5. 'Tetapi Yang Mulia,' kata Nanda, 'orang-orang yang mengajarkan kemurnian yang datang dari pandangan dan ajaran, atau tindakan dan ritual, atau hal-hal lain ini, mereka adalah pemimpin keagamaan. Engkau mengatakan bahwa mereka bukanlah orang yang telah menyeberangi samudera. Saya harus menanyakan satu pertanyaan lagi: Dapatkah Engkau, wahai Yang Bijaksana, mengatakan siapakah orang di dunia ini yang telah pergi melampaui kelahiran dan ketuaan?' (1081)
6. 'Aku tidak mengatakan bahwa semua guru agama dan brahmana ini terbungkus dalam selubung kelahiran dan ketuaan,' kata Sang Buddha. 'Ada beberapa yang telah melepaskan pandangan-pandangan dunia, melepaskan tradisi-tradisi buah-pikir ajaran. Mereka telah melepaskan praktek-praktek keagamaan dan ritual, mereka telah meninggalkan segala macam bentuk, dan mereka memiliki pemahaman total tentang kemelekatan. Bagi mereka, tidak ada lagi dorongan-dorongan beracun dari dalam. Inilah yang benar-benar merupakan penyeberang samudera.' (1082)
pada paragraf ke-6, silahkan diteliti baik-baik. Sang Buddha ternyata tidak men-claim dirinya sebagai The Only One pada masa itu
bagaimana dg paham tentang kelahiran seorang Bodhisatta & pencerahan SammasamBuddha yg hanya terjadi pada saat dhamma telah hilang?
saya menganjurkan rekan2 lain membaca semua paragraf dalam sutta ini dengan perhatian penuh. sutta ini memiliki penjelasan yg mendalam, walaupun hanya terdiri dari sedikit kata2 dibanding sutta lain. di sini Sang Buddha berbicara secara singkat dan langsung menembus ke inti.
juga sutta ini tidak diawali dg kalimat pembuka, "demikianlah yg telah kami dengar"
Ada yang mungkin Sdr. Tesla dan kita juga perlu tekankan (garis bawahi) dan teliti yaitu kata ‘
ada beberapa’ , ‘
guru agama’ dan ‘
brahmana ini’. Di sini Sang Buddha menjelaskan lebih detail yaitu:
Mereka telah melepaskan praktek-praktek keagamaan dan ritual, mereka telah meninggalkan segala macam bentuk, dan mereka memiliki pemahaman total tentang kemelekatan. Bagi mereka, tidak ada lagi dorongan-dorongan beracun dari dalam. Inilah yang benar-benar merupakan penyeberang samudera. -
Ini yang penting.
Jadi
‘beberapa’ ,
‘guru agama’ dan
‘brahmana ini’ yang dimaksud adalah mereka yang telah lepas dari kemelekatan. Jadi kita perlu melihat ajaran dan penerapan ajaran dari guru agama lain itu seperti apa. Yang jelas,
Para Buddha termasuk seorang guru agama yang dimaksud, Para Arahat juga seorang guru agama bahkan ada beberapa yang berasal dari kaum brahmana. Dan jika kita mengacu pada
Itivutaka 3.68 (yang di antara kita mengatakan Itivutaka sebagai kitab yang tua) disampaikan bahwa:
Tathagatha yang tertinggi. - Jika demikian adakah guru agama lain yang lebih tinggi dari Tathagatha (tidak mengacu pada pribadi Gotama seorang)?
Ini pertanyaan pertama.
Bagi saya,
jawaban Sang Buddha dalam Pertanyaan Nanda tentang guru agama dan brahmana merupakan jawaban Sang Buddha dengan
menggunakan bahasa yang halus, bahasa tidak langsung, yang mengacu pada Para Buddha, Para Arahat yang telah memahami, mempraktikkan Dhamma yang ditemukan. Adalah arogan jika Sang Buddha menjawab langsung untuk pertanyaan sejenis pertanyaan Nanda tersebut. Kita bisa melihat betapa hati-hatinya Sang Buddha dalam menjawab, menunjuk ‘
ada beberapa’ tapi ia juga memberikan syarat.
“Ia yang melihat Paticcasamuppada, ia melihat Dhamma” – Ini sudah harga mati (kecuali kita mulai mempermasalahkan pernyataan ini). Jadi guru agama dan para brahmana yang tidak memahami, mempraktikkan, mengajarkan Paticcasamuppada, maka ia tidak melihat Dhamma. Sekarang, guru agama mana yang memahami, mempraktikkan, mengajarkan Paticcasamuppada di luar Para Buddha dan Arahat? Ini pertanyaan kedua.
Dari sudut lain, yang disampaikan Sdr. Tesla juga ada benarnya bahwa Sang Buddha tidak mengklaim sebagai The Only One pada masa itu karena ada Para Arahat
, para Arahat juga merupakan mereka yang telah menyeberang, mereka juga bisa menjadi guru agama dan diantara mereka ada yang dari kaum brahmana. Bhakan kalau tisak salah ingat Sang buddha pernah menjelaskan mengenai ciri-ciri brahmana sejati yang tidaka lain mengacu pada mereka yang mempraktikkan ajaran Buddha.
NB: Ada atau tidaknya kalimat "demikianlah yg telah kami dengar" tidak bisa dijadikan patokan dalam membahas 'kebenaran' dalam sutta.