Sukses Jadi Pengusaha, Usia 70 tahun Menjadi BhikkhuHerman S.Endro adalah seorang pekerja karir yang kemudian melanjutkan jenjangnya menjadi pengusaha sukses. Terlahir berdarah madura dari keluarga non Buddhis, beliau merayakan ulang tahun ke 70 dengan melepas kenikmatan kehidupan awam menjadi biarawan. Kini hampir 2 tahun jubah itu setia membungkus tubuhnya ke manapun beliau pergi. Bagaimana kisah hidup Bhikkhu Jayamedho, salah satu pembicara seminar di acara festival seni dan budaya Buddhis 2013 ini?
Rasa penasaran membuat penulis mencari tahu tentang diri beliau. Salah satunya lewat buku yang ditulisnya tahun 2011 yang mengurai kisah hidupnya, berjudul Menapak Pasti. Kebetulan sejak hari pertama pameran seni budaya Buddhis beliau cukup aktif mengunjungi area pameran. Dengan ramah beliau menyanggupi janji temu dadakan untuk sekedar wawancara singkat. Mengenal sosok bhikkhu yang masih sehat dan aktif menggunakan ipad ini pastilah memiliki corak humanismenya yang khas.
Sebagai bukan hanya saksi namun juga pelaku aktif sejarah perkembangan agama dan organisasi Buddha di nusantara, beliau merasa perlu menuliskan secara jujur dalam sebuah buku. Tulisannya cukup vulgar, dan terkesan apa adanya. Bagi beliau, suatu keburukan dan kesalahan orang lain tidak harus ditutup-tutupi agar dapat menjadi pembelajaran bagi orang lain dan generasi berikutnya. Selain itu buku ini diharapkan dapat menjadi inspirasi Indonesia, yaitu penerapan Buddhisme dalam kehidupan keluarga dan masyarakat termasuk sisi bisnis, bidang yang lama beliau geluti. Kuadran hidup beliau seolah dibagi repetisi 25 tahunan dimana 25 tahun pertama untuk menimba ilmu. Siklus kedua hingga usia 50 tahunan mencari nafkah dan kekayaan yang selain untuk diri sendiri juga digunakan untuk donasi kemanusiaan dan perkembangan agama Buddha. Siklus ketiga pada aktualisasi diri. Dan kini hidupnya mendekati siklus keempat yang dianggapnya bonus dengan menjadi karmic monk, yaitu bhikkhu yang menekankan pada menjalani sila dan dana.
Meski tidak menikah dalam hidupnya, beliau sebenarnya mengangkat bahkan menikahkan beberapa anak angkatnya. Kedekatan dengan ibunya menjadi faktor utama ijin orang tua berat untuk merestuinya menjadi seorang Bhikkhu. Meski aturan ketat kebhikkhuan membuat beliau melepas semua harta dan kebiasaan sebagai seorang pebisnis sukses, namun sejatinya semua telah dipersiapkan secara matang dan bertahap. Sebagai contoh, beliau merebut pekerjaan rutin sekretaris kantornya seperti mengetik agar pada saat pensiun dan menjadi bhikkhu sudah terbiasa. Mentalnya dipersiapkan untuk melepas harta dan jabatan. Dhamma atau ajaran kebenaran Sang Buddha memang harus diimplementasikan dalam keseharian, itu pesan beliau. Menjadi Bhikkhu tidak berarti penuh kesedihan, namun ada kebahagiaan yang berbeda. Setelah hidup keduniawian yang senang karena mendapatkan materi dan tujuan lain, kini berbagi dan melepaskan adalah kegiatan yang benar-benar membahagiakan. Bahkan, berbicara dari hati ke hati dengan Bhikkhu yang masih sangat tajam mengingat semua memori hidupnya sejak kecil ini, beliau merasa lebih beruntung menjadi rohaniawan yang diperhatikan umat semisal saat sakit.
nah siapa mau menyusul ?
SURABAYA, INDONESIA, Berita Agama Buddha - Kehidupan dunia seperti perputaran roda pedati. Dulu beliau bernama Djamal Bakir penganut Muslim taat yang memiliki istri tercinta, kini berganti nama menjadi bhikhu Khanthidharo Mahathera yang hidup selibat tanpa didampingi keluarga tersayang dengan menjalankan masa vassa kebhikhuan 24 tahun mengikuti jejak kehidupan sang Buddha.