, saudara sekalian akan mengetahui betapa mereka memutuskan parinibbana bukan berdasarkan pada campur tangan "self". Kematian mereka tidak bisa disamakan dengan stupid narrow minded persons yang mati bunuh diri....!

Be happy.

Be happy.
jadi mereka (Ananda, Bakula..)melakukan aksi itu atas dasar apa?

Jika kita melihat berbagai cerita yang ada, banyak arahat yang tahu kapan hari kematiannya. Seperti Sariputta, MOgalanna, Bakula, Pajapatigotami, dll dan termasuk Sang BUddha mengetahui kapan beliau akan memasuki parinibbana. Dalam Komentar Cundasutta, dikatakn bahwa Sariputta mengetahui bahwa beliau akan meninggal setelh tujuh hari lagi.. Oleh karenanya beliau memutuskan pergi ke rumah ibunya...

 so  “sattāhameva  me āyusaṇkhārā pavattissantī”ti ñatvā “kattha parinibbāyissāmī”ti cintesi - "Beliau (Sariputta), setelah mengetahui, "Setelah tujuh hari kekuatan kehidupan (life force) ku akan habis", berpikir, "Di mana,saya akan memasuki parinibbāna?"

Pernyataan di atas sangat jelas bahwa seorang arahat meninggal / parinibbāna bukan karena kebodohan, bukan karena "self", bukan karena narrow thought.

Be happy.

Memang tidak aneh seorang arahat tahu kapan saat kematiannya tiba, bahkan para praktisi Sukhavati yg berikrar utk terlahir di Sukhavati juga sanggup mengetahui kapan tiba saat kematiannya. Lantas cara-cara para praktisi Sukhavati menyambut kematian itu juga berbeda-beda, ada yang duduk bersila, berbaring, bahkan ada yang dengan sikap berdiri. Namun cara2 yg diperlihatkan itu bisa dianggap sah-sah saja karena kita mengasumsikan bahwa praktisi Sukhavati masih belum merealisasi kearahatan, jadi bisa saja mereka mengakhiri hidup dengan cara2 yang tidak lumrah. Nah bagaimana dgn arahat yang tidak lagi memiliki sedikitpun noda2 batin, namun melakukan aksi2 yang sepertinya tidak memperlihatkan sosok yg sanggup mengakhiri hidup dengan membiarkan nafasnya berhenti secara natural. Jadi pertanyaan tentang atas dasar apa Arahat melakukan aksi2 itu masih belum terjawab.    (maka dari itu saya lebih prefer ke kesimpulan bhw sebenarnya kita tidak dapat menilai Arahat dgn kacamata awam, dan dengan demikian diskusi ttg Luanta Mahaboowa pun menjadi absurd, karena keterbatasan kita sendiri)

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #32 on: 27 November 2009, 12:23:19 AM »
Godhika Thera, pada suatu kesempatan, melatih meditasi ketenangan dan pandangan terang, di atas lempengan batu di kaki gunung Isigili di Magadha. Ketika beliau telah mencapai Jhana, beliau jatuh sakit; dan kondisi ini mempengaruhi latihannya. Dengan mengabaikan rasa sakitnya, dia tetap berlatih dengan keras; tetapi setiap kali beliau mencapai kemajuan beliau merasa kesakitan. Beliau mengalami hal ini sebanyak enam kali. Akhirnya, beliau memutuskan untuk berjuang keras hingga mencapai tingkat arahat, walaupun ia harus mati untuk itu.

Tanpa beristirahat beliau melanjutkan meditasinya dengan rajin. Akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dengan memilih perasaan sakit sebagai obyek meditasi, beliau memotong lehernya sendiri dengan pisau. Dengan berkonsentrasi terhadap rasa sakit, beliau dapat memusatkan pikirannya dan mencapai arahat, tepat sebelum beliau meninggal.

 _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #33 on: 27 November 2009, 12:24:33 AM »
IMO, pertanyaan spt:

Quote
seorang arahat sudah tidak ada LDM yg mendorong tindakannya, lantas apa yg menyebabkan arahat mengakhiri nama & rupannya? bagaimana pikiran arahat, kenapa bisa sampai mengakhiri nama & rupanya yg belum habis berproses?

Quote
Nah bagaimana dgn arahat yang tidak lagi memiliki sedikitpun noda2 batin, namun melakukan aksi2 yang sepertinya tidak memperlihatkan sosok yg sanggup mengakhiri hidup dengan membiarkan nafasnya berhenti secara natural. Jadi pertanyaan tentang atas dasar apa Arahat melakukan aksi2 itu masih belum terjawab.

Bukan pertanyaan yg valid lagi-lagi, karena mengindikasikan masih adanya sosok diri di sana yg berpikir, berkehendak dan lalu bertindak memutuskan hidupnya. Jangan melihat dr kacamata puthujjana tetapi dr kacamata arahat itu sendiri utk mengerti tindakan seorang arahat. Jika tdk dpt melihat dr kacamata arahat, ya tinggalkan saja dulu pertanyaannya tak terjawab hingga waktunya nanti. Atau berpuas diri dg jawaban acinteyya, bisa juga... ;D
appamadena sampadetha

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #34 on: 27 November 2009, 12:35:45 AM »
_/\_ Sdr Peacemind

Jangan serius thdp tulisan saya sebelumnya.. ;D Tulisan saya cm menyoal KONON adanya "Buddha hidup" di masa lalu di Cina yg demen makan daging dan minum arak. Sedangkan masa kini, ada lg KONON "Buddha hidup" yg menikah dan berumah tangga. Itu fenomena di salah 1 aliran Buddhisme. ;)

Tapi utk pernyataan soal arahat yg bunuh diri bukan masalah, saya pikir memang demikian.. Bahkan jika pun setelah menjadi arahat lalu bunuh diri jg bukan masalah. Di sana benar-benar tidak ada diri lagi yg dibunuh dan tidak ada kamma vipaka yg timbul sbg akibat perbuatan. Di 1 sutta ketika Sang Buddha menjelaskan, lalu ditanya oleh 1 orang siswanya, "siapa yg merasakan?" Jawaban Sang Buddha adalah pertanyaan tsb tidak valid, karena Sang Buddha tidak menyatakan adanya yg merasakan. Tetapi pertanyaan itu hendaknya diganti menjadi "Dari mana timbulnya perasaan?" Lalu Sang Buddha menjawab dan memberi eksposisi terkait Paticca-Samuppada.

Kesimpulan saya mengenai keterkaitan Sutta tsb dgn dlm menjelaskan fenomena spt arahat bunuh diri adalah simple. Pertanyaan ttg mengapa seorang arahat bisa terkesan bunuh diri, hanya akan valid jika kita melihat hal ini dari sisi masih adanya "diri". Sedangkan jika kita melihat dr sudut pandang ariya puggala sendiri, pertanyaan itu tidak valid karena di sana tidak lagi ada "diri".

Tapi cara pandang ini tidak bisa diterapkan dalam semua hal, seperti arahat yg minum arak, menikah, terbahak-bahak dan "mungkin" menangis [yg terakhir asumsi pribadi]. Karena seperti pendapat Sdr Peacemind bahwa mereka tdk akan lagi jatuh dalam nafsu sensual. Sedangkan soal terbahak2 dan menangis, sangat kuat kemungkinan mereka tidak akan tergoyahkan lagi oleh jenis2 perasaan yg timbul dari kontak yg mereka alami, apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.

mettacittena,


Santai aja Jerry.. saya nggak serius lah.. Malah sambil jawab, saya ketawa sendiri.. Pernyataanya lucu..

Yap sutta yang anda kutip memang sangt menarik dalam hal ini..

Be happy.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #35 on: 27 November 2009, 02:00:50 AM »
_/\_

Memang, dari Sutta tsb dan bbrp sutta lainnya yg saya tau, terlihat kalau proses yg terjadi pd seorang Buddha dan arahat, para Tathagata, hanya sampai ke rantai phassa paccaya vedana. Dan dr sana tidak ada lg keinginan yg timbul, termasuk keinginan bunuh diri yg dibahan bakari oleh perasaan. Demikian pula dg keinginan spt minum arak, menikah, dan termasuk pula keinginan utk terbahak-bahak dan menangis yg dipengaruhi oleh perasaan. Well.. this is my assumption only.. CMIIW

Mettacittena,
appamadena sampadetha

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #36 on: 27 November 2009, 09:38:37 AM »
masalah Ananda menggunakan Abhinna kita tidak tahu persisnya, karena itu tentu pasti berasal bukan dari sangha konsili 1....
tidaklah mungkin Ananda yang mengulang sutta mengenai dirinya meninggal...jadi tentu kejadian ini hanya di ulang pada konsili 2...atau pada kitab komentar...

dalam kata sariputta telah dijelaskan, Arahat tidak mencoba untuk mempercepat atau memperlambat, mereka hanya menunggu waktu seperti menunggu buah jatuh dari pohon-nya...
jadi jika masalah "arahat" mempercepat bunuh diri-nya, saya kira hal ini agak rancu...

kemudian masalah Godhika thera yg memakai objek perasaan sakit, saya rasa beliau Hokky begitu, karena mencoba gambling antara arahat dan nyawa.

-----------------------------------------------------
setahu saya 4 Acintteya itu salah satunya..
(1) Isi pikiran seorang sammasambuddha, oh para bhikkhu,
memikirkan kualitas seorang Buddha adalah satu hal yang tidak
seharusnya dipikirkan


tapi. saya rasa ada benarnya,soalnya waktu bhante Maha bilang kalau pertanyaan saya "pertanyaan gila".


Quote
Jangan serius thdp tulisan saya sebelumnya..  Tulisan saya cm menyoal KONON adanya "Buddha hidup" di masa lalu di Cina yg demen makan daging dan minum arak. Sedangkan masa kini, ada lg KONON "Buddha hidup" yg menikah dan berumah tangga. Itu fenomena di salah 1 aliran Buddhisme.
:)) :)) :))
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #37 on: 27 November 2009, 10:00:35 AM »
ini pada :outoftopic: wahai para scholar.. :backtotopic:

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #38 on: 27 November 2009, 11:14:41 AM »
ini pada :outoftopic: wahai para scholar.. :backtotopic:

Ini para scholarnya podo stubborn..  :))  :))  :))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #39 on: 27 November 2009, 12:43:08 PM »
Mengenai citta setelah nibbana. Banyak yg salah kaprah tentang pandangan Luangta Mahaboowa terhadap masalah ini. Semua trah/murid Ajahn Mun yg utama dalam tradisi dhutangga selalu menggunakan kata " CITTA" daripada menggunakan  kata "NAMA"  bahkan kadangkala menggunakan kata CITTA sebagai citta itu sendiri , saya pun tidak tahu alasannya. Tetapi pernah dibahas dalam penjelasan Luangta.  Sehingga kalau kita membaca tulisan Luangta atau pun murid utama Ajahn Mun berbicara tentang citta harus diperhatikan konteks kalimatnya agar tidak terjebak pada pengertian yg salah tentang citta . Kedua, audience saat Luangta berbicara adalah umat awam yg tidak semuanya mengerti bahasa kitab suci Tipitaka. Sehingga kata citta digunakan agar dimengerti.
ya, saya mengerti hal tsb, bahkan citta juga diartikan sebagai sati (awareness) oleh Ajahn Mun... :)
namun walaupun citta diartikan sebagai nama (ataupun nama dhamma), bagi saya pernyataan itu (ada citta/nama yg pure/nama dhamma setelah nibbana) tetap tidak valid.

apa yg tersisa setelah parinibbana, dalam sutta telah dikatakan, tidak ada lagi cara di dunia ini utk menjelaskan orang tsb & saya lebih memilih sutta daripada abhidhamma dalam hal ini.
pada saat nibbana, LDM padam.
pada saat parinibbana, pancakhanddha padam.
setelah itu --- tidak bisa dijelaskan :)
Yup, pada dasarnya dan saya yakin tidak ada satupun dari kita yg putthujana memahami secara 100% kecuali kita sendiri telah mengalaminya. Sebenarnya dengan mengatakan setelah nibbana ada eksistensi adalah kurang tepat dan dengan mengatakan tidak ada eksistensi adalah juga kurang tepat. Maka Buddha memilih diam, dan dalam berbagai kesempatan Luangta pun meminta maaf dalam menjelaskan tentang pengalamannya yang pasti sulit dimengerti sehingga memilih kata yg sederhana dengan penjelasan sederhana dan diakui pula penjelasan itupun jauh dari arti sebenarnya dan pengalaman itu sendiri. Tapi demi kepentingan penjelasan maka ia tetap melakukannya
Perumpamaan milinda panha tentang apakah api ada jika pemicu apinya sudah tidak ada lagi, dia mengatakan api ada tapi juga tidak ada untuk menyala. Saya rasa ini adalah mengenai penggenggaman satu pandangan yg merupakan kilesa dimana semua pandangan apapun pada akhirnya dilepas dan ini berkaitan pada penembusan anatta, seperti rakit yang harus dilepas pada saat mencapai seberang. Maka Luangta memberikan perumpamaan ketika seorang datang ke sebuah ruangan kosong, lalu ia mengatakan itu kosong sebenarnya itu belum kosong karena ia berdiri tepat diruangan itu. Hanya ketika ia benar2 meninggalkannya lagi maka tidak ada yang tersisa. Memang sulit sekali...saya pun harus berulang membaca referensi2 yg ada.
[/size]
Quote
Pada Nibbana hanya ada Nama Dhamma saja (Nama/batin secara kebenaran), sementara nama dan rupa khandanya musnah

Disini yg org sering kepleset dimana dengan pernyataan nama dan rupa khanda lenyap, berarti pada waktu nibbana dicapai, mahluk juga lenyap
pernyataan ini menghasilkan pertanyaan baru: apakah setelah parinibbana, arahat & buddha masih mahkluk? bagi saya, eksistensi memang lenyap ketika nibbana. mungkin saya masuk dalam kategori orang yg sering kepleset itu, mungkin juga sebaliknya.
Mengenai citta setelah nibbana. Banyak yg salah kaprah tentang pandangan Luangta Mahaboowa terhadap masalah ini. Semua trah/murid Ajahn Mun yg utama dalam tradisi dhutangga selalu menggunakan kata " CITTA" daripada menggunakan  kata "NAMA"  bahkan kadangkala menggunakan kata CITTA sebagai citta itu sendiri , saya pun tidak tahu alasannya. Tetapi pernah dibahas dalam penjelasan Luangta.  Sehingga kalau kita membaca tulisan Luangta atau pun murid utama Ajahn Mun berbicara tentang citta harus diperhatikan konteks kalimatnya agar tidak terjebak pada pengertian yg salah tentang citta . Kedua, audience saat Luangta berbicara adalah umat awam yg tidak semuanya mengerti bahasa kitab suci Tipitaka. Sehingga kata citta digunakan agar dimengerti.
ya, saya mengerti hal tsb, bahkan citta juga diartikan sebagai sati (awareness) oleh Ajahn Mun... :)
namun walaupun citta diartikan sebagai nama (ataupun nama dhamma), bagi saya pernyataan itu (ada citta/nama yg pure/nama dhamma setelah nibbana) tetap tidak valid.

apa yg tersisa setelah parinibbana, dalam sutta telah dikatakan, tidak ada lagi cara di dunia ini utk menjelaskan orang tsb & saya lebih memilih sutta daripada abhidhamma dalam hal ini.
pada saat nibbana, LDM padam.
pada saat parinibbana, pancakhanddha padam.
setelah itu --- tidak bisa dijelaskan :)

Quote
Pada Nibbana hanya ada Nama Dhamma saja (Nama/batin secara kebenaran), sementara nama dan rupa khandanya musnah

Disini yg org sering kepleset dimana dengan pernyataan nama dan rupa khanda lenyap, berarti pada waktu nibbana dicapai, mahluk juga lenyap
pernyataan ini menghasilkan pertanyaan baru: apakah setelah parinibbana, arahat & buddha masih mahkluk? bagi saya, eksistensi memang lenyap ketika nibbana. mungkin saya masuk dalam kategori orang yg sering kepleset itu, mungkin juga sebaliknya.


Pada akhirnya ide ada dan tiada hanya semua ide yg harus dilepas, dan hanya melihat apa adanya dengan sebagaimana adanya. Kalau kita bilang ada maka tidak ada, jika bilang ada yg ada dan tidak ada maka ada kesan tersisa dsb. Pada akhirnya nibbana hanya yg tak berkondisi bebas dari polusi yg hanya dapat dimengerti para arya. Definisi pada kevatsuttam pun bila diartikan secara harfiah seakan2 ada yg abadi nyatanya tak terpikirkan dan hanya bisa dialami.Apapun penjelasannya maka akan muncul jawaban yang tidak memuaskan dan membingungkan dan ini bukan kesalahan Luangta tetapi karena kita yang belum mencapainya
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #40 on: 27 November 2009, 02:13:24 PM »
Tak ada sedikit keraguan apa yg ditulis pada Tipitaka. Saya hanya ingin mencoba mengulas semua hal berkaitan dengan kontroversi Luangta secara proposional dan menyeluruh daripada sepotong-sepotong saja.

1. Selama kita tidak mengetahui batin beliau saat menangis maka apapun penilaian kita adalah spekulatif sifatnya. Kecuali ada yang berani menyatakan dengan pasti tau batin Luangta saat itu dan melihatnya langsung dengan abinna. Diantara arahat dengan arahat saja bisa tidak tau.

2. Luangta telah menjelaskan reaksi pancakhanda hingga airmata keluar karena meningat pengalaman nibbana. artinya penyabnya adalah kusala citta. Tapi bila kita menggunakan alasan tidak upekha dan sebagainya. contoh : Jika di abhidhamma bisa menjelaskan citta yang muncul saat orang berbicara kasar ataupun kasus bunuh diri tetapi nampaknya tidak berlaku dan tidak ada penjelasan detil tentang itu yg ada hanyalah kiriya. Dan penjelasan itu pun adalah dari SB yg ada pada sutta . Dari penjelasan Sb maka dapat disimpulkan bahwa penjelasan abhidhamma tentang bicara kasar dan bunuh diri tidak lagi relevan pada kasus tertentu pada seorang arahat.

3. Pasti ada suatu alasan pembenaran atas Pilinda Vacca , YM bhikkhu Channa, ataupun YM Ananda. Karena ada tertulis dalam Tipitaka. Dan ada juga argumen bahwa tidak ada tertulis arahat menangis. Katakan ada tertulis arahat tidak mungkin menangis maka mengapa saat itu tidak ditanyakan bagaimana jika menangis karena kebahagiaan dan adanya reaksi panckhanda dsb.  Sama halnya ketika Ananda tidak bertanya mana vinaya yang harus dihilangkan dan tidak dihilangkan(saya tidak menyalahkan Ananda, cuma contoh saja) .Tentu argumen lainnya muncul , lho keluarnya airmata kan artinya ngak upekha tidak bisa mengendalikan emosi-->inikan penjelasan pada putthujana, tapi ada perlakuan khusus pada dengan berbagai alasan yg tidak bisa dibantah karena arahat  Pilinda vacca dan YM Ananda, keterangannya dari SB/Tipitaka. Maka pertanyaanya , kalau begitu mengapa para skeptik Luangta tidak bertanya pada Buddha saja atau bertanya pada Tipitaka supaya muncul jawaban "ya" atau "Tidak" daripada berkomentar sendiri dengan suatu kepastian yg tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Maka kembali lagi ke Pilinda Vacca akan muncul pertanyaan, apa bedanya memberi tahu Pilinda Vacca untuk mengubah kebiasaannya berbicara kasar dengan memanggil orang lain dengan kata 'kasta rendah/orang malang' bukankah seorang arahat memiliki pengendalian dan upekha yg tinggi? Ini mengenai Pilinda.

Mengenai Bhikkhu Channa. apakah pada saat sebelum Bhikkhu channa menggorok lehernya apakah dia sudah mencapai minimal sotapana? jika ya apakah ada tertulis, jika tidak apakah ada tertulis? jika sudah sotapana , maka seorang sotapana sudah menghancurkan michadithi, tetapi koq masih bisa berpikir bunuh diri?

Mengenai Bhikkhu Ananda membakar diri, lagi2 ada pembenaran dan toleransi hanya karena tertulis dia arahat di Tipitaka. Padahal pembuatan penulisan itukan tinggal ditambahkan saja tulisan itu mau belakangan ataupun tidak sama saja asal isinya benar. Sehingga koq patokannya karena ada tertulis atau tidak tertulis sehingga dijadikan justifikasi pencapaian seseorang tanpa memperhatikan aspek2 kebenaran dari semua kondisi batin yg sebenarnya?
Arahat hanyalah manusia biasa yg kilesanya tidak ada.

Kembali kepada menangis. Bahwa semua kasus yang tercantum pada tipitaka bhikkhu yg menangis adalah karena kesedihan. Tapi memang belum ada kasus menangis dan baru terjadi sekarang. Kembali jika saat jaman Sang Buddha belum ada kasus arahat bunuh diri atau kasus bicara kasar dan kasus itu muncul maka baru ada penjelasan. Nah kasus Luangta kebetulan muncul sekarang, lalu kenapa yg dijadikan patokan hanya waktu sepanjang hidup Sang Buddha saja.atau terakhir kitab komentar dimasukan. Padahal sepanjang waktu kehidupan adalah sangat panjang mengapa itu tidak tertulis pada tipitaka, artinya sesuatu diluar tipitaka adalah salah? sehingga dasar pencapaian harus melalui teks sutta?
Dan kebenaran hanya dinilai dari sepanjang sejarah yg terjadi pada masa Buddha hidup?

4. Dasar mereka yg patok mati Tipitaka biasanya adalah dari parinibbana sutta, bahwa sutta dan vinaya maka hal itu dicocokan. Tapi disatu sisi kalama Sutta mengatakan, bukan karena KITAB SUCI sesuatu itu benar.  Sehingga ketika ada argumen suatu hal yang kontroversi dalam lingkungan buddhist maka buru2 dikeluarkan Tipitaka sebagai dasar, tetapi ketika agama lain berpatokan pada kitab suci maka yang dijadikan patokan adalah kalama sutta yang sebenarnya juga bagian dari kitab suci. Yang sebenarnya dan sebaiknya melihat relevansi kebenaran secara holistik. Yang lucunya, yang menggunakan Tipitaka saja masih bisa salah apalagi menggunakan pemikiran sendiri.

5. Sesungguhnya semua tulisan saya diatas bukan merupakan keraguan terhadap Tipitaka, Buddha, Dhamma dan Sangha. Hanya ingin dan mengajak teman2 disini untuk merenungkan tanpa harus menyetujuinya bahwa kebenaran atau kebenaran terhadap pencapaian seseorang itu khususnya Bhikkhu Sangha dan orang lain pada umumnya bukan sebatas apa yg tertulis tetapi makna yang tertulis dan keseluruhan aspek kebenaran termasuk mengetahui kondisi batin seseorang secara pasti.

6.Selama kita masih putthujana tidak ada yang dapat menilai dengan pasti apakah orang itu arahat atau tidak pada masa setelah Buddha parinibbana. yang ada hanya spekulasi termasuk saya yang meyakini/saddha terhadap Luangta adalah arahat tetapi jika ada yg berani mengatakan dengan pasti bahwa dia belum arahat atau dia adalah orang yg berpandangan eternalis maka 100% hanya sebuah pendapat tanpa argumen yg pasti dan lebih meragukan kecuali dia adalah arahat. Inilah hal yang pasti.

7. Demikian rangkuman saya untuk menjawab segala kontroversi terhadap Luangta, dan saya mohon maaf bila ada pihak2 yang merasa tersinggung. Dan argumen2 diatas beserta argumen balik lainnya adalah merupakan hal2 yg sering saya dengar seputar pertanyaan tentang Luangta.Sekali lagi yang saya tulis diatas bukan keraguan saya terhadap Buddha , Dhamma dan Sangha termasuk Tipitaka tetapi hanya sebuah bualan yg untuk diteliti itupun kalau mau diteliti.

