//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 2  (Read 4104 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Tanya Jawab Seputar Buddhisme 2
« on: 03 July 2008, 09:56:55 PM »
Tanya Jawab : SEPUTAR BUDDHISME

T : Bagaimana melatih kesabaran menahan penderitaan?
J : Banyak mempelajari Buddha Dharma, memahami hukum sebab akibat dengan benar serta mengenali inti segala bentuk yang tidak nyata ini, dengan sendirinya akan timbul kekuatan kesabaran

T : Fenomena apa yang tampak pada orang yang karma buruk masa lalunya sedang berbuah?
J : Kondisi setiap orang berbeda, kita tidak bisa menyamakannya. Dapat menghalangi kita untuk belajar Buddha Dharma adalah buah karma buruk yang terberat. Selebihnya adalah buah karma buruk yang juga tidak dapat dipastikan apakah itu merupakan hambatan, kondisi pendukung, bencana atau kebahagiaan. Karena itu tidak ada acuan yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang sedang menuai buah karma buruk atau bukan.

T : Di dalam enam kekuatan batin ada terdapat kekuatan batin mengingat tumimbal lahir dan kekuatan batin luhur. Bisakah diberi penjelasan mengenai keduanya?
J : Kemampuan mengetahui kelahiran dan kematian dalam beberapa kehidupan yang lalu, ini dinamakan kekuatan batin menginat tumimbal lahir. Kekotoran batin telah musnah, tidak lagi terperosok dalam penderitaan kelahiran dan kematian, inilah kekuatan batin luhur.

T : Apakah seorang penganut vegetarian dapat membentuk relik?
J : Kitab Suci mengatakan bahwa relik terbentuk dari Sila/Moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Vegetarian tak lebih hanya merupakan salah satu jenis sila yang masih belum cukup untuk menciptakan kondisi terbentuknya relik. Tidak sedikit umat ajaran lain yang juga menganut vegan, tapi tidak terlihat mereka memiliki relik.

T : Dari manakah asal mula vegetarian?
J : Buddha mengajarkan sila pantang membunuh serta menekankan pentingnya tidak makan barang berjiwa, inilah asal mula vegetarian.

T : Akhir-akhir ini saya yang bodoh ini bertekad menjadi vegan, mengurangi kejahatan dan menuju pada kebaikan. Setelah menjalani vegan sekian waktu, saat ini semangat saya masih seperti yang dulu, tetapi kekuatan fisik merosot drastic, tubuh menjadi lemah. Apakah ini akibat vegan?
J : Makan daging membuat tubuh menjadi sehat, sedang vegan membuat tubuh menjadi lemah, ini adalah pandangan masyarakat awam. Bahkan ilmu kedokteran pun masih meragukan perkataan bahwa vegan membuat tubuh menjadi sehat. Sekarang kita ambil contoh. Gajah, onta, lembu dan kuda adalah hewan bukan pemakan daging, tetapi tubuh mereka kuat. Meskipun kuat, tetapi mereka tidak sebuas harimau, singa, serigala. Para Bhiksu Shaolin adalah vegan, tetapi ilmu bela diri mereka tidak terkalahkan. Masihkah tidak mempercayai manfaat vegan?

T : Adik saya merayakan pesta pernikahan dengan membunuh hewan. Saya tidak berdaya untuk mencegah hal ini. Adakah cara melakukan Chao Tu bagi para hewan itu?
J : Baca mantra Wang Sen Cou (Mantra kelahiran di Alam Bahagia), tetapi harus disertai ketulusan.

T : Ada orang yang bertanya kepada saya, apakah penjagal babi boleh menerima Trisarana? Tetapi bila setelah Trisarana masih tetap menjagal babi, apakah orang ini masih diperbolehkan menerima Trisarana?
J : “Letakkan pisau jagal, saat itu juga menjadi Buddha”. Kenapa penjagal babi tidak boleh menerima Trisarana? Tetapi patut diketahui bahwa bagi mereka yang akan menerima Trisarana harus memiliki penyesalan atas perbuatan buruk yang dilakukan selama ini, inilah yang disebut ketulusan hati. Bila masih tetap menjadi penjagal, ini berarti tidak memiliki rasa penyesalan. Meskipun menerima Trisarana, dikhawatirkan tidak akan menerima manfaat dari Trisarana itu.

