//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali  (Read 152003 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Isaacus Newtonus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 363
  • Reputasi: -5
  • Veritas Liberabit Vos
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #435 on: 05 October 2012, 01:47:12 PM »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #436 on: 05 October 2012, 01:55:05 PM »
Lho, yang saya bold itu adalah keyakinan bro, bukan keyakinan saya. Bagaimana mungkin bro memaksakan hal itu terjadi kepada saya?

(Tuh kan, subjektif lagi)
Lho, yang saya bold itu adalah keyakinan bro, bukan keyakinan saya. Bagaimana mungkin bro memaksakan hal itu terjadi kepada saya?

(Tuh kan, subjektif lagi)

sorry hp ku tidak tahu mana yang di bold, seingat ku standrat yang kukatan dari awal adalah standrat buddhisme bukan standrat keyakinan anda, bila anda terus menerus seperti itu sebaik nya tidak perlu datang kemari lagi sudah kukatakan bukan.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #437 on: 05 October 2012, 01:55:55 PM »
Nah itu, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa standar moral manusia -- sekalipun ada persamaan -- bisa berbeda. Maka siapa yang bisa menetukan yang paling mulia? Jika buddhis mengatakan wanita yang bertelanjang dada adalah bermoral, lalu ada seorang lain yang mengatakan wanita bertelanjang dada tidak bermoral, maka dapat dikatakan orang lain itu lebih mulia dari Buddhis.

Apakah pendapat itu salah? Oh tidak. Atas dasar apa dikatakan salah? Siapa yang berwenang menentukannya?

Itulah dilemanya agama manusia (atau kebenaran yang hanya bersumber dari manusia). Tidak ada tolak ukur.

Misalnya di Indonesia, bagi masyarakat yang tidak lagi primitif, wanita yang bertelanjang dada di tempat umum tentu dianggap tidak sopan.

Menurut KBBI: bermoral = sesuai dengan moral (adat sopan santun), maka wanita tersebut bisa dikatakan tidak sopan / tidak bermoral.

Tapi bagaimana dengan di tempat lain? misalnya di pedalaman, wanita yang berpakaian justru dianggap aneh.

Jadi, tentang "bertelanjang dada", di satu tempat bisa dikatakan tidak bermoral, di tempat lain bermoral (di satu tempat dianggap tidak sopan, di tempat lain sopan-sopan aja).

Oleh karena itu, bertelanjang dada tidak bisa dikatakan sebagai bermoral atau tidak.

Berbeda dengan moralitas dalam buddhism (secara umum, terdiri dari 5 sila seperti yang disebutkan Indra). Di manapun kamu berada, di negara manapun, di pedalaman maupun di kota, mencuri/membunuh,dst sebenarnya adalah suatu perbuatan buruk. Hal itu adalah buruk, bahkan sekalipun semua orang di tempat itu menganggapnya baik.
« Last Edit: 05 October 2012, 02:00:22 PM by dhammadinna »

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #438 on: 05 October 2012, 01:58:24 PM »
Hmm...Kelihatannya saya kurang setuju. Jika bro mengatakan seperti itu, berarti tidak ada sama sekali kebenaran dalam kepercayaan, konsep, dan doktrin.

Mungkin lebih tepatnya:
kepercayaan bukan pasti kebenaran.
konsep bukan pasti kebenaran.
doktrin bukan pasti kebenaran.
maksud saya, kepercayaan itu tidak sama dengan kebenaran.
kalo sesuatu yang dipercaya itu ternyata benar, maka bukan kepercayaan lagi namanya, melainkan pengetahuan.
tahu beda dengan percaya.
tahu itu pasti, percaya itu spekulatif.

mungkin ini perbedaan bahasa dan persepsi saja.

Ya, Yesus Kristus juga mengatakan "tidak semua orang yang percaya kepadaku akan memperoleh keselamatan".
jadi banyak yang jadi kristian juga tetep gak selamet?
bagaimana tahu kristian yang mana yg selamet, kristian yang mana yg gak selamet?

kalo gak dijawab, gapapa, om...


