//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)  (Read 22320 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #15 on: 27 February 2012, 09:08:30 PM »
Ada berapa samapatti ? dan apa kegunaannya (maksud, tujuan & manfaat)
1. Nirodha Samapatti (extinction of feeling and perception, http://www.palikanon.com/english/wtb/n_r/nirodha_samaapatti.htm)
2.  ?
3.  ?
dst



 _/\_
kalau sy tidak salah mengerti, dikatakan prasyarat pencapaian nirodha samapatti adalah harus menguasai 8 jhana dan mencapai tingkat kesucian anagami/arahat terlebih dahulu..
lalu bagaimana dengan sukha vipassaka arahant (arahant yang mencapai penerangan tanpa melalui samatha bhavana, hanya vipassana saja) atau arahant yang mencapai nibbana hanya melewati jhana pertama/kedua/ ... /ketujuh???
apakah arahat jenis ini tidak bisa mencapai nirodha??

« Last Edit: 27 February 2012, 09:11:28 PM by will_i_am »
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #16 on: 29 February 2012, 09:21:56 AM »
kalau sy tidak salah mengerti, dikatakan prasyarat pencapaian nirodha samapatti adalah harus menguasai 8 jhana dan mencapai tingkat kesucian anagami/arahat terlebih dahulu..
lalu bagaimana dengan sukha vipassaka arahant (arahant yang mencapai penerangan tanpa melalui samatha bhavana, hanya vipassana saja) atau arahant yang mencapai nibbana hanya melewati jhana pertama/kedua/ ... /ketujuh???
apakah arahat jenis ini tidak bisa mencapai nirodha??

arahat jenis "biru" harus tetap berlatih pencapaian jhana (samatha) itu kata bhikkhu, yg pernah kami tanyakan.
pertanyaan kami belum terjawab dengan reply Anda
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #17 on: 01 March 2012, 10:06:21 PM »
sepertinya penjelasannya sudah cukup jelas..
berhentinya perasaan dan pencerapan..
orang yang mencapai nirodha samapatti setelah keluar darinya biasanya kalau tidak mencapai tingkat kesucian anagami, maka arahat..

setahu saya sukha vipassaka arahant tidak perlu mencapai jhana deh..
kalau mencapai jhana, kenapa tidak disebut "arahant" saja tanpa embel2 "sukha vipassaka"??
YM Mahasi Sayadaw dalam bukunya hanya mempraktikkan vipassana murni tanpa samatha bhavana...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #18 on: 01 March 2012, 11:41:16 PM »

Btw, pertanyaan kami belum dijawab satupun oleh Anda
Ada berapa samatti, selain nirodha samapatti ? (apa manfaat, kegunaan & tujuannya)


sepertinya penjelasannya sudah cukup jelas..
berhentinya perasaan dan pencerapan..
orang yang mencapai nirodha samapatti setelah keluar darinya biasanya kalau tidak mencapai tingkat kesucian anagami, maka arahat..

setahu saya sukha vipassaka arahant tidak perlu mencapai jhana deh..
kalau mencapai jhana, kenapa tidak disebut "arahant" saja tanpa embel2 "sukha vipassaka"?? Kami tidak mengerti jawabannya
YM Mahasi Sayadaw dalam bukunya hanya mempraktikkan vipassana murni tanpa samatha bhavana... Hanya Beliau yang mengetahui kenapa hanya melakukan vipassana murni
« Last Edit: 01 March 2012, 11:44:29 PM by Mas Tidar »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #19 on: 02 March 2012, 01:54:30 PM »
sukha vipassaka arahat itu artinya "arahant yang mencapai pandangan terang kering"
maksud dari pandangan terang kering itu adalah pencapaian tingkat arahat tanpa "dibasahi" oleh praktik jhana terlebih dahulu

nah, yang ini kok agak bertentangan dengan sumber di atas yah?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #20 on: 02 March 2012, 02:19:36 PM »
sukha vipassaka arahat itu artinya "arahant yang mencapai pandangan terang kering"
maksud dari pandangan terang kering itu adalah pencapaian tingkat arahat tanpa "dibasahi" oleh praktik jhana terlebih dahulu

nah, yang ini kok agak bertentangan dengan sumber di atas yah?