T : Bila tidak sengaja meminum kuah daging atau ingin mencicipi sayuran yang bercampur dengan daging, apakah diperkenankan?
J : Tidak disengaja bukan tergolong pelanggaran sebab yang bersangkutan tidak memiliki kehendak untuk melanggar. Sedang keinginan mencicipi adalah tergolong pelanggaran. Tetapi bukan pelanggaran bila kita memakan sayur bercampur daging karena kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan untuk vegan.


Sumber : Majalah Sinar Dharma. Edisi 07 : Kathina 2548 BE/2004
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline Pitu Kecil

  • Sebelumnya Lotharguard
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.344
  • Reputasi: 217
  • Gender: Male
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 2
« Reply #1 on: 04 July 2008, 09:15:08 AM »
_/\_ Gan En Infonya Bro Hengki :) :lotus:
Smile Forever :)

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 2
« Reply #2 on: 04 July 2008, 09:56:43 PM »
T : Sesuai dengan penyakit yang diderita, ada kalanya dalam obat tradisional Tiongkok dicampurkan serangga yang telah dikeringkan. Apakah pasien Buddhis diperbolehkan meminumnya?
J : Bila memang diperlukan, pandanglah itu sebagai obat, bukan sebagai pemuas nafsu mulut atau perut kita. Serta akan lebih baik bila diiringi dengan pelafalan Nama Buddha serta pelimpahan jasa. Tetapi bila sengaja membunuh hewan untuk dibuat sebagai obat, maka ini bertentangan dengan sila. Membunuh makhluk lain demi keuntungan diri sendiri, ini adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan Bodhicitta.

T : Berbagai macam penyakit disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam tubuh kita. Bila kita minum obat, adakah ini tergolong melanggar sila membunuh?
J : Bakteri adalah tergolong tumbuhan, jadi bukan halangan bila membunuhnya dan ini dilakukan sebagai pengobatan penyakit

T : Semut dan manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Saya tidak paham manakah yang lebih berat karma buruknya antara membunuh seekor semut atau seorang manusia?
J : Semua makhluk adalah sederajat. Perbedaan karma buruk terletak pada kehendak atau pikiran mereka yang melakukan pembunuhan. Karena ada perbedaan ini maka buah karmanya juga berbeda bobotnya. Pikiran untuk membunuh manusia adalah berkali-kali jauh lebih kejam dibandingkan pikiran membunuh semut, karena itu karma buruknya jauh lebih besar.

T : Bakteri yang dikenal dalam ilmu kedokteran itu apakah tergolong makhluk hidup? Tergolong makhluk alam mana? Karma apa yang membuatnya terlahir sebagai bakteri? Mohon diberitahukan Kitab Suci mana yang menjelaskan hal ini? Tolong buktikan dengan ajaran Kitab Suci.
J : Makhuk di dunia ini pada dasarnya terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu : makhluk hidup, tumbuhan dan tambang alam. Makhluk hidup memiliki perasaan batin dan terseret dalam lingkaran kelahiran kematian berdasarkan karma yang dilakukan. Tumbuhan dan tambang alam tidak memiliki perasaan batin dan tidak melakukan karma yang dapat mengakibatkan kelahiran di 6 alam, sebab itu tidak menerima buah karma. Sedang bakteri merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak berperasaan, jadi tidak tergolong makhluk hidup di alam manapun juga.

T : Ada orang yang menderita sakit dan harus memakan organ tubuh hewan agar bisa sembuh total, seperti : daging bekicot, minyak hati babi, hati ikan dan sebagainya. Bila umat yang telah menerima Sila menganjurkan penderita itu untuk memakan hewan sebagai obat penyembuh, apakah perbuatannya ini merupakan karma buruk atau netral? Bila tergolong netral, bisakah diberi contoh untuk memperjelasnya?
J : Menyembuhkan penyakit adalah karma baik, sedang menyuruh orang untuk membunuh adalah karma buruk. baik karma baik ataupun karma buruk telah dilakukannya, bagaimana mungkin dikatakan sebagai karma netral? Menggunakan minyak hati babi atau hati ikan itu masih tergolong tiga daging murni (tidak melihat hewan itu dibunuh, tidak mendengar jeritan hewan itu waktu dibunuh, hewan itu bukan dibunuh khusus untuk kita). Bila bekicot yang dibunuh bukan hanya satu ekor, maka karma buruk yang dilakukan akan semakin bertumpuk. Perlu diketahui bahwa penyembuhan penyakit tidak harus menggunakan daging bekicot.