Jadi yang saya tangkap dari penjelasan bro, bro tidak ingin terlalu memikirkan masalah doktrin. Baik, terima kasih bro atas sumbangan pemikirannya.
bukan tidak ingin memikirkan masalah doktrin atau tidak mau pusing mikirin doktrin, om.

bagi saya, buddhisme itu tidak dipelajari dengan percaya ataupun beriman. buddhisme itu dipelajari dengan kebebasan berpikir dan mengalami. buddhisme adalah sebuah problem solving yang diajarkan Buddha terhadap satu problem terbesar manusia. karena itulah saya tidak ambil pusing masalah doktrin ataupun kepercayaan yang spekulatif.

kalo boleh saya bilang, inilah perbedaan cara berpikir buddhis dengan cara berpikir samawi.
satu penyebab banyak yg tertarik dengan keindahan cara berpikir buddhis yang modern ini.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Isaacus Newtonus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 363
  • Reputasi: -5
  • Veritas Liberabit Vos
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #439 on: 05 October 2012, 02:01:00 PM »
1. Bener...saya setuju aja deh....bijak memang kalau bekerja di hari sabat harus dihukum mati, kalau persembahan ke si YHWH dipesen gak pake ragi, kalau cukur rambut harus ngikutin model dia.

Memang bijak bro, lihat aja tuh anak-anak disuruh disunat di hari ke delapan. Bijak bukan?


Eh iya, di belahan dunia lain, mereka gak tau hukum "bijaksana" ini :(
Si empunya masih kurang komunikasinya dan pilih-pilih tamu.

Tenang aja bro, jangan kecil hati. Dia adil kok. Tuh banyak 'prajurit'Nya sekarang yang datang memberitakannya, bahkan dari rumah ke rumah berdua-dua. Rumah bro pernah disinggahi tidak?


2. Setahu saya, pencerahan ya pencerahan, mau orang itu kepercayaannya apapun ya dia akan menyadari hal yang sama.

3. Para arahant mengonfirmasi apa yang dilihat Buddha itu sama.
Pada zaman sekarang pun, dimana sains dan psikologi sudah begitu maju, mereka setuju dengan ajaran Siddharta tentang realitas kehidupan, dan ya memang seperti itu.

Kalau masalah itu sih, banyak juga tuh orang kr****n yang mengkonfirmasi mengaku melihat "Yesus sebagai Tuhan" (Oh ya, sekedar mengingatkan kembali, saya bukan termasuk K yang percaya Yesus adalah Tuhan, saya percaya Yesus Kristus adalah Anak Allah. Kedudukannya dibawah Tuhan)


*Isaac, kalau hanya berdebat, tidak akan ada habisnya. Thread ini bisa mencapai 1000 post, tapi kamu tetap tidak akan puas. Ada baiknya kamu menyelami dahulu apa inti ajaran buddha. Baru bila tidak mengerti, bertanya.

Kamu bisa mulai dengan pdf ini, yang menjadi awal mula pengenalan saya dengan buddhisme dan membuat saya yakin dengan buddhisme, instead menjadi atheist. Saya harap kamu mau membacanya, ada beberapa fakta kunci tentang buddhisme yang sepertinya kamu belum tahu


http://www.thedhamma.com/buddhaslists.pdf

Kalau masalah ajaran untuk melakukan kebaikan, semua agama juga punya bro. Tetapi beragama tidak cukup hanya "jangan melakukan kejahatan", sebab jika hanya itu, orang atheis pun tahu. Beragama berarti harus memiliki sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa memberi arti kehidupan, bukan hanya sekedar lahir, besar, bekeluarga, tua, mati, lalu tidak ada lagi, karena kalaupun ada, sudah digantikan oleh orang yang lain. Tidak, hidup tidak hanya seperti itu.

Saya sudah bertanya, itulah yang selalu saya lakukan di forum ini.


