//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)  (Read 22305 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« on: 05 March 2011, 04:41:06 PM »
kita jarang membahas kemampuan abinna sang Buddha ( semoga dalam pembahasan ini membantu juga bagi yang bermeditasi atau melakukan perenungan terhadap sang Buddha).

apa saja sih kemampuan sang Buddha?
« Last Edit: 05 March 2011, 04:44:51 PM by daimond »

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #1 on: 05 March 2011, 04:54:58 PM »
melenyapkan kotoran batin ;D.

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #2 on: 05 March 2011, 06:58:37 PM »
untuk sementara ini:
- menekan munculnya LDM



_/|\_
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #3 on: 05 March 2011, 08:19:01 PM »
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_11:_Kevaddha_Sutta_(Walshe)

Quote
3. Ketika Kevaddha mengulangi permohonannya untuk ke tiga kalinya, Sang Bhagavā berkata: ‘Kevaddha, ada tiga jenis kesaktian yang Kunyatakan, setelah mencapainya dengan pandangan terang-Ku sendiri. Apakah tiga itu? Kesaktian kekuatan psikis,[2] kesaktian telepati,[3] kesaktian nasihat.[4]’
4. ‘Apakah kesaktian kekuatan psikis? Di sini, Kevaddha, seorang bhikkhu memperlihatkan berbagai kesaktian dalam berbagai cara. Dari satu, ia menjadi banyak, dari banyak, ia menjadi satu ... (seperti Sutta 2, paragraf 87) [213] dan ia dengan tubuhnya pergi hingga ke alam Brahma. Dan seseorang yang memiliki keyakinan dan percaya akan melihatnya melakukan hal-hal ini.’
5. ‘Ia memberitahukan hal ini kepada orang lain yang skeptis dan tidak percaya, dengan mengatakan: “Sungguh indah, sungguh menakjubkan, kesaktian dan keterampilan dari petapa itu ...” dan orang itu akan berkata: “Tuan, ada sesuatu yang disebut jimat Gandhāra.[5] Dengan itu, bhikkhu tersebut menjadi banyak ...” Bagaimana menurutmu, Kevaddha, tidak mungkinkah seorang skeptis mengatakan hal itu kepada seorang yang percaya?’ ‘Mungkin saja, Bhagavā’ ‘Dan itulah sebabnya, Kevaddha, melihat bahaya dari kesaktian demikian, Aku tidak menyukai, menolak, dan mencela mereka.’
6. ‘Dan apakah kesaktian telepati? Di sini, seorang bhikkhu membaca pikiran makhluk-makhluk lain, pikiran orang lain, membaca kondisi batin mereka, pikiran dan renungan mereka, dan mengatakan: “Pikiranmu seperti ini, kecenderunganmu seperti ini, hatimu seperti ini.” Dan seseorang yang berkeyakinan dan percaya akan melihatnya melakukan hal-hal ini.’
7. ‘Ia memberitahukan hal ini kepada orang lain yang skeptis dan tidak percaya, dengan mengatakan: “Sungguh indah [214], sungguh menakjubkan, kesaktian dan keterampilan dari petapa itu ...” dan orang itu akan berkata: “Tuan, ada sesuatu yang disebut jimat Maṇika.[6] Dengan itu, bhikkhu tersebut dapat membaca pikiran orang lain ...” Dan itulah sebabnya, Kevaddha, melihat bahaya dari kesaktian demikian, Aku tidak menyukai, menolak, dan mencela mereka.’
8. ‘Dan apakah kesaktian nasihat? Di sini, Kevaddha, seorang bhikkhu memberikan nasihat sebagai berikut: “Perhatikan seperti ini, jangan perhatikan seperti itu, arahkan pikiranmu seperti ini, bukan seperti itu, lepaskan itu, capai ini dan pertahankan ini.” Itu, Kevaddha, disebut kesaktian nasihat.’
9-66. ‘Dan lagi, Kevaddha, seorang Tathāgata telah muncul di dunia ini, seorang Arahant, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna menempuh Sang Jalan, Pengenal seluruh alam, penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi. Beliau, setelah mencapainya dengan pengetahuan-Nya sendiri, menyatakan kepada dunia bersama para dewa, māra dan Brahma, para raja dan umat manusia. Beliau membabarkan Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir, dalam makna dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan murni sepenuhnya. Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan moralitas (Sutta 2, paragraf 41-63). Ia menjaga pintu-pintu indrianya dan mencapai empat jhāna (Sutta 2, paragraf 64- 82); ia mencapai berbagai pandangan terang (Sutta 2, paragraf 83-84); ia menembus Empat Kebenaran Mulia, sang jalan dan lenyapnya kekotoran- kekotoran (Sutta 2, paragraf 85-87),[7] dan ia mengetahui: “ ... tidak ada lagi yang lebih jauh di sini.” Itu, Kevaddha, disebut kesaktian nasihat.’
67. ‘Dan Aku, Kevaddha, telah mengalami ke tiga kesaktian ini dengan pengetahuan-super-Ku sendiri. Suatu ketika, Kevaddha, dalam persatuan para bhikkhu ini, suatu pikiran melintas dalam benak seorang bhikkhu: “Aku ingin tahu di manakah empat unsur utama – unsur tanah, unsur air, unsur api, unsur angin – lenyap tanpa sisa.” Dan bhikkhu itu mencapai konsentrasi pikiran yang memungkinkan jalan menuju alam dewa muncul di hadapannya.’
There is no place like 127.0.0.1

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #4 on: 05 March 2011, 08:29:22 PM »
- Seorang sammasambuddha bisa dengan pasti mengetahui tingkat pencapaian kesucian seseorang. Dimana bahkan kadang seorang Savaka (mungkin juga pacceka) bisa tidak mengetahui tingkat pencapaian seseorang.

- Seorang sammasambuddha bisa menunjukkan mukjijat ganda (mengeluarkan air dan api secara bersamaan). Sementara yang lain tidak bisa.

CMIIW
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #5 on: 05 March 2011, 09:41:32 PM »
Dalam Mahasihanada Sutta (MN 12) dikatakan tentang Sepuluh Kekuatan Sang Buddha:

Quote
Sepuluh Kekuatan (Dasabala) Sang Tathagata

9. “Sariputta, Sang Tathagata memiliki sepuluh kekuatan Tathagata, dan karena memilikinya maka Beliau memastikan tempatnya sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan raungan singanya di dalam kelompok-kelompok itu, dan memutar Roda Brahma. Apakah yang sepuluh itu?

10. (1) “Di sini, Sang Tathagata memahami sebagaimana adanya hal yang mungkin sebagai yg mungkin dan yg tidak mungkin sebagai yg tidak mungkin. Dan itulah kekuatan Tathagata yang dimiliki oleh Sang Tathagata, dan karena memilikinya maka beliau memastikan tempatnya sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan raungan singanya di dalam kelompok-kelompok itu, dan memutar Roda Brahma.