boleh tau, apakah isitilah tersebut ada pada saat jaman Sang Buddha atau setelah sang Buddha parinibbana ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #21 on: 02 March 2012, 02:22:46 PM »
ada, terdapat dalam sutta MN..
bahkan pertanyaan ini diajukan olah YM ananda sendiri kepada sang Buddha
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #22 on: 02 March 2012, 06:04:32 PM »
ada, terdapat dalam sutta MN..
bahkan pertanyaan ini diajukan olah YM ananda sendiri kepada sang Buddha

siapakah bhikkhu yang "kering" tsb ?
dan bagaimana kronologis-nya ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #23 on: 02 March 2012, 08:57:40 PM »
mungkin lebih baik dibaca dulu bagian anenjasappaya sutta...
Spoiler: ShowHide
106  Āneñjasappāya Sutta
Jalan menuju Ketenangan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.  Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Kuru di mana terdapat sebuah pemukiman Kuru bernama Kammāsadhamma. Di sana Sang Bhagava memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, kenikmatan indria  adalah tidak kekal, kosong, palsu, menipu; kenikmatan indria adalah ilusi, ocehan orang-orang dungu. Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, [262] persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang – keduanya adalah alam Māra, wilayah Māra, umpan Māra, tanah perburuan Māra. Oleh karenanya, kondisi-kondisi batin buruk yang tidak bermanfaat ini seperti ketamakan, niat buruk, dan anggapan muncul, dan merupakan rintangan bagi seorang siswa mulia yang dalam latihan di sini.

(KETENANGAN)

3. “Di sana, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang … merupakan rintangan bagi seorang siswa mulia yang dalam latihan di sini. Bagaimana jika aku berdiam dengan pikiran berlimpah dan luhur, setelah melampaui dunia dan bertekad kuat dalam pikiran.  Ketika aku melakukan demikian, tidak akan ada kondisi-kondisi pikiran buruk yang tidak bermanfaat dalam diriku, dan dengan ditinggalkannya kondisi-kondisi pikiran buruk yang tidak bermanfaat itu maka pikiranku akan menjadi tidak terbatas, tidak terukur, dan terkembang dengan baik.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini.  Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketenangan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam ketenangan.  Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara pertama yang mengarah pada ketenangan.

4. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:  ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang; apapun bentuk-bentuk materi [yang ada], segala bentuk materi adalah empat unsur utama dan bentuk materi yang diturunkan dari empat unsur utama.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketenangan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam ketenangan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke dua yang mengarah pada ketenangan. [263]

5. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:  ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang – keduanya adalah tidak kekal. Apa yang tidak kekal adalah tidak layak disenangi, tidak layak disambut, tidak layak digenggam.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketenangan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam ketenangan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke tiga yang mengarah pada ketenangan.

(LANDASAN KEKOSONGAN)

6. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:  ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, dan persepsi-persepsi ketenangan – semuanya adalah persepsi. Di mana persepsi-persepsi ini lenyap tanpa sisa, yang damai, yang luhur, yaitu, landasan kekosongan.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke pertama yang mengarah pada landasan kekosongan.

7. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia, pergi ke hutan atau ke bawah pohon atau ke gubuk kosong, mempertimbangkan sebagai berikut: ‘ini adalah kosong dari diri atau apa yang menjadi milik diri.’  Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke dua yang mengarah pada landasan kekosongan.

8. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Aku bukanlah sesuatu yang menjadi milik siapapun dimanapun, [264] juga tidak ada apapun yang dimiliki olehku dalam diri siapapun dimanapun.’  Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke tiga yang mengarah pada landasan kekosongan.

(LANDASAN BUKAN PERSEPSI JUGA BUKAN BUKAN-PERSEPSI)

6. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan dan persepsi-persepsi landasan kekosongan – semuanya adalah persepsi. Di mana persepsi-persepsi ini lenyap tanpa sisa, yang damai, yang luhur, yaitu, landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara yang mengarah pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.”

(NIBBĀNA)

10. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, di sini seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Sebelumnya tidak ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku. Apa yang ada, apa yang telah terjadi, aku tinggalkan.’ Demikianlah ia memperoleh keseimbangan.  Yang Mulia, apakah bhikkhu itu mencapai Nibbāna?”

“Seorang bhikkhu di sini, Ānanda, mungkin mencapai Nibbāna, bhikkhu lainnya di sini mungkin tidak mencapai Nibbāna.”
“Apakah sebab dan alasannya, Yang Mulia, mengapa seorang bhikkhu di sini mungkin mencapai Nibbāna, sedangkan seorang bhikkhu lainnya di sini mungkin tidak mencapai Nibbāna?”

“Di sini, Ānanda, seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Sebelumnya tidak ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku. Apa yang ada, [265] apa yang telah terjadi, aku tinggalkan.’ Demikianlah ia memperoleh keseimbangan. Ia bergembira di dalam keseimbangan itu, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya. Ketika ia melakukan itu, kesadarannya menjadi bergantung padanya dan melekat padanya. Seorang bhikkhu yang melekat, Ānanda, tidak mencapai Nibbāna.”

11. “Tetapi, Yang Mulia, ketika bhikkhu itu melekat, pada apakah ia melekat?”

“Pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, Ānanda.”

“Ketika bhikkhu itu melekat, Yang Mulia, tampaknya ia melekat pada [obyek] kemelekatan yang terbaik.”