Offline emulio

  • Teman
  • **
  • Posts: 70
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Seek Nibbana without seeking it.
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #440 on: 05 October 2012, 02:12:14 PM »
Memang bijak bro, lihat aja tuh anak-anak disuruh disunat di hari ke delapan. Bijak bukan?


Tenang aja bro, jangan kecil hati. Dia adil kok. Tuh banyak 'prajurit'Nya sekarang yang datang memberitakannya, bahkan dari rumah ke rumah berdua-dua. Rumah bro pernah disinggahi tidak?


Kalau masalah itu sih, banyak juga tuh orang kr****n yang mengkonfirmasi mengaku melihat "Yesus sebagai Tuhan" (Oh ya, sekedar mengingatkan kembali, saya bukan termasuk K yang percaya Yesus adalah Tuhan, saya percaya Yesus Kristus adalah Anak Allah. Kedudukannya dibawah Tuhan)


Kalau masalah ajaran untuk melakukan kebaikan, semua agama juga punya bro. Tetapi beragama tidak cukup hanya "jangan melakukan kejahatan", sebab jika hanya itu, orang atheis pun tahu. Beragama berarti harus memiliki sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa memberi arti kehidupan, bukan hanya sekedar lahir, besar, bekeluarga, tua, mati, lalu tidak ada lagi, karena kalaupun ada, sudah digantikan oleh orang yang lain. Tidak, hidup tidak hanya seperti itu.

Saya sudah bertanya, itulah yang selalu saya lakukan di forum ini.

1. Iya, kan saya udah bilang bijak, tapi sayangnya kurang komunikatif aja sih empunya.
Saya ngomong zaman itu, bukan zaman sekarang. Tuh, di belahan dunia lain ada yang kepleset kan karena papan pengumumannya cuma dipasang di ruang tamu si empunya rumah (di negara Israel).
Oya, bekerja di hari sabat lalu dihukum mati adalah aturan terbijak yang pernah saya dengar yang keluar dari suatu oknum. Presiden Korea Utara juga mirip-mirip, tapi masih kalah "bijak".

2. Konfirmasi pencerahan beda dengan pengalaman religius dimana alam bawah sadar mewujud ke suatu image. Makanya image orang bisa beda-beda, ada Yesus, Siddharta, Muhammad. Tapi kalo pencerahan adalah suatu kondisi "kosong" (pakai tanda kutip), bukan hal-hal seperti itu. Ketika mencapai itu, dia melihat realitas dunia apa adanya dan sebenar-benarnya.

3. Kamu sudah menyelami belum? Saya jarang-jarang kasih link kalau tidak perlu-perlu amat. Tapi link yang saya berikan tadi akan membuat kamu mengerti tentang buddhisme.
Tentu kalau kamu ke sini untuk mencari info tentang buddhisme, dan bukannya berdebat dan mencari celah dengan mencari-cari kesalahan dengan ajaran buddhisme.
Buddha's teachings summed in one word: Awareness.

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #441 on: 05 October 2012, 02:13:22 PM »
Kalau masalah ajaran untuk melakukan kebaikan, semua agama juga punya bro. Tetapi beragama tidak cukup hanya "jangan melakukan kejahatan", sebab jika hanya itu, orang atheis pun tahu. Beragama berarti harus memiliki sesuatu yang lebih. Sesuatu yang bisa memberi arti kehidupan, bukan hanya sekedar lahir, besar, bekeluarga, tua, mati, lalu tidak ada lagi, karena kalaupun ada, sudah digantikan oleh orang yang lain. Tidak, hidup tidak hanya seperti itu.

memiliki Tuhan?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #442 on: 05 October 2012, 02:18:07 PM »
Thanks bro.

Baik, jadi bukan berpindah (itulah sebabnya saya selalu menambahkan: apapun istilahnya dalam konsep Buddhis) melainkan berubah, seperti susu berubah menjadi keju.