Harap ditanggapi dengan santai ...silakan diskusi diteruskan..... _/\_
« Last Edit: 27 November 2009, 02:22:09 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #41 on: 27 November 2009, 04:24:14 PM »
_/\_ Sdr Peacemind

Jangan serius thdp tulisan saya sebelumnya.. ;D Tulisan saya cm menyoal KONON adanya "Buddha hidup" di masa lalu di Cina yg demen makan daging dan minum arak. Sedangkan masa kini, ada lg KONON "Buddha hidup" yg menikah dan berumah tangga. Itu fenomena di salah 1 aliran Buddhisme. ;)

Tapi utk pernyataan soal arahat yg bunuh diri bukan masalah, saya pikir memang demikian.. Bahkan jika pun setelah menjadi arahat lalu bunuh diri jg bukan masalah. Di sana benar-benar tidak ada diri lagi yg dibunuh dan tidak ada kamma vipaka yg timbul sbg akibat perbuatan. Di 1 sutta ketika Sang Buddha menjelaskan, lalu ditanya oleh 1 orang siswanya, "siapa yg merasakan?" Jawaban Sang Buddha adalah pertanyaan tsb tidak valid, karena Sang Buddha tidak menyatakan adanya yg merasakan. Tetapi pertanyaan itu hendaknya diganti menjadi "Dari mana timbulnya perasaan?" Lalu Sang Buddha menjawab dan memberi eksposisi terkait Paticca-Samuppada.

Kesimpulan saya mengenai keterkaitan Sutta tsb dgn dlm menjelaskan fenomena spt arahat bunuh diri adalah simple. Pertanyaan ttg mengapa seorang arahat bisa terkesan bunuh diri, hanya akan valid jika kita melihat hal ini dari sisi masih adanya "diri". Sedangkan jika kita melihat dr sudut pandang ariya puggala sendiri, pertanyaan itu tidak valid karena di sana tidak lagi ada "diri".

Tapi cara pandang ini tidak bisa diterapkan dalam semua hal, seperti arahat yg minum arak, menikah, terbahak-bahak dan "mungkin" menangis [yg terakhir asumsi pribadi]. Karena seperti pendapat Sdr Peacemind bahwa mereka tdk akan lagi jatuh dalam nafsu sensual. Sedangkan soal terbahak2 dan menangis, sangat kuat kemungkinan mereka tidak akan tergoyahkan lagi oleh jenis2 perasaan yg timbul dari kontak yg mereka alami, apakah itu menyenangkan atau tidak menyenangkan.

mettacittena,


Khusus yg dibold mas Jery . Seorang arahat pasti tidak mungkin tertawa terbahak-bahak ,ini saya setuju karena itu adalah tindakan yang berlebihan terhadap sesuatu yang menyenangkan.

Mengenai menangis, bila seorang arahat bersedih lalu menangis maka tentu dia bukan arahat. Bila seseorang menangis karena kebahagiaan lalu dia menangis bahkan menangis tersungguk sampai tidak dapat berkata-kata maka itu berlebihan. Maka ini bisa dibilang berlebihan juga dan pasti belum arahat.

Kasus terbahak-bahak dan senyum ini bertetanggaan yg satu terkendali dan yg satunya lagi tidak terkendali, termasuk senyuman arahat dan senyuman puthhujana juga berbeda.

Sama halnya hanya mengeluarkan airmata karena kebahagiaan luarbiasa(bisa jadi piti yg sangat kuat muncul) karena dalam kasus Luangta adalah Luangta mengingat pengalaman nibbana. Tetapi ia menangis tidak tersedu2 atau sampai tidak bisa berkata2 , just mengeluarkan airmata. Tentu ada argumen yg mengatakan lho koq fotonya seperti tersedu-sedu?. Masalahnya ketika airmata mengalir dia sedang memberikan dhammadesana, lalu dia langsung sadar bilang "oh... saya mengingat itu semua sampai airmata ini mengalir .....dsb" Jadi sambil memberi keterangan airmata mengalir lalu dia mengusapnya dan sesekali berbicara juga, jadi mirip ekspresi tersedu2 :)) kecuali kita lihat sendiri. Saya pun sebatas menduga saja. ^-^ Kecuali mereka yg melihat langsung baru bisa menjelaskan/kalau ada rekamannya ;D-->seakan-akan saya hanya mencari pembenaran ya, tapi tiba2 saja pikiran menyelidik/investigasi seperti detektif conan muncul seperti demikian. ;D

 
Lalu adakah perbedaan senyuman yg bisa terjadi pada arahat, tidak mungkin terbahak2 VS keluarnya airmata arahat yg bukan karena kesedihan tapi kebahagiaan atau ingatan yg membahagiakan tapi bukan menangis tersedu2 karena kebahagiaan.


Mengingat batin arahat masih ada yg disebut kusala cita (menurut abhidhamma). Apakah ada reaksi setiap citta pada rupakhanda...?
Misal ketika arahat merasakan sakit mata, dan mengeluarkan airmata. Maka yang terjadi batinnya adalah tak tergoyahkan tapi rasa sakit tetap muncul dan bereaksi dengan keluarnya airmata. Sama halnya rasa bahagia yang muncul dan bereaksi pada simpul2 saraf tertentu hingga muncul airmata. Sementara yang mengetahui hanya menyadari saja dan tidak membiarkan rasa sakit atau rasa bahagia mempengaruhinya tetapi tidak ada kendali atas reaksi rupakhandha. Sama halnya memotong tangan pasti keluar darah.


Oleh karena itu apakah mengeluarkan airmata = menangis? kalau definisi ini bisa terjawab maka akan ada secercah cahaya  ;D

Karena bisa saja ada kasus nantinya seorang arahat begitu pindapata, ada perumah tangga lagi masa-masakan yang menyengat misal bawang, lalu dia mengusap2 karena tidak tahan matanya perih, merah sampai menangis  tersedu2, apakah itu kategori juga hal yang tidak mungkin seorang arahat bersikap demikian. -->reaksi rupakhanda.

Atau disuatu perjalanan tanpa sengaja seorang arahat berjalan pindapata tiba2 segerombolan pendemo berlarian dan ditembak gas airmata oleh pendemo . Akhirnya arahat tersebut mengalami sesak nafas dan mengeluarkan airmata. bagaimana penjelasan sesuai jaman sekarang.?

Hal menarik lainnya bila hal ini bisa dijelaskan secara alamiah dari dunia kedokteran tentang reaksi saraf2 tertentu kemudian menimbulkan reaksi2 organ tubuh. Dan kemudian mereka yang terlatih sadar melihat itu semua dimana hanya citta yang mengetahui fenomena itu.



« Last Edit: 27 November 2009, 04:54:11 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline maya devi

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 159
  • Reputasi: 16
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #42 on: 27 November 2009, 05:19:35 PM »
Wah seru sekali diskusinya........ pada menguasai abhidhamma, meditasi.

Dulu teman saya sempat terpengaruh dengan ucapan seorang moderator buddhis yang menyinggung tentang seorang yang mengaku arahat tetapi menangis.
Kita sama-sama tahu siapakah yang dimaksud sang moderator.
Saya kasihan melihat reaksi teman saya, sampe dia kehilangan kesempatan bertemu dengan Luangta. Ketika teman berkomentar saya cuma bilang coba aja ketemu, setelah ketemu dia pasti ga mampu berkomentar :)

Benar yang ko bond bilang kita harus merasakan dan melihat langsung baru kita bisa berkomentar.
Klo dilihat dari murid Luangta kita sudah memperoleh gambaran tentang Luangta.
 
Menurut saya untuk apa diperdebatkan yang penting bagaimana praktek kita. Mencapai Jhana aja masih susah apalagi mau mengomentari pencapaian arahat.
Dusila Bhante sekalipun kalaupun pikiran kita mengarah kepada Ariya Sangha saat berdana atau namaskara itu merupakan karma baik. :)  (demikianlah yang kubaca......)
 
Tak ada sedikit keraguan apa yg ditulis pada Tipitaka. Saya hanya ingin mencoba mengulas semua hal berkaitan dengan kontroversi Luangta secara proposional dan menyeluruh daripada sepotong-sepotong saja.

1. Selama kita tidak mengetahui batin beliau saat menangis maka apapun penilaian kita adalah spekulatif sifatnya. Kecuali ada yang berani menyatakan dengan pasti tau batin Luangta saat itu dan melihatnya langsung dengan abinna. Diantara arahat dengan arahat saja bisa tidak tau.

2. Luangta telah menjelaskan reaksi pancakhanda hingga airmata keluar karena meningat pengalaman nibbana. artinya penyabnya adalah kusala citta. Tapi bila kita menggunakan alasan tidak upekha dan sebagainya. contoh : Jika di abhidhamma bisa menjelaskan citta yang muncul saat orang berbicara kasar ataupun kasus bunuh diri tetapi nampaknya tidak berlaku dan tidak ada penjelasan detil tentang itu yg ada hanyalah kiriya. Dan penjelasan itu pun adalah dari SB yg ada pada sutta . Dari penjelasan Sb maka dapat disimpulkan bahwa penjelasan abhidhamma tentang bicara kasar dan bunuh diri tidak lagi relevan pada kasus tertentu pada seorang arahat.

3. Pasti ada suatu alasan pembenaran atas Pilinda Vacca , YM bhikkhu Channa, ataupun YM Ananda. Karena ada tertulis dalam Tipitaka. Dan ada juga argumen bahwa tidak ada tertulis arahat menangis. Katakan ada tertulis arahat tidak mungkin menangis maka mengapa saat itu tidak ditanyakan bagaimana jika menangis karena kebahagiaan dan adanya reaksi panckhanda dsb.  Sama halnya ketika Ananda tidak bertanya mana vinaya yang harus dihilangkan dan tidak dihilangkan(saya tidak menyalahkan Ananda, cuma contoh saja) .Tentu argumen lainnya muncul , lho keluarnya airmata kan artinya ngak upekha tidak bisa mengendalikan emosi-->inikan penjelasan pada putthujana, tapi ada perlakuan khusus pada dengan berbagai alasan yg tidak bisa dibantah karena arahat  Pilinda vacca dan YM Ananda, keterangannya dari SB/Tipitaka. Maka pertanyaanya , kalau begitu mengapa para skeptik Luangta tidak bertanya pada Buddha saja atau bertanya pada Tipitaka supaya muncul jawaban "ya" atau "Tidak" daripada berkomentar sendiri dengan suatu kepastian yg tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Maka kembali lagi ke Pilinda Vacca akan muncul pertanyaan, apa bedanya memberi tahu Pilinda Vacca untuk mengubah kebiasaannya berbicara kasar dengan memanggil orang lain dengan kata 'kasta rendah/orang malang' bukankah seorang arahat memiliki pengendalian dan upekha yg tinggi? Ini mengenai Pilinda.

Mengenai Bhikkhu Channa. apakah pada saat sebelum Bhikkhu channa menggorok lehernya apakah dia sudah mencapai minimal sotapana? jika ya apakah ada tertulis, jika tidak apakah ada tertulis? jika sudah sotapana , maka seorang sotapana sudah menghancurkan michadithi, tetapi koq masih bisa berpikir bunuh diri?

Mengenai Bhikkhu Ananda membakar diri, lagi2 ada pembenaran dan toleransi hanya karena tertulis dia arahat di Tipitaka. Padahal pembuatan penulisan itukan tinggal ditambahkan saja tulisan itu mau belakangan ataupun tidak sama saja asal isinya benar. Sehingga koq patokannya karena ada tertulis atau tidak tertulis sehingga dijadikan justifikasi pencapaian seseorang tanpa memperhatikan aspek2 kebenaran dari semua kondisi batin yg sebenarnya?
Arahat hanyalah manusia biasa yg kilesanya tidak ada.

Kembali kepada menangis. Bahwa semua kasus yang tercantum pada tipitaka bhikkhu yg menangis adalah karena kesedihan. Tapi memang belum ada kasus menangis dan baru terjadi sekarang. Kembali jika saat jaman Sang Buddha belum ada kasus arahat bunuh diri atau kasus bicara kasar dan kasus itu muncul maka baru ada penjelasan. Nah kasus Luangta kebetulan muncul sekarang, lalu kenapa yg dijadikan patokan hanya waktu sepanjang hidup Sang Buddha saja.atau terakhir kitab komentar dimasukan. Padahal sepanjang waktu kehidupan adalah sangat panjang mengapa itu tidak tertulis pada tipitaka, artinya sesuatu diluar tipitaka adalah salah? sehingga dasar pencapaian harus melalui teks sutta?
Dan kebenaran hanya dinilai dari sepanjang sejarah yg terjadi pada masa Buddha hidup?

4. Dasar mereka yg patok mati Tipitaka biasanya adalah dari parinibbana sutta, bahwa sutta dan vinaya maka hal itu dicocokan. Tapi disatu sisi kalama Sutta mengatakan, bukan karena KITAB SUCI sesuatu itu benar.  Sehingga ketika ada argumen suatu hal yang kontroversi dalam lingkungan buddhist maka buru2 dikeluarkan Tipitaka sebagai dasar, tetapi ketika agama lain berpatokan pada kitab suci maka yang dijadikan patokan adalah kalama sutta yang sebenarnya juga bagian dari kitab suci. Yang sebenarnya dan sebaiknya melihat relevansi kebenaran secara holistik. Yang lucunya, yang menggunakan Tipitaka saja masih bisa salah apalagi menggunakan pemikiran sendiri.

5. Sesungguhnya semua tulisan saya diatas bukan merupakan keraguan terhadap Tipitaka, Buddha, Dhamma dan Sangha. Hanya ingin dan mengajak teman2 disini untuk merenungkan tanpa harus menyetujuinya bahwa kebenaran atau kebenaran terhadap pencapaian seseorang itu khususnya Bhikkhu Sangha dan orang lain pada umumnya bukan sebatas apa yg tertulis tetapi makna yang tertulis dan keseluruhan aspek kebenaran termasuk mengetahui kondisi batin seseorang secara pasti.

6.Selama kita masih putthujana tidak ada yang dapat menilai dengan pasti apakah orang itu arahat atau tidak pada masa setelah Buddha parinibbana. yang ada hanya spekulasi termasuk saya yang meyakini/saddha terhadap Luangta adalah arahat tetapi jika ada yg berani mengatakan dengan pasti bahwa dia belum arahat atau dia adalah orang yg berpandangan eternalis maka 100% hanya sebuah pendapat tanpa argumen yg pasti dan lebih meragukan kecuali dia adalah arahat. Inilah hal yang pasti.

7. Demikian rangkuman saya untuk menjawab segala kontroversi terhadap Luangta, dan saya mohon maaf bila ada pihak2 yang merasa tersinggung. Dan argumen2 diatas beserta argumen balik lainnya adalah merupakan hal2 yg sering saya dengar seputar pertanyaan tentang Luangta.Sekali lagi yang saya tulis diatas bukan keraguan saya terhadap Buddha , Dhamma dan Sangha termasuk Tipitaka tetapi hanya sebuah bualan yg untuk diteliti itupun kalau mau diteliti.

Harap ditanggapi dengan santai ...silakan diskusi diteruskan..... _/\_

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #43 on: 27 November 2009, 05:43:35 PM »
sdr, bond
mengenai kontroversi, dalam Tipitaka ketika seseorang telah parinibbana, ibarat lilin yang padam ,kemudian sumbu nya padam, minyaknya pun habis..

tetapi dikatakan Luanta melalui pengalaman AjahnMun bahwa "adanya Buddha bahkan savaka-arahat memuji pencapaian beliau"
apakah setelah anupadisesa nibbana masih ada yg tersisa?
Quote
4. Dasar mereka yg patok mati Tipitaka biasanya adalah dari parinibbana sutta, bahwa sutta dan vinaya maka hal itu dicocokan. Tapi disatu sisi kalama Sutta mengatakan, bukan karena KITAB SUCI sesuatu itu benar.  Sehingga ketika ada argumen suatu hal yang kontroversi dalam lingkungan buddhist maka buru2 dikeluarkan Tipitaka sebagai dasar, tetapi ketika agama lain berpatokan pada kitab suci maka yang dijadikan patokan adalah kalama sutta yang sebenarnya juga bagian dari kitab suci. Yang sebenarnya dan sebaiknya melihat relevansi kebenaran secara holistik. Yang lucunya, yang menggunakan Tipitaka saja masih bisa salah apalagi menggunakan pemikiran sendiri.

5. Sesungguhnya semua tulisan saya diatas bukan merupakan keraguan terhadap Tipitaka, Buddha, Dhamma dan Sangha. Hanya ingin dan mengajak teman2 disini untuk merenungkan tanpa harus menyetujuinya bahwa kebenaran atau kebenaran terhadap pencapaian seseorang itu khususnya Bhikkhu Sangha dan orang lain pada umumnya bukan sebatas apa yg tertulis tetapi makna yang tertulis dan keseluruhan aspek kebenaran termasuk mengetahui kondisi batin seseorang secara pasti.
berarti bro bond sama dong dengan saya, tidak bisa mempercayai Tipitaka 100%.  :)

Quote
7. Demikian rangkuman saya untuk menjawab segala kontroversi terhadap Luangta, dan saya mohon maaf bila ada pihak2 yang merasa tersinggung. Dan argumen2 diatas beserta argumen balik lainnya adalah merupakan hal2 yg sering saya dengar seputar pertanyaan tentang Luangta.Sekali lagi yang saya tulis diatas bukan keraguan saya terhadap Buddha , Dhamma dan Sangha termasuk Tipitaka tetapi hanya sebuah bualan yg untuk diteliti itupun kalau mau diteliti.
wah bro bond seperti jubir pihak Sangha neh.... ^:)^ ^:)^ ^:)^ ^:)^
oke dah..

disitulah masalahnya...nah ini yg saya maksudkan dgn bro fabian...
menjadi masalah total disini
"bagaimana mungkin seorang putthujana berani memberikan statment bahwa Luanta bukan "arahat" apabila diri sendiri masih awam"

may all being  happy...case closed dah....
« Last Edit: 27 November 2009, 05:49:25 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #44 on: 27 November 2009, 05:48:25 PM »
tetapi dikatakan Luanta melalui pengalaman AjahnMun bahwa "adanya Buddha bahkan savaka-arahat memuji pencapaian beliau"
apakah setelah anupadisesa nibbana masih ada yg tersisa?
1 pertanyaan, buku tsb karangan Luanta atau langsung Ajahn Mun?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #45 on: 27 November 2009, 06:17:14 PM »
tetapi dikatakan Luanta melalui pengalaman AjahnMun bahwa "adanya Buddha bahkan savaka-arahat memuji pencapaian beliau"
apakah setelah anupadisesa nibbana masih ada yg tersisa?
1 pertanyaan, buku tsb karangan Luanta atau langsung Ajahn Mun?

Sekalian jawab om Tesla sama om mercy ya...

1. Itu ditulis oleh Luangta Mahaboowa
2. Luangta Mahaboowa sudah menjelaskan itu samadhi nimitta.
3. Dalam tulisan Luangta tentang Ajahn Mun berkaitan munculnya arahat dan Buddha tidak ada kesimpulan apa2
Quote
Tinggal di Goa Sarira, Acariya Mun sering dikunjungi oleh para Savaka Arahant, yang muncul di hadapannya melalui samadhi nimitta. Masing-masing savaka Arahant memberikan pembabaran Dhamma untuk membantunya, menerangkan praktek-praktek tradisi dari para Arya.

…………

Seorang savaka Arahant, setelah memberikan pembabaran tersebut dan meninggalkannya, Acariya Mun dengan rendah hati menerima ajaran Dhamma tersebut. Ia waspada dalam mengkontemplasi setiap aspek dari ajaran tersebut, memisahkan tiap-tiap poin dan menganalisa semuanya dengan cermat, satu demi satu. Ketika lebih banyak savaka Arahant yang datang untuk mengajarinya (Dhamma) dengan cara ini, maka ia (Acariya Mun) mendapatkan banyak pemahaman baru ke dalam praktek hanya dengan mendengarkan pembabaran (para savaka Arahant tersebut). Mendengarkan pembabaran Dhamma yang sangat menakjubkan ini, semangat Acariya Mun untuk bermeditasi meningkat, sehingga banyak meningkatkan pemahamannya terhadap Dhamma.

Acariya Mun dikisahkan mencapai tingkatan Anagami ketika ia bermeditasi di goa tersebut, setelah mendengarkan pembabaran para savaka Arahant.

=============================================================================

Pada malam hari ketika Acariya Mun mencapai vimutti, sekelompok Buddha, diikuti oleh para pengikut Arahanta Mereka, datang untuk mengucapkan selamat padanya karena telah mencapai vimuttidhamma. Pada suatu malam, seorang Buddha, diikuti oleh 10000 pengikut Arahant, datang untuk berkunjung; malam hari berikutnya, ia dikunjungi oleh Buddha yang lain, yang diikuti pula oleh 100000 Arahant. Setiap malam, ia dikunjungi oleh Buddha yang berbeda, yang datang untuk memberikan apresiasi pada Acariya Mun, diikuti oleh pengikut Arahant dengan jumlah yang berbeda-beda.

Acariya Mun berkata bahwa jumlah dari pengikut Arahant bermacam-macam tergantung dari kusala kamma / parami yang dikumpulkan oleh Buddha tersebut, sebuah faktor yang membedakan satu Buddha dengan Buddha lainnya. Jumlah Arahant yang mengikuti setiap Buddha tidak merepresentasikan jumlah seluruh dari pengikut Arahant-Nya, mereka hanya menunjukkan parami yang dimiliki oleh masing-masing Buddha. Di antara para pengikut Arahant tersebut, terdapat sedikit samanera.

…………..

Acariya Mun menjawab bahwa ia tidak memiliki keraguan tentang sifat sejati dari Buddha dan para Arahant. Apa yang masih menjadi pertanyaan baginya adalah: Bagaimana mungkin Sang Buddha dan para Arahant, yang telah mencapai anupadisesa-nibbana, yang tanpa sisa dan bebas dari realita konvensional, masih muncul dalam wujud tubuh. Sang Buddha menjelaskan persoalan ini padanya:

Jika mereka yang telah mencapai anupadisesa nibbana hendak berinteraksi dengan Arahant lainnya, yang telah membersihkan hati mereka namun masih memiliki tubuh fisik yang sementara ini, maka mereka harus secara sementara mengambil wujud ‘duniawi’ dengan tujuan untuk membuat kontak. Namun, jika semua perhatian telah mencapai anupadisesa nibbana, yang tanpa sisa dan tanpa realita konvensional, maka  penggunaan wujud konvensional tidak lagi dibutuhkan. Maka dari itu perlu untuk mengambil wujud konvensional ketika berhadapan dengan realita konvensional, namun ketika dunia konvensional telah dilampaui secara sempurna, maka tidak ada lagi masalah yang timbul.

Semua Buddha mengetahui kejadian yang berkaitan dengan masa lalu dan masa depan dengan nimitta yang menyimbolkan realita konvensional dari kejadian yang ditanyakan. Sebagai contoh, ketika seorang Buddha berkeinginan untuk mengetahui kehidupan-kehidupan Buddha-Buddha yang sebelum-Nya, maka ia harus mengambil nimitta dari tiap Buddha, dan keadaan-keadaan tertentu yang mana Ia alami, sebagai alat untuk membawa langsung pada pengetahuan tersebut. Jika sesuatu eksis di luar dunia relatif dari realita konvensional, yaitu vimutti, maka tidak ada simbol yang dapat merepresentasikannya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Buddha-Buddha masa lampau bergantung pada konvensi duniawi yang memberikan dasar umum bagi pengertian, seperti yang digambarkan oleh kedatanganku kali ini. Hal tersebut diperlukan bahwa Aku dan para semua pengikut Arahant-Ku muncul dalam wujud sementara kita, agar yang lainnya, seperti dirimu, dapat memiliki cara untuk menentukan seperti apakah wujud kita. Jika kita tidak muncul dengan wujud ini, maka tiada seorangpun yang dapat melihat kita.