11. (2) “Lebih lanjut lagi, Sang Tathagata memahami sebagaimana adanya akibat dari tindakan yang diambil, di masa lampau, di masa yang akan datang, dan di masa kini, dengan kemungkinan-kemungkinan dan penyebab penyebabnya. Itulah juga kekuatan Tathagata …

12. (3) “Lebih lanjut lagi, Sang Tathagata memahami sebagaimana adanya jalan-jalan yang membawa menuju semua tujuan. Itulah juga kekuatan Tathagata …

13. (4) “Lebih lanjut lagi, Sang Tathagata memahami sebagaimana adanya dunia ini dengan elemennya yang banyak dan berbeda-beda. Itulah juga kekuatan Tathagata …

14. (5) “Lebih lanjut lagi, Sang Tathagata memahami sebagaimana adanya bagaimana para makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Itulah juga kekuatan Tathagata …

15. (6) “Lebih lanjut lagi, Sang Tathagata memahami sebagaimana adanya bagaimana pembagian dari kemampuan makhluk-makhluk lain, orang-orang lain.  Itulah juga kekuatan Tathagata …

16. (7) “Lebih lanjut lagi, Sang Tathagata memahami sebagaimana adanya kekotoran batin, pembersihannya, dan kemunculannya sehubungan dengan jhana, pembebasan, konsentrasi, dan pencapaian. Itulah juga kekuatan Tathagata …

17. (8 ) “Lebih lanjut lagi, Sang Tathagata mengingat kembali kehidupan kehidupan lampaunya yang amat banyak, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran… (seperti Sutta 4, §27) … Demikianlah dengan berbagai aspek dan kekhususannya Beliau mengingat kembali kehidupan-kehidupannya yang amat banyak. Itulah juga kekuatan Tathagata…

18. (9) “Lebih lanjut lagi, dengan mata dewanya, yang telah dimurnikan dan yang melampaui Manusia, Sang Tathagata melihat para makhluk berlalu dan muncul kembali, yang rendah dan yang tinggi, yang elok dan buruk rupa, yang beruntung dan tidak beruntung … (seperti Sutta 4, §29) … dan Beliau memahami bagaimana para makhluk itu berlalu sesuai dengan tindakan-tindakan mereka. Itulah juga kekuatan Tathagata …

19. (10) “Lebih lanjut lagi, dengan menyadari bagi dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, Sang Tathagata di sini dan kini masuk dan berdiam di dalam pembebasan pikiran dan pembebasan lewat kebijaksanaan yang tanpa-noda dengan hancurnya noda-noda itu. Itulah juga kekuatan Tathagata yang dimiliki oleh Sang Tathagata, dan karena memilikinya maka Beliau memastikan tempatnya sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan raungan
singanya di dalam kelompok-kelompok itu, dan memutar Roda Brahma.

20. “Sang Tathagata memiliki sepuluh kekuatan Tathagata ini, dan karena memilikinya maka beliau memastikan tempatnya sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan raungan singanya di dalam kelompok-kelompok itu, dan memutar Roda Brahma.

21. “Sariputta, ketika aku mengetahui dan melihat demikian, jika seseorang mengatakan mengenai diriku: ‘Petapa Gotama tidak memiliki keadaan supra duniawi apa pun, tidak memiliki keunggulan apa pun di dalam pengetahuan dan visi yang pantas dari para mulia. Petapa  Gotama mengajarkan Dhamma yang (hanya) menekankan penalaran, mengikuti alur penyelidikannya sendiri sebagaimana yang muncul di dalam dirinya’ – maka kecuali dia meninggalkan pernyataan itu dan keadaan pikiran itu, serta melepas pandangan itu, maka seakan-akan (sama pastinya seperti jika dia telah) dibawa dan ditaruh di sana, dia akan berakhir di nereka.

Sama halnya seorang bhikkhu yang memiliki moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan, di sini dan kini akan menikmati pengetahuan akhir, demikian pula di dalam kasus ini, kukatakan bahwa kecuali dia meninggalkan pernyataan itu dan keadaan pikiran itu, serta melepas pandangan itu, maka seakan-akan (sama pastinya seperti jika dia telah) dibawa dan ditaruh di sana, dia akan berakhir di neraka.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #6 on: 05 March 2011, 09:47:47 PM »
Kemampuan Sammasabuddha tidak bisa diukur dan dihitung

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline kuswanto

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 399
  • Reputasi: 16
  • kematian bisa saja menghampiriku hari ini..
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #7 on: 05 March 2011, 11:59:27 PM »
memutar kembali roda Dhamma, membuat orang lain ikut tercerahkan penuh lewat ajaran nya..
itu yang paling sakti..
 :)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #8 on: 06 March 2011, 12:31:02 AM »
Kekuatan dan pengetahuan yg eksklusif hanya pada seorang Sammasambuddha menurut Patisambhida Magga:

1. Pengetahuan penembusan indria-indria makhluk-makhluk.
2. Pengetahuan watak dan kecenderungan tersembunyi makhluk-makhluk.
3. Pengetahuan Keajaiban Ganda.
4. Pengetahuan Belas Kasih Agung (Mahakaruna).
5. Pengetahuan Kemahatahuan.
6. Pengetahuan yang tanpa halangan.

seluruhnya terdapat 73 pengetahuan. di antara 73 ini, 67 pengetahuan juga dimiliki oleh para siswa Arahant dan 6 di atas hanya dimiliki oleh Sammasambuddha.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #9 on: 06 March 2011, 03:12:26 AM »
lah,ts nya ngilang
Samma Vayama

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #10 on: 06 March 2011, 04:45:59 PM »
wah di pantau kok tidak menghilang

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #11 on: 17 January 2012, 10:08:38 AM »
Untuk kemampuan abhinna seperti dibha cakkhu, dibha sota itu referensinya dimana ya ? ada yang bisa memberikan kepada saya ?

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
There is no place like 127.0.0.1

Offline edysong

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 4
  • Reputasi: 0
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #13 on: 28 January 2012, 03:55:00 PM »
Hanya Sammasambuddha yg mengetahui cara berkerja nya karma dan ini lah kemampuan seorang buddha yg tidak di miliki oleh yg lain

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
kemampuan sang Buddha - Samapatti
« Reply #14 on: 27 February 2012, 08:54:08 PM »
Ada berapa samapatti ? dan apa kegunaannya (maksud, tujuan & manfaat)
1. Nirodha Samapatti (extinction of feeling and perception, http://www.palikanon.com/english/wtb/n_r/nirodha_samaapatti.htm)
2.  ?
3.  ?
dst



 _/\_
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #15 on: 27 February 2012, 09:08:30 PM »
Ada berapa samapatti ? dan apa kegunaannya (maksud, tujuan & manfaat)
1. Nirodha Samapatti (extinction of feeling and perception, http://www.palikanon.com/english/wtb/n_r/nirodha_samaapatti.htm)
2.  ?
3.  ?
dst



 _/\_
kalau sy tidak salah mengerti, dikatakan prasyarat pencapaian nirodha samapatti adalah harus menguasai 8 jhana dan mencapai tingkat kesucian anagami/arahat terlebih dahulu..
lalu bagaimana dengan sukha vipassaka arahant (arahant yang mencapai penerangan tanpa melalui samatha bhavana, hanya vipassana saja) atau arahant yang mencapai nibbana hanya melewati jhana pertama/kedua/ ... /ketujuh???
apakah arahat jenis ini tidak bisa mencapai nirodha??

