//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Paskah: Butuh penafsiran ulang  (Read 2564 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Paskah: Butuh penafsiran ulang
« on: 03 March 2009, 05:32:58 PM »
The essay by Bishop Spong below was published April 23, 2003.

PASKAH: BUTUH PENAFSIRAN ULANG

Oleh: John Shelby Spong

Iman Kristiani lahir dari pengalaman akan apa yang kemudian kita sebut Paskah. Pengalaman Paskah inilah yang memberikan rasa kesempurnaan (ultimacy) kepada Yesus. Ini menyebabkan para pengikutnya memandang bahwa ajarannya perlu dipelihara. Itulah alasan Santo Paulus untuk menulis, "Jika Kristus tidak dibangkitkan kembali, maka imanmu sia-sia." Jelas, tanpa Paskah tidak akan ada Kristianitas. Pernyataan itu hampir tidak bisa didebat lagi. Pada titik ini saya lihat bahwa saya setuju sepenuhnya dengan kaum fundamentalis yang paling harafiah.

Namun, yang bisa diperdebatkan ialah pertanyaan, apakah sesungguhnya pengalaman Paskah itu. Di sini jarak antara Kristianitas dari para sarjana alkitabiah dan Kristianitas dari kaum fundamentalis terbuka dan mulai melebar. Kaum fundamentalis merasa pasti akan kebenaran mereka. Pada hari Paskah, Yesus yang disalibkan, yang dibaringkan di makam sebagai sesosok jenazah pada hari Jumat Agung, dengan tindakan Allah, dihidupkan kembali pada hari Paskah. Dengan demikian ia telah mematahkan kekuatan maut bagi semua orang. Jika tubuh Yesus tidak dihidupkan kembali secara fisik, begitu klaim kaum fundamentalis, maka Paskah itu palsu. Di sini tidak mungkin ada kompromi. Mereka yang ragu-ragu terhadap kebenaran mendasar dari Kristianitas, menurut sudut pandang ini, telah meninggalkan inti esensial dari tradisi iman mereka. Yah, satu-satunya komen saya terhadap ini adalah dengan mengutip kata-kata dari sebuah lagu tua, "It ain't necessarily so!"

Bila kita membaca kitab Perjanjian Baru menurut urutan waktu kitab-kitab ini ditulis, akan terungkap suatu perkembangan pengertian yang menakjubkan. Misalnya, Paulus--yang menulis di antara tahun 50 dan 64, atau sekitar 20 - 34 tahun setelah kehidupan Yesus di dunia berakhir--tidak pernah menceritakan kebangkitan Yesus sebagai suatu tubuh fisik yang dihidupkan kembali dari kematian. Tidak ada petunjuk dari kitab-kitab Paulus bahwa orang yang telah meninggal itu belakangan berjalan keluar dari kain pembungkus jenazahnya, lalu muncul dari kubur dan terlihat oleh murid-muridnya.

Yang dikemukakan oleh Paulus ialah bahwa Paskah berarti Tuhan bertindak membalikkan penghakiman dunia atas Yesus dengan mengangkat Yesus dari maut ke dalam Tuhan. Dengan demikian, maka dari Tuhan, di dalam suatu penampakan surgawi yang mentransformasikan, Yesus terlihat oleh beberapa saksi terpilih. Paulus menyebutkan saksi-saksi ini, dan secara mendetail menceritakan bahwa Yesus yang sama itulah yang dilihat oleh Paulus sendiri. Tidak seorang pun menyatakan, bahwa Paulus pernah melihat sebuah tubuh yang hidup kembali. Kitab-kitab Paulus lalu berkata, "Lalu jika kamu dibangkitkan bersama Kristus, carilah hal-hal yang di atas, di mana Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah." Mohon dicatat bahwa cerita-cerita tentang Kenaikan belum ditulis ketika kitab-kitab Paulus ini ditulis. Paulus tidak membayangkan Kebangkitan sebagai Yesus hidup kembali di dunia ini, melainkan sebagai Yesus diangkat kepada Tuhan. Itu bukan suatu peristiwa di dalam waktu, melainkan suatu kebenaran transenden yang mentransformasikan.

Paulus meninggal dunia, menurut estimasi terbaik kita, pada sekitar tahun 64 M. Injil pertama tidak ditulis sebelum awal tahun 70-an. Paulus tidak sempat membaca cerita Paskah di dalam Injil mana pun. Tragedi sejarah Agama kr****n belakangan ialah bahwa kita membaca Paulus melalui kacamata Injil. Dengan demikian, kita telah mendistorsikan Paulus dan juga mengacaubalaukan teologi.