Pada saat ketika diperlukan untuk berinteraksi dengan realita konvensional, maka vimutti harus dimanifestasikan dengan cara-cara konvensional yang cocok/benar. Dalam kasus vimutti yang murni, ketika dua citta yang telah termurnikan saling berinteraksi satu sama lain, maka yang muncul hanya esensi kualitas dari mengetahui – yang tidak mungkin dijelaskan dengan cara apapun. Maka ketika kita ingin menunjukkan sifat dari kesucian sempurna, maka kita harus menggunakan cara-cara kovensional untuk membantu kita menggambarkan pengalaman dari vimutti. Kita dapat berkata bahwa vimutti adfalah “kondisi pabhassara (bercahaya dengan sendirinya) bebas dari semua nimitta yang merepresentasikan kebahagiaan sempurna”, secara singkat, namun pernyataan ini sudah banyak digunakan dan hanya merupakan metafora konvensional. Seseorang yang mengetahui dengan jelas hal tersebut dalam hatinya, maka tidak akan mungkin memiliki keraguan terhadap vimutti. Oleh karena karakteristik yang sebenarnya tidak akan mungkin dapat dijabarkan, vimutti tidak dapat dibayangkan di dalam artian relatif dan konvensional. Meskipun begitu, vimutti bermanifestasi secara konvensional dan vimutti yang eksis di dalam kondisi asal mulanya, diketahui dengan jelas dan sempurna oleh Arahant. Hal ini mencakup vimutti yang memanifestasikan dirinya dengan cara menggunakan aspek-aspek konvensional di bawah keadaan tertentu, dan vimutti yang eksis di dalam tingkatan asal mulanya yaitu tidak berkondisi. Apakah kamu menanyakan hal ini karena kamu ragu ataukah sebagai sebuah percakapan saja?

Acariya Mun menjawab: “Aku tidak memiliki keraguan terhadap aspek konvensional dari semua Buddha, ataupun aspek yang tidak berkondisi. Pertanyaanku hanyalah merupakan sebuah cara konvensional untuk menunjukkan penghormatan. Meskipun tanpa kedatangan Anda dan para pengikut Arahant, aku tidak memiliki keraguan di mana letak Buddha, Dhamma dan Sangha yang sesungguhnya berada. Ini adalah keyakinanku yang sangat jelas bahwa siapapun yang melihat Dhamma melihat Tathagata. Ini berarti bahwa Sang Buddha, Dhamma dan Sangha masing-masing menunjukkan tingkatan kemurnian yang sama, yang sepenuhnya bebas dari realita konvensional, yang dikenal sebagai Tiga Permata (Triratna).”

Salah satu kritik terhadap Acariya Mun adalah bahwa Kanon Pali tidak mencantumkan satu kejadianpun yang mendukung pernyataan Acariya Mun, bahwa para Arahant yang telah parinibbana datang untuk mendiskusikan Dhamma dengannya dan menunjukkan cara mereka mencapai Nibbana.

Acariya Mun kemudian berkata bila kita menerima bahwa Tipitaka tidak memegang monopoli atas Dhamma, maka tentu saja mereka yang mempraktekkan ajaran Buddha dengan benar akan dengan sendirinya mengetahui segala aspek dari Dhamma, sesuai dengan kemampuan alami mereka, tanpa peduli apakah dicantumkan dalam Tipitaka atau tidak.

Nah disitu Luangta juga hanya menulis apa yg diceritakan. Bahkan di buku legenda spiritual Ajahn Mun . Luangta mengatakan bahwa selain pengalaman dia sendiri tentang Ajahn Mun ketika tinggal bersama selama 7 tahun sebagai asisten Ajahn Mun, beliau juga mengatakan ada beberapa cerita dari murid2 Ajahn Mun lainnya. Dan disitu juga Luangta tidak menyimpulkan apa2 apakah itu benar demikian atau tidak. Dia hanya mengatakan itu samadhi nimitta.

Nah mengenai samadhi nimitta sehingga saya teringat kisah Buddha sebelum mencapai penerangan dia diganggu putri Mara yang muncul, bahkan perwujudan wajah Buddha sendiri. Saya menduga ini semacam "test" atau semacam nimita kilesa atau bisa juga nimitta dhamma. Ini sekiranya terlihat dari jawaban Ajahn Mun yang dibold biru dimana dia tidak mengiyakan ataupun menolak. Sehingga kontroversi atau tidaknya adalah dipikiran kita sendiri.



ini linknya   http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,5087.0.html

Sekarang kembali kepada bro untuk menyelidiki. Salam sejahtera selalu  _/\_
« Last Edit: 27 November 2009, 06:42:21 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #46 on: 27 November 2009, 06:28:45 PM »
Quote
berarti bro bond sama dong dengan saya, tidak bisa mempercayai Tipitaka 100%.

Mengenai mempercayai Tipitaka tentu saya percaya 100 % sebagai alat bantu untuk praktek Dhamma yang berharga. Tetapi dalam menyikapi dan menilai suatu kebenaran atau pencapaian seseorang maka tidak 100% harus berpatokan pada tulisan Tipitaka saja. Banyak pertimbangan lainnya yang patut dipertimbangkan.

Seperti perumpamaan Zen : ketika dua orang bhikkhu ingin menyeberangi sungai dan melihat seorang wanita yang juga ingin menyeberangi di derasnya arus sungai. Maka Salah satu bhikkhu menggendong wanita itu dan menyebrang. Tetapi bhikkhu satunya lagi mengatakan itu tidak boleh....lalu bhikkhu yang menggendong mengatakan "pikiranmulah yang kotor"

« Last Edit: 27 November 2009, 06:30:22 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #47 on: 27 November 2009, 07:16:04 PM »
Mungkin sutta di bawah ini yang saya kutip dari Samyuttanikāya berhubungan dengan topik yang sedang di bahas:

                                                   Upatissasuttaṃ
 
        Sāvatthiyaṃ viharati. Tatra kho āyasmā sāriputto bhikkhū āmantesi – ‘‘āvuso bhikkhave’’ti. ‘‘Āvuso’’ti kho te bhikkhū āyasmato sāriputtassa paccassosuṃ. Āyasmā sāriputto etadavoca –

           ‘Idha mayhaṃ, āvuso, rahogatassa paṭisallīnassa evaṃ cetaso parivitakko udapādi – ‘atthi nu kho taṃ kiñci lokasmiṃ yassa me vipariṇāmaññathābhāvā uppajjeyyuṃ sokaparidevadukkhadomanassupāyāsā’ti? Tassa mayhaṃ, āvuso, etadahosi – ‘natthi kho taṃ kiñci lokasmiṃ yassa me vipariṇāmaññathābhāvā uppajjeyyuṃ sokaparidevadukkhadomanassupāyāsā’’’ti.

          Evaṃ vutte, āyasmā ānando āyasmantaṃ sāriputtaṃ etadavoca – ‘‘satthupi kho te, āvuso sāriputta, vipariṇāmaññathābhāvā nuppajjeyyuṃ sokaparidevadukkhadomanassupāyāsā’’ti? ‘‘Satthupi kho me, āvuso, vipariṇāmaññathābhāvā nuppajjeyyuṃ sokaparidevadukkhadomanassupāyāsā, api ca me evamassa – ‘mahesakkho vata, bho, satthā antarahito mahiddhiko mahānubhāvo. Sace hi bhagavā ciraṃ dīghamaddhānaṃ tiṭṭheyya tadassa bahujanahitāya bahujanasukhāya lokānukampāya atthāya hitāya sukhāya devamanussāna’nti. Tathā hi panāyasmato sāriputtassa dīgharattaṃ ahaṅkāramamaṅkāramānānusayā susamūhatā. Tasmā āyasmato sāriputtassa satthupi vipariṇāmaññathābhāvā nuppajjeyyuṃ sokaparidevadukkhadomanassupāyāsā’’ti. Dutiyaṃ.
                                          
                                        
                                         Khotbah Terhadap Upatissa

         Ketika (Sang Buddha berdiam di Savatthi), Bhikkhu Sāriputta menyapa para bhikkhu - “Para bhikkhu, temanku”. “Teman”, jawab para bhikkhu tersebut. Bhikkhu Sāriputta mengatakan demikian, -

          “Ketika berada dalam kesendirian, pikiran muncul pada diriku demikian – ‘Adakah sesuatu di dunia ini yang ketika berubah akan memunculkan kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada diriku?’. Temanku, kemudian ini muncul padaku – Di dunia ini yang ketika berubah tidak ada yang mampu memunculkan kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada diriku. “

          Ketika ini dikatakan, Bhikkhu Ānanda berkata kepada Bhikkhu Sāriputta demikian – “Temanku, meskipun perubahan (kematian) muncul pada Sang Guru (Buddha), tidakkkah di sana akan muncul kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada dirimu?” (Bhikku Sāriputta) menjawab, “Temanku, meskipun perubahan (kematian) muncul pada Sang Guru (Buddha), di sana tidak akan muncul kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada diriku, namun saya berpikir, ‘Sungguh Sang Buddha yang begitu berpengaruh, sakti dan kuat telah meninggal. Seandainya Sang Buddha hidup lebih lama, hal ini akan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi banyak orang, demi kasing sayang kepada dunia, demi kebaikan,kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi para dewa dan manusia”.

          “Ini tentu disebabkan karena  ‘saya-pembuat (I-making)’, ‘saya pemilik (mine-making)’ dan ‘kecenderungan laten kesombongan’ telah begitu lama dihancurkan secara total oleh Bhikkhu Sāriputta, sehingga meskipun perubahan (kematian) terjadi pada Sang Buddha, kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan tidak muncul pada dirinya.”

May all be happy
« Last Edit: 27 November 2009, 07:18:25 PM by Peacemind »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #48 on: 27 November 2009, 07:27:48 PM »
^
^
Thanks Samanera untuk referensinya.

Jadi ratap tangis = nangis tersedu-sedu? atau
ratap tangis = keluar airmata? atau
Keluar air mata belum tentu ratap tangis.tergantung sebabnya? atau

dan kalo dilihat urutannya "berubah tidak ada yang mampu memunculkan kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada diriku. “ penyebabnya semuanya adalah akusala. So ?   ;D

Biasanya sih...ratap tangis itu berhubungan dengan kesedihan, penderitaan, stress dll.

Kalau menangis bahasa palinya apa dan ratap tangis bahasa palinya apa? dan keluar airmata bahasa palinya apa?



 _/\_



« Last Edit: 27 November 2009, 07:43:56 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #49 on: 27 November 2009, 07:54:53 PM »
^
^

Jadi ratap tangis = nangis tersedu-sedu? atau
ratap tangis = keluar airmata? atau
Keluar air mata belum tentu ratap tangis.tergantung sebabnya? atau

dan kalo dilihat urutannya "berubah tidak ada yang mampu memunculkan kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada diriku. “ penyebabnya semuanya adalah akusala. So ?   ;D

Biasanya sih...ratap tangis itu berhubungan dengan kesedihan, penderitaan, stress dll.

Thanks Samanera untuk referensinya.

 _/\_





Kalau seorang puthujjana, menangis muncul biasanya karena terseret oleh perasaan senang atau sedih. Kalalu air mata muncul tentu bukan hanya karena menangis. Contoh, saat mata dimasuki debu, air mata juga bisa keluar.  :'(  Kalau seorang arahat menangis.. ? Nggak tahu juga.

Namun ada satu cerita menarik dalam Bhaddiyasutta dari Kitab Udana. Di sana, setelah membandingkan  pikirannya yang kini bebas dari ketakutan (karena pencapain2 yang diperolehnya setelah menjadi seorang bhikkhu) dengan kondisi sebelumnya, seorang Bhikkhu bernama Bhaddiya justru mengungkapkan kebahagiaannya dengan mengatakan, "aho sukha,aho sukha - Sungguh kebahagiaan, sungguh kebahagiaan".

Jadi tampaknya setiap bhikkhu berbeda dalam mengekspresikan pencapaiannya.

Be happy.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #50 on: 27 November 2009, 08:33:25 PM »
 [at] _/\_ Sdr Peacemind

Khotbah terhadap Upatissa? ??? Atau Khotbah Upatissa? :)

 [at] Om Bond

Ga masalah, kita sama2 dalam konteks menduga saja. Saya yakin tidak ada yg menjawab di sini melalui pengetahuan langsung. Dan pendapat yg manapun, tdk memengaruhi scr langsung thdp Luangta. Ini hanya sekadar tukar pendapat di forum saja. Terlepas dr Luangta seorang arahat atau bukan, pengabdian beliau thdp Dhamma bukan hal yg patut diabaikan, sebaliknya layak utk dihormati. _/\_

Quote
Misal ketika arahat merasakan sakit mata, dan mengeluarkan airmata. Maka yang terjadi batinnya adalah tak tergoyahkan tapi rasa sakit tetap muncul dan bereaksi dengan keluarnya airmata. Sama halnya rasa bahagia yang muncul dan bereaksi pada simpul2 saraf tertentu hingga muncul airmata. Sementara yang mengetahui hanya menyadari saja dan tidak membiarkan rasa sakit atau rasa bahagia mempengaruhinya tetapi tidak ada kendali atas reaksi rupakhandha. Sama halnya memotong tangan pasti keluar darah.

Kalau kita melihat ke narasumber langsung, saat kakinya terluka oleh pecahan batu pun Sang Buddha tidak mengeluarkan airmata sbg reaksi. Begitu pula saat Maha-moggallana Thera dimassakan oleh para penjahat hingga sekarat. Atau Angulimala Thera yg dilempar batu oleh warga hingga konon 1 batu melesak masuk ke telinga dan merusak gendang telinganya? cmiiw yg terakhir ttg batu, kurang ingat.
Di sini dapat dilihat endurance mereka, para arahat, yang mampu menahankan apapun yg timbul dan terjadi dengan kesabaran dan upekkha. Jika hal2 demikian menyakitkan saja mereka dapat menahankan dengan sabar, apalagi yang menyenangkan seperti piti? Logikanya, lebih gampang keluar air mata karena dipukul atau krn gembira? Dan yg manapun, bukankah menunjukkan bahwa orang tsb terseret oleh perasaan yg timbul dan kurang mindful mengawasi batinnya? Dlm kalimat Anda di atas:
Quote
Masalahnya ketika airmata mengalir dia sedang memberikan dhammadesana, lalu dia langsung sadar bilang "oh... saya mengingat itu semua sampai airmata ini mengalir .....dsb"
Dalam kasus Raja Bhaddiya yg merasakan kebahagiaan luar biasa dr nibbana dan berulang kali mengucapkan, "O, bahagianya," tidak tercatat kalau beliau mengeluarkan airmata setitik pun. Ini bbrp kasus dlm Sutta yg dpt disimpulkan scr implisit bahwa arahat tdk lagi terpengaruh oleh perasaan sukha maupun dukkha.

Bagaimanapun, memang ada hal2 tertinggal tak terjelaskan eksplisit oleh Tipitaka seperti bagaimana bila seorang arahat mengeluarkan airmata? Di sini, jawaban menyunat Kalama Sutta utk mengcounter Tipitaka sendiri saya kira tidak relevan. Karena Kalama Sutta mengajarkan tentang sikap menyelidiki dan tidak menerima begitu saja terhadap persoalan mengenai kamma dan punabbhava, ini dapat diketahui dari isi sutta tsb. Dan itu ditujukan bagi mereka yg belum memiliki keyakinan thdp Tiratana (baca: non-buddhist). Sedangkan bagi mereka yg memiliki keyakinan thdp Tiratana (baca: buddhist), rujukan yg dipakai seharusnya adl 4 Mahapadesa: kewibawaan utama.

Quote
Karena bisa saja ada kasus nantinya seorang arahat begitu pindapata, ada perumah tangga lagi masa-masakan yang menyengat misal bawang, lalu dia mengusap2 karena tidak tahan matanya perih, merah sampai menangis  tersedu2, apakah itu kategori juga hal yang tidak mungkin seorang arahat bersikap demikian. -->reaksi rupakhanda.

Atau disuatu perjalanan tanpa sengaja seorang arahat berjalan pindapata tiba2 segerombolan pendemo berlarian dan ditembak gas airmata oleh pendemo . Akhirnya arahat tersebut mengalami sesak nafas dan mengeluarkan airmata. bagaimana penjelasan sesuai jaman sekarang.?
Joking: Kalau arahatnya Luangta, pasti langsung keluar air mata. Saya cukup yakin itu. ;D

Mettacittena,
_/\_
appamadena sampadetha

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #51 on: 27 November 2009, 09:34:57 PM »
[at] _/\_ Sdr Peacemind

Khotbah terhadap Upatissa? ??? Atau Khotbah Upatissa? :)

 _/\_
Yang benar, Khotbah Upatissa.. Yang saya sebutkan di atas perlu direvisi. Tadinya sewaktu saya mencek, saya tahu itu salah tapi sayangnya sudah nggak bisa dimodifikasi lagi. Saya pikir nggak ada orang yang aware dengan kesalahan ini... Kok ini saudara Jerry jelinya minta ampun.. hehehe...  ;D

Thanks to bring it again...  :)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #52 on: 27 November 2009, 09:38:30 PM »
[at] _/\_ Sdr Peacemind

Khotbah terhadap Upatissa? ??? Atau Khotbah Upatissa? :)

 _/\_
Yang benar, Khotbah Upatissa.. Yang saya sebutkan di atas perlu direvisi. Tadinya sewaktu saya mencek, saya tahu itu salah tapi sayangnya sudah nggak bisa dimodifikasi lagi. Saya pikir nggak ada orang yang aware dengan kesalahan ini... Kok ini saudara Jerry jelinya minta ampun.. hehehe...  ;D

Thanks to bring it again...  :)

Jerry gitu loh... ^-^

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #53 on: 27 November 2009, 10:03:47 PM »
^
^
Thanks Samanera untuk referensinya.

Jadi ratap tangis = nangis tersedu-sedu? atau
ratap tangis = keluar airmata? atau
Keluar air mata belum tentu ratap tangis.tergantung sebabnya? atau

dan kalo dilihat urutannya "berubah tidak ada yang mampu memunculkan kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada diriku. “ penyebabnya semuanya adalah akusala. So ?   ;D

Biasanya sih...ratap tangis itu berhubungan dengan kesedihan, penderitaan, stress dll.

Kalau menangis bahasa palinya apa dan ratap tangis bahasa palinya apa? dan keluar airmata bahasa palinya apa?


 _/\_





Tadi udah saya kutip, kok nggak lihat pertanyaan yang paling bawah..

Menangis = rodana. Bond menangis: Bond rodati. Bond menangis karena digigit anjing: Bond suṇakhena daṭṭho rodati. :D


Kata parideva telah diterjemahkan ke bahasa inggris sebagai lamentation. Visuddhimagga menerangkan bahwa parideva adalah kesedihan yang disertai dengan memukul-mukul dadanya. Jadi dengan jelas ini merupakan an act of crying.. Saya merasa cocok untuk menerjemahkan istilah parideva sebagai ratap tangis..

Kata assupātana bisa diterjemahkan sebgai keluar air mata. assu adalah air mata, pātana: jatuh.. assupātana yang secara literal adalah 'air mata yang jatuh', bisa dikatakan sebagai 'keluar air mata'.

Be happy.


Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #54 on: 27 November 2009, 10:10:54 PM »
[at] _/\_ Sdr Peacemind

Khotbah terhadap Upatissa? ??? Atau Khotbah Upatissa? :)

 _/\_
Yang benar, Khotbah Upatissa.. Yang saya sebutkan di atas perlu direvisi. Tadinya sewaktu saya mencek, saya tahu itu salah tapi sayangnya sudah nggak bisa dimodifikasi lagi. Saya pikir nggak ada orang yang aware dengan kesalahan ini... Kok ini saudara Jerry jelinya minta ampun.. hehehe...  ;D

Thanks to bring it again...  :)

Jerry gitu loh... ^-^
Belajar dari Sdr Peacemind koq.. :whistle: Masih dendam saya di thread lain soal koreksi ttg arahat dan Samma-sambuddha yg tidak terlepas dari kamma-vipaka. :-[

Mettacittena
appamadena sampadetha

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #55 on: 27 November 2009, 10:46:24 PM »
[at] _/\_ Sdr Peacemind

Khotbah terhadap Upatissa? ??? Atau Khotbah Upatissa? :)

 _/\_
Yang benar, Khotbah Upatissa.. Yang saya sebutkan di atas perlu direvisi. Tadinya sewaktu saya mencek, saya tahu itu salah tapi sayangnya sudah nggak bisa dimodifikasi lagi. Saya pikir nggak ada orang yang aware dengan kesalahan ini... Kok ini saudara Jerry jelinya minta ampun.. hehehe...  ;D

Thanks to bring it again...  :)

Jerry gitu loh... ^-^
Belajar dari Sdr Peacemind koq.. :whistle: Masih dendam saya di thread lain soal koreksi ttg arahat dan Samma-sambuddha yg tidak terlepas dari kamma-vipaka. :-[

Mettacittena

Inilah bahayanya kalau kebencian dibalas dengan kebencian.. tidak akan pernah berakhir..  ;D

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #56 on: 28 November 2009, 12:07:12 AM »
tetapi dikatakan Luanta melalui pengalaman AjahnMun bahwa "adanya Buddha bahkan savaka-arahat memuji pencapaian beliau"
apakah setelah anupadisesa nibbana masih ada yg tersisa?
1 pertanyaan, buku tsb karangan Luanta atau langsung Ajahn Mun?
buku tersebut karangan Luanta.....

memang ada benarnya tulisan dalam milinda panha, ajaran murni akan lenyap..
dan sekarang berbagai polemik malah membingunkan....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #57 on: 28 November 2009, 12:09:10 AM »
Lanjutt yoooo  ;D

Pertanyaan .....
Apakah Arahat bisa pikun??
 _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #58 on: 28 November 2009, 12:27:24 AM »
^ Jawab:

Buktiin aja nanti kalau kamu dah arahat! :))

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #59 on: 28 November 2009, 10:08:48 AM »
Ada satu kisah menarik dalam Dhammapada Atthakata:

Ada seorang samanera yang umurnya masih sangat muda (mungkin dibawah sepuluh tahun) tetapi telah mencapai tingkat kesucian Arahat. Suatu ketika beliau sedang mengipasi gurunya yang sedang beristirahat tidur.
Guru beliau rupanya pada waktu itu bermimpi, tanpa disadari tangannya menyodok kipas yang sedang dipegang oleh Samanera tersebut. sehingga menyebabkan kipas yang dipegang Samanera menusuk matanya sendiri.

Sebagai akibatnya bola mata Samanera keluar dari rongga matanya.
Samanera tidak mengeluh atau menangis, ia tetap melaksanakan tugasnya mengipas gurunya, sambil tangan yang satu menutupi rongga matanya yang berdarah, yang sudah tak ada bola matanya.

Ketika gurunya bangun lalu ia melihat Samanera sedang mengipasinya dengan tangan menutupi rongga matanya yang berdarah, lalu ia bertanya, "ada apa denganmu? mengapa matamu?" lalu Samanera menceritakan apa yang dialaminya, kepada gurunya.

Gurunya lalu merasa bersalah, (kalau tidak salah akhir ceritanya lalu berjuang dengan sungguh-sungguh hingga mencapai kesucian).

 _/\_
« Last Edit: 28 November 2009, 10:34:07 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #60 on: 28 November 2009, 10:33:38 AM »
[at] _/\_ Sdr Peacemind

Khotbah terhadap Upatissa? ??? Atau Khotbah Upatissa? :)

 [at] Om Bond

Ga masalah, kita sama2 dalam konteks menduga saja. Saya yakin tidak ada yg menjawab di sini melalui pengetahuan langsung. Dan pendapat yg manapun, tdk memengaruhi scr langsung thdp Luangta. Ini hanya sekadar tukar pendapat di forum saja. Terlepas dr Luangta seorang arahat atau bukan, pengabdian beliau thdp Dhamma bukan hal yg patut diabaikan, sebaliknya layak utk dihormati.
 _/\_

Saya pikir juga demikian   ;D  _/\_

Quote
Misal ketika arahat merasakan sakit mata, dan mengeluarkan airmata. Maka yang terjadi batinnya adalah tak tergoyahkan tapi rasa sakit tetap muncul dan bereaksi dengan keluarnya airmata. Sama halnya rasa bahagia yang muncul dan bereaksi pada simpul2 saraf tertentu hingga muncul airmata. Sementara yang mengetahui hanya menyadari saja dan tidak membiarkan rasa sakit atau rasa bahagia mempengaruhinya tetapi tidak ada kendali atas reaksi rupakhandha. Sama halnya memotong tangan pasti keluar darah.