« Last Edit: 27 February 2012, 09:11:28 PM by will_i_am »
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #16 on: 29 February 2012, 09:21:56 AM »
kalau sy tidak salah mengerti, dikatakan prasyarat pencapaian nirodha samapatti adalah harus menguasai 8 jhana dan mencapai tingkat kesucian anagami/arahat terlebih dahulu..
lalu bagaimana dengan sukha vipassaka arahant (arahant yang mencapai penerangan tanpa melalui samatha bhavana, hanya vipassana saja) atau arahant yang mencapai nibbana hanya melewati jhana pertama/kedua/ ... /ketujuh???
apakah arahat jenis ini tidak bisa mencapai nirodha??

arahat jenis "biru" harus tetap berlatih pencapaian jhana (samatha) itu kata bhikkhu, yg pernah kami tanyakan.
pertanyaan kami belum terjawab dengan reply Anda
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #17 on: 01 March 2012, 10:06:21 PM »
sepertinya penjelasannya sudah cukup jelas..
berhentinya perasaan dan pencerapan..
orang yang mencapai nirodha samapatti setelah keluar darinya biasanya kalau tidak mencapai tingkat kesucian anagami, maka arahat..

setahu saya sukha vipassaka arahant tidak perlu mencapai jhana deh..
kalau mencapai jhana, kenapa tidak disebut "arahant" saja tanpa embel2 "sukha vipassaka"??
YM Mahasi Sayadaw dalam bukunya hanya mempraktikkan vipassana murni tanpa samatha bhavana...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #18 on: 01 March 2012, 11:41:16 PM »

Btw, pertanyaan kami belum dijawab satupun oleh Anda
Ada berapa samatti, selain nirodha samapatti ? (apa manfaat, kegunaan & tujuannya)


sepertinya penjelasannya sudah cukup jelas..
berhentinya perasaan dan pencerapan..
orang yang mencapai nirodha samapatti setelah keluar darinya biasanya kalau tidak mencapai tingkat kesucian anagami, maka arahat..

setahu saya sukha vipassaka arahant tidak perlu mencapai jhana deh..
kalau mencapai jhana, kenapa tidak disebut "arahant" saja tanpa embel2 "sukha vipassaka"?? Kami tidak mengerti jawabannya
YM Mahasi Sayadaw dalam bukunya hanya mempraktikkan vipassana murni tanpa samatha bhavana... Hanya Beliau yang mengetahui kenapa hanya melakukan vipassana murni
« Last Edit: 01 March 2012, 11:44:29 PM by Mas Tidar »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #19 on: 02 March 2012, 01:54:30 PM »
sukha vipassaka arahat itu artinya "arahant yang mencapai pandangan terang kering"
maksud dari pandangan terang kering itu adalah pencapaian tingkat arahat tanpa "dibasahi" oleh praktik jhana terlebih dahulu

nah, yang ini kok agak bertentangan dengan sumber di atas yah?
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #20 on: 02 March 2012, 02:19:36 PM »
sukha vipassaka arahat itu artinya "arahant yang mencapai pandangan terang kering"
maksud dari pandangan terang kering itu adalah pencapaian tingkat arahat tanpa "dibasahi" oleh praktik jhana terlebih dahulu

nah, yang ini kok agak bertentangan dengan sumber di atas yah?


boleh tau, apakah isitilah tersebut ada pada saat jaman Sang Buddha atau setelah sang Buddha parinibbana ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #21 on: 02 March 2012, 02:22:46 PM »
ada, terdapat dalam sutta MN..
bahkan pertanyaan ini diajukan olah YM ananda sendiri kepada sang Buddha
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #22 on: 02 March 2012, 06:04:32 PM »
ada, terdapat dalam sutta MN..
bahkan pertanyaan ini diajukan olah YM ananda sendiri kepada sang Buddha

siapakah bhikkhu yang "kering" tsb ?
dan bagaimana kronologis-nya ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #23 on: 02 March 2012, 08:57:40 PM »
mungkin lebih baik dibaca dulu bagian anenjasappaya sutta...
Spoiler: ShowHide
106  Āneñjasappāya Sutta
Jalan menuju Ketenangan




1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.  Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Kuru di mana terdapat sebuah pemukiman Kuru bernama Kammāsadhamma. Di sana Sang Bhagava memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, kenikmatan indria  adalah tidak kekal, kosong, palsu, menipu; kenikmatan indria adalah ilusi, ocehan orang-orang dungu. Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, [262] persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang – keduanya adalah alam Māra, wilayah Māra, umpan Māra, tanah perburuan Māra. Oleh karenanya, kondisi-kondisi batin buruk yang tidak bermanfaat ini seperti ketamakan, niat buruk, dan anggapan muncul, dan merupakan rintangan bagi seorang siswa mulia yang dalam latihan di sini.

(KETENANGAN)

3. “Di sana, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang … merupakan rintangan bagi seorang siswa mulia yang dalam latihan di sini. Bagaimana jika aku berdiam dengan pikiran berlimpah dan luhur, setelah melampaui dunia dan bertekad kuat dalam pikiran.  Ketika aku melakukan demikian, tidak akan ada kondisi-kondisi pikiran buruk yang tidak bermanfaat dalam diriku, dan dengan ditinggalkannya kondisi-kondisi pikiran buruk yang tidak bermanfaat itu maka pikiranku akan menjadi tidak terbatas, tidak terukur, dan terkembang dengan baik.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini.  Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketenangan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam ketenangan.  Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara pertama yang mengarah pada ketenangan.

4. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:  ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang; apapun bentuk-bentuk materi [yang ada], segala bentuk materi adalah empat unsur utama dan bentuk materi yang diturunkan dari empat unsur utama.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketenangan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam ketenangan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke dua yang mengarah pada ketenangan. [263]

5. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:  ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang – keduanya adalah tidak kekal. Apa yang tidak kekal adalah tidak layak disenangi, tidak layak disambut, tidak layak digenggam.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai ketenangan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam ketenangan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke tiga yang mengarah pada ketenangan.

(LANDASAN KEKOSONGAN)

6. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut:  ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, dan persepsi-persepsi ketenangan – semuanya adalah persepsi. Di mana persepsi-persepsi ini lenyap tanpa sisa, yang damai, yang luhur, yaitu, landasan kekosongan.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke pertama yang mengarah pada landasan kekosongan.

7. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia, pergi ke hutan atau ke bawah pohon atau ke gubuk kosong, mempertimbangkan sebagai berikut: ‘ini adalah kosong dari diri atau apa yang menjadi milik diri.’  Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke dua yang mengarah pada landasan kekosongan.

8. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Aku bukanlah sesuatu yang menjadi milik siapapun dimanapun, [264] juga tidak ada apapun yang dimiliki olehku dalam diri siapapun dimanapun.’  Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan kekosongan saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan kekosongan. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke tiga yang mengarah pada landasan kekosongan.

(LANDASAN BUKAN PERSEPSI JUGA BUKAN BUKAN-PERSEPSI)

6. “Kemudian, para bhikkhu, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan dan persepsi-persepsi landasan kekosongan – semuanya adalah persepsi. Di mana persepsi-persepsi ini lenyap tanpa sisa, yang damai, yang luhur, yaitu, landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.’ Ketika ia mempraktikkan dengan cara ini dan sering berdiam demikian, pikirannya memperoleh keyakinan di dalam landasan ini. Begitu ada keyakinan penuh, ia mencapai landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi saat ini atau ia bertekad [untuk mencapainya] dengan kebijaksanaan. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, adalah mungkin bahwa kesadaran yang berkembang mungkin belanjut [pada kelahiran kembali] di dalam landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara yang mengarah pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.”

(NIBBĀNA)

10. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, di sini seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Sebelumnya tidak ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku. Apa yang ada, apa yang telah terjadi, aku tinggalkan.’ Demikianlah ia memperoleh keseimbangan.  Yang Mulia, apakah bhikkhu itu mencapai Nibbāna?”

“Seorang bhikkhu di sini, Ānanda, mungkin mencapai Nibbāna, bhikkhu lainnya di sini mungkin tidak mencapai Nibbāna.”
“Apakah sebab dan alasannya, Yang Mulia, mengapa seorang bhikkhu di sini mungkin mencapai Nibbāna, sedangkan seorang bhikkhu lainnya di sini mungkin tidak mencapai Nibbāna?”

“Di sini, Ānanda, seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Sebelumnya tidak ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku. Apa yang ada, [265] apa yang telah terjadi, aku tinggalkan.’ Demikianlah ia memperoleh keseimbangan. Ia bergembira di dalam keseimbangan itu, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya. Ketika ia melakukan itu, kesadarannya menjadi bergantung padanya dan melekat padanya. Seorang bhikkhu yang melekat, Ānanda, tidak mencapai Nibbāna.”

11. “Tetapi, Yang Mulia, ketika bhikkhu itu melekat, pada apakah ia melekat?”

“Pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, Ānanda.”

“Ketika bhikkhu itu melekat, Yang Mulia, tampaknya ia melekat pada [obyek] kemelekatan yang terbaik.”

“Ketika bhikkhu itu melekat, Ānanda, ia melekat pada [obyek] kemelekatan yang terbaik; karena ini adalah [obyek] kemelekatan yang terbaik, yaitu, landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi.

12. “Di sini, Ānanda, seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Sebelumnya tidak ada, dan sebelumnya tidak ada bagiku; tidak akan ada, dan tidak akan ada bagiku. Apa yang ada, [265] apa yang telah terjadi, aku tinggalkan.’ Demikianlah ia memperoleh keseimbangan. Ia tidak bergembira di dalam keseimbangan itu, tidak menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya. Karena ia tidak melakukan itu, kesadarannya menjadi tidak bergantung padanya dan tidak melekat padanya. Seorang bhikkhu yang tidak melekat, Ānanda, mencapai Nibbāna.”

13. “Mengagumkan, Yang Mulia, menakjubkan! Sang Bhagavā, sungguh, telah menjelaskan kepada kami menyeberangi banjir dengan bergantung pada dukungan seseorang atau orang lainnya.  Tetapi, Yang Mulia, apakah pembebasan mulia1021?”

“Di sini, Ānanda, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan, persepsi-persepsi landasan kekosongan, dan persepsi-persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi – ini adalah identitas sejauh jangkauan identitas.  Ini adalah Keabadian, yaitu, pembebasan pikiran melalui ketidak-melekatan.’

14. “Demikianlah, Ānanda, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada ketenangan, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada landasan kekosongan, Aku telah mengajarkan cara yang mengarah pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi, Aku telah mengajarkan menyeberangi banjir dengan bergantung pada dukungan seseorang atau orang lainnya, Aku telah mengajarkan pembebasan mulia.

15. “Apa yang seharusnya dilakukan bagi para siswaNya demi belas kasihan oleh seorang guru yang mengusahakan kesejahteraan dan memiliki belas kasihan terhadap mereka, [266] telah Aku lakukan untukmu, Ānanda. Ada bawah pepohonan ini, gubuk-gubuk kosong ini. Bermeditasilah, Ānanda, jangan menunda, agar engkau tidak menyesalinya kelak. Ini adalah instruksi kami kepadamu.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Ānanda merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.


footnote:
1021) MA: Pertanyaan Ānanda dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan dari Sang Buddha tentang praktik dari meditator pandangan terang tanpa jhāna (sukkhavipassaka), yang mencapai Kearahatan tanpa bergantung pada pencapaian jhāna.
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #24 on: 02 March 2012, 09:03:32 PM »
terus mau-nya apa ?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #25 on: 02 March 2012, 09:09:16 PM »
terus mau-nya apa ?
tadi kan mas tidar bertanya, maa saya jawab...  ;D

dan lagi, ada juga YM Maha Kotthita yang dinyatakan oleh sang buddha sebagai "yang terbaik diantara para arahat yang mencapai pandangan terang analitis" (merujuk pada vipassana only)
*yang ini yang benar2 menjawab pertanyaan mas tidar, tadi lupa post.  ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #26 on: 02 March 2012, 10:54:39 PM »
tadi kan mas tidar bertanya, maa saya jawab...  ;D

dan lagi, ada juga YM Maha Kotthita yang dinyatakan oleh sang buddha sebagai "yang terbaik diantara para arahat yang mencapai pandangan terang analitis" (merujuk pada vipassana only)
*yang ini yang benar2 menjawab pertanyaan mas tidar, tadi lupa post.  ;D

kami memiliki pengertian yang berbeda, ditulisan tsb, diajarkan step by step, dr rupajhana, arupajhana & nibbana.
kami berpendapat, bahwa pertanyaan lanjutan YM Ananda adalah kelanjutan dari uraian sebelumnya dan bukanlah sepenggal sepenggal. Dan asumsi pertanyaan YM Ananda merujuk kepada orang yang telah terlatih pada penjelasannya sebelumnya tanpa dipotong (langsung menuju kepertanyaan): "apakah pembebasan mulia ?"

walaupun di footnote dijelaskan sperti itu tapi kami tetap berkeyakinan bahwa latihan tersebut harus memiliki dasar yang kuat dalam konsentrasi.
jikapun tidak memiliki konsentrasi arbsobsi yang kuat (ditunjukan pada literatur), perlunya ditelaah apakah yang bersangkutan telah melakukan latihan2 meditasi samatha pada kehidupan yang telah lampau sehingga pada saat Sang Buddha menjelaskan tanpa adanya unsur samatha langsung masuk ke vipassana.