Ketika Markus--Injil pertama--ditulis, Kristus yang Bangkit belum ada. Kali terakhir Yesus terlihat adalah ketika jenazahnya diturunkan dari kayu salib dan dibaringkan di makam. Kisah Markus tentang Kebangkitan menceritakan tentang para perempuan yang meratap melihat makam yang kosong, dan bertemu dengan seorang pembawa pesan, yang berkata kepada mereka bahwa Yesus telah bangkit dan minta kepada para perempuan ini untuk menyampaikan kepada para murid bahwa Yesus akan menemui mereka di Galilea. Markus lalu mengakhiri Injilnya dengan menggambarkan bagaimana para perempuan ini lari ketakutan dan tidak berkata apa-apa kepada siapa pun (16:1-8).

Akhir cerita ini begitu mendadak, sehingga orang mulai menulis kisah-kisah penutup baru bagi apa yang mereka kira kisah Markus yang tidak lengkap. Malah dua dari kisah penutup itu tercantum dalam Alkitab versi King James sebagai ayat 9-20. Tetapi syukurlah, karangan belakangan ini sudah dihapus dari Injil Markus dalam Alkitab belakangan dan diletakkan sebagai catatan kaki. Fakta yang bisa dipastikan oleh kajian ilmiah Perjanjian Baru adalah bahwa Injil Markus berakhir tanpa Kristus yang Bangkit pernah bertemu dengan seorang pun.

Baik Matius, yang menulis Injilnya antara tahun 80-85 M, dan Lukas, yang menulis antara tahun 88-92 M, menggunakan Injil Markus sebagai penuntun karya mereka. Kedua orang itu mengubah, menekankan dan memperluas Injil Markus. Kita akan terpesona menyadari perubahan-perubahan itu dan bertanya, apakah yang mendorong Matius dan Lukas untuk mengubah penuturan Markus. Apakah mereka mempunyai sumber informasi baru? Apakah kisah itu berkembang bersama waktu selama bertahun-tahun dituturkan dari mulut ke mulut?

Yang pertama perlu dicatat ialah bahwa Matius mengubah cerita Markus tentang para perempuan yang ada di makam. Pertama, pembawa pesan dalam Injil Markus berubah menjadi seorang malaekat dalam cerita Matius. Lalu, Matius berkata, para perempuan itu melihat Yesus di taman. Mereka merangkul kakinya dan menyembah dia. Di sinilah pertama kali dalam sejarah Agama kr****n bahwa kisah Kebangkitan disajikan sebagai hidup kembali secara fisik. Itu terjadi dalam dasawarsa ke-9 dalam sejarah kr****n. Perlu dicatat bahwa dibutuhkan waktu lebih dari 50 tahun untuk mulai menafsirkan pengalaman Paskah sebagai hidupnya kembali tubuh Yesus yang sudah meninggal. Ketika Matius bercerita tentang Yesus yang bangkit kepada para murid, peristiwa itu terjadi di puncak sebuah gunung di Galilea, yang di situ Yesus muncul dari langit didukung oleh kekuatan surgawi. Harap diingat, bahwa ketika Matius menuliskan kisah ini, kisah Kenaikan Yesus masih belum masuk ke dalam tradisi.

Lukas mengikuti alur cerita Markus tentang para perempuan di makam, dengan mengatakan bahwa mereka tidak melihat Yesus di taman pada pagi hari Paskah. Namun, Lukas mengubah pembawa pesan menurut Markus menjadi dua malaekat. Ia juga mengubah lokasi peristiwa Paskah ke Yerusalem, dan secara spesifik membuang kata-kata Markus melalui si pembawa pesan bahwa Yesus akan menemui mereka di Galilea. Lukas telah menekankan secara dramatis sisi fisikal dari tubuh Yesus yang bangkit kembali. Di dalam Lukas, Yesus yang bangkit kembali berjalan, bicara, makan, mengajar dan menafsir. Ia juga muncul dan lenyap sesuka hati. Ia mengundang murid-muridnya untuk menyentuh tubuhnya. Ia menekankan bahwa ia bukan hantu. AKhirnya, untuk melenyapkan Yesus yang secara fisik hidup kembali, Lukas menciptakan kisah Kenaikan Yesus.