Kalau kita melihat ke narasumber langsung, saat kakinya terluka oleh pecahan batu pun Sang Buddha tidak mengeluarkan airmata sbg reaksi. Begitu pula saat Maha-moggallana Thera dimassakan oleh para penjahat hingga sekarat. Atau Angulimala Thera yg dilempar batu oleh warga hingga konon 1 batu melesak masuk ke telinga dan merusak gendang telinganya? cmiiw yg terakhir ttg batu, kurang ingat.
Di sini dapat dilihat endurance mereka, para arahat, yang mampu menahankan apapun yg timbul dan terjadi dengan kesabaran dan upekkha. Jika hal2 demikian menyakitkan saja mereka dapat menahankan dengan sabar, apalagi yang menyenangkan seperti piti? Logikanya, lebih gampang keluar air mata karena dipukul atau krn gembira? Dan yg manapun, bukankah menunjukkan bahwa orang tsb terseret oleh perasaan yg timbul dan kurang mindful mengawasi batinnya? Dlm kalimat Anda di atas:

Kasus yang mas Jerry, bisa dikatakan bahwa jika karena hal2 yg menyebakan sakit(akusala Vipaka) dan direspon dengan airmata maka ini penyebabnya adalah kesedihan dan itu saja yang tertulis dalam Tipitaka yg tidak mungkin terjadi. Permasalahannya kasus Luangta tidak ada tertulis mengenai jika penyebabnya kebahagiaan. Jika alasannya upekha dan emosi. Maka ini tidak menjadi dasar dalam kasus seorang arahat. Seperti pertanyaan saya tentang Pilinda vacca yg berbicara kasar. Bisa dibayangkan jika umat awam dipanggil "hei sial, sini kamu" maka alasan kurang upekha dan kurang pengendalian diri dapat dijadikan alasan juga. Bahkan berbicara kasar pun dalam abhiddhamma saya yakin adalah akusala. Demikian Ananda yg membakar dirinya dan mempertunjukan abinna dihadapan umum. Tapi tentu ada pertimbangan lain yg patut dipikirkan lebih jauh.  Jika kembali kepada Pilinda, dalam hal ini ada penjelasan SB sehingga terlihat ada pengecualian. Tetapi sempat ada keraguan diantara bhikkhu hingga menanyakan hal ini kepada SB. Memang sakit lebih gampang mengeluarkan airmata, tapi respon rupakhanda ini sangat kompleks, sakit bisa keluar airmata, bahagia juga bisa dsb. Dan seorang yg tertembak pun bisa kesakitan dan tapi tidak keluar airmata pada umat awam, contoh lainnya kwan kong sewaktu dioperasi tanpa bius malah sambil baca buku lagi. Jadi ini mungkin tergantung perasaan dan respon indera yg paling dekat kesensitifannya. Contoh : jika yang kena kaki, umat awam pun bisa tahan sakit tanpa keluar airmata dan banyak kasusnya. Jadi saya rasa respon ini sangat kompleks. Sehingga jangan semua kondisi lallu digeneralisasi si A sakit aja tidak keluar airmata atau si A saja bahagia tidak keluar airmata tentu tidak demikian bukan.Sebenarnya yang harus diteliti kasus per kasus sesuai penyebabnya sehingga banyak ragam kasus pencapaian arahat ataupun perilaku arahat yg kadang terlihat nyeleneh. Bahkan Saya akan berbagi sedikit pengalaman ketika saya bermeditasi...saya pernah merasakan piti begitu hebat lalu dibarengi sukha..saat itu saya hanya mengamati dengan upekha dan kemudian piti hilang hanya ada sukha saja dan tetap saya sadari kemudian hanya ada keheningan saja saat itu dan hanya disadari dan setelah beberapa saat kemudian  keluar dari meditasi, saya lihat pipi saya basah karena keluar airmata airmata...Ada juga kasus dimana sahabat saya(muslim)memasuki upacara samadhi dan melihat nimitta dan piti muncul dengan kuatnya...ia langsung tidak tahan(tidak bisa upekha) karena begitu kuatnya piti akhirnya keluar dari meditasinya secara perlahan dan keluar airmata juga dan begitu dia mengingat kejadian pengalamannya dia langsung terisak2 karena kebahagiaan itu..hal itu ia ceritakan sendiri kepada saya dan dibanyak peserta retreat. Ia muridnya Pak Merta Ada. Dan pernah ikut retreat bersama Sayadaw U Aganna. Tentu saya pun tidak ingin menyimpulkan pengalaman ini sebagai suatu pembenaran tapi silakan diteliti. Yang saya lihat memang masalah ini kompleks sekali.
Quote
Masalahnya ketika airmata mengalir dia sedang memberikan dhammadesana, lalu dia langsung sadar bilang "oh... saya mengingat itu semua sampai airmata ini mengalir .....dsb"
Dalam kasus Raja Bhaddiya yg merasakan kebahagiaan luar biasa dr nibbana dan berulang kali mengucapkan, "O, bahagianya," tidak tercatat kalau beliau mengeluarkan airmata setitik pun. Ini bbrp kasus dlm Sutta yg dpt disimpulkan scr implisit bahwa arahat tdk lagi terpengaruh oleh perasaan sukha maupun dukkha. -->ini kalo dilihat logika umat awam dan abhidhamma pada putthujana. Kembali lagi pada pengecualian Pilinda Vacca berbicara kasar , maka saya katakan dia kurang sati..(tentu alasannya adalah Buddha sudah menjelaskan, jika tidak ada penjelasan maka apa respon kita?) dan Ananda mempertunjukan abinna dan membakar diri, dan Bhikkhu Channa mencapai arahat dengan bunuh diri. Khusus bhikkhu Channa kalau ingin disimpulkan secara awam, pasti sebelum arahat dia sudah minimal sotapanna pasti sudah tidak ada miccha ditthi untuk bunuh diri. Tapi koq bisa....inilah kompleksnya Dhamma dimana anda dan saya sama2 meraba ;))

Bagaimanapun, memang ada hal2 tertinggal tak terjelaskan eksplisit oleh Tipitaka seperti bagaimana bila seorang arahat mengeluarkan airmata? Oleh karena itu harus diteliti kembali bukan..?

Di sini, jawaban menyunat Kalama Sutta utk mengcounter Tipitaka sendiri saya kira tidak relevan. Karena Kalama Sutta mengajarkan tentang sikap menyelidiki dan tidak menerima begitu saja terhadap persoalan mengenai kamma dan punabbhava, ini dapat diketahui dari isi sutta tsb. Dan itu ditujukan bagi mereka yg belum memiliki keyakinan thdp Tiratana (baca: non-buddhist). Sedangkan bagi mereka yg memiliki keyakinan thdp Tiratana (baca: buddhist), rujukan yg dipakai seharusnya adl 4 Mahapadesa: kewibawaan utama.

Pernyataan kalama sutta untuk mengcounter Tipitaka sendiri bukan masalah relevan atau relevan tetapi saya melihatnya bahwa bukansemata2 karena apa yg tertulis dan tidak yang tertulis kita menjustifikasi kebenaran ataupun pencapaian seseorang. Artinya makna kedalaman Dhamma yang terkandung didalamnya. KAlau mau diperdebatkan secara scholar maka akan ada argumen, 4 mahapdesa kan juga tulisan :)), tapi bukan itu yg saya maksudkan. Semoga mas Jerry mengerti apa yg saya maksudkan. _/\_

Quote
Karena bisa saja ada kasus nantinya seorang arahat begitu pindapata, ada perumah tangga lagi masa-masakan yang menyengat misal bawang, lalu dia mengusap2 karena tidak tahan matanya perih, merah sampai menangis  tersedu2, apakah itu kategori juga hal yang tidak mungkin seorang arahat bersikap demikian. -->reaksi rupakhanda.

Atau disuatu perjalanan tanpa sengaja seorang arahat berjalan pindapata tiba2 segerombolan pendemo berlarian dan ditembak gas airmata oleh pendemo . Akhirnya arahat tersebut mengalami sesak nafas dan mengeluarkan airmata. bagaimana penjelasan sesuai jaman sekarang.?
Joking: Kalau arahatnya Luangta, pasti langsung keluar air mata. Saya cukup yakin itu. ;D

 :))

Mettacittena,
_/\_
« Last Edit: 28 November 2009, 10:40:19 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #61 on: 28 November 2009, 10:46:31 AM »
Ada satu kisah menarik dalam Dhammapada Atthakata:

Ada seorang samanera yang umurnya masih sangat muda (mungkin dibawah sepuluh tahun) tetapi telah mencapai tingkat kesucian Arahat. Suatu ketika beliau sedang mengipasi gurunya yang sedang beristirahat tidur.
Guru beliau rupanya pada waktu itu bermimpi, tanpa disadari tangannya menyodok kipas yang sedang dipegang oleh Samanera tersebut. sehingga menyebabkan kipas yang dipegang Samanera menusuk matanya sendiri.

Sebagai akibatnya bola mata Samanera keluar dari rongga matanya.
Samanera tidak mengeluh atau menangis, ia tetap melaksanakan tugasnya mengipas gurunya, sambil tangan yang satu menutupi rongga matanya yang berdarah, yang sudah tak ada bola matanya.

Ketika gurunya bangun lalu ia melihat Samanera sedang mengipasinya dengan tangan menutupi rongga matanya yang berdarah, lalu ia bertanya, "ada apa denganmu? mengapa matamu?" lalu Samanera menceritakan apa yang dialaminya, kepada gurunya.

Gurunya lalu merasa bersalah, (kalau tidak salah akhir ceritanya lalu berjuang dengan sungguh-sungguh hingga mencapai kesucian).

 _/\_

Bener mbah ngak nangis?  ;D

Logikanya gini saat ketusuk bola mata keluar sudah pasti airmata yang keluar bercampur darah... coba lihat susunan semua yg ada pada saraf mata, cairan bola mata dan bebagai hal yang menyebabkan cairan airmata--Bisa diteliti dari ilmu kedokteran. Ada ngak cerita arahat kelilipan. :))

Sayang saat itu tidak ada yg meneliti darahnya mengandung apa saja ;))

Dan ada kasus orang  keluar airmata darah. Kalau tidak salah kasusnya ditimur tengah. Gimana nih tanggapan mbah dan teman2 lainnya.
« Last Edit: 28 November 2009, 10:49:54 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #62 on: 28 November 2009, 11:01:02 AM »
Tambahan :

Sebenarnya kalo mau dibuktikan tentang Luangta gampang koq, semua Bhikkhu yang punya abinna dan disinyalir mencapai semua tingkatan ariya pugala...lalu dipanggil pula para dokter untuk memeriksa setiap reaksi tubuh terhadap batin/perasaan2 yang muncul. Lalu dijadikanlah objek peneilitian. Jadi ada sisi keilimiahannya dan spiritualnya.

 ;D

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #63 on: 28 November 2009, 11:16:48 AM »
Sdr Bond yang baik,

Menurut Abhidhamma seorang Arahat batinnya sudah tak memiliki kemelekatan terhadap segala sesuatu yang muncul pada kelima khandha (panca khandha), bila ada sesuatu hal yang muncul dan memerlukan pemikiran maka Ia harus mengarahkan batinnya untuk berpikir, menganalisa dsbnya, semua ini tidak terjadi secara otomatis seperti pada Putthujana dan inilah yang dimaksud dalam Abhidhamma sebagai Kiriya

Seorang Arahat memiliki batin yang seimbang juga disebabkan ketidak melekatannya pada kelima khandha sehingga tidak merespon terhadap apapun yang muncul pada kelima khandha (kecuali) menginginkannya.

Sekedar gambaran: pada latihan Vipassana yang saya ikuti bahkan kita diajarkan oleh pembimbing harus sadar ketika hendak mengedipkan mata.

Bukan hanya kedipan mata, bahkan setiap arus batin yang muncul, apapun bentuknya berusaha untuk disadari. Pada Arahat semua respon terhadap gerakan batin selalu terjadi secara sadar tidak terjadi secara spontan atau otomatis, semua disadari jadi harus diarahkan. Seorang Arahat sadar ketika menutup mata atau membuka mata.

Seorang arahat melihat semua kejadian yang terjadi di alam semesta sebagai hal yang alami (natural). Ia selalu melihat segala sesuatu apa adanya. Ia sudah tak merespon (secara otomatis) Apapun bentuk-bentuk yang nampak maupun yang muncul pada batin.

Apakah ada keseimbangan batin bila muncul pikiran terharu misalnya: menyadari keagungan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha? Atau ia merasa terharu pada kebaikan dan kemuliaan hati yang dilakukan seseorang kepadanya?

Akankah muncul suatu respon dalam bentuk perasaan terharu, bila seseorang yang penuh konsentrasi dan kesadaran melihat apapun yang muncul dalam dirinya tanpa menanggapi? Ini sebenarnya seiring diulas. Mari kita bertanya pada diri sendiri,  apakah suatu bentuk batin entah baik atau buruk, akan bertabah besar bila tak ditanggapi? Akankah suatu api bertambah besar bila tak disiram minyak atau bila tak ditambah bahan bakarnya?

Jangankan seorang Arahat yang luar biasa, sedangkan seorang meditator Vipassana (tentu yang sudah agak maju) bila mampu menyadari dengan cepat maka bentuk-bentuk batin seketika lenyap waktu disadari.

Dengan fakta yang dialami seorang meditator demikian, wajarkah bila ia kemudian menyatakan bahwa seorang Arahat tak mungkin menangis atau tertawa?

 _/\_

« Last Edit: 28 November 2009, 11:20:25 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #64 on: 28 November 2009, 11:43:22 AM »
Sdr Bond yang baik,

Menurut Abhidhamma seorang Arahat batinnya sudah tak memiliki kemelekatan terhadap segala sesuatu yang muncul pada kelima khandha (panca khandha), bila ada sesuatu hal yang muncul dan memerlukan pemikiran maka Ia harus mengarahkan batinnya untuk berpikir, menganalisa dsbnya, semua ini tidak terjadi secara otomatis seperti pada Putthujana dan inilah yang dimaksud dalam Abhidhamma sebagai Kiriya

Seorang Arahat memiliki batin yang seimbang juga disebabkan ketidak melekatannya pada kelima khandha sehingga tidak merespon terhadap apapun yang muncul pada kelima khandha (kecuali) menginginkannya.

Sekedar gambaran: pada latihan Vipassana yang saya ikuti bahkan kita diajarkan oleh pembimbing harus sadar ketika hendak mengedipkan mata.

Bukan hanya kedipan mata, bahkan setiap arus batin yang muncul, apapun bentuknya berusaha untuk disadari. Pada Arahat semua respon terhadap gerakan batin selalu terjadi secara sadar tidak terjadi secara spontan atau otomatis, semua disadari jadi harus diarahkan. Seorang Arahat sadar ketika menutup mata atau membuka mata.

Seorang arahat melihat semua kejadian yang terjadi di alam semesta sebagai hal yang alami (natural). Ia selalu melihat segala sesuatu apa adanya. Ia sudah tak merespon (secara otomatis) Apapun bentuk-bentuk yang nampak maupun yang muncul pada batin.

Apakah ada keseimbangan batin bila muncul pikiran terharu misalnya: menyadari keagungan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha? Atau ia merasa terharu pada kebaikan dan kemuliaan hati yang dilakukan seseorang kepadanya?

Akankah muncul suatu respon dalam bentuk perasaan terharu, bila seseorang yang penuh konsentrasi dan kesadaran melihat apapun yang muncul dalam dirinya tanpa menanggapi? Ini sebenarnya seiring diulas. Mari kita bertanya pada diri sendiri,  apakah suatu bentuk batin entah baik atau buruk, akan bertabah besar bila tak ditanggapi? Akankah suatu api bertambah besar bila tak disiram minyak atau bila tak ditambah bahan bakarnya?

Jangankan seorang Arahat yang luar biasa, sedangkan seorang meditator Vipassana (tentu yang sudah agak maju) bila mampu menyadari dengan cepat maka bentuk-bentuk batin seketika lenyap waktu disadari.

Dengan fakta yang dialami seorang meditator demikian, wajarkah bila ia kemudian menyatakan bahwa seorang Arahat tak mungkin menangis atau tertawa?

 _/\_



Mbah Fabian yg baik,

penjelasan Ko Fabian sudah saya jawab termasuk kerancuannya pada tulisan2 diatas. smoga membacanya,tetapi mbah menghindar dari pertanyaan saya lho. ;D

Anggaplah saya orang yang ingin tahu/bodoh/serta keras kepala untuk tahu..tentu mbah kan lebih pengalaman..dan saya lihat mbah mengatakan memiliki alasan kuat untuk ini yang saya tafsirkan mbah memiliki suatu kepastian arahat tidak mungkin menangis... tetapi mengapa tidak menjawab pertanyaan saya  di hal Reply #2, bukankah itu penghindaran? Penjelasan diatas tidak menjadi valid kalau tidak menjawab dulu pertanyaan saya.
 
Umat awam tidak terikat vinaya bhikkhu, jadi ngak usah malu2 mbah.

Terima kasih

 _/\_

« Last Edit: 28 November 2009, 12:01:09 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #65 on: 28 November 2009, 01:20:15 PM »
Sdr Bond yang baik,

Menurut Abhidhamma seorang Arahat batinnya sudah tak memiliki kemelekatan terhadap segala sesuatu yang muncul pada kelima khandha (panca khandha), bila ada sesuatu hal yang muncul dan memerlukan pemikiran maka Ia harus mengarahkan batinnya untuk berpikir, menganalisa dsbnya, semua ini tidak terjadi secara otomatis seperti pada Putthujana dan inilah yang dimaksud dalam Abhidhamma sebagai Kiriya

Seorang Arahat memiliki batin yang seimbang juga disebabkan ketidak melekatannya pada kelima khandha sehingga tidak merespon terhadap apapun yang muncul pada kelima khandha (kecuali) menginginkannya.

Sekedar gambaran: pada latihan Vipassana yang saya ikuti bahkan kita diajarkan oleh pembimbing harus sadar ketika hendak mengedipkan mata.

Bukan hanya kedipan mata, bahkan setiap arus batin yang muncul, apapun bentuknya berusaha untuk disadari. Pada Arahat semua respon terhadap gerakan batin selalu terjadi secara sadar tidak terjadi secara spontan atau otomatis, semua disadari jadi harus diarahkan. Seorang Arahat sadar ketika menutup mata atau membuka mata.

Seorang arahat melihat semua kejadian yang terjadi di alam semesta sebagai hal yang alami (natural). Ia selalu melihat segala sesuatu apa adanya. Ia sudah tak merespon (secara otomatis) Apapun bentuk-bentuk yang nampak maupun yang muncul pada batin.

Apakah ada keseimbangan batin bila muncul pikiran terharu misalnya: menyadari keagungan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha? Atau ia merasa terharu pada kebaikan dan kemuliaan hati yang dilakukan seseorang kepadanya?

Akankah muncul suatu respon dalam bentuk perasaan terharu, bila seseorang yang penuh konsentrasi dan kesadaran melihat apapun yang muncul dalam dirinya tanpa menanggapi? Ini sebenarnya seiring diulas. Mari kita bertanya pada diri sendiri,  apakah suatu bentuk batin entah baik atau buruk, akan bertabah besar bila tak ditanggapi? Akankah suatu api bertambah besar bila tak disiram minyak atau bila tak ditambah bahan bakarnya?

Jangankan seorang Arahat yang luar biasa, sedangkan seorang meditator Vipassana (tentu yang sudah agak maju) bila mampu menyadari dengan cepat maka bentuk-bentuk batin seketika lenyap waktu disadari.

Dengan fakta yang dialami seorang meditator demikian, wajarkah bila ia kemudian menyatakan bahwa seorang Arahat tak mungkin menangis atau tertawa?

 _/\_



Mbah Fabian yg baik,

penjelasan Ko Fabian sudah saya jawab termasuk kerancuannya pada tulisan2 diatas. smoga membacanya,tetapi mbah menghindar dari pertanyaan saya lho. ;D

Anggaplah saya orang yang ingin tahu/bodoh/serta keras kepala untuk tahu..tentu mbah kan lebih pengalaman..dan saya lihat mbah mengatakan memiliki alasan kuat untuk ini yang saya tafsirkan mbah memiliki suatu kepastian arahat tidak mungkin menangis... tetapi mengapa tidak menjawab pertanyaan saya  di hal Reply #2, bukankah itu penghindaran? Penjelasan diatas tidak menjadi valid kalau tidak menjawab dulu pertanyaan saya.
 
Umat awam tidak terikat vinaya bhikkhu, jadi ngak usah malu2 mbah.

Terima kasih

 _/\_



Saudara Bond yang baik,

Alasan mengapa saya tak mau menanggapi reply #2 adalah karena saya tak mau terlibat lebih jauh untuk mengungkapkan hal-hal yang kiranya menurut saya kurang tepat dilakukan oleh seorang Bhikkhu.

Diskusi dengan topik demikian bagi saya kurang nyaman.

Oleh karena itu saya tidak mau lebih jauh menanggapi diskusi ini bila akhirnya mengungkap hal-hal tsb lebih jauh, lebih baik diskusi diarahkan pada topik mengenai bagaimana keadaan batin seorang Arahat menurut Tipitaka/atthakata dan pengalaman meditator, apakah bisa menangis atau tidak, lalu dari sana masing-masing pembaca menilai sendiri.

Harap saudara Bond maklum, diwaktu saya masih semangat muda beberapa kali saya mengkultuskan bhikkhu, dan kemudian ternyata bhikkhu tersebut melakukan hal-hal yang tidak pantas.
Kemudian saya kecewa dan marah kepada bhikkhu tersebut. Oleh karena itu saya tak pernah lagi meng-kultuskan bhikkhu.

Oleh karena saya tak pernah lagi mengkultuskan bhikkhu maka bila ada bhikhu melakukan hal yang menurut saya tidak pantas maka saya dapat menerima dan memaklumi. Memaklumi maksudnya berkata dalam hati "yah itu hal yang wajar dilakukan bila seseorang batinnya belum sepenuhnya terbebaskan", Jadi... bila ada bhikkhu yang melakukan hal-hal yang tidak pantas saya tidak kecewa.

Saya teringat ada cerita yang terjadi di masa yang lampau, ada seseorang yang dijuluki "jiwa yang agung", suatu ketika ia berjalan dengan pengikutnya, kemudian di suatu tempat tiba-tiba muncul seseorang lalu meludahi mukanya didepan para pengikutnya. Tentu saja serentak para pengikut yang mengiringinya menangkap orang itu lalu ramai ramai akan memukulinya.

"Jiwa agung" lalu melerai dan menyuruh pengikutnya melepaskan orang itu. Dengan heran mereka bertanya "mengapa anda menyuruh kami melepaskan orang itu?"
Jawab sang jiwa agung, "yang diludahi adalah saya, seharusnya saya yang marah, saya yang diludahi saja tidak marah, mengapa kalian marah kepada dia? apakah dia meludahi kalian?".

Semoga ini menjadi bahan perenungan kita semua.

Oh ya yang dimaksud Jiwa agung tersebut adalah Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih dikenal sebagai Mahatma Gandhi.

 _/\_
« Last Edit: 28 November 2009, 01:27:16 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #66 on: 28 November 2009, 01:45:15 PM »
Latar belakang Y.A. Pilinda vaccha, yang suka memanggil orang lain dengan sebutan "candala...candala..." disebabkan dalam kehidupan beliau yang lampau, selama 500 kelahiran beliau selalu terlahir di keluarga brahmana terpandang. Sehingga terbiasa memanggil orang dengan sebutan Candala...Candala... (outcaste...outcaste....)

Mungkin padanannya ceritanya demikian: ada seseorang yang terbiasa memanggil orang lain lu-gua....bahkan kepada orang yang jauh lebih tua umurnya dari dia. Mungkin kita beranggapan ini orang kok ngomong kasar terhadap orang yang jauh lebih tua daripada dia?

Tetapi bila kita tahu latar belakangnya bahwa, dari kecil ia terbiasa memanggil lu-gua terhadap semua orang, bahkan terhadap orang tuanya sendiri. Apakah ia bermaksud menghina ketika memanggil orang lain yang jauh lebih tua dari dia dengan lu-gua? Walaupun ia berbicara tanpa bermaksud kurang ajar umumnya kita tak dapat menerima kan?