YM Maha Kotthita dipuji oleh Sang Buddha dengan gelar Etadagga dalam hal pencapaian "Empat Pengetahuan Analitis" yang terbaik. RAPB jilid 3 hal 2875.
Dan disitu hanya ditulis secara singkat ttg YM Kotthita tanpa adanya informasi bagaimana latihan pencapaian "Empat Pengetahuan Analitis" (Patisambhidà Nàna).
jadi pada literatur tsb kami tetap berasumsi tetap diperlukan konsentrasi yang kuat (arbsobsi), jhana.


terlebih didalam SN 12-67, hal 651, "Dua Ikat Buluh", ada pembicaraan antara YM Kotthita & YM Sariputta yang dimulai dari bangkit dari "keheningannya" dan berbicara ttg kondisi2 nama & rupa. Ini menguatkan dugaan dan asumsi kami bahwa yang dilakukan dalam "keheningan" adalah landasan untuk bervipasana mengamati nama & rupa.


itu pendapat kami dan kami berkeyakinan vipassana yang murni berdasar dari paticcasamuppāda, nama/batin & rupa/bentuk (berlandaskan pada latihan konsentrasi arbsobsi).
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #27 on: 02 March 2012, 11:16:38 PM »
kami memiliki pengertian yang berbeda, ditulisan tsb, diajarkan step by step, dr rupajhana, arupajhana & nibbana.
kami berpendapat, bahwa pertanyaan lanjutan YM Ananda adalah kelanjutan dari uraian sebelumnya dan bukanlah sepenggal sepenggal. Dan asumsi pertanyaan YM Ananda merujuk kepada orang yang telah terlatih pada penjelasannya sebelumnya tanpa dipotong (langsung menuju kepertanyaan): "apakah pembebasan mulia ?"

pendapat saya beda lagi ;D
disini YM Ananda mempertanyakan kepada Sang Buddha "tetapi, yang mulia, apakah pembebasan mulia?" menunjukkan kebingungan beliau mengenai para bhikkhu yang mencapai tingkat kesucian arahat tanpa bergantung pada jhana..

pada kalimat selanjutnya tertulis
Quote
“Di sini, Ānanda, seorang siswa mulia mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan, persepsi-persepsi landasan kekosongan, dan persepsi-persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi – ini adalah identitas sejauh jangkauan identitas.  Ini adalah Keabadian, yaitu, pembebasan pikiran melalui ketidak-melekatan.’
ini merupakan praktik pandangan terang yang dijelaskan sang buddha secara rinci, yaitu dengan tidak melekat pada kenikmatan indria, bentuk materu, persepsi ketenangan..... bahkan pada landasan bukan persepsi juga bukan bukan persepsi sendiri
yah entahlah siapa yang benar, mungkin harus mengundang orang ketiga..  ^-^
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #28 on: 03 March 2012, 07:04:21 AM »
silakan memiliki pendapat yang berbeda.

Asumsi kami penjelasan Sang Buddha diuraikan dari awal sampai akhir adalah satu kesatuan bukan hanya sepenggal saja.
kalau memang hanya sepenggal saja maka YM Ananda akan langsung bertanya dan Sang Buddha tidak memberikan penjelasan diatasnya dan, semua penjelasan diatas dan pertanyaan YM Ananda tidak berdasar sama sekali pada penjelasan yang telah diberikan sebelumnya.
Dan pada saat YM Ananda mengajukan pertanyaan "Apakah pembebasan mulia?" Sang Buddha seharusnya langsung menjawab: 'Ini adalah Keabadian, yaitu, pembebasan pikiran melalui ketidak-melekatan’, tanpa memberikan kata mempertimbangkan.

Tapi pada kenyataannya Sang Buddha memberikan penjelasan dari awal dengan kata mempertimbangkan, yang memiliki arti untuk melihat dan mengetahui sendiri secara praktek, asumsi kami, ‘Kenikmatan indria di sini dan saat ini dan kenikmatan indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi indria di sini dan saat ini dan persepsi indria pada kehidupan-kehidupan mendatang, bentuk-bentuk materi di sini dan saat ini dan bentuk-bentuk materi pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi bentuk-bentuk di sini dan saat ini dan persepsi bentuk-bentuk pada kehidupan-kehidupan mendatang, persepsi-persepsi ketenangan, persepsi-persepsi landasan kekosongan, dan persepsi-persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi – ini adalah identitas sejauh jangkauan identitas.

Ibarat kita sekolah dari Play group, TK, SD, SMP, SMA, Univ (S1, S2, S3) dengan gelar doktor, assisten prof dan gelar profesor adalah yang mulia kami ingin mengambil gelar terakhir saja (Prof).
Lain halnya jika mempertimbangkan dengan gelar doktor, assisten prof dan gelar profesor adalah yang mulia kami ingin mengambil gelar terakhir saja (Univ), apakah si siswa memiliki kemampuan melewati tahap demi tahap jenjang pendidikan yang telah ada (yang lebih tinggi) sebagai landasan pembelajaran untuk mencapai tingkat Profesor ?

btw, "Empat Pengetahuan Analitis" (Patisambhidà Nàna) apa'an sih?
apa yang 4 itu ?
« Last Edit: 03 March 2012, 07:33:26 AM by Mas Tidar »
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #29 on: 03 March 2012, 02:01:50 PM »
eh, maaf, arahat yang memiliki patisambhida bukan termasuk sukkha vipassaka arahat..
sukkha vipassaka arahat hanya memiliki asavakhayanana saja...

yah terserah anda sih, mau percaya yang gimana...
keknya harus ngundang ahlinya baru bisa clear nih masalah.. ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #30 on: 03 March 2012, 03:16:05 PM »
pernyataan Anda:
Quote
sukha vipassaka arahat itu artinya "arahant yang mencapai pandangan terang kering"
maksud dari pandangan terang kering itu adalah pencapaian tingkat arahat tanpa "dibasahi" oleh praktik jhana terlebih dahulu

nah, yang ini kok agak bertentangan dengan sumber di atas yah?


pernyataan Anda:
Quote
an lagi, ada juga YM Maha Kotthita yang dinyatakan oleh sang buddha sebagai "yang terbaik diantara para arahat yang mencapai pandangan terang analitis" (merujuk pada vipassana only)


pernyataan kami:
Quote
YM Maha Kotthita dipuji oleh Sang Buddha dengan gelar Etadagga dalam hal pencapaian "Empat Pengetahuan Analitis" yang terbaik. RAPB jilid 3 hal 2875.
Dan disitu hanya ditulis secara singkat ttg YM Kotthita tanpa adanya informasi bagaimana latihan pencapaian "Empat Pengetahuan Analitis" (Patisambhidà Nàna).



eh, maaf, arahat yang memiliki patisambhida bukan termasuk sukkha vipassaka arahat..
sukkha vipassaka arahat hanya memiliki asavakhayanana saja...

