//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 586832 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1230 on: 21 February 2012, 05:57:11 PM »
orang akan membandingkan dulu barang nya.

misalnya Hippo power bank di itc roxy mas jakarta di pintu timur tuh hippo power bank harga Rp 399.000,- sedang kan diatas dekat pujasera di jual dengan harga Rp265.000,- mau pilih mana barang sama lohh!

jadi gimana tohh utk barang yg sama tapi ada yg menjual hampir 3X lipat harga rekannya.
apakah masih dibenarkan dlm pandangan Buddhist ?

memang di pujasera harganya cuma 265, tapi kan tidak semua org tao dan lewat disana...
 _/\_
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1231 on: 02 March 2012, 08:10:22 PM »
tanya lagi :

RAPB :
petapa sumedha, sewaktu menerima ramalan sudah mencapai jhanna yang tinggi. klo gak salah ingat bahkan sampe mencapai arupa jhanna.
namun tidak diceritakan sudah mencapai tingkat kesucian tertentu.
atau sudah? (jujur saya belum selesai membaca keseluruhan RAPB)

nah jika seseorang, katakanlah seorang pemasuk arus, namun membuat tekad seperti petapa sumedha untuk menjadi buddha. tentu dia harus berjuang menyempurnakan parami-nya melalui kelahiran yang tidak terhitung banyaknya. namun dikatakan bahwa seorang pemasuk arus hanya akan kembali maksimal 7 kali lagi sebelum akhirnya mencapai tingkat kesucian tertinggi dan merealisasikan nibbana.
ini bagaimana?

atau apakah pada kasusnya tidak pernah ada makhluk sotapanna, sakadagami atau anagami yang bertekad menjadi buddha. kalau iya, kenapa? apakah jika mencapai salah satu tingkat kesucian maka kesempatan menjadi seoarang sammasambuddha menjadi tertutup?

......
Tepat sekali. Saya rasa Petapa Sumedha pun seandainya masuk sangha, walaupun potensinya ada, namun tekadnya itu tetap akan 'menghalangi' pencapaiannya sebagai Savaka, sebab kecenderungan pada jalan Bodhisatta sudah sangat2 kuat.

kebetulan minggu lalu saya sempat ikut kursus dasar Abhidhamma, dan sekilas ada kisah yang mungkin ada hubungannya dengan pertanyaan om rico dan jawaban yang diberikan om kainyn.
pembawa materi pada saat itu sempat bercerita tentang sebuah kisah nyata yang terjadi di kehidupan ini, tentang sekelompok orang (sayangnya saya lupa dari kelompok mana), nah dari sekelompok ini ada seorang pemimpin. mereka semua setelah mendengar berita tentang latihan pencapaian jhana dan sebagainya yang terjadi di sebuah pusat meditasi, kemudian ingin membuktikan, lalu pergilah mereka kesana. setelah melalui latihan akhirnya semua anggota dari kelompok ini mendapatkan hasil dari tujuan mereka, hanya saja pemimpinnya yang tidak berhasil. katanya sih prosedurnya udah cocok, hanya saja ketika ditahapan terakhir udah hampir mencapai selalu saja jatuh lagi, dengan kata lain pencapaian itu selalu saja gagal. ternyata setelah diselidiki, si pemimpin ini dikehidupan sebelumnya pernah bertekad ingin menjadi seorang Buddha, tekad dikehidupan sebelumnya jauh lebih kuat, jadinya pencapaian yang ia harapkan dikehidupan ini adalah tidak mungkin, demi untuk nilai yang lebih tinggi dari tekadnya.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1232 on: 02 March 2012, 08:11:10 PM »
jadi gimana tohh utk barang yg sama tapi ada yg menjual hampir 3X lipat harga rekannya.
apakah masih dibenarkan dlm pandangan Buddhist ?