Demikian juga dengan Y.A. Pilindavaccha, ia memanggil orang bukan dengan pikiran buruk, itu hanya kebiasaan yang mengakar.

 _/\_
« Last Edit: 28 November 2009, 01:51:50 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #67 on: 28 November 2009, 03:32:24 PM »
Sdr Bond yang baik,

Menurut Abhidhamma seorang Arahat batinnya sudah tak memiliki kemelekatan terhadap segala sesuatu yang muncul pada kelima khandha (panca khandha), bila ada sesuatu hal yang muncul dan memerlukan pemikiran maka Ia harus mengarahkan batinnya untuk berpikir, menganalisa dsbnya, semua ini tidak terjadi secara otomatis seperti pada Putthujana dan inilah yang dimaksud dalam Abhidhamma sebagai Kiriya

Seorang Arahat memiliki batin yang seimbang juga disebabkan ketidak melekatannya pada kelima khandha sehingga tidak merespon terhadap apapun yang muncul pada kelima khandha (kecuali) menginginkannya.

Sekedar gambaran: pada latihan Vipassana yang saya ikuti bahkan kita diajarkan oleh pembimbing harus sadar ketika hendak mengedipkan mata.

Bukan hanya kedipan mata, bahkan setiap arus batin yang muncul, apapun bentuknya berusaha untuk disadari. Pada Arahat semua respon terhadap gerakan batin selalu terjadi secara sadar tidak terjadi secara spontan atau otomatis, semua disadari jadi harus diarahkan. Seorang Arahat sadar ketika menutup mata atau membuka mata.

Seorang arahat melihat semua kejadian yang terjadi di alam semesta sebagai hal yang alami (natural). Ia selalu melihat segala sesuatu apa adanya. Ia sudah tak merespon (secara otomatis) Apapun bentuk-bentuk yang nampak maupun yang muncul pada batin.

Apakah ada keseimbangan batin bila muncul pikiran terharu misalnya: menyadari keagungan Sang Buddha, Dhamma dan Sangha? Atau ia merasa terharu pada kebaikan dan kemuliaan hati yang dilakukan seseorang kepadanya?

Akankah muncul suatu respon dalam bentuk perasaan terharu, bila seseorang yang penuh konsentrasi dan kesadaran melihat apapun yang muncul dalam dirinya tanpa menanggapi? Ini sebenarnya seiring diulas. Mari kita bertanya pada diri sendiri,  apakah suatu bentuk batin entah baik atau buruk, akan bertabah besar bila tak ditanggapi? Akankah suatu api bertambah besar bila tak disiram minyak atau bila tak ditambah bahan bakarnya?

Jangankan seorang Arahat yang luar biasa, sedangkan seorang meditator Vipassana (tentu yang sudah agak maju) bila mampu menyadari dengan cepat maka bentuk-bentuk batin seketika lenyap waktu disadari.

Dengan fakta yang dialami seorang meditator demikian, wajarkah bila ia kemudian menyatakan bahwa seorang Arahat tak mungkin menangis atau tertawa?

 _/\_



Mbah Fabian yg baik,

penjelasan Ko Fabian sudah saya jawab termasuk kerancuannya pada tulisan2 diatas. smoga membacanya,tetapi mbah menghindar dari pertanyaan saya lho. ;D

Anggaplah saya orang yang ingin tahu/bodoh/serta keras kepala untuk tahu..tentu mbah kan lebih pengalaman..dan saya lihat mbah mengatakan memiliki alasan kuat untuk ini yang saya tafsirkan mbah memiliki suatu kepastian arahat tidak mungkin menangis... tetapi mengapa tidak menjawab pertanyaan saya  di hal Reply #2, bukankah itu penghindaran? Penjelasan diatas tidak menjadi valid kalau tidak menjawab dulu pertanyaan saya.
 
Umat awam tidak terikat vinaya bhikkhu, jadi ngak usah malu2 mbah.

Terima kasih

 _/\_



Saudara Bond yang baik,

Alasan mengapa saya tak mau menanggapi reply #2 adalah karena saya tak mau terlibat lebih jauh untuk mengungkapkan hal-hal yang kiranya menurut saya kurang tepat dilakukan oleh seorang Bhikkhu.

Diskusi dengan topik demikian bagi saya kurang nyaman.

Oleh karena itu saya tidak mau lebih jauh menanggapi diskusi ini bila akhirnya mengungkap hal-hal tsb lebih jauh, lebih baik diskusi diarahkan pada topik mengenai bagaimana keadaan batin seorang Arahat menurut Tipitaka/atthakata dan pengalaman meditator, apakah bisa menangis atau tidak, lalu dari sana masing-masing pembaca menilai sendiri.

Harap saudara Bond maklum, diwaktu saya masih semangat muda beberapa kali saya mengkultuskan bhikkhu, dan kemudian ternyata bhikkhu tersebut melakukan hal-hal yang tidak pantas.
Kemudian saya kecewa dan marah kepada bhikkhu tersebut. Oleh karena itu saya tak pernah lagi meng-kultuskan bhikkhu.

Oleh karena saya tak pernah lagi mengkultuskan bhikkhu maka bila ada bhikhu melakukan hal yang menurut saya tidak pantas maka saya dapat menerima dan memaklumi. Memaklumi maksudnya berkata dalam hati "yah itu hal yang wajar dilakukan bila seseorang batinnya belum sepenuhnya terbebaskan", Jadi... bila ada bhikkhu yang melakukan hal-hal yang tidak pantas saya tidak kecewa.

Saya teringat ada cerita yang terjadi di masa yang lampau, ada seseorang yang dijuluki "jiwa yang agung", suatu ketika ia berjalan dengan pengikutnya, kemudian di suatu tempat tiba-tiba muncul seseorang lalu meludahi mukanya didepan para pengikutnya. Tentu saja serentak para pengikut yang mengiringinya menangkap orang itu lalu ramai ramai akan memukulinya.

"Jiwa agung" lalu melerai dan menyuruh pengikutnya melepaskan orang itu. Dengan heran mereka bertanya "mengapa anda menyuruh kami melepaskan orang itu?"
Jawab sang jiwa agung, "yang diludahi adalah saya, seharusnya saya yang marah, saya yang diludahi saja tidak marah, mengapa kalian marah kepada dia? apakah dia meludahi kalian?".

Semoga ini menjadi bahan perenungan kita semua.

Oh ya yang dimaksud Jiwa agung tersebut adalah Mohandas Karamchand Gandhi atau yang lebih dikenal sebagai Mahatma Gandhi.

 _/\_

Ko Fabian yg baik,

Dalam hal ini saya tidak mengkultuskan bhikkhu tetapi bila sebuah pernyataan yg pasti tentu harus bisa dipertanggungjawabkan didepan umum apabila itu juga diutarakan didepan umum. Saya tidak tau apa yg dimaksud mbah tidak ingin menungkapkan hal2 yang lebih jauh?
katakan itu hal yang kontroversi, maka apakah mbah pernah tinggal bersama Luangta, melihatnya sendiri, berdiskusi dengan dia? Jadi sebaiknya membuat alasan tanpa dasar apalagi Luangta bagian dari Sangha. Dengan kepastian pernyataan mbah bahwa Luangta pasti belum arahat bisa menyesatkan mereka yg masih minim pengetahuan Dhammanya dan jika isu itu bukan dilihat dengan mata kepala sendiri hanya karena desas-desus dan tidak sesuai kenyataan tentu mbah juga tau akibat bagi diri mbah sendiri. Saya sendiri telah menyaksikan sendiri tentang dia. Dan saya akan mempertanyakan hal yg sama bukan hanya karena Luangta saja..tetapi jika ada Bhikkhu yang diperlakukan tanpa dasar yang kuat dan cukup bukti. Saya pun senang berdiskusi dengan teman2 lain yang dengan jujur mengakui bahwa tidak sada seorang pun tau batin orang lain apalagi arahat. Sehingga diskusi hanya sebatas argumen2 biasa.

Ini contoh nyata implikasi yang tidak baik..

Quote
by maya devi

Dulu teman saya sempat terpengaruh dengan ucapan seorang moderator buddhis yang menyinggung tentang seorang yang mengaku arahat tetapi menangis.
Kita sama-sama tahu siapakah yang dimaksud sang moderator.
Saya kasihan melihat reaksi teman saya, sampe dia kehilangan kesempatan bertemu dengan Luangta. Ketika teman berkomentar saya cuma bilang coba aja ketemu, setelah ketemu dia pasti ga mampu berkomentar  

Lihat implikasi diatas.
sekalipun diforum terbuka ini dikembalikan diri masing2. Tapi orang yg mengatakan itu tetap ada andil pada kamma buruk. apalagi hal itu bukan fakta. Jika fakta maka harus dibuktikan . Jika tidak, itu suatu penghinaan terhadap  Sangha. Ingat Bhikkhu adalah simbol sangha, jika ia patut dicela maka harus ada bukti kuat. Dan Sangha di Thailand memiliki wewenang untuk itu. Boleh2 saja2 ada yang menanggap saya marah dan masih muda karena mengkultuskan tapi saya siap mengaku salah jika saya salah, dan saya siap menanggung apabila saya salah menilai nantinya ketika bukti kuat itu ada. Bagi saya mbah siapapun bhikkhu sama saja sebagai simbol sangha tapi jangan sembarangan ngomong. Bisa2 nanti ada yg bilang bhikkhu A begini dan bhikkhu B begitu.
Kalau mempertanyakan dengan semangat ehipasiko untuk mengetahui bagi saya adalah wajar.

Tapi ya sudahlah bagi saya setiap orang punya alasan dan selama tidak ada bukti kuat maka tetap tidak valid .

Semua keterangan mbah hanya mengambil keterangan Sang Buddha(Pillinda vacca), itu tidak menjawab pertanyaan saya, silakan baca yg teliti. Argumen mbah sudah terjawab jauh2 hari sebelum mbah menjawab dengan penjelasan yg klise.

Kedua kalau mau dibilang berdasarkan Tipitaka. Tetap tidak ada dalam Tipitaka mengenai kasus Luangta yg menjelaskan secara jelas. Semuanya hanyalah kasus nangis karena akusala citta yang muncul. Dan pertanya reply #2 juga bukan satu ada beberapa sampai terakhir  kasus Ananda. Mbah hanya berputar pada teori dan katanya guru meditator dsb..yang mana semuanya adalah penjelasan umum. Tipitaka pun tidak membuktikan penjelasan apapun dan katakan ada petunjuk masih kabur.Oleh karena itu jika tak ingin menjawab maka janganlah membuat pernyataan yang aneh2.
 [at] ko Fabian yang  baik dan all saya tidak marah jika orang menghina sangha atau Luangta tapi hanya mengingatkan sebagai sahabat. Apalagi kita disini semua buddhist, jika bukan Sangha yg terdiri dari bhikkhu siapa lagi yg bisa mempertahankan sekuat mereka mempertahankan Dhamma. Itu saja. Kalau saya terlihat keras dalam hal ini saya mohon maaf dan saya juga tidak akan memaksa lagi mbah untuk menjawab dan sepanjang itu pula argumen anda tentang Luangta tidak valid hanya sebuah dugaan2 saja.


Smoga maju dalam Dhamma
« Last Edit: 28 November 2009, 03:40:16 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #68 on: 28 November 2009, 04:14:45 PM »
Dalam hal ini saya tidak mengkultuskan bhikkhu tetapi bila sebuah pernyataan yg pasti tentu harus bisa dipertanggungjawabkan didepan umum apabila itu juga diutarakan didepan umum. Saya tidak tau apa yg dimaksud mbah tidak ingin menungkapkan hal2 yang lebih jauh?
sekaligus menjawab kenapa saya meragukan Luanta, walaupun saya tadinya tidak mengatakan pasti. tetapi saya ingin memperjelas sedikit lebih jauh...

salah satu alasan adalah, Sang Buddha telah menegaskan, tentang mereka yg telah bebas, tidak ada lagi cara di dunia ini utk menjelaskannya :) Luan banyak bicara soal setelah nibbana (padam). apa Luanta lebih bijaksana daripada Buddha shg dapat menceritakan?
dibagian lain bahkan Sang Buddha mengatakan sesuatu yg diluar dunia, jika dijelaskan ujung2 hanya menghasilkan kekecewaan, krn penjelasan tsb tidak memiliki dasar (di dunia).

nah disini hanya pendapat saya saja:
seorang sekkha mungkin akan menceritakan pendapatnya yg lain shg menimbulkan kebinggungan bagi yg mendengarkan... namun arahat tidak akan, krn dia mengerti sangaaaaat jelas bahwa itu diluar dunia.
sekali lagi itu pun hanya spekulasi saya... jadi saya pun mungkin salah :)

Quote
by maya devi

Dulu teman saya sempat terpengaruh dengan ucapan seorang moderator buddhis yang menyinggung tentang seorang yang mengaku arahat tetapi menangis.
Kita sama-sama tahu siapakah yang dimaksud sang moderator.
Saya kasihan melihat reaksi teman saya, sampe dia kehilangan kesempatan bertemu dengan Luangta. Ketika teman berkomentar saya cuma bilang coba aja ketemu, setelah ketemu dia pasti ga mampu berkomentar 

tambahan: penggunaan kata "pasti" juga boleh diartikan sebagai penegasan...
jadi jgn dipersoalkan bahwa kata "pasti" adalah sebuah tuduhan serius...
bagaimanapun, yg mengucapkan kata "pasti" adalah satu sudut pandang (manusia) yg artinya adalah sebuah pandangan juga.

jika dipidanakan, ntar kata "pasti" bisa lenyap dari forum ini :)) (joke)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #69 on: 28 November 2009, 04:31:55 PM »
^
^

Ngak serius koq.... sama halnya tuduhan hanya penegasan untuk sebuah pandangan yg dikatakan pasti tetapi belum tentu benar juga kan . semuanya tidak ada yg pasti :)) yang pasti kalau terbukti.

Tentu Sang Buddha lebih jelas dalam menjelaskan.  perkataan Sang Buddha saja masih sering disalah artikan apalagi seorang Luangta, maka dengan kerendahan hati Luangta pun sering meminta maaf jika menimbulkan kebingungan karena tidak ada kata yg tepat untuk menjelaskan sesuatu yg abstrak.

Bahkan arahat2 dijaman Milinda Panha pun banyak yang tidak bisa menjawab pertanyaan raja Milinda kecuali YM Nagasena.

« Last Edit: 28 November 2009, 04:44:42 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #70 on: 28 November 2009, 05:29:47 PM »
Saudara Bond yang baik,

Mungkin ada baiknya saudara Bond bertanya kepada ahli-ahli abhidhamma mengenai hal ini. Kan ada ceu Lily ama bang Markos bisa dimintai pendapatnya sebagai referensi disini. Mungkinkah seorang Arahat tertawa atau menangis? Bedakan antara menangis dan keluar air mata (walaupun saya menduga bahwa keluar air mata juga mungkin ada perasaan yang terlibat).

Referensi mengenai Arahat bisa tertawa? tak ada disebutkan di sutta, tetapi di pelajaran Abhidhamma ada di jelaskan.

Inilah sebabnya saya mengatakan bahwa Abhidhamma merupakan bagian yang integral dari Tipitaka yang saling melengkapi. Karena banyak hal yang tak terjawab di Sutta.

Demikian juga tanpa sutta mungkin kita tak banyak tahu mengenai kisah Sang Buddha dan para Siswa.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #71 on: 28 November 2009, 06:22:53 PM »
Quote
Bedakan antara menangis dan keluar air mata (walaupun saya menduga bahwa keluar air mata juga mungkin ada perasaan yang terlibat).

Sudah diteliti belum mbah beda menangis dan keluar airmata?   arahat tidak ada perasaan yg terlibat ya dalam  reaksi rupakhanda?  ^-^



Quote
Inilah sebabnya saya mengatakan bahwa Abhidhamma merupakan bagian yang integral dari Tipitaka yang saling melengkapi. Karena banyak hal yang tak terjawab di Sutta.

Baiklah secara jelas anda telah mengakui bahwa banyak hal tidak terjawab dalam sutta. Sekarang nampaknya abhidhamma yang ingin digunakan....baiklah kalau begitu.

Sebaiknya mbah saja yang tanya pada ahli abhidhamma supaya sama2 mengerti secara berimbang. kalau saya sudah pernah tanya.
Tapi kalau mereka mau menerangkan kembali dengan sukarela, saya siap mendengarkan keterangan mereka.

 _/\_











« Last Edit: 28 November 2009, 06:33:46 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #72 on: 28 November 2009, 06:43:26 PM »
^
^
Thanks Samanera untuk referensinya.

Jadi ratap tangis = nangis tersedu-sedu? atau
ratap tangis = keluar airmata? atau
Keluar air mata belum tentu ratap tangis.tergantung sebabnya? atau

dan kalo dilihat urutannya "berubah tidak ada yang mampu memunculkan kesedihan, ratap tangis, penderitaan, stress dan keputus-asaan pada diriku. “ penyebabnya semuanya adalah akusala. So ?   ;D

Biasanya sih...ratap tangis itu berhubungan dengan kesedihan, penderitaan, stress dll.

Kalau menangis bahasa palinya apa dan ratap tangis bahasa palinya apa? dan keluar airmata bahasa palinya apa?


 _/\_





Tadi udah saya kutip, kok nggak lihat pertanyaan yang paling bawah..

Menangis = rodana. Bond menangis: Bond rodati. Bond menangis karena digigit anjing: Bond suṇakhena daṭṭho rodati. :D


Kata parideva telah diterjemahkan ke bahasa inggris sebagai lamentation. Visuddhimagga menerangkan bahwa parideva adalah kesedihan yang disertai dengan memukul-mukul dadanya. Jadi dengan jelas ini merupakan an act of crying.. Saya merasa cocok untuk menerjemahkan istilah parideva sebagai ratap tangis..

Kata assupātana bisa diterjemahkan sebgai keluar air mata. assu adalah air mata, pātana: jatuh.. assupātana yang secara literal adalah 'air mata yang jatuh', bisa dikatakan sebagai 'keluar air mata'.

Be happy.



Terima kasih atas bahasa palinya Samanera.

Smoga berbahagia slalu. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #73 on: 28 November 2009, 06:46:23 PM »
Saudara Bond yang baik,

Coba perhatikan kembali foto-foto tersebut, dan katakan pada saya sejujurnya, apakah ada ekspresi atau tidak di wajahnya?

Apakah seseorang yang sudah upekkha (karena tak melekat pada pancakhandha) seperti seorang Arahat, akan menunjukkan ekspresi bahagia, senang, sedih dlsbnya?
 
 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #74 on: 28 November 2009, 07:59:35 PM »
menurut foto sih, mbah fabian yg benar..awalnya sy kira menangis biasa saja....misalkan merasakan piti atau sukha luar biasa.
karena saya pernah melihat bikkhu thai yang sangat senior..sewaktu dibacakan sebuah bahasa pali tentang persembahan jubah,dsb-nya pada hari kathina, bikkhu itu meditasi dengan mata tertutup tapi air matanya keluar...
banyak umat tidak mengetahui, tapi saya melihat dengan pasti karena saya duduk, depan bikkhu tersebut dengan jarak 1 meter.
tapi bikkhu itu duduk seperti meditasi biasa,hanya saja air mata nya keluar....

beda dengan foto dalam buku tersebut....memang kelihatan Luanta menangis...bukan karena reaksi fisik[ seperti kena bawang ]

---------------------------------------------------------------------------------------------------
tapi, Luanta kan Sangha Thai, apabila Luanta berbohong pasti sudah di jatuhi hukuman vinaya oleh pihak sangha sana....
apalagi para bikkhu detektor kesucian banyak disitu. ;D

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #75 on: 28 November 2009, 08:07:43 PM »
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2. ;D

Tambahan sedikit dari blognya S.Dhammika:
Quote

Here’s an interesting fact for you. In Thailand it is illegal to wear a monk’s robe if you have not been properly ordained. The only people who do this are those who think (correctly as it happens) that they can more easily solicit money or cigarettes from people or sell them magical amulets if they are thought to be a monk. If the police stop someone they suspect of being a fake monk and he cannot produce his monk’s ID card, they’ll arrest him. But here’s the interesting part. If he can show that he has an ID card and that he is therefore a ‘real’ monk, they'll bow to him and let him go to continue to trying to cadge money off people. Undergoing the legally valid ordination makes you a monk (or nun). Whether you’re genuinely committed to the spiritual life or not, whether you’re learned or not, whether you spend all day sleeping or meditating, doesn’t seem to interest most people, even the Eccesiastical Council. Just as clothes make the man, the ceremony makes the monk (or nun). These verses, attributed to the Buddha, must have been inserted into the Tipitaka at a later date.

Although adorned in fine clothes if he cultivates equanimity and is calm, disciplined, restrained, living the holy life, harmless to all living beings, he is a priest, he is an ascetic, he is a bhikkhu. Dhammapada 142.

One is not a bhikkhu simply by begging alms from others while living a lay-like life. Begging does not make a bhikkhu. But whoever is unconcerned with good and evil, a liver of the holy life, wandering carefully in the world, he is a real bhikkhu. Dhammapada 266-7



The above picture is of Lungpo Jumnean, one of the most esteemed of Thailand’s many amulet-selling monks. His amulets, which can cost up to $5000, are bigger than most and therefore more ‘potent’. Dear old Lungpo has become very wealthy through his amulet business. But its quite alright because he has been properly ordained - unlike those disgraceful nuns.

Ini fenomena di salah 1 aliran Buddhisme juga, di negara tertentu. ;)

_/\_

P.S
What do you guys think about the pic above? :D
« Last Edit: 28 November 2009, 08:15:45 PM by Jerry »
appamadena sampadetha

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #76 on: 28 November 2009, 08:17:46 PM »
waduh...diskusi kayak gini bisa timbul kamma buruk melalui pikiran...ga akan bisa terbukti kalo kalian belum jadi Arahat..mending kalian berlatih diri aja drpd diskusi krg bermanfaat gini..ga ada hasilnya..malah bisa membawa akibat buruk buat kalian apabila statement (yang mendarah daging) kalian salah..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #77 on: 28 November 2009, 08:31:16 PM »
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #78 on: 28 November 2009, 08:42:38 PM »
Saudara Bond yang baik,

Coba perhatikan kembali foto-foto tersebut, dan katakan pada saya sejujurnya, apakah ada ekspresi atau tidak di wajahnya?

Apakah seseorang yang sudah upekkha (karena tak melekat pada pancakhandha) seperti seorang Arahat, akan menunjukkan ekspresi bahagia, senang, sedih dlsbnya?
 
 _/\_

Foto hanya ekspresi saja, sama orang sedang berbisik pas difoto seperti akan mencium. Saya kan sudah bilang dalam keterangan kepada mas Jerry bahwa ada kemungkinan saat keluar airmata dia juga sambil bicara....sehingga muncul ekspresi itu.

Nah yang harus ditanyakan apakah dia terisak-isak, rekaman video yang bisa memastikan.
Kedua apakah ada foto juga dan rekaman video ekspresi2 arahat jaman dulu, dan muka2nya. Kadang ekspresi tertentu dengan muka tertentu bisa salah menilai kondisi batin orang yang sebenarnya.

Coba deh misal ada arahat yang tidak ada abinna. Terus kagetin dari belakang coba jantungnya berdegup kencang sejenak ngak.?nantilagi2 dibilang emosi yang tak terkendali lagi :))

buat sampling 10 arahat  dulu^-^

Tangisan itu ada dua terisak-isak atau biasa saja. senyuman dan terbahak-bahak itu hampir mirip. Yang satu pada tertentu dia hanya tersenyum kalo diteruskan ya terbahak-bahaklah.

sama begitu nangis kalau diteruskan ya terisak-isak.

Masalahnya penyebab kebahagiaan dan menangis saya rasa sah2 saja sepanjang dia terkendali. Ini sih dugaan saya.

Kalau nangis saja kontroversial, lebih kontroversial lagi arahat bicara kasar dan bunuh diri. Sayang tidak ada foto atau rekaman video Pilinda vacca waktu panggil orang 'Wretch" terus liat ekspresinya  :))

Makanya saya cuma bisa bilang ke mbah, Apakah mbah bisa liat  batin luangta, itu yang paling akurat. Buddha sendiri setiap menilai arahat maka dilihat batinnya dulu. Bukan ekspresi, bukan penampilan luar. Karena semua yang tampak kasat mata bisa menipu. Termasuk keraguan Bhikkhu yang menanyakan kepada SB tentang Pilinda.