yah terserah anda sih, mau percaya yang gimana...
keknya harus ngundang ahlinya baru bisa clear nih masalah.. ;D


kami berusaha menjawab sesuai dengan kemampuan dan tetap pada bahasan pertanyaan.
terus terang kami tidak mengerti istilah2 sukkha vipassaka, pattisambhida dan post terakhir Anda mengeluarkan kosa kata baru lagi asavakhayanana,
bisa dijelaskan saja kata2 sulit itu ? Apa bedanya? Apa manfaatnya? apa kekurangannya? bagaimana perealisasiannya? dimana rujukannya / penjelasannya ?

dan pertanyaan2 kami belum satupun yang dijawab oleh Anda.
pertama kali kami menanyakan macam2 samapatti, selain nirodha samapatti
Quote
Ada berapa samapatti ? dan apa kegunaannya (maksud, tujuan & manfaat)
1. Nirodha Samapatti (extinction of feeling and perception, http://www.palikanon.com/english/wtb/n_r/nirodha_samaapatti.htm)
2.  ?
3.  ?
dst


dan Anda menjawab:
Quote
kalau sy tidak salah mengerti, dikatakan prasyarat pencapaian nirodha samapatti adalah harus menguasai 8 jhana dan mencapai tingkat kesucian anagami/arahat terlebih dahulu..
lalu bagaimana dengan sukha vipassaka arahant (arahant yang mencapai penerangan tanpa melalui samatha bhavana, hanya vipassana saja) atau arahant yang mencapai nibbana hanya melewati jhana pertama/kedua/ ... /ketujuh???
apakah arahat jenis ini tidak bisa mencapai nirodha??



silakan dilanjutkan pembahasannya...
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #31 on: 03 March 2012, 03:33:20 PM »
pertanyaannya sudah saya jawab dari kemarin...

sepertinya penjelasannya sudah cukup jelas..
berhentinya perasaan dan pencerapan..
orang yang mencapai nirodha samapatti setelah keluar darinya biasanya kalau tidak mencapai tingkat kesucian anagami, maka arahat..
patisambhida adalah arahat yang memiliki 4 kemampuan batin (maaf, pernyataan sy salah sebelumnya)
4 patisambhida:

1. attha patisambhida => kemampuan mengetahui sebab segala sesuatu
2. dhamma patisambhida => kemampuan meringkaskan sebab-sebab segala sesuatu
3. niruttipatisambhida => kemampuan menggunakan kata-kata yang menyenangkan pendengarnya dan mudah dimengerti pendengar
4. patibhana patisambhida => kemampuan melaksanakan cara tertentu yang tepat bagi orang tertentu

asavakhayanana => berasal dari kata "asava" yang berarti kekotoran batin, sedangkan asavakhayana itu berarti nana pelenyapan kekotoran batin (orang yang sudah mencapai ini otomatis sudah arahat)

sedangkan sukkha vipassaka adalah orang yang mencapai tingkat kesucian arahat tanpa bergantung pada pencapaian jhana sebelumnya..
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #32 on: 03 March 2012, 03:55:47 PM »
pertanyaannya sudah saya jawab dari kemarin...

ini bukan menjawab pertanyaan tapi menegaskan karena dipost sebelumnya sudah diberi informasi dengan link-nya, http://www.palikanon.com/english/wtb/n_r/nirodha_samaapatti.htm
sepertinya penjelasannya sudah cukup jelas..
berhentinya perasaan dan pencerapan..
orang yang mencapai nirodha samapatti setelah keluar darinya biasanya kalau tidak mencapai tingkat kesucian anagami, maka arahat..

patisambhida adalah arahat yang memiliki 4 kemampuan batin (maaf, pernyataan sy salah sebelumnya)
4 patisambhida:

1. attha patisambhida => kemampuan mengetahui sebab segala sesuatu
2. dhamma patisambhida => kemampuan meringkaskan sebab-sebab segala sesuatu
3. niruttipatisambhida => kemampuan menggunakan kata-kata yang menyenangkan pendengarnya dan mudah dimengerti pendengar
4. patibhana patisambhida => kemampuan melaksanakan cara tertentu yang tepat bagi orang tertentu

asavakhayanana => berasal dari kata "asava" yang berarti kekotoran batin, sedangkan asavakhayana itu berarti nana pelenyapan kekotoran batin (orang yang sudah mencapai ini otomatis sudah arahat)

sedangkan sukkha vipassaka adalah orang yang mencapai tingkat kesucian arahat tanpa bergantung pada pencapaian jhana sebelumnya..


kalau itu jawabannya, berarti masi kurang lengkap karena masi ada beberapa tanda tanya yang tidak direply.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #33 on: 03 March 2012, 04:09:39 PM »

kalau itu jawabannya, berarti masi kurang lengkap karena masi ada beberapa tanda tanya yang tidak direply.

bagian mana yang belum saya reply om??

yah pengertian nirodha samapatti sudah cukup jelas bagi saya..
di bagian mananya om ga ngerti??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #34 on: 14 March 2012, 02:27:15 PM »
bagian mana yang belum saya reply om??

yah pengertian nirodha samapatti sudah cukup jelas bagi saya..
di bagian mananya om ga ngerti??


Ada berapa samapatti ? dan apa kegunaannya (maksud, tujuan & manfaat)
1. Nirodha Samapatti (extinction of feeling and perception, http://www.palikanon.com/english/wtb/n_r/nirodha_samaapatti.htm)
2.  ?
3.  ?
dst



 _/\_


yang tanda tanya (?) belum dijawab
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #35 on: 14 March 2012, 02:33:56 PM »


yang tanda tanya (?) belum dijawab
samapatti setahu saya cuma hanya ada satu jenis.. CMIIW
biasanya dalam kanon pali nirodha samapatti sering disebut juga sebagai "pencapaian penghentian"
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #37 on: 14 March 2012, 03:26:16 PM »
oh ya..
salah baca... :hammer:
maaf om..  ^:)^ ^:)^
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #38 on: 06 December 2013, 11:51:41 AM »
Direct knowledge = abhiñña. The Canon lists six types of abhiñña: psychic powers, clairaudience, the ability to read the minds of others, recollection of past lives, clairvoyance, and—most important of all—knowledge of the ending of the mental fermentations.
_________

"clairaudience" itu apa ya?

Offline xenocross

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.189
  • Reputasi: 61
  • Gender: Male
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #39 on: 06 December 2013, 12:01:52 PM »
Direct knowledge = abhiñña. The Canon lists six types of abhiñña: psychic powers, clairaudience, the ability to read the minds of others, recollection of past lives, clairvoyance, and—most important of all—knowledge of the ending of the mental fermentations.
_________

"clairaudience" itu apa ya?

dari audio , suara
jadi telinga dewa
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #40 on: 06 December 2013, 12:18:25 PM »
^ ^ ^

okee..

*kalau ada yang punya rujukan sutta-nya, tolong diposting yaa.. thanks :)

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #41 on: 06 December 2013, 12:50:17 PM »
^ ^ ^

okee..

*kalau ada yang punya rujukan sutta-nya, tolong diposting yaa.. thanks :)

DN 2 Samannaphala Sutta

81. ‘Kemudian, seorang bhikkhu, setelah meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan lenyapnya kegembiraan dan kesedihan sebelumnya, memasuki dan berdiam dalam jhāna ke empat yang melampaui kenikmatan dan kesakitan, dan dimurnikan oleh keseimbangan dan perhatian murni. Dan ia duduk meliputi seluruh tubuhnya dengan kemurnian batin dan kebersihan [76] sehingga tidak ada bagian yang tidak tersentuh.’