“Ketika bhikkhu itu melekat, Ānanda, ia melekat pada [obyek] kemelekatan yang terbaik; karena ini adalah [obyek] kemelekatan yang terbaik, yaitu, landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

12. “Di sini, Ānanda, seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Sebelumnya tidak ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku. Apa yang ada, [265] apa yang telah terjadi, aku tinggalkan.’ Demikianlah ia memperoleh keseimbangan. Ia tidak bergembira di dalam keseimbangan itu, tidak menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya. Karena ia tidak melakukan itu, kesadarannya menjadi tidak bergantung padanya dan tidak melekat padanya. Seorang bhikkhu yang tidak melekat, Ānanda, mencapai Nibbāna.”

13. “Mengagumkan, Yang Mulia, menakjubkan! Sang Bhagavā, sungguh, telah menjelaskan kepada kami menyeberangi banjir dengan bergantung pada dukungan seseorang atau orang lainnya.  Tetapi, Yang Mulia, apakah pembebasan mulia1021?”

“Di sini, Ānanda, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan, persepsi-persepsi landasan kekosongan, dan persepsi-persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi – ini adalah identitas sejauh jangkauan identitas.  Ini adalah Keabadian, yaitu, pembebasan pikiran melalui ketidak-melekatan.’

14. “Demikianlah, Ānanda, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada ketenangan, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada landasan kekosongan, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, Aku telah mengajarkan menyeberangi banjir dengan bergantung pada dukungan seseorang atau orang lainnya, Aku telah mengajarkan pembebasan mulia.

15. “Apa yang seharusnya dilakukan bagi para siswaNya demi belas kasihan oleh seorang guru yang mengusahakan kesejahteraan dan memiliki belas kasihan terhadap mereka, [266] telah Aku lakukan untukmu, Ānanda. Ada bawah pepohonan ini, gubuk-gubuk kosong ini. Bermeditasilah, Ānanda, jangan menunda, agar engkau tidak menyesalinya kelak. Ini adalah instruksi kami kepadamu.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Ānanda merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.


footnote:
1021) MA: Pertanyaan Ānanda dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan dari Sang Buddha tentang praktik dari meditator pandangan terang tanpa jhāna (sukkhavipassaka), yang mencapai Kearahatan tanpa bergantung pada pencapaian jhāna.
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #24 on: 02 March 2012, 09:03:32 PM »
terus mau-nya apa ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #25 on: 02 March 2012, 09:09:16 PM »
terus mau-nya apa ?
tadi kan mas tidar bertanya, maa saya jawab...  ;D

dan lagi, ada juga YM Maha Kotthita yang dinyatakan oleh sang buddha sebagai "yang terbaik diantara para arahat yang mencapai pandangan terang analitis" (merujuk pada vipassana only)
*yang ini yang benar2 menjawab pertanyaan mas tidar, tadi lupa post.  ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #26 on: 02 March 2012, 10:54:39 PM »
tadi kan mas tidar bertanya, maa saya jawab...  ;D

dan lagi, ada juga YM Maha Kotthita yang dinyatakan oleh sang buddha sebagai "yang terbaik diantara para arahat yang mencapai pandangan terang analitis" (merujuk pada vipassana only)
*yang ini yang benar2 menjawab pertanyaan mas tidar, tadi lupa post.  ;D

kami memiliki pengertian yang berbeda, ditulisan tsb, diajarkan step by step, dr rupajhana, arupajhana & nibbana.
kami berpendapat, bahwa pertanyaan lanjutan YM Ananda adalah kelanjutan dari uraian sebelumnya dan bukanlah sepenggal sepenggal. Dan asumsi pertanyaan YM Ananda merujuk kepada orang yang telah terlatih pada penjelasannya sebelumnya tanpa dipotong (langsung menuju kepertanyaan): "apakah pembebasan mulia ?"

walaupun di footnote dijelaskan sperti itu tapi kami tetap berkeyakinan bahwa latihan tersebut harus memiliki dasar yang kuat dalam konsentrasi.
jikapun tidak memiliki konsentrasi arbsobsi yang kuat (ditunjukan pada literatur), perlunya ditelaah apakah yang bersangkutan telah melakukan latihan2 meditasi samatha pada kehidupan yang telah lampau sehingga pada saat Sang Buddha menjelaskan tanpa adanya unsur samatha langsung masuk ke vipassana.