Masalahnya mbah sendiri tidak mau jawab pertanyaan sederhana.

Kenapa tidak ada yang bertanya saja pada Tipitaka atau Buddha. Berbohong jika bukan arahat maka pelanggaran vinaya besar. Tapi koq Sangha Thailand anteng2 aja tuh.

Sikap saya sudah jelas silakan dibaca2 lagi. arahat adalah manusia yang memiliki kemanusiawian selama masih ada panckhanda, khususnya rupakhanda. Yang tidak ada adalah semua hal yang negatif yg menyebabkan dia terlahir kembali yang tercermin dari perilaku.

Sikap saya sudah saya katakan sejujurnya mengenai foto , apa yang saya yakini dan sebagainya dengan terbuka. Tapi mbah menghindar dgn berbagai alasan dari pertanyaan sederhana sekali yang mana tidak menyinggung siapa2. Tapi ya sudahlah. Ayo tanya lagi mbah sampe saya yakin deh bahwa Luangta bukan arahat  :))
« Last Edit: 28 November 2009, 08:50:51 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #79 on: 28 November 2009, 08:46:42 PM »
waduh...diskusi kayak gini bisa timbul kamma buruk melalui pikiran...ga akan bisa terbukti kalo kalian belum jadi Arahat..mending kalian berlatih diri aja drpd diskusi krg bermanfaat gini..ga ada hasilnya..malah bisa membawa akibat buruk buat kalian apabila statement (yang mendarah daging) kalian salah..

Itu salah 1 cara indoktrinasi secara halus yang paling bagus.. Menyisipkan ketakutan ke dalam lubuk batin orang agar tidak berani diskusi di luar batas kotak dan dengan demikian status quo terjaga dengan aman. Ngga jauh beda dengan di agama tetangga atau Buddhisme aliran tertentu yg mengatakan, "kalau begini begitu.. dosa loh.. dapat hukuman Tuhan atau oknum XXX loh.."
Tidak perlu menilai batin orang lain yg berdiskusi, nilai saja batin sendiri. Yang diam dan tidak berbicara belum tentu dalamnya juga diam. Buktinya ada yg diam terus dan akhirnya angkat bicara. Ingat cerita 3 bhikkhu Zen yg bermeditasi? ^-^
Jika memang seperti kata Anda, saya siap utk menanggung konsekuensi dari diskusi yg saya lakukan. Fungsi forum utk melatih diri melalui komunikasi, jadi pergunakan dan manfaatkan sebaik-baiknya. Kalau mau latihan meditasi ya jangan join forum tapi join retreat. FYI, I do both. What about you? 

_/\_
appamadena sampadetha

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #80 on: 28 November 2009, 08:47:00 PM »
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

 _/\_

Makanya mbah panggil para bhikkhu diseluruh dunia berkumpul lalu diseleksi siapa yang disinyalir sudah mencapai arahat dan punya abinna. Terus tanya tentang Luangta. mau diumumkan boleh, ngak juga ngak apa2,  bisikin aja ke saya. ^-^

Gitu baru pasti, daripada kita berargumen kan :)) kecuali kalau mbah uda arahat bisa liat batin Luangta dan bilang Luangta Pasti belum arahat. Baru saya percaya deh.. ^:)^ cukup bisikin aja. Sorry bukan meremehkan ya..... cuma joke aja_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #81 on: 28 November 2009, 08:51:59 PM »

Coba deh misal ada arahat yang tidak ada abinna. Terus kagetin dari belakang coba jantungnya berdegup kencang sejenak ngak.?nantilagi2 dibilang emosi yang tak terkendali lagi :))

Mohon mahap, nyela para sesepuh..
Ada 1 kasus YM Sariputta Thera dipukul dari belakang oleh brahmana yang ingin membuktikan apakah beliau benar2 arahat. Jadi bukan sekedar dikagetin aja. Setelah dipukul hingga terjatuh telungkup, YM Sariputta Thera bangkit lagi lalu berjalan seperti biasa tanpa menghiraukan si pemukul, bahkan tidak menoleh sedikit pun.

_/\_
appamadena sampadetha

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #82 on: 28 November 2009, 09:36:18 PM »
itu salah satu contoh cara yg bodoh, jgn di tiru yah.... apa lgi pergi ke thiland dan mengunakan cara yg bodoh itu ato cara bodoh lainnya untuk mengetes...
...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #83 on: 28 November 2009, 09:38:45 PM »

Coba deh misal ada arahat yang tidak ada abinna. Terus kagetin dari belakang coba jantungnya berdegup kencang sejenak ngak.?nantilagi2 dibilang emosi yang tak terkendali lagi :))

Mohon mahap, nyela para sesepuh..
Ada 1 kasus YM Sariputta Thera dipukul dari belakang oleh brahmana yang ingin membuktikan apakah beliau benar2 arahat. Jadi bukan sekedar dikagetin aja. Setelah dipukul hingga terjatuh telungkup, YM Sariputta Thera bangkit lagi lalu berjalan seperti biasa tanpa menghiraukan si pemukul, bahkan tidak menoleh sedikit pun.

_/\_

Mas Jerry,

Numpang tanya juga ya...

Mengenai sariputta tidak valid, Sariputta punya abinna atau minimal jhana.

Kedua...Apakah mas Jerry tau detak jantungnya Sariputta saat itu? pada moment dipukul dadakan, dari situ kita bisa tau.

Ketiga. Namanya orang dipukul kencang dan langsung jatuh terlungkup mana kelihatan kagetnya sedikitpun. apalagi bhikkhu badannya kecil2 dan kalah tenaga karena sila tentang makan.
Makanya direkam trus di slow motion dulu he..he

Keempat yang ada dalam Sutta hanya diceritakan setelah dia dipukul, dia bangun dan kemudian jalan, artinya setelah jatuh, biasanya ada jeda nah karena dia arahat langsung sadar apa yang terjadi, dan kemungkinan dengan abinna dia juga tau maka dia bangun dan jalan lagi dengan tenang. Bagaimana moment pukulan mendarat, saat itu reaksi rupkhanda terhadap rasa sakit.

Sama halnya ditinju rahang anda begitu keras, ada ekspresi kaget bisa2 langsung pingsan
Arahat itu sepertinya seperti robot ya he..he



« Last Edit: 28 November 2009, 09:40:20 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #84 on: 28 November 2009, 09:47:23 PM »
 [at] The Ronald
Kalo ada yg mau ngetes silakan2 aja, mukul orang biasa aja dah bakal dapet vipaka. Apalagi kalao yg dipukul beneran punya tingkat kesucian, apalagi arahat. :))

Anyway.. kalo ada yg dah ngetes, bagi2 ceritanya yak ;D

 [at] Om Bond
Hihi.. Itu cerita dari Pitaka koq. Cm sharing gitu.. Kan Om Bond sebelumnya nanya gmn kalo arahat dikagetin, jd saya share cerita yg lebih dr sekedar mengagetkan arahat. :)
appamadena sampadetha

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #85 on: 28 November 2009, 09:51:24 PM »
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2. ;D

Tambahan sedikit dari blognya S.Dhammika:
Quote

Here’s an interesting fact for you. In Thailand it is illegal to wear a monk’s robe if you have not been properly ordained. The only people who do this are those who think (correctly as it happens) that they can more easily solicit money or cigarettes from people or sell them magical amulets if they are thought to be a monk. If the police stop someone they suspect of being a fake monk and he cannot produce his monk’s ID card, they’ll arrest him. But here’s the interesting part. If he can show that he has an ID card and that he is therefore a ‘real’ monk, they'll bow to him and let him go to continue to trying to cadge money off people. Undergoing the legally valid ordination makes you a monk (or nun). Whether you’re genuinely committed to the spiritual life or not, whether you’re learned or not, whether you spend all day sleeping or meditating, doesn’t seem to interest most people, even the Eccesiastical Council. Just as clothes make the man, the ceremony makes the monk (or nun). These verses, attributed to the Buddha, must have been inserted into the Tipitaka at a later date.

Although adorned in fine clothes if he cultivates equanimity and is calm, disciplined, restrained, living the holy life, harmless to all living beings, he is a priest, he is an ascetic, he is a bhikkhu. Dhammapada 142.

One is not a bhikkhu simply by begging alms from others while living a lay-like life. Begging does not make a bhikkhu. But whoever is unconcerned with good and evil, a liver of the holy life, wandering carefully in the world, he is a real bhikkhu. Dhammapada 266-7



The above picture is of Lungpo Jumnean, one of the most esteemed of Thailand’s many amulet-selling monks. His amulets, which can cost up to $5000, are bigger than most and therefore more ‘potent’. Dear old Lungpo has become very wealthy through his amulet business. But its quite alright because he has been properly ordained - unlike those disgraceful nuns.

Ini fenomena di salah 1 aliran Buddhisme juga, di negara tertentu. ;)

_/\_

P.S
What do you guys think about the pic above? :D

Kalau gambar diatas gue ada cerita lucu....

Waktu baca tentang profilenya mantap, ditulis murid Ajahn Lee Dhammadaro. Terus pas searching2 ketemu foto itu , bikin penasaran  ^-^

Trus pas datang ke bali, sebenarnya gua mo kesana mo liat, tapi ada acara lain. Akhirnya gue suruh temen coba liat dan minta ceritakan apakah situasinya masih sama dengan yang difoto. Ternyata cerita2..astaga  ^-^ Trus chat di YM oleh  salah satu momod, malah ketawa bareng...malah ketawaiin gue gara2 ngak jadi datang. Sebenernya kalo tuh acara ngak ikut juga bisa sih.... ^-^

Dan sempet gue coba mantra die juga...tapi manjur juga lho, temen gue juga,dan ada satu anak DC katanya juga gitu   :)) --> jangan ditiru ya, nanti kalo ngak manjur gua disalahin  :))

Ngomong2 aliran apa Luangpu itu ?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #86 on: 28 November 2009, 10:04:50 PM »
Ah.. Katanya cerita tp ngga jelas gitu Om.. :hammer:
Cerita ya cerita, ngga ya ngga.. Jangan cerita yg ngga-ngga Om. ;D

Mau dong mantranya, manjur mana ama mantra Wu Tai Fo Mi Le? :D
appamadena sampadetha

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #87 on: 28 November 2009, 10:12:19 PM »
Ah.. Katanya cerita tp ngga jelas gitu Om.. :hammer:
Cerita ya cerita, ngga ya ngga.. Jangan cerita yg ngga-ngga Om. ;D

Mau dong mantranya, manjur mana ama mantra Wu Tai Fo Mi Le? :D

 

Manjuran si Luanpu  :))

metta puttho puttho ah ho sit.
pas lu baca kalo keluar hisit, jangan tanya gue ya.. ;D

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #88 on: 28 November 2009, 10:18:26 PM »
postingkan ID MONK (id card) duunnnggg,

gw pingin lihat tuhhhhh
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #89 on: 28 November 2009, 10:19:19 PM »
gw ga mau keluar hisit, kalo bisa keluar wangsit aja.. biar bisa jadi nabi baru aye. >:D

koq curiga ama mantra itu ya.. kayanya ngga bener nih.. jangan2 aye lg dipermaenin ama Om Bond :-?
appamadena sampadetha

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #90 on: 28 November 2009, 10:26:20 PM »
gw ga mau keluar hisit, kalo bisa keluar wangsit aja.. biar bisa jadi nabi baru aye. >:D

koq curiga ama mantra itu ya.. kayanya ngga bener nih.. jangan2 aye lg dipermaenin ama Om Bond :-?

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,11114.15.html   :whistle:
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #91 on: 28 November 2009, 10:28:16 PM »
Tentu Sang Buddha lebih jelas dalam menjelaskan.  perkataan Sang Buddha saja masih sering disalah artikan apalagi seorang Luangta, maka dengan kerendahan hati Luangta pun sering meminta maaf jika menimbulkan kebingungan karena tidak ada kata yg tepat untuk menjelaskan sesuatu yg abstrak.
jika diteliti, makna Buddha tsb bahwa sesuatu yg diluar dunia tidak dapat dijelaskan sangat konsisten dg tindakan Buddha yg tidak menjelaskan apa setelah itu* (nibbana). alih2 Sang Buddha justru selalu mengatakan "tidak" begini, "tidak" begitu (via negatifa) melalui perbandinngan hal2 yg ada  (di dunia)... seperti mengatakan rasa jeruk tidak seperti rasa apel, tidak seperti rasa pisang, tidak seperti rasa anggur. namun rasa jeruk sendiri tidak dapat dijelaskan.

kecuali di Abhidhamma, Sang Buddha (jika benar dari Sang Buddha) byk menjelaskan tentang bathin orang yg telah bebas (salah 1 acinteyya). i wonder... :)
dan konon Abhidhamma pun bukan utk level manusia, katanya... :P
Quote
Bahkan arahat2 dijaman Milinda Panha pun banyak yang tidak bisa menjawab pertanyaan raja Milinda kecuali YM Nagasena.
menurut saya ini hanya mitos :)
namun beberapa tanya-jawab antara raja Milinda dan YA Nagasena menurut saya sangat orisinil.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #92 on: 28 November 2009, 10:42:38 PM »
Tentu Sang Buddha lebih jelas dalam menjelaskan.  perkataan Sang Buddha saja masih sering disalah artikan apalagi seorang Luangta, maka dengan kerendahan hati Luangta pun sering meminta maaf jika menimbulkan kebingungan karena tidak ada kata yg tepat untuk menjelaskan sesuatu yg abstrak.
jika diteliti, makna Buddha tsb bahwa sesuatu yg diluar dunia tidak dapat dijelaskan sangat konsisten dg tindakan Buddha yg tidak menjelaskan apa setelah itu* (nibbana). alih2 Sang Buddha justru selalu mengatakan "tidak" begini, "tidak" begitu (via negatifa) melalui perbandinngan hal2 yg ada  (di dunia)... seperti mengatakan rasa jeruk tidak seperti rasa apel, tidak seperti rasa pisang, tidak seperti rasa anggur. namun rasa jeruk sendiri tidak dapat dijelaskan.

kecuali di Abhidhamma, Sang Buddha (jika benar dari Sang Buddha) byk menjelaskan tentang bathin orang yg telah bebas (salah 1 acinteyya). i wonder... :)

dan konon Abhidhamma pun bukan utk level manusia, katanya... :P Baru denger juga nih Tes.Yang saya baca itu dibabarkan dialam Dewa lalu diulangi kepada Sariputta secara ringkas mengingat waktu untuk membabarkan semuanya tidak cukup waktu. Kalau itu benar maka wajar jika penerapannya seringkali meleset kecuali para Arahat. Yang bisa dijangkau manusia saja bisa meleset apalagi diatas itu..entahlaht.
Quote
Bahkan arahat2 dijaman Milinda Panha pun banyak yang tidak bisa menjawab pertanyaan raja Milinda kecuali YM Nagasena.
menurut saya ini hanya mitos :)
namun beberapa tanya-jawab antara raja Milinda dan YA Nagasena menurut saya sangat orisinil.

Mitos atau tidak saya juga tidak tahu persis. Saya pribadi lebih melihat makna yang terkandung. 
_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #93 on: 28 November 2009, 10:55:42 PM »
so do i :), lihat apa yg mau di sampaikannya...
...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #94 on: 29 November 2009, 12:45:24 AM »
Quote
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2.
menurut yang saya tahu [ dengar langsung dari bikkhu sangha thailand]
seorang Arahat bisa mengetahui arahat lainnya.
tetapi seorang sotapanna tidak bisa mengetahui arahat..

misalkan Mahakassapa, begitu Ananda masuk ke ruang sidang sangha, Mahakassapa sudah tahu kalau Ananda telah mencapai Arahat...
demikian Juga pada konsili, ketika Ananda belum mencapai arahat..
seorang Bikkhu bahkan berkata "masih ada kotoran" [ gw lupa di mana baca ]

ada dalam syair
“Beliau yang duduk diam di lereng gunung,
Seorang bijak yang sudah mengatasi segala penyakit –
kepadaNyalah semua siswa memberikan penghormatan,
mereka sendirilah tiga pengetahuan, penakluk kematian.
Dia telah melihat mereka dengan kekuatan pikirannya,
Penguasa kemampuan supernormal, Moggallana.
Dia memeriksa pikiran mereka dengan kemampuannya
Dan menemukan bahwa mereka semua bebas dan tak
melekat lagi.”

- Samyutta Nikaya 8, 10

tetapi seorang Arahat mesti memasuki jhana barulah mengetahui apakah orang yang ia maksud itu mencapai arahat atau tidak..demikian yang saya dengar [ evame suttam ] ^^
waktu itu sy tanyakan kasus dimana pada sutta Sariputta berbicara kepada Arahat lainnya dan Sariputta tidak mengetahui, bikkhu tersebut arahat. dijawab dikarenakan Sariputta tidak memasuki jhana pada saat itu.

dan sudah dijelaskan oleh bro fabian..
Quote
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

saya rasa mengenai statment Luanta pasti sudah sampai ke Sangharaja Thai....Somdet Nanamsavara atau pada pendetektor kesucian lainnya...
tetapi Luanta tidak dikenakan sanksi Sangha sebagai pelanggaran, apakah ini berarti Sangha Thailand juga menyetujui Ke-arahatan dari
Âcariya Maha Boowa Naññasampanno Thera, kita tunggu saja waktu nya. :)

« Last Edit: 29 November 2009, 12:51:54 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #95 on: 29 November 2009, 01:21:03 AM »
Tentu Sang Buddha lebih jelas dalam menjelaskan.  perkataan Sang Buddha saja masih sering disalah artikan apalagi seorang Luangta, maka dengan kerendahan hati Luangta pun sering meminta maaf jika menimbulkan kebingungan karena tidak ada kata yg tepat untuk menjelaskan sesuatu yg abstrak.
jika diteliti, makna Buddha tsb bahwa sesuatu yg diluar dunia tidak dapat dijelaskan sangat konsisten dg tindakan Buddha yg tidak menjelaskan apa setelah itu* (nibbana). alih2 Sang Buddha justru selalu mengatakan "tidak" begini, "tidak" begitu (via negatifa) melalui perbandinngan hal2 yg ada  (di dunia)... seperti mengatakan rasa jeruk tidak seperti rasa apel, tidak seperti rasa pisang, tidak seperti rasa anggur. namun rasa jeruk sendiri tidak dapat dijelaskan.

kecuali di Abhidhamma, Sang Buddha (jika benar dari Sang Buddha) byk menjelaskan tentang bathin orang yg telah bebas (salah 1 acinteyya). i wonder... :)
dan konon Abhidhamma pun bukan utk level manusia, katanya... :P
Quote
Bahkan arahat2 dijaman Milinda Panha pun banyak yang tidak bisa menjawab pertanyaan raja Milinda kecuali YM Nagasena.
menurut saya ini hanya mitos :)
namun beberapa tanya-jawab antara raja Milinda dan YA Nagasena menurut saya sangat orisinil.

_/\_

Abhidhamma bukan utk level manusia? Ini mengindikasikan bahwa abhidhamma sebagai ajaran yg lebih tinggi atau lebih rendah?
Kalo bilang lebih tinggi, justru seharusnya untuk level manusia, karena alam manusia adalah potensi terbesar yg memungkinkan seseorang utk mempraktikkan dhamma dan mencapai pembebasan.
Kalo lebih rendah, jadi rancu deh karena Abhidhamma itu sendiri ya adalah ajaran yg lebih tinggi
 ???

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #96 on: 29 November 2009, 05:22:27 AM »
 [at]  all

Biasanya kita seringkali menilai pencapaian seseorang/perilaku(dalam sudut pandang buddhist) dengan menggunakan sutta dan vinaya dan seringkali juga menggunakan abhidhamma yg semua isinya dalam bentuk tulisan . Dan apa yg tertulis sering dijadikan patokan apalagi itu secara eksplisit. Bahkan ketika menilai seringkali kali kita lupa mengenai pencapaian kita sendiri(kesucian dan abinna).

Nah menimbang hal diatas saya ada pertanyaan nih :

Pilinda Vacca dikatakan Sang Buddha bahwa dia berbicara kasar dengan memanggil orang dengan kata "orang/malang atau kasta rendah" karena kebiasaan kelahiran lampaunya.

Alasan ini sering menjadi dasar yang kuat bagi umat Buddha sebagai pembenaran karena SB yang mengatakan.

Maka:

1. Apakah nanti jika ada/disinyalir seorang arahat memanggil orang lain, "hei gembel" atau "hei monyet kesini" nah karena tertulis di Tipitaka secara jelas maka itu dijadikan patokan untuk bisa ditoleransi? dengan pertimbangan alasannya pasti sama dengan Sang Buddha?

pertanyaan no.1 akan menjadi sama dengan tentang YM. Ananda yang bunuh diri/membakar diri.

2. Jika pertanyaan no satu jawabannya ya bisa di toleransi, maka apakah sejak sebelum arahat boleh memanggil orang lain "orang malang" atau "hei gembel" karena ini juga kebiasaan masa lampau, berarti dengan sendirinya berbicara seperti itu tetap menjadikan seseorang menjadi arahat ? atau setelah menjadi arahat boleh berbicara dengan memanggil orang "hei orang malang"

Note: wretch = orang malang/kasta rendah maka untuk mendekati saya gunakan kata gembel menimbang gembel termasuk orang malang atau golongan bawah (kasarnya).


Demikian pertanyaan yang sama tentang bunuh diri untuk mencapai arahat dan bunuh diri setelah menjadi arahat.

Pertanyaan ini saya sampaikan sehubungan dengan apa yang tertulis secara eksplisit atau implisit didalam Tipitaka (jika memang ada tertulis..hanya sampai ini tidak ada)

Salam Dhamma selalu.  _/\_
« Last Edit: 29 November 2009, 05:31:09 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #97 on: 29 November 2009, 08:47:21 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #98 on: 29 November 2009, 10:17:27 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

 

Menurut saya, diri seorang Arahat tentu memiliki sifat metta, kita tidak seharusnya menilai secara kaku bahwa ketika dia berbicara maka dia harus seperti terprogram utk tidak bisa mengeluarkan kata-kata yg barangkali dianggap kasar. Maksudnya begini, seorang Arahat tidak berbicara hal-hal yang tidak berguna. Ketika berbicara dengan lawan bicara, tentu arah bicaranya adalah memberi pemahaman yang berguna buat lawan bicaranya. Yang perlu diperhatikan adalah total dari hasil dialog itu. Tidak bisa menilai dari per kata saja, sepotong-sepotong saja.  Tidak bisa! Nah setelah memahami prinsip ini, maka kata-kata kebiasaan yg kasar itu bisa hanya sebagai sisipan saja. Sama seperti ketika kita berbicara panjang lebar, ditengah-tengah pembicaraan ada sisipan mengeluarkan suara "ehem !!!" karena kita terbiasa dgn tenggorakan yg cepat kering.  


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #99 on: 29 November 2009, 10:31:51 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

 

Menurut saya, diri seorang Arahat tentu memiliki sifat metta, kita tidak seharusnya menilai secara kaku bahwa ketika dia berbicara maka dia harus seperti terprogram utk tidak bisa mengeluarkan kata-kata yg barangkali dianggap kasar. Maksudnya begini, seorang Arahat tidak berbicara hal-hal yang tidak berguna. Ketika berbicara dengan lawan bicara, tentu arah bicaranya adalah memberi pemahaman yang berguna buat lawan bicaranya. Yang perlu diperhatikan adalah total dari hasil dialog itu. Tidak bisa menilai dari per kata saja, sepotong-sepotong saja.  Tidak bisa! Nah setelah memahami prinsip ini, maka kata-kata kebiasaan yg kasar itu bisa hanya sebagai sisipan saja. Sama seperti ketika kita berbicara panjang lebar, ditengah-tengah pembicaraan ada sisipan mengeluarkan suara "ehem !!!" karena kita terbiasa dgn tenggorakan yg cepat kering. 