82. ‘Bagaikan seorang yang duduk dibungkus dari kepala hingga kakinya dengan kain putih, sehingga tidak ada bagian yang tidak tersentuh oleh kain putih itu – demikian pula tubuhnya diliputi … Ini adalah buah dari kehidupan tanpa rumah, lebih mulia dan sempurna daripada yang sebelumnya.’

83. ‘Dan demikianlah, dengan pikiran terkonsentrasi, dimurnikan dan dibersihkan, tidak ternoda, bebas dari kekotoran,[34] lentur, mudah dibentuk, kokoh, dan setelah mendapatkan kondisi tanpa-gangguan, ia mengarahkan dan mencondongkan pikirannya ke arah mengetahui dan melihat, dan ia mengetahui: “Jasmaniku ini adalah materi, tersusun dari empat unsur utama, lahir dari ibu dan ayah, mendapatkan makanan berupa nasi dan bubur, tidak kekal, dapat mengalami luka dan usang, rusak dan hancur, dan ini adalah kesadaranku yang melekat padanya dan bergantung padanya.”’[35]

84. ‘Bagaikan sebuah permata, sebutir beryl,[36] murni, indah, dipotong dengan baik dalam delapan sisi, jernih, cemerlang, tanpa cacat, sempurna dalam segala sudut, diikat dengan rantai biru, kuning, putih, atau jingga. Seseorang yang berpandangan baik, memegangnya dengan tangannya dan memeriksanya, akan mampu menjelaskannya demikian. Demikian pula, Baginda, seorang bhikkhu dengan pikiran terkonsentrasi, murni dan bersih, … mengarahkan pikirannya ke arah mengetahui dan melihat. Dan ia mengetahui: “Jasmaniku ini adalah materi, tersusun dari empat unsur utama, … [77] dan ini adalah kesadaranku yang melekat padanya dan bergantung padanya.” Ini adalah buah dari kehidupan tanpa rumah, lebih mulia dan sempurna daripada yang sebelumnya.’

[Iddhi-viddhi = kemampuan batin yang bersifat fisik]
85. ‘Dan ia, dengan pikiran terkonsentrasi, … setelah mendapatkan kondisi tanpa-gangguan, menerapkan dan mengarahkan pikirannya untuk menghasilkan tubuh ciptaan-pikiran. Dan dari tubuhnya, ia menghasilkan tubuh yang lain, berbentuk,[37] ciptaan-pikiran, lengkap dengan semua bagian tubuh dan indrianya.’

86. ‘Ini bagaikan seseorang menarik sebatang buluh dari pelepahnya. Ia berpikir: “Ini adalah buluh, ini adalah pelepahnya, buluh dan pelepahnya adalah berbeda. Sekarang buluh ini telah ditarik dari pelepahnya.” Atau bagaikan seseorang menarik pedang dari sarungnya. Ia berpikir: “Ini adalah pedang, ini adalah sarungnya, pedang dan sarungnya adalah berbeda. Sekarang pedang ini telah ditarik dari sarungnya.” Atau bagaikan seseorang menarik seekor ular dari kulit [tua] nya. Ia berpikir: “Ini adalah ular, ini adalah kulitnya, ular dan kulitnya adalah berbeda. Sekarang ular ini telah ditarik dari kulitnya.” Demikianlah seorang bhikkhu dengan pikiran terkonsentrasi … mengarahkan pikirannya untuk menghasilkan tubuh ciptaan-pikiran. Ia menarik dari tubuhnya sebuah tubuh yang lain, berbentuk, ciptaan-pikiran, lengkap dengan semua bagian tubuh dan indrianya. Ini adalah buah kehidupan tanpa rumah, lebih mulia dan sempurna dari yang sebelumnya.’

87. ‘Dan ia, dengan pikiran terkonsentrasi, … menerapkan dan mengarahkan pikirannya [78] kepada berbagai kekuatan supernormal.[38] Ia kemudian menikmati berbagai kekuatan: dari satu, ia menjadi banyak – dari banyak, ia menjadi satu; ia muncul dan lenyap; ia menembus tembok, dinding, dan gunung-gunung tanpa rintangan seolah-olah di ruang terbuka; ia menyelam ke dalam tanah dan keluar dari tanah seolah-olah di air; ia berjalan di atas air seolah-olah di atas tanah; ia terbang dalam posisi bersila di angkasa bagaikan burung dengan sayapnya; ia bahkan menyentuh dan memegang matahari dan bulan dengan tangannya, kuat dan sakti;[39] dan ia berjalan dengan tubuhnya hingga ke alam Brahma.’

88. ‘Bagaikan seorang ahli tembikar atau pembantunya dapat membuat dari lumpur yang dipersiapkan dengan baik menjadi berbagai jenis mangkuk yang ia inginkan, atau bagaikan seorang ahli pengukir gading atau pembantunya dapat membuat berbagai jenis kerajinan gading yang ia inginkan, atau bagaikan seorang pandai emas atau pembantunya dapat membuat benda-benda emas yang ia inginkan – demikian pula seorang bhikkhu dengan pikiran terkonsentrasi … menikmati berbagai kekuatan supernormal … [79]. Ini adalah buah dari kehidupan tanpa rumah … ’

[Dibbasota = telinga dewa]
89. ‘Dan ia, dengan pikiran terkonsentrasi, … menerapkan dan mengarahkan pikirannya kepada telinga dewa.[40] Dengan telinga dewa, yang dimurnikan dan melampaui telinga manusia, ia mendengar suara-suara dari alam dewa dan manusia, jauh maupun dekat.’

90. ‘Bagaikan seseorang yang melakukan perjalanan jauh akan mendengar suara genderang besar, genderang kecil, trompet kulit kerang, simbal, atau genderang berirama, dan ia berpikir: “Ini adalah genderang besar, … genderang berirama,” demikian pula bhikkhu tersebut dengan pikiran terkonsentrasi … mendengar suara-suara, dewa atau manusia, jauh atau pun dekat. Ini adalah buah dari kehidupan tanpa rumah, lebih mulia dan sempurna daripada yang sebelumnya.’