memang di pujasera harganya cuma 265, tapi kan tidak semua org tao dan lewat disana...
 _/\_
lobha = keserakahan
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1233 on: 02 March 2012, 08:19:26 PM »
kebetulan minggu lalu saya sempat ikut kursus dasar Abhidhamma, dan sekilas ada kisah yang mungkin ada hubungannya dengan pertanyaan om rico dan jawaban yang diberikan om kainyn.
pembawa materi pada saat itu sempat bercerita tentang sebuah kisah nyata yang terjadi di kehidupan ini, tentang sekelompok orang (sayangnya saya lupa dari kelompok mana), nah dari sekelompok ini ada seorang pemimpin. mereka semua setelah mendengar berita tentang latihan pencapaian jhana dan sebagainya yang terjadi di sebuah pusat meditasi, kemudian ingin membuktikan, lalu pergilah mereka kesana. setelah melalui latihan akhirnya semua anggota dari kelompok ini mendapatkan hasil dari tujuan mereka, hanya saja pemimpinnya yang tidak berhasil. katanya sih prosedurnya udah cocok, hanya saja ketika ditahapan terakhir udah hampir mencapai selalu saja jatuh lagi, dengan kata lain pencapaian itu selalu saja gagal. ternyata setelah diselidiki, si pemimpin ini dikehidupan sebelumnya pernah bertekad ingin menjadi seorang Buddha, tekad dikehidupan sebelumnya jauh lebih kuat, jadinya pencapaian yang ia harapkan dikehidupan ini adalah tidak mungkin, demi untuk nilai yang lebih tinggi dari tekadnya.

Apa hubungannya tekad menjadi Buddha dengan pencapaian jhana  ???

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1234 on: 02 March 2012, 09:21:11 PM »
Apa hubungannya tekad menjadi Buddha dengan pencapaian jhana  ???
mungkin pencapaian yang dimaksud itu bukan sekedar jhana2 roon, tapi sepertinya lebih dari itu. dimana ketika hal itu tercapai maka tekad untuk menjadi buddha akan terkalahkan dan tidak akan terwujud. yang saya tangkap seperti itu, tapi saya tidak ingat pencapaian apa.
dugaan saya sih mungkin pencapaian sotapanna atau yang lebih tinggi. tapi kalo arahat kan juga savaka buddha ya.
nah itu juga g disebutkan tekadnya mau jadi buddha jenis yang mana.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1235 on: 02 March 2012, 09:36:13 PM »
Dalam cerita yg saya baca tentang ajahn Mun juga ada kasus yg demikian.
Ketika beliau sedang berlatih dan sampai pada kondisi dimana kemajuan spiritualnya terhambat (tidak disebutkan tahap apa), kemudian oleh beliau dengan kemampuannya menyelidiki apa penyebab timbulnya halangan itu.
Ternyata hal itu disebabkan oleh sumpah aspirasi beliau pada kehidupan yg lalu untuk menempuh jalur bodhisatta.
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1236 on: 06 March 2012, 02:08:22 PM »
ngobrol lagi di rumah bro kainyn nih..  ;D

sore bro..
ini saya ada suatu pemikiran mengenai sila ke-1 tentang pembunuhan.

jika saya membeli sepotong ayam goreng di satu restaurant atau rumah makan tertentu, tentu saya tidak melanggar sila ke-1 karena ayam tersebut bukan di bunuh khusus untuk saya. apalagi kondisinya adalah ayam goreng tersebut sudah siap di goreng dan dipajang untuk di jual.

namun pada kasusnya jika saya ingin mengadakan suatu acara dengan mengundang sanak keluarga dan teman-teman dekat dan atas maksud tersebut saya memesan nasi kotak dalam jumlah besar lengkap dengan lauk pauknya pada sebuah restaurant. ini bagaimana? maksud saya, kita kan tidak tau apakah lauknya (katakanlah ayam) sudah tersedia sebelumnya atau disediakan atas permintaan kita.
1. bisa jadi restaurant tersebut menyediakan daging dalam freezer dalam jumlah besar
2. bisa jadi restaurant tersebut memotong ayam sesuai dengan jumlah pesanan, ini untuk menjaga supaya restaurant menyediakan daging yang fresh.
3. bisa jadi kombinasi keduanya, daging sudah di freezer namun karena pesanan banyak dan stock tidak mencukupi maka diadakan pembantaian ayam supaya bisa memenuhi pesanan.