Saya pikir memang juga demikian. Sebagaimana kita meneliti lebih lanjut mengapa arahat itu demikian. Berbagai kemungkinan selalu ada.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #100 on: 29 November 2009, 06:33:00 PM »
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2. ;D

Tambahan sedikit dari blognya S.Dhammika:
Quote

Here’s an interesting fact for you. In Thailand it is illegal to wear a monk’s robe if you have not been properly ordained. The only people who do this are those who think (correctly as it happens) that they can more easily solicit money or cigarettes from people or sell them magical amulets if they are thought to be a monk. If the police stop someone they suspect of being a fake monk and he cannot produce his monk’s ID card, they’ll arrest him. But here’s the interesting part. If he can show that he has an ID card and that he is therefore a ‘real’ monk, they'll bow to him and let him go to continue to trying to cadge money off people. Undergoing the legally valid ordination makes you a monk (or nun). Whether you’re genuinely committed to the spiritual life or not, whether you’re learned or not, whether you spend all day sleeping or meditating, doesn’t seem to interest most people, even the Eccesiastical Council. Just as clothes make the man, the ceremony makes the monk (or nun). These verses, attributed to the Buddha, must have been inserted into the Tipitaka at a later date.

Although adorned in fine clothes if he cultivates equanimity and is calm, disciplined, restrained, living the holy life, harmless to all living beings, he is a priest, he is an ascetic, he is a bhikkhu. Dhammapada 142.

One is not a bhikkhu simply by begging alms from others while living a lay-like life. Begging does not make a bhikkhu. But whoever is unconcerned with good and evil, a liver of the holy life, wandering carefully in the world, he is a real bhikkhu. Dhammapada 266-7



The above picture is of Lungpo Jumnean, one of the most esteemed of Thailand’s many amulet-selling monks. His amulets, which can cost up to $5000, are bigger than most and therefore more ‘potent’. Dear old Lungpo has become very wealthy through his amulet business. But its quite alright because he has been properly ordained - unlike those disgraceful nuns.

Ini fenomena di salah 1 aliran Buddhisme juga, di negara tertentu. ;)

_/\_

P.S
What do you guys think about the pic above? :D

Kalau gambar diatas gue ada cerita lucu....

Waktu baca tentang profilenya mantap, ditulis murid Ajahn Lee Dhammadaro. Terus pas searching2 ketemu foto itu , bikin penasaran  ^-^

Trus pas datang ke bali, sebenarnya gua mo kesana mo liat, tapi ada acara lain. Akhirnya gue suruh temen coba liat dan minta ceritakan apakah situasinya masih sama dengan yang difoto. Ternyata cerita2..astaga  ^-^ Trus chat di YM oleh  salah satu momod, malah ketawa bareng...malah ketawaiin gue gara2 ngak jadi datang. Sebenernya kalo tuh acara ngak ikut juga bisa sih.... ^-^

Dan sempet gue coba mantra die juga...tapi manjur juga lho, temen gue juga,dan ada satu anak DC katanya juga gitu   :)) --> jangan ditiru ya, nanti kalo ngak manjur gua disalahin  :))

Ngomong2 aliran apa Luangpu itu ?


Saudara Bond yang baik,

luar biasa ya Luangpo Jumnean... saya juga salah sangka karena melihat profile beliau sungguh mengesankan, nggak tahunya.... bawa jimat 50 kg... :) dan teman-teman yang mengenalkan dan beberapa teman yang lain mencari pembenaran dengan mengatakan, bahwa membawa jimat itu adalah merupakan suatu latihan. (Dalam hati saya bertanya) Latihan kok caranya begitu? Apa nggak ada cara lain?

Menurut saya sikap di foto itu adalah sikap silabata paramasa bukan sikap seorang bhikkhu yang telah mencapai kesucian, Tetapi sesudah saya renungkan lagi, menurut saya sikap tidak percaya saya (tidak percaya ia telah memiliki pencapaian kesucian tertentu) kepada beliau adalah hal yang wajar, karena saya tidak bisa membaca tingkat kemajuan batinnya ya kan?

Saya rasa saya masih beruntung tidak menganggap ia sudah mencapai tingkat kesucian tertentu, karena bila saya percaya bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian tertentu, saya rasa tidak tepat, karena sejujurnya saya tak dapat membaca batinnya, sehingga apapun kata orang atau kata pengikutnya bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian tertentu saya tetap tak percaya, Saya rasa bahkan ia sendiri mungkin tahu, atau mungkin juga tidak tahu mengenai tingkat pencapaian batinnya.

Dalam visuddhi magga ada disebutkan ceritera mengenai seorang Bhikkhu yang "menganggap" dirinya telah mencapai kesucian Arahat. Suatu ketika murid beliau yang memang telah mencapai tingkat kesucian Arahat dan memiliki Abhinna melihat bagaimanakah pencapaian gurunya? Beliau surprise setelah mengetahui ternyata gurunya belum mencapai tingkat kesucian Arahat.

Lalu beliau memberi petunjuk kepada guru beliau sendiri (yang juga memiliki abhinna) untuk menciptakan gajah yang menyeramkan dan akan menyerang beliau.
Gajah itu diciptakan dan guru beliau kaget dan takut melihat gajah ciptaannya sendiri tersebut. Lalu murid beliau bertanya apakah seorang Arahat memiliki rasa takut?
Guru beliau lalu sadar kemudian bermeditasi lagi hingga mencapai tingkat kesucian Arahat.
Dari ceritera ini kita tahu bahwa sejak jaman dahulu ada bhikkhu yang menganggap dirinya telah mencapai tingkat kesucian Arahat, ternyata belum.

Lalu bagaimana bila seorang bhikkhu mengaku Arahat? apakah kita akan percaya? Mengaku telah mencapai tingkat kesucian tertentu kepada umat awam (walaupun benar) sudah merupakan pelanggaran vinaya pacittiya apalagi bila ternyata belum mencapai tingkat kesucian Arahat.
Jadi "umpamanya" Luangpo Jumnean mengaku telah mencapai tingkat kesucian Arahat, saya jelas tidak akan percaya, berdasarkan tingkah laku yang diperlihatkannya. Sikap saya untuk memilih tidak percaya saya rasa lebih memiliki landasan kuat dibandingkan sikap percaya, karena sikap percaya terhadap sesuatu seperti pencapaian batin, hanya memiliki landasan yang kuat bila kita bisa melihat ke dalam batinnya seperti ceritera diatas ya kan?

Dan untuk bisa memastikan ia Arahat hanya seorang Buddha atau Arahat lain yang memiliki abhinna yang mampu melakukannya, dan sejujurnya saya tak memiliki kemampuan itu.

Jadi melihat sikap Luangpo Jumnean demikian, saya rasa lebih aman bagi saya untuk mengatakan tak percaya bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian.
Di foto beliau hanya senyum, tetapi bila beliau tertawa sampai terlihat gigi maka saya bisa memastikan (sesuai pelajaran Abhidhamma yang saya terima) bahwa ia bukan Arahat.


 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #101 on: 29 November 2009, 06:44:47 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_

« Last Edit: 29 November 2009, 06:54:28 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #102 on: 29 November 2009, 07:10:30 PM »
Sdr Bond yang baik,

Saya pernah posting mengenai Arahat yang bunuh diri di link berikut:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9023.30.html

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #103 on: 29 November 2009, 07:37:45 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Mbah hanya menduga kan, bisa ngomong gitu karena ada pembenaran Sang Buddha lalu karena tertulis maka melihat berbagai kemungkinan. Maka hal yang sama terjadi pada Luangta dapat memiliki berbagai kemungkinan. Maka tidak ada yang tau persis bukan . Alasan mbah tidak membuktikan tentang kondisi Luangta.

Ini saya postingkan tanggapan mbah Fabian tentang arahat bunuh diri :

Quote
by fabian
Saudara Kelana yang baik,

Perbuatan bunuh diri yang dilakukan Arahat kadang sulit dimengerti, apa yang dilakukan oleh Y.A. Dabba Mallaputta, Y.A. Ananda, Y.A. Channa merupakan bunuh diri bagi umat awam (puthujana). Ini tak dapat dibantah dan saya rasa tak perlu dibantah, karena memang demikianlah dalam pandangan orang yang masih menganggap bahwa kita memiliki atta.

Namun pada seorang Arahat ia merasa tak ada yang dibunuh karena tak ada pandangan mengenai atta (siapakah yang dibunuh Arahat bila ia hanya melihat bahwa diriNya hanya merupakan bentukan yang merupakan penggabungan dari kesadaran, jasmani, perasaan dsbnya?) Inilah sebabnya Sang Bhagava mengatakan Y.A.Channa tak tercela.

Mengapa demikian? pada umat awam pembunuhan diri sendiri selalu disebabkan oleh lobha, dosa atau moha, karena ia belum bersih dari lobha, dosa, moha. Maka ia akan terlahir kembali di alam-alam rendah, sedangkan bila Arahat yang bunuh diri (bunuh diri adalah kata yang tepat untuk puthujana, sedangkan untuk Ariya Puggala tidak dikatakan bunuh diri tetapi Parinibbana) rantai kelahiran kembali telah terputus, sehingga tak akan terlahir kembali (tak ada yang dibunuh, tak ada pengharapan terlahir kembali, tak ada pandangan salah disana). Inilah sebabnya mengapa yang satu dibilang blameless sedangkan yang lain dibilang blameful.

Mengenai cara Parinibbana yang dipilih, kengerian kita akan pemotongan leher merupakan suatu konsep pemikiran, padahal inti sebenarnya adalah mengakhiri kehidupan entah dengan cara apapun. Pambakaran tubuh yang dilakukan oleh Y.A. Ananda dan Y.A. Dabba Malaputta tak kalah ngerinya dengan menggorok leher. Kedua hal ini menakutkan bagi umat awam disebabkan masih memiliki kemelekatan terhadap batin dan jasmaninya. Sedangkan bagi Arahat tak ada hal apapun yang membuat mereka takut, karena telah terbebas dari kemelekatan.

Mengapa bunuh diri pada umat awam dianggap blameful? ini umumnya disebabkan bunuh diri pada umat awam disebabkan penolakan terhadap kehidupan ini (dosa) atau menganggap ada kehidupan yang jauh lebih baik di alam sana (lobha) atau tidak tahu bahwa yang dilakukannya tidak baik (moha).

Kalau alasannya diatas saya juga bisa bilang tangisan Luangta adalah tangisan arahat. karena penyebab dasarnya adalah kebahagiaan dan tangisan arahat tidak mengandung emosi yanga mana hanya merupakan reaksi rupakhanda akibat ingatan nibbana.

Lihat bunuh diri (yang ekstrem) diperkenankan karena arahat dan karena tertulis Tipitaka. Jadi masalah Luangta tidak ada tertulis sehingga mbah bilang itu kepastian dia bukan arahat, sangat dan absolut tidak berlaku dan tidak valid. Cuma gara2 yang satu arahat dan yang satu putthujana. Lihat bagimana penilaian mbah sangat subjektif sekali.

Dalam abhidhamma dikatakan menangis adalah dosamula citta. Dan selalu dikatakan pasti dosamula citta. Sama dengan putthujana bunuh diri pasti karena lobha, dosa atau moha.

Tetapi nyatanya penyebab bunuh diri dan ada pengecualian kalau dia sudah arahat. Maka saya juga bisa katakan menangis juga ada pengecualian bagi arahat. Penyebabnya jelas kusala citta dan tangisannya tidak ada emosi.

Kalau masalah tidak ada 'atta' saya juga bisa bilang siapa yang menangis...tidak 'atta' lalu siapa yang emosi?. Dan saat reaksi rupakhanda terjadi pada Luangta dengan cepat menyadarinya. berartikan satinya tinggi. bukan masalah emosi putthujana yang dijadikan standarnya. Sama halnya bunuh diri bukan penyebab putthujana yang jadi standardnya.

Sutta dan abhidhamma tidak menjelasakan ini bukan? . Tetap saja yang paling otentik yang sangat sesuai sutta adalah apabila Ko Fabian sudah arahat dan bisa menilai batin orang lain dengan abinna. Ini pembuktian yang paling OTENTIK.

 _/\_

« Last Edit: 29 November 2009, 07:40:20 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #104 on: 29 November 2009, 07:40:30 PM »
Quote
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2.
menurut yang saya tahu [ dengar langsung dari bikkhu sangha thailand]
seorang Arahat bisa mengetahui arahat lainnya.
tetapi seorang sotapanna tidak bisa mengetahui arahat..

misalkan Mahakassapa, begitu Ananda masuk ke ruang sidang sangha, Mahakassapa sudah tahu kalau Ananda telah mencapai Arahat...
demikian Juga pada konsili, ketika Ananda belum mencapai arahat..
seorang Bikkhu bahkan berkata "masih ada kotoran" [ gw lupa di mana baca ]

ada dalam syair
“Beliau yang duduk diam di lereng gunung,
Seorang bijak yang sudah mengatasi segala penyakit –
kepadaNyalah semua siswa memberikan penghormatan,
mereka sendirilah tiga pengetahuan, penakluk kematian.
Dia telah melihat mereka dengan kekuatan pikirannya,
Penguasa kemampuan supernormal, Moggallana.
Dia memeriksa pikiran mereka dengan kemampuannya
Dan menemukan bahwa mereka semua bebas dan tak
melekat lagi.”

- Samyutta Nikaya 8, 10

tetapi seorang Arahat mesti memasuki jhana barulah mengetahui apakah orang yang ia maksud itu mencapai arahat atau tidak..demikian yang saya dengar [ evame suttam ] ^^
waktu itu sy tanyakan kasus dimana pada sutta Sariputta berbicara kepada Arahat lainnya dan Sariputta tidak mengetahui, bikkhu tersebut arahat. dijawab dikarenakan Sariputta tidak memasuki jhana pada saat itu.

dan sudah dijelaskan oleh bro fabian..
Quote
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

saya rasa mengenai statment Luanta pasti sudah sampai ke Sangharaja Thai....Somdet Nanamsavara atau pada pendetektor kesucian lainnya...
tetapi Luanta tidak dikenakan sanksi Sangha sebagai pelanggaran, apakah ini berarti Sangha Thailand juga menyetujui Ke-arahatan dari
Âcariya Maha Boowa Naññasampanno Thera, kita tunggu saja waktu nya. :)



Sdr Marcedes yang baik,

Menurut saya sangharaja sudah tahu tapi tak akan berbuat apa-apa mengenai hal ini,karena banyak faktor. diantaranya:
- Sangha Thailand sendiri sudah banyak masalah, misalnya Dhammakaya dsbnya.
- Umat Thailand kadang sangat militan membela bhikkhu.

Pernah terjadi kasus skandal melibatkan bhikkhu yang terkenal dan dianggap sebagai guru meditasi hutan.
Pasalnya ada umat yang memberi pavarana kartu kredit padanya ternyata di tagihan ada tagihan dari klab malam di Australia.

Singkat kata Sangha meminta ia lepas jubah, ia menolak, umatnya marah kepada Sangha dan menganggap bhikkhu itu adalah pihak yang teraniaya.

Hingga sekarang orang itu tidak mau lepas jubah dan sebagai bentuk protes ia memakai jubah berwarna hijau.

Bayangkan hanya bhikkhu yang bobotnya mungkin jauh lebih kecil sudah menimbulkan gelombang kemarahan kepada Sangha, Apakah menurut saudara Marcedes Sangha akan mengambil tindakan terhadap Luangta? Tentu tidak kan? karena mungkin saja pelanggarannya cuma Pacittya, bila pacittya cukup mengaku di depan lima orang bhikkhu masalah dianggap selesai. Walaupun ternyata memang parajika sekalipun, kemungkinan Sangha Thailand tak akan mengambil tindakan, disebabkan akan timbul pertanyaan: siapa yang bisa memastikan seorang bhikkhu arahat atau bukan? Selain itu bila mengambil tindakan implikasi politiknya terlalu besar.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #105 on: 29 November 2009, 08:26:16 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Mbah hanya menduga kan, bisa ngomong gitu karena ada pembenaran Sang Buddha lalu karena tertulis maka melihat berbagai kemungkinan. Maka hal yang sama terjadi pada Luangta dapat memiliki berbagai kemungkinan. Maka tidak ada yang tau persis bukan . Alasan mbah tidak membuktikan tentang kondisi Luangta.

Ini saya postingkan tanggapan mbah Fabian tentang arahat bunuh diri :

Quote
by fabian
Saudara Kelana yang baik,

Perbuatan bunuh diri yang dilakukan Arahat kadang sulit dimengerti, apa yang dilakukan oleh Y.A. Dabba Mallaputta, Y.A. Ananda, Y.A. Channa merupakan bunuh diri bagi umat awam (puthujana). Ini tak dapat dibantah dan saya rasa tak perlu dibantah, karena memang demikianlah dalam pandangan orang yang masih menganggap bahwa kita memiliki atta.

Namun pada seorang Arahat ia merasa tak ada yang dibunuh karena tak ada pandangan mengenai atta (siapakah yang dibunuh Arahat bila ia hanya melihat bahwa diriNya hanya merupakan bentukan yang merupakan penggabungan dari kesadaran, jasmani, perasaan dsbnya?) Inilah sebabnya Sang Bhagava mengatakan Y.A.Channa tak tercela.

Mengapa demikian? pada umat awam pembunuhan diri sendiri selalu disebabkan oleh lobha, dosa atau moha, karena ia belum bersih dari lobha, dosa, moha. Maka ia akan terlahir kembali di alam-alam rendah, sedangkan bila Arahat yang bunuh diri (bunuh diri adalah kata yang tepat untuk puthujana, sedangkan untuk Ariya Puggala tidak dikatakan bunuh diri tetapi Parinibbana) rantai kelahiran kembali telah terputus, sehingga tak akan terlahir kembali (tak ada yang dibunuh, tak ada pengharapan terlahir kembali, tak ada pandangan salah disana). Inilah sebabnya mengapa yang satu dibilang blameless sedangkan yang lain dibilang blameful.

Mengenai cara Parinibbana yang dipilih, kengerian kita akan pemotongan leher merupakan suatu konsep pemikiran, padahal inti sebenarnya adalah mengakhiri kehidupan entah dengan cara apapun. Pambakaran tubuh yang dilakukan oleh Y.A. Ananda dan Y.A. Dabba Malaputta tak kalah ngerinya dengan menggorok leher. Kedua hal ini menakutkan bagi umat awam disebabkan masih memiliki kemelekatan terhadap batin dan jasmaninya. Sedangkan bagi Arahat tak ada hal apapun yang membuat mereka takut, karena telah terbebas dari kemelekatan.

Mengapa bunuh diri pada umat awam dianggap blameful? ini umumnya disebabkan bunuh diri pada umat awam disebabkan penolakan terhadap kehidupan ini (dosa) atau menganggap ada kehidupan yang jauh lebih baik di alam sana (lobha) atau tidak tahu bahwa yang dilakukannya tidak baik (moha).

Kalau alasannya diatas saya juga bisa bilang tangisan Luangta adalah tangisan arahat. karena penyebab dasarnya adalah kebahagiaan dan tangisan arahat tidak mengandung emosi yanga mana hanya merupakan reaksi rupakhanda akibat ingatan nibbana.

Lihat bunuh diri (yang ekstrem) diperkenankan karena arahat dan karena tertulis Tipitaka. Jadi masalah Luangta tidak ada tertulis sehingga mbah bilang itu kepastian dia bukan arahat, sangat dan absolut tidak berlaku dan tidak valid. Cuma gara2 yang satu arahat dan yang satu putthujana. Lihat bagimana penilaian mbah sangat subjektif sekali.

Dalam abhidhamma dikatakan menangis adalah dosamula citta. Dan selalu dikatakan pasti dosamula citta. Sama dengan putthujana bunuh diri pasti karena lobha, dosa atau moha.

Tetapi nyatanya penyebab bunuh diri dan ada pengecualian kalau dia sudah arahat. Maka saya juga bisa katakan menangis juga ada pengecualian bagi arahat. Penyebabnya jelas kusala citta dan tangisannya tidak ada emosi.

Kalau masalah tidak ada 'atta' saya juga bisa bilang siapa yang menangis...tidak 'atta' lalu siapa yang emosi?. Dan saat reaksi rupakhanda terjadi pada Luangta dengan cepat menyadarinya. berartikan satinya tinggi. bukan masalah emosi putthujana yang dijadikan standarnya. Sama halnya bunuh diri bukan penyebab putthujana yang jadi standardnya.

Sutta dan abhidhamma tidak menjelasakan ini bukan? . Tetap saja yang paling otentik yang sangat sesuai sutta adalah apabila Ko Fabian sudah arahat dan bisa menilai batin orang lain dengan abinna. Ini pembuktian yang paling OTENTIK.

 _/\_



Saudara Bond yang baik,

Saya tidak memiliki Abhinna, wajar bila saya tak memiliki kemampuan mengetahui Luangta Arahat atau bukan, tetapi saya memiliki referensi Tipitaka. Di referensi (Tipitaka/atthakata) ada dikatakan mengenai Arahat tak mungkin terikat pada pancakhandha. (ingatan pada Nibbana adalah bentuk kemelekatan pada pancakhandha) disebabkan tak ada kemelekatan terhadap ingatan (ingatan adalah bagian dari pancakhandha), oleh karena itu maka tak ada emosi bahagia yang muncul sehingga Arahat tak akan menangis.

Jangankan Arahat, pada seorang siswa vipassana bila muncul ingatan lalu diperhatikan seketika lenyap. Apakah sempat emosi bahagia yang menyebabkan air mata muncul, bila sebabnya telah lenyap? Padahal siswa vipassana itu masih puthujana. Patut diingat bahwa batin seorang Arahat selalu waspada.

Oh ya, dimanakah ada referensi Arahat menangis?

Saudara Bond sangat yakin bahwa beliau Arahat, mungkin saudara Bond memiliki kemampuan batin, bisa melihat pencapaian orang lain? Jadi tahu pasti beliau Arahat?

Benar... putthujana bunuh diri karena lobha dosa, dan moha. Apakah ketiga sifat itu hadir pada Arahat? Setahu saya menurut Visuddhi Magga bagi seorang meditator Anapanasati tahu kapan akhir dari vitalitas hidupnya.  Memang benar mereka memilih cara mereka sendiri Parinibbana dengan cara mereka sendiri, tetapi bila mereka tidak Parinibbana dengan cara yang mereka pilih, mereka akan tetap Parinibbana hari itu juga karena vitalitas hidupnya akan berakhir hari itu.

Saya beri satu gambaran:

Dalam visuddhi magga, diceritakan pada suatu ketika ada seorang bhikkhu yang senior, mengetahui bahwa vitalitas hidupnya akan berakhir hari itu, beliau kemudian bertanya kepada para bhikkhu murid beliau: "avuso ada berapa macam cara Parinibbana yang telah avuso sekalian lihat?" para bhikkhu yang hadir ada yang menjawab "Saya pernah melihat parinibbana dalam posisi duduk bhante", yang lain berkata,"Saya pernah melihat Parinibbana dalam posisi berdiri bhante",  lalu bhikkhu tersebut bertanya, "apakah ada yang melihat cara parinibbana dalam posisi berjalan?" semua bhikkhu serentak menjawab "belum bhante".

Lalu beliau berkata ,"Baiklah , saya akan perlihatkan Parinibbana dalam posisi berjalan, perhatikan saya akan berjalan dari sini ke batas garis itu (kalau tidak salah hanya beberapa langkah) dan parinibbana di garis batas itu", lalu beliau mulai berjalan, setelah sampai di garis batas yang ditunjuk lalu Parinibbana.

Apakah beliau dianggap bunuh diri? Padahal kenyataannya bila beliau tidak Parinibbana pada saat itu, toh juga Parinibbana hari itu. Inilah latar belakang yang melandasi tindakan para Arahat yang nampaknya bunuh diri. Hal itu disebabkan vitalitasnya juga akan berakhir hari itu .