Namun ada yang membingungkan dari penjelasan bro di atas. Bro mengatakan "kesadaran" adalah batin, dan batin ini terurai, yang berarti kesadaran terurai. Namun selanjutnya bro mengatakan "kesadaran berlanjut". Bagaimana penjelasannya: kesadaran terurai, namun kesadaran berlanjut? Jika kesadaran itu sendiri sudah terurai, dalam bentuk apa lagi ia berlanjut? Tolong diperjelas.

Thanks.
Yang saya tuliskan adalah terurainya bathin dan jasmani, maksudnya bathin terpisah dari jasmani, dan pada waktu itu, perasaan, persepsi, dan ingatan tidak menemukan landasan; sementara itu kesadaran berlanjut dan bergabung ke jasmani baru sesuai dengan kamma-nya. Ketika kesadaran bergabung dengan jasmani, maka muncullah kembali perasaan, persepsi, dan ingatan itu. Jika diumpamakan, kesadaran itu seperti arus listrik, jasmani seperti bohlam, dan cahaya yang ditimbulkan seperti perasaan, persepsi, dan ingatan. Kematian itu diibaratkan seperti bohlam rusak, maka cahaya tidak ada, lalu ketika listrik mengaliri bohlam lain, maka muncullah cahaya yang lain.



Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #443 on: 05 October 2012, 02:21:45 PM »
Thanks bro. Saya sudah baca link-nya. Khususnya saya ingin menyoroti bagian ini:

Ada yang ingin saya tanyakan:

1. Diatas dikatakan ada "kesinambungan antara kesadaran lama dan kesadaran baru". Namun juga dikatakan "kesadaran lama mati". Bagaimana sesuatu yang sudah "mati", namun masih berkesinambungan? Bagaimana sesuatu yang sudah berhenti, namun masih berlanjut? Sekalipun pada saat yang bersamaan muncul kesadaran baru, tetapi tetap saja itu adalah kesadaran "baru", bukan lagi kesadaran "lama".

2. Apakah Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} memang mengajarkan yang biru dan yang merah, atau hanya mengajarkan yang biru saja? (sehingga yang merah sebenarnya penambahan dari orang lain?)

Oh ya bro, dimana saya bisa membaca Tripitaka online bahasa Indonesia?

Thanks.


anda harus terlebih dulu mempelajari tentang doktrin Buddhis tentang sebab-akibat, nama-rupa, kemunculan bergantungan, dll untuk bisa memahami doktrin kelahiran kembali ini. sungguh melelahkan berdiskusi dengan orang yg tidak mau menerima penjelasan orang lain, yg tidak mau membaca rujukan yg telah diberikan.

bukan, itu adalah interpretasi penulis atas sutta itu

setau saya Tipitaka/Tripitaka berbahasa Indonesia masih belum lengkap di terjemahkan, karena Tipitaka terdiri dari banyak kitab yg tebal2, tidak sept kitab agama anda yg setipis kitab stensilan. tapi untungnya bagian yg anda maksudkan itu sudah diterjemahkan, dan bisa didownload atau dibaca online di http://dhammacitta.org/perpustakaan/samyutta-nikaya-khotbah-khotbah-berkelompok-sang-buddha/ terdiri dari 5 buku yg tidak terlalu tipis, semoga anda meminta ini untuk anda baca. selamat membaca

jawaban saya sudah di wakili oleh bro Indra, thk's to bro Indra.

makanya pada awalnya ada saya sampaikan bahwa jika anda ingin belajar, sebaiknya anda belajar dasar2nya dulu..
dan juga sudah saya katakan sebelumnya di forum ini ada begitu banyak thread yang bisa anda baca, juga ada artikel, buku, dll yang bisa anda download sepuasnya.

jika anda tidak memahami dasar2 buddhisme, susah sekali kami untuk menerangkan pada anda. karena pertanyaan anda cenderung kontradiksi dan terdengar aneh. seperti contoh mencerahkan pikiran orang yang sudah murni.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #444 on: 05 October 2012, 02:23:17 PM »
Suruh aja cewek itu mandi di tengah jalan, kalau memang tidak melanggar aturan.