Namun, bahkan di dalam cerita Kenaikan, Lukas tidak konsisten. Pada bab terakhir dari Injilnya, Kenaikan terjadi pada hari Paskah Minggu petang. Dalam bab pertama kitab Kisah Para Rasul (Acts), yang juga ditulis oleh Lukas, Kenaikan terjadi 40 hari setelah Paskah. Sedangkan pembawa pesan dalam Injil Markus, yang berubah menjadi malaekat dalam Injil Matius, menyuruh para murid pergi ke Galilea untuk bertemu dengan Kristus yang telah bangkit, sedangkan Lukas secara spesifik mengingkari kisah kebangkitan yang berkaitan dengan Galilea. Ia memerintahkan para murid untuk tetap tinggal di Yerusalem sampai mereka memperoleh kekuatan dari surga. Jadi dongeng itu terus berkembang.

Di dalam Yohanes--Injil Keempat (tahun 90-100 M)--sifat fisikal dari Kebangkitan itu lebih ditekankan lagi. Dalam bab 20 dari Injil itu, Yesus tampak pertama kali kepada Maria Magdalena di taman dan berkata kepadanya, "Maria, jangan melekat kepadaku." Orang tidak bisa melekat kepada sesuatu yang non-fisikal. Lalu Yohanes mengatakan bahwa Yesus segera naik ke surga sebelum muncul kembali--mungkin dari surga--pada malam itu kepada para murid, yang di situ tidak termasuk Thomas. Sekalipun Yesus tampaknya mampu memasuki sebuah ruangan yang jendelanya tertutup dan pintunya terkunci, ia sekali lagi ditampilkan sebagai benar-benar bertubuh fisikal. Sifat fisikal ini diperkuat lagi seminggu kemudian ketika Yesus tampak untuk kedua kali para murid, kali ini termasuk Thomas. Di dalam kisah inilah Thomas diundang untuk memeriksa lubang bekas paku dan lubang di tubuh Yesus bekas ditusuk tombak. Semua penampakan ini terjadi di Yerusalem.

Bab 21 dari Injil Yohanes mengisahkan penampakan di Galilea jauh sesudah itu, ketika para murid telah kembali pada pekerjaan mereka sebagai nelayan. Di sini Yesus memerintahkan mereka untuk menangkap banyak ikan, tepatnya berjumlah 153 ekor. Lalu ia makan bersama mereka. Akhirnya, ia mengangkat kembali kedudukan Petrus setelah yang belakangan ini tiga kali mengingkarinya.

Dongeng Paskah tampaknya berkembang cukup dramatis selama tahun-tahun itu. Sesuatu telah terjadi setelah penyaliban Yesus yang menyebabkan para murid yakin bahwa Yesus masuk ke dalam kehidupan kekal Tuhan dan dengan demikian mereka bisa mengaksesnya sebagai kehadiran yang hidup. Pengalaman ini begitu mendalam sehingga para murid, yang ketika Yesus ditangkap melarikan diri ketakutan, sekarang telah mendapat kekuatan dan bahkan bersedia mati demi kebenaran apa yang mereka saksikan. Pengalaman ini begitu kuat sehingga mampu mengubah pandangan para murid Yesus yang Yahudi itu untuk memahami kembali Tuhan kaum Yahudi sedemikian rupa sehingga Yesus dapat dipahami sebagai bagian dari apakah Tuhan itu. Akhirnya, pengalaman ini begitu mendalam sehingga akhirnya menciptakan, pada hari pertama minggu itu, sebuah hari libur baru yang berbeda dari hari Sabat, sehingga memungkinkan kaum kr****n menandai momen yang transformatif ini dengan suatu tindakan liturgis yang disebut "memecah roti".

Bila data alkitabiah ini dikumpulkan dan diperiksa dengan teliti, akan tampak jelas dua hal. Pertama, sesuatu kekuatan besar mencengkeram para murid sesudah peristiwa penyaliban yang telah mengubah hidup mereka. Kedua, lima puluh tahun berlalu sebelum pengalaman transformatif itu DITAFSIRKAN sebagai kebangkitan dari Yesus, yang telah meninggal selama tiga hari, secara fisikal kembali ke dalam kehidupan dunia. Percakapan kita tentang makna Paskah harus berangkat dari titik di mana kedua realitas ini bertemu.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ENCARTA

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 797
  • Reputasi: 21
  • Gender: Male
  • love letters 1945
Re: Paskah: Butuh penafsiran ulang
« Reply #1 on: 03 March 2009, 10:01:21 PM »
sudah jelas bro coedxxxx kalau sejarah kris'ten adalah penuh dengan omong kosong
tidak mungkin semua murid tuhan yesus benar semua kan, jadi versi mana yg benar?

 

anything