 _/\_



« Last Edit: 29 November 2009, 08:38:07 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #106 on: 29 November 2009, 08:29:30 PM »
Quote
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2.
menurut yang saya tahu [ dengar langsung dari bikkhu sangha thailand]
seorang Arahat bisa mengetahui arahat lainnya.
tetapi seorang sotapanna tidak bisa mengetahui arahat..

misalkan Mahakassapa, begitu Ananda masuk ke ruang sidang sangha, Mahakassapa sudah tahu kalau Ananda telah mencapai Arahat...
demikian Juga pada konsili, ketika Ananda belum mencapai arahat..
seorang Bikkhu bahkan berkata "masih ada kotoran" [ gw lupa di mana baca ]

ada dalam syair
“Beliau yang duduk diam di lereng gunung,
Seorang bijak yang sudah mengatasi segala penyakit –
kepadaNyalah semua siswa memberikan penghormatan,
mereka sendirilah tiga pengetahuan, penakluk kematian.
Dia telah melihat mereka dengan kekuatan pikirannya,
Penguasa kemampuan supernormal, Moggallana.
Dia memeriksa pikiran mereka dengan kemampuannya
Dan menemukan bahwa mereka semua bebas dan tak
melekat lagi.”

- Samyutta Nikaya 8, 10

tetapi seorang Arahat mesti memasuki jhana barulah mengetahui apakah orang yang ia maksud itu mencapai arahat atau tidak..demikian yang saya dengar [ evame suttam ] ^^
waktu itu sy tanyakan kasus dimana pada sutta Sariputta berbicara kepada Arahat lainnya dan Sariputta tidak mengetahui, bikkhu tersebut arahat. dijawab dikarenakan Sariputta tidak memasuki jhana pada saat itu.

dan sudah dijelaskan oleh bro fabian..
Quote
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

saya rasa mengenai statment Luanta pasti sudah sampai ke Sangharaja Thai....Somdet Nanamsavara atau pada pendetektor kesucian lainnya...
tetapi Luanta tidak dikenakan sanksi Sangha sebagai pelanggaran, apakah ini berarti Sangha Thailand juga menyetujui Ke-arahatan dari
Âcariya Maha Boowa Naññasampanno Thera, kita tunggu saja waktu nya. :)



Sdr Marcedes yang baik,

Menurut saya sangharaja sudah tahu tapi tak akan berbuat apa-apa mengenai hal ini,karena banyak faktor. diantaranya:
- Sangha Thailand sendiri sudah banyak masalah, misalnya Dhammakaya dsbnya.
- Umat Thailand kadang sangat militan membela bhikkhu.

Pernah terjadi kasus skandal melibatkan bhikkhu yang terkenal dan dianggap sebagai guru meditasi hutan.
Pasalnya ada umat yang memberi pavarana kartu kredit padanya ternyata di tagihan ada tagihan dari klab malam di Australia.

Singkat kata Sangha meminta ia lepas jubah, ia menolak, umatnya marah kepada Sangha dan menganggap bhikkhu itu adalah pihak yang teraniaya.

Hingga sekarang orang itu tidak mau lepas jubah dan sebagai bentuk protes ia memakai jubah berwarna hijau.

Bayangkan hanya bhikkhu yang bobotnya mungkin jauh lebih kecil sudah menimbulkan gelombang kemarahan kepada Sangha, Apakah menurut saudara Marcedes Sangha akan mengambil tindakan terhadap Luangta? Tentu tidak kan? karena mungkin saja pelanggarannya cuma Pacittya, bila pacittya cukup mengaku di depan lima orang bhikkhu masalah dianggap selesai. Walaupun ternyata memang parajika sekalipun, kemungkinan Sangha Thailand tak akan mengambil tindakan, disebabkan akan timbul pertanyaan: siapa yang bisa memastikan seorang bhikkhu arahat atau bukan? Selain itu bila mengambil tindakan implikasi politiknya terlalu besar.

 _/\_

Mbah alasan ini tidak bisa dijadikan dasar juga, sebagai pembenaran pasti bahwa Luangta bukan arahat. Apakah ko fabian tahu kondisi keadaan sebenarnya.?

Sangharaja mengambil tindakan atau tidak terhadap Luangta, mbah hanya menduga-duga saja bukan?. Jadi darimana tau mbah mengatakan "Bayangkan hanya bhikkhu yang bobotnya mungkin jauh lebih kecil sudah menimbulkan gelombang kemarahan kepada Sangha, Apakah menurut saudara Marcedes Sangha akan mengambil tindakan terhadap Luangta?

Alasan mbah sangat tidak berdasar. Justru dengan sangharaja mengambil tindakan maka akan membuktikan dengan tegas apakah Luangta arahat atau tidak, jika ia memilih keluar dan membuat aliran baru maka jelas terbukti dia bukan arahat. Arahat pasti menjaga kesatuan.
Kalau sampai keluar dan menyebabkan aksi demo, pemerintah punya hak untuk meredamnya apalagi ada kekuatan kepolisian dan militer. Jaman sekarang pemerintahannya beda dengan dulu mbah yang masih berupa kerajaan. Kalau mengenai masalah umat Thailand militan, Di Myanmar umat Buddhanya  juga militan  karena memang negara buddhist.

Pelanggaran pacittya atau parajika mbah juga hanya mengungkapkan sebagai kemungkinan. Jadi itu tidak juga membuktikan apa2 terhadap Luangta.

Kalau Bhikkhu sampai ada tagihan kartu kredit klab malam di Australia, hal tersebut dapat terjadi dimana saja entah itu bhikkhu Myanmar, Bhikkhu Srilanka, Indonesia atau di seluruh dunia hal itu dapat terjadi. Dan itu bukan berarti bhikkhu di negara ini atau itu lebih baik.


Smoga mbah fabian berbahagia. _/\_





Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #107 on: 29 November 2009, 08:57:40 PM »
Saudara Bond yang baik,

Saya kira cukup sekian saya menjawab thread ini, saya persilahkan saudara mencari sendiri, apakah benar seorang Arahat bisa menangis? Boleh tanyakan kepada ceu Lily atau bang Markos, atau pak Slamet Rojali, Dr. Mehm Tihn Mon, atau Nina Van Gorkom dari Dhammastudy group. Atau guru Abhidhamma yang dianggap memang ahli.

Atau saudara Bond bisa terus mencari pembenaran bahwa beliau memang Arahat.

Saya rasa perlu waktu bagi saudara Bond merenungkan kembali mengenai hal ini.
Satu fakta yang perlu saudara Bond ketahui, walaupun masih ada hal-hal tidak pantas lainnya sebagai bhikkhu yang saya dengar mengenai beliau, kiranya tak perlu saya ungkapkan disini.

Adalah tindakan bodoh yang berani dengan tegas mengatakan bahwa seseorang bukan Arahat, kecuali ia memiliki fakta-fakta yang kasat mata, karena bila ternyata salah maka ia bisa mendapatkan karma buruk yang besar.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #108 on: 29 November 2009, 09:16:57 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Mbah hanya menduga kan, bisa ngomong gitu karena ada pembenaran Sang Buddha lalu karena tertulis maka melihat berbagai kemungkinan. Maka hal yang sama terjadi pada Luangta dapat memiliki berbagai kemungkinan. Maka tidak ada yang tau persis bukan . Alasan mbah tidak membuktikan tentang kondisi Luangta.

Ini saya postingkan tanggapan mbah Fabian tentang arahat bunuh diri :

Quote
by fabian
Saudara Kelana yang baik,

Perbuatan bunuh diri yang dilakukan Arahat kadang sulit dimengerti, apa yang dilakukan oleh Y.A. Dabba Mallaputta, Y.A. Ananda, Y.A. Channa merupakan bunuh diri bagi umat awam (puthujana). Ini tak dapat dibantah dan saya rasa tak perlu dibantah, karena memang demikianlah dalam pandangan orang yang masih menganggap bahwa kita memiliki atta.

Namun pada seorang Arahat ia merasa tak ada yang dibunuh karena tak ada pandangan mengenai atta (siapakah yang dibunuh Arahat bila ia hanya melihat bahwa diriNya hanya merupakan bentukan yang merupakan penggabungan dari kesadaran, jasmani, perasaan dsbnya?) Inilah sebabnya Sang Bhagava mengatakan Y.A.Channa tak tercela.

Mengapa demikian? pada umat awam pembunuhan diri sendiri selalu disebabkan oleh lobha, dosa atau moha, karena ia belum bersih dari lobha, dosa, moha. Maka ia akan terlahir kembali di alam-alam rendah, sedangkan bila Arahat yang bunuh diri (bunuh diri adalah kata yang tepat untuk puthujana, sedangkan untuk Ariya Puggala tidak dikatakan bunuh diri tetapi Parinibbana) rantai kelahiran kembali telah terputus, sehingga tak akan terlahir kembali (tak ada yang dibunuh, tak ada pengharapan terlahir kembali, tak ada pandangan salah disana). Inilah sebabnya mengapa yang satu dibilang blameless sedangkan yang lain dibilang blameful.

Mengenai cara Parinibbana yang dipilih, kengerian kita akan pemotongan leher merupakan suatu konsep pemikiran, padahal inti sebenarnya adalah mengakhiri kehidupan entah dengan cara apapun. Pambakaran tubuh yang dilakukan oleh Y.A. Ananda dan Y.A. Dabba Malaputta tak kalah ngerinya dengan menggorok leher. Kedua hal ini menakutkan bagi umat awam disebabkan masih memiliki kemelekatan terhadap batin dan jasmaninya. Sedangkan bagi Arahat tak ada hal apapun yang membuat mereka takut, karena telah terbebas dari kemelekatan.

Mengapa bunuh diri pada umat awam dianggap blameful? ini umumnya disebabkan bunuh diri pada umat awam disebabkan penolakan terhadap kehidupan ini (dosa) atau menganggap ada kehidupan yang jauh lebih baik di alam sana (lobha) atau tidak tahu bahwa yang dilakukannya tidak baik (moha).

Kalau alasannya diatas saya juga bisa bilang tangisan Luangta adalah tangisan arahat. karena penyebab dasarnya adalah kebahagiaan dan tangisan arahat tidak mengandung emosi yanga mana hanya merupakan reaksi rupakhanda akibat ingatan nibbana.

Lihat bunuh diri (yang ekstrem) diperkenankan karena arahat dan karena tertulis Tipitaka. Jadi masalah Luangta tidak ada tertulis sehingga mbah bilang itu kepastian dia bukan arahat, sangat dan absolut tidak berlaku dan tidak valid. Cuma gara2 yang satu arahat dan yang satu putthujana. Lihat bagimana penilaian mbah sangat subjektif sekali.

Dalam abhidhamma dikatakan menangis adalah dosamula citta. Dan selalu dikatakan pasti dosamula citta. Sama dengan putthujana bunuh diri pasti karena lobha, dosa atau moha.

Tetapi nyatanya penyebab bunuh diri dan ada pengecualian kalau dia sudah arahat. Maka saya juga bisa katakan menangis juga ada pengecualian bagi arahat. Penyebabnya jelas kusala citta dan tangisannya tidak ada emosi.

Kalau masalah tidak ada 'atta' saya juga bisa bilang siapa yang menangis...tidak 'atta' lalu siapa yang emosi?. Dan saat reaksi rupakhanda terjadi pada Luangta dengan cepat menyadarinya. berartikan satinya tinggi. bukan masalah emosi putthujana yang dijadikan standarnya. Sama halnya bunuh diri bukan penyebab putthujana yang jadi standardnya.

Sutta dan abhidhamma tidak menjelasakan ini bukan? . Tetap saja yang paling otentik yang sangat sesuai sutta adalah apabila Ko Fabian sudah arahat dan bisa menilai batin orang lain dengan abinna. Ini pembuktian yang paling OTENTIK.

 _/\_



Saudara Bond yang baik,

Saya tidak memiliki Abhinna, wajar bila saya tak memiliki kemampuan mengetahui Luangta Arahat atau bukan, tetapi saya memiliki referensi Tipitaka. Di referensi (Tipitaka/atthakata) ada dikatakan mengenai Arahat tak mungkin terikat pada pancakhandha. (ingatan pada Nibbana adalah bentuk kemelekatan pada pancakhandha) oleh karena tak ada kemelekatan terhadap ingatan yang ada pada pancakhandha, oleh karena itu maka tak ada emosi bahagia yang muncul sehingga arahat tak akan menangis.

Siapa yang mengatakan melekat? itu kan mbah yang ngomong. Yang dijelaskan reaksi rupakhanda. Arahat bisa merasakan sakit pada saat sakit, dan juga ada reaksi rupa khandanya. Tetapi batinnya tetap tidak terpengaruh

Jangankan Arahat, pada seorang siswa vipassana bila muncul ingatan lalu diperhatikan seketika lenyap apakah sempat emosi bahagia yang menyebabkan air mata muncul? Padahal siswa vipassana itu masih puthujana. Patut diingat bahwa batin seorang Arahat selalu waspada.

Ini kan dugaan anda yang tidak mempunyai abinna seperti yang mbah akui sendiri. Setiap arahat memiliki keunikan sendiri dalam perilakunya. Setenangnya batin arahat pun tidak bisa terhindar dari reaksi rupa khanda. Tenang saja bisa sakit tubuhnya sebagai reaksi rupakhanda akibat kamma lampau apalagi hanya menangis.  :))

Oh ya, dimanakah ada referensi Arahat menangis?
Koq tanya saya mbah :))

Jadi kalau tidak ada referensi bagaimana arahat berak, maka arahat berak di closet dijadikan pembenaran penilaian bahwa orang itu bukan arahat ya... (perumpamaan saja):)) Kalau umat buddhist jadi kutu buku Tipitaka, wajarlah cuma menilai-menilai tanpa dasar. Ok sekarang saya gunakan referensi sutta bahwa untuk menilai  arahat harus arahat juga dan punya abinna, apakah mbah memenuhi kualifikasi itu. Saya ikuti keinginan mbah untuk menggunakan sutta, kalau tidak bisa maka apapun alasannya itu tidak valid untuk menilai batin seseorang. menilai putthujana saja sering salah  ^-^

Saudara Bond sangat yakin bahwa beliau Arahat, mungkin saudara Bond memiliki kemampuan batin, bisa melihat pencapaian orang lain? Jadi tahu pasti beliau Arahat?

Mbah fabian yang baik dan saya hormati, coba deh baca yang teliti, capek tau ngulang-ngulang tulisan  ^-^ .
Bagaimana dengan mbah?  ini referensi yang pernah saya tulis : demikianlah saya menulis dengan jujur dan hati yang terbuka. Liat dibawah yang dibold hitam


"Saya pribadi menyikapi dengan no comment. Sekalipun saya percaya Luangta Arahat itu sebatas keyakinan saya dari hati yang terdalam. Sama halnya umat awam yang memiliki keyakinan pada Buddha dan arahat2nya pada jaman Sang Buddha, sekalipun umat itu tidak tahu persis batin Buddha tapi mereka mengerti melalui hati mereka. Demikian terhadap  Luangta sebagai Sangha termasuk Bhikkhu2 lainnya." --> linknya http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13888.0.html   reply #2
referensi tulisan saya lainnya

6.Selama kita masih putthujana tidak ada yang dapat menilai dengan pasti apakah orang itu arahat atau tidak pada masa setelah Buddha parinibbana. yang ada hanya spekulasi termasuk saya yang meyakini/saddha terhadap Luangta adalah arahat tetapi jika ada yg berani mengatakan dengan pasti bahwa dia belum arahat atau dia adalah orang yg berpandangan eternalis maka 100% hanya sebuah pendapat tanpa argumen yg pasti dan lebih meragukan kecuali dia adalah arahat. Inilah hal yang pasti.http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13888.30.html-->reply #41



Benar... putthujana bunuh diri karena lobha dosa, dan moha. Apakah ketiga sifat itu hadir pada Arahat? Setahu saya menurut Visuddhi Magga bagi seorang meditator Anapanasati tahu kapan akhir dari vitalitas hidupnya.  Memang benar mereka memilih cara mereka sendiri Parinibbana dengan cara mereka sendiri, tetapi bila mereka tidak Parinibbana dengan cara yang mereka pilih, mereka akan tetap Parinibbana hari itu juga karena vitalitas hidupnya akan berakhir hari itu.

Saya beri satu gambaran:

Dalam visuddhi magga, diceritakan pada suatu ketika ada seorang bhikkhu yang senior, mengetahui bahwa vitalitas hidupnya berakhir hari itu beliau kemudian bertanya kepada para bhikkhu murid beliau: "avuso ada berapa macama cara Parinibbana yang telah avuso sekalian lihat?" para bhikkhu yang hadir ada yang menjawab "Saya pernah melihat parinibbana dalam posisi duduk bhante", yang lain berkata,"Saya pernah melihat Parinibbana dalam posisi berdiri bhante",  lalu bhikkhu tersebut bertanya, "apakah ada yang melihat cara parinibbana dalam posisi berjalan?" semua bhikkhu serentak menjawab "belum bhante".

Lalu beliau berkata ,"Baiklah , saya akan perlihatkan Parinibbana dalam posisi berjalan, perhatikan saya akan berjalan dari sini ke batas garis itu (kalau tidak salah hanya beberapa langkah) dan parinibbana di garis batas itu", lalu beliau mulai berjalan, setelah sampai di garis batas yang ditunjuk lalu parinibbana.

apakah beliau dianggap bunuh diri? padahal kenyataannya bila beliau tidak parinibbana pada saat itu, toh juga Parinibbana hari itu. Inilah latar belakang yang melandasi tindkan para Arahat yang nampaknya bunuh diri. Hal itu disebabkan vitalitasnya akan berakhir hari itu juga.

Jika alasan itu dibuat, maka ada  juga demikianlah cara arahat memberikan ekspresi kepada orang agar melihat keagungan Dhamma bahkan arahat saja bisa menangis. Bukankah arahat yang memiliki abinna sehingga ia menggunakan cara mengingat nibbana(kusala citta) agar ekspresi itu keluar. Kelihatannya konyol, karena saya juga menduga, demikan Anda. Mogalana saja bisa diceritakan seperti film Sun Go Kong terbang dengan abinna, apalagi arahat buat dirinya sendiri menangis adalah hal yang sepele yang dilandasi tujuan Dhamma, salah satu caranya ingat nibbana dan hal lainnya yang kita tidak ketahui agar orang menghargai Dhamma.
Memangnya semua perilaku arahat A-Z tertulis dalam Tipitaka?

sering saya dengar mbah menggunakan pembenaran atas argumen mbah dengan.. pengalaman meditator adalah ini dan itu, atau guru meditator vipasana ini dan itu. Pertanyaan saya kalau gitu tanya guru vipasanna Anda yang hebat untuk melihat batin Luangta sederhana kan. Bukan referensi yang jelas tak terbukti dan tidak ada di Tipitaka. Buku itu benda mati . Jangan gunakan Tipitak seperti Kitab KUHAP. Dalam KUHAP saja kalau tidak tertulis seseorang tidak bisa dihukum :)) .Kebenaranlah yang senantiasa selalu hidup dimanapun tanpa batas dan hanya bisa dilihat dengan hati yang tulus ^-^

Selama kita berdua menduga, ngak ada habisnya mbah. Makanya mbah jangan jadi hakim yak(joke)  :))



 _/\_




Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #109 on: 29 November 2009, 09:20:54 PM »
sudah2... tidak baik lohhh...

saya rasa ko saudara fabian dan ko bonk masing2 cukup bijaksana utk menilai yg terbaik utk dirinya sendiri...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #110 on: 29 November 2009, 09:27:44 PM »
Saudara Bond yang baik,

Saya kira cukup sekian saya menjawab thread ini, saya persilahkan saudara mencari sendiri, apakah benar seorang Arahat bisa menangis? Boleh tanyakan kepada ceu Lily atau bang Markos, atau pak Slamet Rojali, Dr. Mehm Tihn Mon, atau Nina Van Gorkom dari Dhammastudy group. Atau guru Abhidhamma yang dianggap memang ahli.

Atau saudara Bond bisa terus mencari pembenaran bahwa beliau memang Arahat.

Saya rasa perlu waktu bagi saudara Bond merenungkan kembali mengenai hal ini.
Satu fakta yang perlu saudara Bond ketahui, walaupun masih ada hal-hal tidak pantas lainnya sebagai bhikkhu yang saya dengar mengenai beliau, kiranya tak perlu saya ungkapkan disini.

Adalah tindakan bodoh yang berani dengan tegas mengatakan bahwa seseorang bukan Arahat, kecuali ia memiliki fakta-fakta yang kasat mata, karena bila ternyata salah maka ia bisa mendapatkan karma buruk yang besar.

_/\_

Saya tidak mencari pembenaran koq. Saya kan hanya mempertanyakan kepastian mbah tentang Luangta bukan arahat. Tapi menurutt sutta saja mbah tidak bisa membuktikan , koq menyuruh saya merenungkan.
Kalau saya mengajak mbah saat ini juga, mari kita renungkan bersama, itupun kalau mbah mau.

Mbah cuma bisa mendengar hal yang tidak pantas tentang Luangta tapi tidak menyaksikan sendiri, maka siapa yang lebih tidak pantas?-->bisa2 fitnah dalam batin anda. Baguslah kalau mbah sadar tidak menungkapkannya karena memang cuma dengar. Dipengadilan saja seorang saksi harus menyaksikan langsung , tidak karena mendengar. Apalagi mengenai kebenaran.

Silakan kalau mbah berani dengan pasti menyimpulkan Luangta bukan arahat, karma apapun yg muncul nantinya saya tetap menghargai mbah sebagai sahabat yang baik dalam Dhamma.

Saya kira demikian kita akhiri saja diskusi saya dengan Anda.

Salam Dhamma selalu _/\_
« Last Edit: 29 November 2009, 09:37:42 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #111 on: 29 November 2009, 10:22:42 PM »
Lock? :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #112 on: 30 November 2009, 03:32:23 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Juga nambahin dikit nih. Di Sri Lanka ada seorang menteri yang sangat formal dalam pembicaraan. Jika ia berbicara dengan orang yang tidak dikenal ia akan memanggilnya "Pak", tapi anehnya jika ia merasa dekat dengan orang tertentu ia akan menyapanya dengan panggilan 'yaksa' atau 'demon'. Ia menyapa seseorang dengan sapaan 'yaksa' karena ia sayang dan dekat dengan orang tersebut, bukan karena  benci. Karena itulah, banyak orang justru merasa senang jika ia memanggil mereka dengan panggilan 'yaksa'. :D

Kebetulan ada seorang bhikkhu hutan yang sering menyapa kami dengan istilah 'gang Kelaniya' ketika kami mengunjungi beliau. Terhadap orang lain yang beliau tidak kenal atau terhadap senior atau mereka yang beliau hormati, beliau tidak akan menyapa dengan panggilan 'gang'. Namun dengan kita beliau memanggilnya demikian. Meskipun kata tersebut tampak kasar, kami tidak marah. Bahkan kami senang karena kami tahu bahwa kata2 yang beliau ucapakan muncul dari kasih sayang dan keakraban beliau kepada kami.

Barangkali hal demikian juga terjadi pada Bhikkhu Pilindavaccha. Beliau akan menyapa dengan istilah 'vasala' kepada mereka2 yang dekat atau akrab dengan beliau. Namun terhadap mereka yang tidak dikenal atau mereka yang senior dan dihormati, beliau tidak akan menyapanya dengan istilah 'vasala'. Saya yakin bahwa Bhikkhu Pilindavaccha tidak akan menyapa Sang Buddha dengan istilah 'vasala'. :D

Sangat menarik dicatat bahwa dalam Kitab Komentar dari Anguttanikāya, setelah mendengar kasus Bhikkhu Pilindavaccha, Sang Buddha menerangkan, "Bhikkhave, na mayhaṃ puttassa etaṃ idāneva āciṇṇaṃ, atīte panesa pañca jātisatāni vasalavādibrāhmaṇakule nibbatti. Iccesa bhavāciṇṇeneva kathesi, na pharusavasena - "Oh para bhikkkhu, ini bukan hanya merupakan kebiasaan anakku sekarang saja, di masa lampau, ia telah terlahir di keluarga brahmana sebanyak 500 kali. Karena ia mengucapkan (kata vasala) disebabkan oleh sifat kebiasaan, ini bukan merupakan kata2 kasar".

Be happy.

« Last Edit: 30 November 2009, 03:34:26 AM by Peacemind »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #113 on: 30 November 2009, 07:01:01 AM »
^^ tapi tetap walaupun sifat hal itu bukanlah suatu hal yang baik khan? apabila itu merupakan hal yang baik maka apabila itu di aplikasikan ke semua orang akan ber akibat sama tapi kenyataannya tidak khan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))