Makanya itu kembali dan kembali saya tanyakan, siapa yang berwenang menentukan standar? Bro bilang itu tidak melanggar, tetapi si Badu bilang itu melanggar. Bro mau mengatakan si Badu salah? Atas dasar apa si Badu salah? Siapa yang berhak menetapkan standar?

Itulah dilemanya agama yang hanya mengandalkan pendapat (baca: pencerahan) manusia. Semoga bro bisa mengerti maksud saya.
menurut agama Buddha, itu gak melanggar aturan moralitas,,,
tapi ada juga aturan negara yang harus dipatuhi,,
atau mungkin juga si cewek udah gila makanya mau mandi di tengah jalan.
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Isaacus Newtonus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 363
  • Reputasi: -5
  • Veritas Liberabit Vos
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #445 on: 05 October 2012, 02:24:15 PM »
1. Iya, kan saya udah bilang bijak, tapi sayangnya kurang komunikatif aja sih empunya.
Saya ngomong zaman itu, bukan zaman sekarang. Tuh, di belahan dunia lain ada yang kepleset kan karena papan pengumumannya cuma dipasang di ruang tamu si empunya rumah (di negara Israel).

Kan sudah pernah kita bahas, bahwa bagi orang-orang yang tidak sempat mengenal, ada Kerajaan Seribu Tahun. Nah, yang jadi masalah bagi orang yang sudah mengenai, tetapi masih menolak.


2. Konfirmasi pencerahan beda dengan pengalaman religius dimana alam bawah sadar mewujud ke suatu image. Makanya image orang bisa beda-beda, ada Yesus, Siddharta, Muhammad. Tapi kalo pencerahan adalah suatu kondisi "kosong" (pakai tanda kutip), bukan hal-hal seperti itu. Ketika mencapai itu, dia melihat realitas dunia apa adanya dan sebenar-benarnya.

Lho, bukannya bro pernah baca kesaksian di FK, bahwa seseorang yang pernah mengalami penampakan itu, dalam keadaan sadar?


3. Kamu sudah menyelami belum? Saya jarang-jarang kasih link kalau tidak perlu-perlu amat. Tapi link yang saya berikan tadi akan membuat kamu mengerti tentang buddhisme.
Tentu kalau kamu ke sini untuk mencari info tentang buddhisme, dan bukannya berdebat dan mencari celah dengan mencari-cari kesalahan dengan ajaran buddhisme.

Yah ini sama saja dengan pertanyaan, "Jadi kamu tidak percaya Roh Kudus? Kamu sudah pernah Berbahasa Roh belum?" Pertanyaan ini kan tidak logis ditanyakan kepada orang yang berbeda keyakinan.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #446 on: 05 October 2012, 02:33:17 PM »
Pertama-tama, perlu diingat bahwa Buddhisme adalah agama manusia (karena upaya manusia itu sendiri). Maka pertanyaannya: Siapa yang menentukan standar (yang berwarna biru) itu?
 
Bagaimana jika ada manusia lain yang mengatakan "mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin sampai pada akarnya" belum bisa mencapai pencerahan. Pencerahan hanya bisa dicapai jika melakukan yang berwarna biru dan ditambah dengan tidak membunuh hewan.

Nah, bagaimana? Siapa yang bisa menentukan standar?
Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin ini bukanlah didefiniskan secara sederhana dalam bahasa sehari-hari. Kalau secara teknis, keserakahan adalah kehausan akan pemuasan suatu kenikmatan; kebencian adalah penolakan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan; kebodohan bathin adalah ketidak-mampuan melihat kebenaran sebagaimana adanya. Ketika membunuh hewan, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya.

