Sebelum ngomongin bukti empiris, sy mau tanya sama anda mengenai Ingatan dan Ilusi, darimana ada bisa membedakan itu semua? Anda sendiri mengatakan bahwa Hipnotis bisa membajak memory seseorang. Dengan demikian bisa saja Memory anda sebenarnya sudah dibajak. Nah sekarang sy tanya darimana anda bisa tahu kalo buku yang ada dimeja bukan hasil manipulasi memory/salah ingat? Pernah denger kan De Javu? Jika anda sendiri bahkan di masa sekarang tidak mampu untuk membukti apa yang anda lakukan di masa sekarang lalu bagaimana mungkin anda ngotot meminta bukti adanya kehidupan masa lalu. Ingatan itu milik pribadi bukan milik orang lain. Nah sekarang yang menjadi pertanyaan saya dari mana anda bisa membedakan apa yang anda ingat itu sebagai kenyataan dan bukan ilusi?
Menurut saya, ingatan itu sendiri sebenarnya tidak membuktikan apa-apa. Dalam pengadilan, seseorang tidak bisa menuduh orang lain hanya dengan mengatakan, "Saya
ingat dia membunuh adik saya". Sekali lagi, ingatan tidak membuktikan apa-apa.
Itulah sebabnya, dalam contoh yang saya sebutkan, saya selalu menyertakan "bukti luar" (maksudnya, bukti di luar, atau bukti selain, ingatan itu sendiri), seperti orang lain, buku, dan catatan.
Nah, bagaimana dengan kelahiran kembali, adakah "bukti luar" (bukti di luar ingatan itu sendiri) yang bisa meneguhkan hal itu?
Mengenai kesaksian itu ada, masalahnya adalah akan ada selalu orang yang menentangnya, seperti pernyataan seorang ustaz di salah satu surat kabar makassar, dia bilang ada orng bisa mengingat masa lalu seseorang sebenarnya itu adalah gambaran yang ditanam oleh Jin Karim. So apapun penjelasan Buddhistme mengenai kelahiran kembali pasti ada pro kontranya. Jadi kesimpulannya, jika anda tidak percaya, leave it
Bukti seperti itu tidak objektif. Itu sama saja menyuruh orang Buddhis percaya "penampakan-penampakan akan Yesus" di dalam keyakinan K. Saya tidak akan menggunakan bukti seperti itu. Seperti saya katakan, mari kita gunakan standar yang bisa kita akui bersama.