dengan demikian jika terjadi pembunuhan atas perintah (dalam hal ini kita memesan daging ayam tersebut) tentu melanggar sila ke-1

nah sekarang jika kita akan mengadakan perjamuan besar apakah bijak jika memesan dari restaurant? atau kita masak sendiri dengan membeli dipasar ayam2 yang sudah dipotong?
masalahnya kebanyakan sekarang yang karena tuntutan kesibukannya, sehingga memesan di restaurant dianggap paling efektif dan efisien.

bagaimana pandangan anda bro?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1237 on: 08 March 2012, 05:03:52 PM »
ngobrol lagi di rumah bro kainyn nih..  ;D

sore bro..
ini saya ada suatu pemikiran mengenai sila ke-1 tentang pembunuhan.

jika saya membeli sepotong ayam goreng di satu restaurant atau rumah makan tertentu, tentu saya tidak melanggar sila ke-1 karena ayam tersebut bukan di bunuh khusus untuk saya. apalagi kondisinya adalah ayam goreng tersebut sudah siap di goreng dan dipajang untuk di jual.

namun pada kasusnya jika saya ingin mengadakan suatu acara dengan mengundang sanak keluarga dan teman-teman dekat dan atas maksud tersebut saya memesan nasi kotak dalam jumlah besar lengkap dengan lauk pauknya pada sebuah restaurant. ini bagaimana? maksud saya, kita kan tidak tau apakah lauknya (katakanlah ayam) sudah tersedia sebelumnya atau disediakan atas permintaan kita.
1. bisa jadi restaurant tersebut menyediakan daging dalam freezer dalam jumlah besar
2. bisa jadi restaurant tersebut memotong ayam sesuai dengan jumlah pesanan, ini untuk menjaga supaya restaurant menyediakan daging yang fresh.
3. bisa jadi kombinasi keduanya, daging sudah di freezer namun karena pesanan banyak dan stock tidak mencukupi maka diadakan pembantaian ayam supaya bisa memenuhi pesanan.

dengan demikian jika terjadi pembunuhan atas perintah (dalam hal ini kita memesan daging ayam tersebut) tentu melanggar sila ke-1

nah sekarang jika kita akan mengadakan perjamuan besar apakah bijak jika memesan dari restaurant? atau kita masak sendiri dengan membeli dipasar ayam2 yang sudah dipotong?
masalahnya kebanyakan sekarang yang karena tuntutan kesibukannya, sehingga memesan di restaurant dianggap paling efektif dan efisien.

bagaimana pandangan anda bro?
Silahkan, di sini memang bebas ngobrol. ;D
Iya, memang betul bisa juga ketiga kemungkinan itu terjadi. Kalau untuk restoran, setahu saya mereka memang punya perkiraan stok. Jadi dalam sehari mereka memang jatahkan jumlah daging tertentu. Kalau memang mau 'aman' menghindari, sebaiknya memang tidak pesan lebih dahulu, tapi beli seadanya saja. Mungkin juga boleh dipikirkan alternatif dari daging karena menu-menu non-daging juga tidak kalah enaknya. :)


Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1238 on: 08 March 2012, 08:26:34 PM »
Silahkan, di sini memang bebas ngobrol. ;D
Iya, memang betul bisa juga ketiga kemungkinan itu terjadi. Kalau untuk restoran, setahu saya mereka memang punya perkiraan stok. Jadi dalam sehari mereka memang jatahkan jumlah daging tertentu. Kalau memang mau 'aman' menghindari, sebaiknya memang tidak pesan lebih dahulu, tapi beli seadanya saja. Mungkin juga boleh dipikirkan alternatif dari daging karena menu-menu non-daging juga tidak kalah enaknya. :)
berarti kalau makan ke restaurant seafood itu termasuk membunuh ya om??
biasanya kan kita sendiri yang pilih hewannya untuk dimakan (untuk hewan yang masih hidup, misalnya kepiting)
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1239 on: 09 March 2012, 08:29:55 AM »
berarti kalau makan ke restaurant seafood itu termasuk membunuh ya om??
biasanya kan kita sendiri yang pilih hewannya untuk dimakan (untuk hewan yang masih hidup, misalnya kepiting)

itu termasuk melanggar sila pertama.
karena kepiting tersebut diketahui dibunuh khusus untuk anda.
 ;D

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1240 on: 09 March 2012, 09:06:50 AM »
berarti kalau makan ke restaurant seafood itu termasuk membunuh ya om??
biasanya kan kita sendiri yang pilih hewannya untuk dimakan (untuk hewan yang masih hidup, misalnya kepiting)
Iya, seperti kata bro Rico, karena kematiannya itu disebabkan langsung oleh kita, dikondisikan oleh keputusan kita.

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1241 on: 09 March 2012, 09:44:22 AM »
;D ;D

saya pernah dengar audio ceramah seorang Bhante, beliau berkata :

jangan jadikan jari kamu sebagai jari 'giam lo ong' yang ketika kamu menunjuk suatu makhluk, maka makhluk tersebut akan dibuat mati karena hanya 1 jari kamu. tapi jadikanlah jari kamu sebagai penyelamat yang ketika kamu menunjuk suatu makhluk, maka makhluk tersebut akan di bebaskan dari penderitaan.
( contoh, ikan lele yang dijual dipasar yang masih hidup. kamu tinggal nunjuk (cuman Bhantenya lupa bilang harus bayar dulu ;D ), yang ini ini ini ini itu itu itu maka makhluk tersebut bisa kamu fangsen )

entah kenapa kata-kata beliau sungguh menyentuh saya dan selalu saya ingat.

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1242 on: 09 March 2012, 11:08:10 AM »
kalau sebagai seorang Buddhist yg menjual kue ...yg enaknya luarbiasa...

seberapa jauh harga yg boleh dijual dari cost (bahan n ongkos kerja) ?

contoh bika ambon... di Medan dijual mulai berkisar 18.5rb sd 75 rb....

nah kalau dgn ukuran yg sama...

bolehkan seorang Buddhist menjual kuenya yg luar biasa enak
  dgn harga 200rb ? dan kenapa ?

« Last Edit: 09 March 2012, 11:10:50 AM by cumi polos »
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1243 on: 12 March 2012, 04:40:23 PM »
Bedanya, MacGyver selalu berhasil, kalau saya sering gagal. ;D

kalo gitu lebih mirip thomas alva edison ;D.

Quote
Sangat "berprestasi"! Waktu SMU 3, saya ranking 1... dari belakang.
Saya sangat menghargai pengetahuan, tapi tidak terlalu menghargai nilai akedemik.

oke deh ;D.

Quote
Lha, Buddha Gotama 'kan sudah memberikan 'senjata' kalau diisengin hantu: Karaniya Metta Sutta.

hm... kalo keburu takut duluan kan senjatanya jadi ngak efektif ;D. bagaimana caranya biar rasa takut itu tidak menghinggapi kita duluan? ;D

Quote
Sebagai perumah-tangga pun kita juga bisa meminta bimbingan sangha atau umat lain (yang kompeten).
Nah, itu bedanya saya, bro. Kalau saya mengambil satu keputusan penting, harus 'jadi'. Jika saya mengambil keputusan menjadi petapa, 'lepas jubah' tidak ada dalam pikiran saya, kecuali kalau keadaannya memaksa. Begitu juga kalau mau menikah, 'cerai' tidak ada dalam pikiran saya, kecuali, sama juga, kalau keadaannya memaksa.