Jadi siapa menentukan standardnya? Ini juga pertanyaan yang ditanyakan dengan kurang tepat. Sama seperti jika orang bertanya, 'gimana menentukan standard jatuh cinta?'
Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin itu diselidiki dan dipahami secara internal oleh masing-masing individu. 

Offline Isaacus Newtonus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 363
  • Reputasi: -5
  • Veritas Liberabit Vos
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #447 on: 05 October 2012, 02:33:56 PM »
menurut agama Buddha, itu gak melanggar aturan moralitas,,,
tapi ada juga aturan negara yang harus dipatuhi,,
atau mungkin juga si cewek udah gila makanya mau mandi di tengah jalan.

Jika aturan negara mengatakan itu salah, bagaimana? Berarti aturan negara lebih mulia dari aturan Buddhisme, bukan?

Justru saya melihat, "menurut agama Buddha, itu gak melanggar aturan moralitas" adalah sudah suatu blunder yang fatal dari pemikir-pemikir Buddhis masa awal. Ini bukti nyata bahwa agama manusia itu punya kelemahan. Manusia punya kekurangan. Seorang yang mencari kebenaran dari manusia, tidak akan pernah mencapai KEBENARAN SEJATI.

Ingat bro, bahkan pemikir-pemikir besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles saja bisa salah.


Offline Isaacus Newtonus

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 363
  • Reputasi: -5
  • Veritas Liberabit Vos
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #448 on: 05 October 2012, 02:42:30 PM »
Keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin ini bukanlah didefiniskan secara sederhana dalam bahasa sehari-hari. Kalau secara teknis, keserakahan adalah kehausan akan pemuasan suatu kenikmatan; kebencian adalah penolakan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan; kebodohan bathin adalah ketidak-mampuan melihat kebenaran sebagaimana adanya. Ketika membunuh hewan, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya.

Bro berkata, "Ketika membunuh hewan, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya", sehingga dari kata-kata ini, bro menyiratkan bahwa seandainya batin seseorang murni dalam melakukannya, ia bisa saja membunuh hewan.

Tetapi itu karena bro sudah terkonsep bahwa membunuh hewan diperbolehkan. Namun jika memang batin yang menentukan, bagaimana jika saya ganti menjadi seperti ini: "Ketika membunuh manusia, bagaimanakah bathin seorang berproses? Pikiran bagaimanakah yang timbul? Orang lain tidak tahu, harus ia sendiri yang menyelidiki bathinnya."

Jika memang batin yang menentukan, mengapa membunuh manusia tidak boleh?

Bro bisa memahami maksud saya? Intinya, bro sudah terkonsep bahwa membunuh manusia tidak boleh, membunuh hewan boleh.

Nah, yang jadi pertanyaan: Bagaimana jika ada seseorang yang mengatakan bahwa membunuh hewan, bahkan dengan motif hati yang benar sekalipun, adalah salah? Bahwa orang yang membunuh hewan dengan alasan atau motif hati apapun, tidak akan mencapai pencerahan?


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali
« Reply #449 on: 05 October 2012, 02:45:36 PM »
wanita bertelanjang dada tidak melanggar aturan moralitas dalam Buddhis, aturan Moralitas dalam Buddhis yg paling dasar adalah Pancasila (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan hubungan seks yg tidak benar, tidak berbohong, dan tidak mabuk2an). tidak ada dalam daftar itu "tidak bertelanjang dada"

Apakah ini memang jawaban official dari Buddhisme? Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Memangnya apa yang salah dengan bertelanjang dada?

Buddhisme adalah ajaran yang membedakan secara terperinci antara noda bathin dengan sosial-budaya. Wanita bertelanjang dada adalah hal biasa di pedalaman. Bahkan di negara barat juga ada penganut nudist yang telanjang. Sementara di lain tertentu, wanita memperlihatkan rambut pun bisa dihukum mati. Ini adalah perbedaan karena nilai budaya setempat, berbeda dengan noda bathin. Buddhisme menganggap budaya adalah netral, dan fokusnya adalah pada noda bathin.

 

anything