[Cetopariya-nana = membaca pikiran]
91. ‘Dan ia, dengan pikiran terkonsentrasi, menerapkan dan mengarahkan pikirannya kepada pengetahuan atas pikiran makhluk-makhluk lain. Dengan pikirannya, ia mengetahui dan membedakan pikiran makhluk-makhluk lain atau orang-orang lain. Ia mengetahui pikiran nafsu sebagai nafsu; ia mengetahui pikiran tanpa nafsu sebagai tanpa nafsu.[41] Ia mengetahui pikiran dengan kebencian sebagai kebencian; ia mengetahui pikiran tanpa kebencian sebagai tanpa kebencian. Ia mengetahui pikiran dengan kebodohan sebagai kebodohan; ia mengetahui pikiran tanpa kebodohan sebagai tanpa kebodohan. Ia mengetahui pikiran sempit sebagai sempit; ia mengetahui pikiran luas sebagai luas. Ia mengetahui pikiran yang diperluas sebagai diperluas; ia mengetahui pikiran yang tidak diperluas sebagai tidak diperluas. Ia mengetahui pikiran yang terlampaui sebagai terlampaui; ia mengetahui pikiran yang tidak terlampaui sebagai tidak terlampaui. Ia mengetahui pikiran yang terkonsentrasi sebagai terkonsentrasi; ia mengetahui pikiran yang tidak terkonsentrasi sebagai tidak terkonsentrasi. Ia mengetahui pikiran yang terbebaskan sebagai terbebaskan; ia mengetahui pikiran yang tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan.’

92. ‘Bagaikan seorang perempuan, atau laki-laki atau anak kecil, yang gemar memerhatikan penampilannya, akan memeriksa wajahnya di depan cermin yang mengkilap atau dalam air, dan dengan memeriksa, ia akan mengetahui apakah ada noda di sana atau tidak ada, demikian pula bhikkhu tersebut, dengan pikiran terkonsentrasi, mengarahkan pikirannya kepada pengetahuan atas pikiran makhluk-makhluk lain … (seperti paragraf 91). [81] Ini adalah buah dari kehidupan tanpa rumah … ’

[Pubbenivasani-nussati = mengingat kehidupan lampau]
93. ‘Dan ia, dengan pikiran terkonsentrasi, … menerapkan dan mengarahkan pikirannya kepada pengetahuan kehidupan lampau: satu kelahiran, dua, tiga, empat, lima kelahiran, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, empat puluh, lima puluh kelahiran, seratus, seribu, seratus ribu kelahiran, beberapa periode penyusutan, pengembangan, penyusutan dan pengembangan. “Di sana namaku adalah ini dan itu, sukuku adalah ini dan itu, kastaku adalah ini dan itu, makananku adalah ini dan itu, aku mengalami kondisi menyenangkan dan menyakitkan ini dan itu, aku hidup selama itu. Setelah meninggal dunia dari sana, aku muncul di tempat lain. Di sana namaku adalah ini dan itu … dan setelah meninggal dunia dari sana, aku muncul di sini.” Demikianlah ia mengingat berbagai kehidupan, kondisi dan kejadian-kejadian masa lampau.’

94. ‘Ini bagaikan seseorang yang pergi dari desanya ke desa lain, dari sana ke desa lain lagi, dan kemudian kembali ke desa asalnya. Ia berpikir: “Aku datang dari desaku ke desa lain di mana aku berdiri, duduk, berbicara atau berdiam diri seperti ini, dan dari sana aku ke desa lain lagi, di mana aku berdiri, duduk, berbicara atau berdiam diri seperti ini, dan dari sana [82] aku kembali ke desa asalku.”[42] Demikian pula bhikkhu tersebut dengan pikiran terkonsentrasi … mengingat kelahiran-kelahiran lampaunya … Ini adalah buah dari kehidupan tanpa rumah … ’

[Dibbacakkhu = mata dewa]
95. ‘Dan ia, dengan pikiran terkonsentrasi, … menerapkan dan mengarahkan pikirannya kepada pengetahuan lenyapnya dan munculnya makhluk-makhluk. Dengan mata dewa,[43] dimurnikan dan melampaui mata manusia, ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali: rendah dan mulia, cantik dan buruk rupa, bahagia dan menderita sesuai kamma mengarahkan mereka, dan ia mengetahui: “Makhluk-makhluk ini, karena perbuatan jahat jasmani, ucapan, atau pikiran, atau mencela Para Mulia, memiliki pandangan salah dan akan menderita takdir kamma pandangan salah. Saat hancurnya jasmani setelah kematian, mereka akan terlahir kembali di alam rendah, alam yang tidak baik, keadaan menderita, neraka. Tetapi makhluk-makhluk ini, karena perbuatan baik jasmani, ucapan, atau pikiran, memuji Para Mulia, memiliki pandangan benar dan akan menerima akibat kamma pandangan benar. Saat hancurnya jasmani setelah kematian, mereka akan terlahir kembali di alam yang baik, alam surga.” Demikianlah dengan mata dewa … [83] ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali … ’

96. ‘Ini bagaikan ada sebuah gedung tinggi di persimpangan jalan, dan seseorang dengan pandangan mata yang baik yang berdiri di sana dapat melihat orang-orang masuk dan keluar dari suatu rumah, berjalan di jalan, atau duduk di tengah-tengah persimpangan jalan. Dan ia berpikir: “Orang-orang ini memasuki rumah … “ Demikian pula, dengan mata dewa, … ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali … Ini adalah buah dari kehidupan tanpa rumah.’

[Asavakkhaya-nana = pengetahuan lenyapnya kekotoran batin]
97. ‘Dan ia dengan pikiran terkonsentrasi, murni dan bersih, tanpa noda, bebas dari kekotoran, lentur, mudah dibentuk, kokoh, dan setelah mendapatkan kondisi tanpa-gangguan, ia mengarahkan pikirannya kepada pengetahuan hancurnya kekotoran.[44] Ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah penderitaan”, [84] ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah asal-mula penderitaan”, ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah lenyapnya penderitaan”, ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan”. Dan ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah kekotoran”, “Ini adalah asal-mula kekotoran”, “Ini adalah lenyapnya kekotoran”, “Ini adalah jalan menuju lenyapnya kekotoran.” Dan melalui pengetahuannya dan penglihatannya, pikirannya bebas dari kekotoran kenikmatan-indria, dari kekotoran penjelmaan, dari kekotoran kebodohan, dan pengetahuan muncul dalam dirinya: “Ini adalah pembebasan!”, dan ia mengetahui: “Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang lebih jauh di sini.”’’[45]

98. ‘Bagaikan, Baginda, di tengah-tengah pegunungan terdapat sebuah kolam, jernih bagaikan cermin yang mengkilap, di mana seseorang dengan pandangan mata yang baik berdiri di tepi dapat melihat kerang-kerang, kerikil-kerikil dan kawanan ikan yang bergerak atau diam. Dan ia berpikir: “Kolam ini jernih, … ada kerang …,” demikian pula, dengan pikiran terkonsentrasi, … ia mengetahui: “Kelahiran telah berakhir, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang lebih jauh daripada ini.” [85] Ini, Baginda, adalah buah kehidupan tanpa rumah, yang nyata di sini dan saat ini, yang lebih mulia dan sempurna daripada buah-buah sebelumnya. Dan, Baginda, tidak ada buah kehidupan tanpa rumah, yang nyata di sini dan saat ini, yang lebih mulia dan sempurna daripada yang ini.’[46]
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Buddha abhinna (kemampuan sang Buddha)
« Reply #42 on: 06 December 2013, 01:59:35 PM »
^ ^ ^

ya ini dia  =P~ Thanks..

+1 untuk kalian berdua..