kalo telah mengambil keputusan penting harus 'jadi', tapi bila ngak 'jadi-jadi' terus apa yang akan om kutho lakukan? ;D

Quote
Kisah itu kalau ga salah Citta Hatthisariputta. Di masa lalu, dia menginginkan milik bhikkhu temannya, jadi menganjurkannya agar lepas jubah. Karena hal tersebut, maka dia tidak bisa bertahan lama di dalam Sangha. Terakhir dia jadi perumah-tangga, melihat istrinya yang lagi hamil, tidur dan air liurnya menetes, lalu dia jadi enggan dan kemudian pergi ke vihara. Di tengah jalan, sambil merenung, ia menjadi Sotapanna, dan setelah memaksa ditahbiskan yang ke tujuh kali, ia tidak pernah kembali lagi ke kehidupan perumah-tangga.

iya cerita yang itu ;D.

Quote
Coba tanya aja cewek2 di sini, ada yang mau 'test nikah' ato nggak. ;D

hahaha... makanya ngak masalahkan kita coba-coba, karena blom tentu orang lain juga mau kita cobai :P.

Quote
Kalau menurut saya, semua perkembangan ini memang adalah 'dampak' dari perkembangan budaya manusia saja. Dengan bertambahnya pengetahuan, iptek, maka hidup juga berubah menjadi kompleks. Perkembangan ini bagus dan bisa seimbang. Namun yang biasa bikin tidak seimbang adalah kebodohan/ketidak-pedulian dan ketamakan.

iya ;D.

Quote
Ya, bisa juga. Dimulai dari diri sendiri saja, yang kecil-kecil. Jika kita berprinsip baik dan pantas, tidak perlu malu karena tidak mengikuti arus.

oke ;D.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1244 on: 13 March 2012, 11:09:50 AM »
kalau sebagai seorang Buddhist yg menjual kue ...yg enaknya luarbiasa...

seberapa jauh harga yg boleh dijual dari cost (bahan n ongkos kerja) ?

contoh bika ambon... di Medan dijual mulai berkisar 18.5rb sd 75 rb....

nah kalau dgn ukuran yg sama...

bolehkan seorang Buddhist menjual kuenya yg luar biasa enak
  dgn harga 200rb ? dan kenapa ?
Sepertinya bro 3K pernah menanyakan tentang hal ini sebelumnya. Saya pikir tidak ada masalah orang mau menjual barang semahal apapun juga adalah haknya dia. Konsumen juga tentu punya perhitungannya sendiri. Misalnya ada Bika Ambon merk "3K Cake" harga 200rb, terkenal, tapi banyak komplain karena kemahalan. Maka pihak lain juga bisa bersaing, misalnya muncul "KK Cake", harga 100rb, rasa hampir sama. Otomatis yang agak keberatan dengan harganya akan berpaling sendiri. Nantinya juga akan ada pesaing2 baru dengan daya tariknya sendiri, maka otomatis yang harganya dianggap terlalu tinggi, akan tidak laku. Kadang perbedaan harga juga disebabkan perbedaan kualitas. Kalau lagi musim jualan seperti lebaran atau imlek, itu banyak beredar kue2 kering, misalnya Lidah Kucing (Katetongen) berbagai harga, ada yang sekitar Rp. 15rb s/d Rp. 75rb per toples. Tapi memang rasanya beda, dari yang seperti krupuk sagu digoreng pakai gula, sampai yang terasa menteganya.

Ini berlaku untuk komoditi yang umum, kalau untuk barang yang dimonopoli, menyangkut kebutuhan hidup orang banyak, sudah seharusnya disesuaikan dengan harga modal dan kemampuan masyarakatnya.