Oh, jadi seperti "kepatuhan" gitu yah. Menarik juga karena selama ini saya pikir idealnya Buddhis menjalani sila secara sungguh-sungguh semata-mata karena memahami benar manfaatnya, bukan karena hal lain seperti "kepatuhan".
soal manfaat saya kira sebagian besar (if not all) buddhis sudah memahaminya, yaitu, dari kesejahteraan dalam kehidupan ini dan kehidupan mendatang hingga pencapaian kesucian, namun demikian, tetap saja sebagian dari mereka masih memerlukan pendorong untuk dapat menjalankannya dengan sungguh2.
Makasih udah dibantu jawab oleh bro Indra dengan tepat sekali. Udah kejawab ya bro Kainyn....
soal "ambil"-sila itu cukup menarik yah… ini tradisi yg berjalan yg saya tahu di tradisi/sekte theravada saja. Saya nda pernah tahu sih di Buddhisme Awal itu ada disuruh ambil sila dll utk perumah tangga, bahkan perumusan 5 sila saja tidak dibakukan sebagai "pancasila" yg harus diambil ataupun diminta sama sangha/bhikkhu. sama jg dengan "atthasila" yg belum ada di Buddhisme Awal, yg masih uposatha dengan 8 faktor saja dan tidak pake diambil2. cmiiw
Jika sudah tahu ini adalah hanya "tradisi" dan ritual "pengambilan" itu bukan bentuk baku atau kewajiban mutlak, harusnya jangan terlalu dipermasalahkan sih… lakukan dengan tekat sendiri bukan karena sudah "ngambil" atau "minta". itu bukan sesuatu yg diambil atau diminta. itu bukan sesuatu yg dari luar menguatkan kita, tapi lebih ke tekad melaksanakan dengan rela dan mengerti manfaatnya.
tapi yah… pop culture buddhisme yg ada yah gitudeh… -.-!
Waahhh....Tuhan aja sampe turun dari Surga karena tertarik tentang pengambilan sila ini, padahal topik awal saya ingin melihat apakah pandangan member disini tentang Pancasila yang sering bolong2 itu, bukan tentang pengambilan sila, tapi berkembang terus hingga ke pengambilan sila.
Bila ditinjau dari awal, sang Buddha telah memberikan instruksi untuk melakukan pengambilan uposatha sehari sebelum full moon dengan pembacaan patimokkha bagi anggota sangha, sedangkan bagi umat awam dengan melakukan atthasila dan mendengarkan dhamma desana. Dimana tradisi ini masih dijalankan dengan taat oleh negara Sri Lanka bahkan mereka sehari full sejak subuh jam 4.30 udah datang ke Vihara untuk pengambilan atthasila dipandu anggota sangha kemudian seharian mereka di Vihara dengan mendengarkan dhamma desana dan meditasi hingga maghrib kemudian ditutup dengan membaca Pancasila untuk melepas tekad atthasila mereka. Tradisi ini apakah juga dijalankan di negara Buddhist Theravada lainnya spt Myanmar atau Thailand saya kurang mengetahui karena belom pernah tinggal disana.
Saya SETUJU dengan pandangan Tuhan Medho bahwa yang terpenting itu TEKAD nya dan menjalankan dengan sungguh2.