YM Maha Kotthita dipuji oleh Sang Buddha dengan gelar Etadagga dalam hal pencapaian "Empat Pengetahuan Analitis" yang terbaik. RAPB jilid 3 hal 2875.
Dan disitu hanya ditulis secara singkat ttg YM Kotthita tanpa adanya informasi bagaimana latihan pencapaian "Empat Pengetahuan Analitis" (Patisambhidà Nàna).
jadi pada literatur tsb kami tetap berasumsi tetap diperlukan konsentrasi yang kuat (arbsobsi), jhana.


terlebih didalam SN 12-67, hal 651, "Dua Ikat Buluh", ada pembicaraan antara YM Kotthita & YM Sariputta yang dimulai dari bangkit dari "keheningannya" dan berbicara ttg kondisi2 nama & rupa. Ini menguatkan dugaan dan asumsi kami bahwa yang dilakukan dalam "keheningan" adalah landasan untuk bervipasana mengamati nama & rupa.


itu pendapat kami dan kami berkeyakinan vipassana yang murni berdasar dari paticcasamuppāda, nama/batin & rupa/bentuk (berlandaskan pada latihan konsentrasi arbsobsi).
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #27 on: 02 March 2012, 11:16:38 PM »
kami memiliki pengertian yang berbeda, ditulisan tsb, diajarkan step by step, dr rupajhana, arupajhana & nibbana.
kami berpendapat, bahwa pertanyaan lanjutan YM Ananda adalah kelanjutan dari uraian sebelumnya dan bukanlah sepenggal sepenggal. Dan asumsi pertanyaan YM Ananda merujuk kepada orang yang telah terlatih pada penjelasannya sebelumnya tanpa dipotong (langsung menuju kepertanyaan): "apakah pembebasan mulia ?"

pendapat saya beda lagi ;D
disini YM Ananda mempertanyakan kepada Sang Buddha "tetapi, yang mulia, apakah pembebasan mulia?" menunjukkan kebingungan beliau mengenai para bhikkhu yang mencapai tingkat kesucian arahat tanpa bergantung pada jhana..

pada kalimat selanjutnya tertulis
Quote
“Di sini, Ānanda, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan, persepsi-persepsi landasan kekosongan, dan persepsi-persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi – ini adalah identitas sejauh jangkauan identitas.  Ini adalah Keabadian, yaitu, pembebasan pikiran melalui ketidak-melekatan.’
ini merupakan praktik pandangan terang yang dijelaskan sang buddha secara rinci, yaitu dengan tidak melekat pada kenikmatan indria, bentuk materu, persepsi ketenangan..... bahkan pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan persepsi sendiri
yah entahlah siapa yang benar, mungkin harus mengundang orang ketiga..  ^-^
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #28 on: 03 March 2012, 07:04:21 AM »
silakan memiliki pendapat yang berbeda.

Asumsi kami penjelasan Sang Buddha diuraikan dari awal sampai akhir adalah satu kesatuan bukan hanya sepenggal saja.
kalau memang hanya sepenggal saja maka YM Ananda akan langsung bertanya dan Sang Buddha tidak memberikan penjelasan diatasnya dan, semua penjelasan diatas dan pertanyaan YM Ananda tidak berdasar sama sekali pada penjelasan yang telah diberikan sebelumnya.
Dan pada saat YM Ananda mengajukan pertanyaan "Apakah pembebasan mulia?" Sang Buddha seharusnya langsung menjawab: 'Ini adalah Keabadian, yaitu, pembebasan pikiran melalui ketidak-melekatan’, tanpa memberikan kata mempertimbangkan.

Tapi pada kenyataannya Sang Buddha memberikan penjelasan dari awal dengan kata mempertimbangkan, yang memiliki arti untuk melihat dan mengetahui sendiri secara praktek, asumsi kami, ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan, persepsi-persepsi landasan kekosongan, dan persepsi-persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi – ini adalah identitas sejauh jangkauan identitas.

Ibarat kita sekolah dari Play group, TK, SD, SMP, SMA, Univ (S1, S2, S3) dengan gelar doktor, assisten prof dan gelar profesor adalah yang mulia kami ingin mengambil gelar terakhir saja (Prof).
Lain halnya jika mempertimbangkan dengan gelar doktor, assisten prof dan gelar profesor adalah yang mulia kami ingin mengambil gelar terakhir saja (Univ), apakah si siswa memiliki kemampuan melewati tahap demi tahap jenjang pendidikan yang telah ada (yang lebih tinggi) sebagai landasan pembelajaran untuk mencapai tingkat Profesor ?

btw, "Empat Pengetahuan Analitis" (Patisambhidà Nàna) apa'an sih?
apa yang 4 itu ?
« Last Edit: 03 March 2012, 07:33:26 AM by Mas Tidar »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #29 on: 03 March 2012, 02:01:50 PM »
eh, maaf, arahat yang memiliki patisambhida bukan termasuk sukkha vipassaka arahat..
sukkha vipassaka arahat hanya memiliki asavakhayanana saja...

yah terserah anda sih, mau percaya yang gimana...
keknya harus ngundang ahlinya baru bisa clear nih masalah.. ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

 

anything