T : Ada satu keluarga yang telah menjadi vegetarian dalam jangka waktu yang lama, tetapi mereka senang membeli daging untuk diberikan pada putranya. Ada orang yang mengingatkan mereka, tetapi ibu dari keluarga itu tidak mau menerima nasehat ini. Nasehat apa lagi yang harus diberikan? Saya ingin menasehatinya dengan syair berikut : “Mkan dia sebanyak setengah cin, mengembalikannya delapan liang, dendam saling berbalas, kapan akan berakhir!” adakah cara lain yang lebih tepat agar dia menurut?
J : Diri sendiri menjalankan vegetarian, diri sendiri akan menerima pahala. Putra-putri tidak berkenan menjadi vegetarian, itu adalah hak mereka. Diri sendiri vegan tetapi justru membelikan daging untuk anaknya, maka ini sama saja dengan membunuh makhluk secara tidak langsung dan menimpakan karma buruk pada anaknya. Ini adalah perbuatan yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain akibat tidak adanya pandangan yang benar. Syair yang anda gunakan adalah ajakan untuk sepenuhnya menjadi vegetarian, ini tampaknya sulit untuk bisa diikuti. Akan lebih baik bila lebih dahulu menyadarkan kekeliruan kepala keluarga yang membelikan daging, kemudian baru mengajak anaknya menjadi vegetarian. Ada sebuah syair kuno mengenai ajakan orang tua pada anaknya untuk tidak makan barang berjiwa : “Vegetarian adalah benih panjang usia, makan daging adalah berhutang pada makhluk lain, diri sendiri mengerti bagaimana menimbun kebajikan, bagaimana bisa bertega hati melihat anaknya menderita.”

T : Membasmi serangga apakah juga tergolong karma buruk? kebun tebu dan teh milik saya sering diserang hama serangga saat musim panas. Tetapi bila tidak dibasmi, saya akan rugi besar. Apa yang harus saya perbuat?
J : Pertama-tama kita harus mengerti bahwa membunuh makhluk adalah benih karma buruk dalam hukum sebab akibat/karma. Anda dapat meminta informasi kepada para pakar pertanian mengenai hal ini. Alternatif yang terbaik adalah mengantisipasi munculnya serangga. Tetapi bila memang harus membunuh, usahakan untuk membunuh sebatas yang harus dilakukan. Kalau memang harus tetap membasminya, lakukan pelafalan Nama Buddha dan pelimpahan jasa.
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

Offline hengki

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 741
  • Reputasi: 49
Re: Tanya Jawab Seputar Buddhisme 2
« Reply #3 on: 07 July 2008, 08:38:38 PM »
T :Apakah membunuh nyamuk tergolong membunuh makhluk hidup? Kita berikan darah untuk mereka atau harus membasminya?
J : Memberikan darah pada makhluk lain adalah berdana, membasmi makhluk hidup adalah pembunuhan, ini adalah dua hal yang berbeda. mereka yang berdana umumnya tidak membunuh, seperti yang dilakukan oleh Bodhisattva. Tidak membunuh pun tidak berdana, ini bisa dilakukan oleh umat awam.

T : Ada yang mengatakan bahwa makhluk alam setan dapat membalas dendam kepada manusia yang masih hidup, adakah kejadian macam ini?
J : Kejadian macam ini tak perlu dibahas dengan kitab Buddhis, telah banyak tercantum dalam catatan sejarah Tiongkok

T : Saya ingin mencari guru yang dapat membantu memecahkan keraguan agar menemukan sifat sejati. Karena hambatan fisik, saya tidak berani mengganggu orang lain. Karena itu saya berencana untuk berlatih sendiri sesuai ajaran Chan dan Sukhavati Setulus hati bersujud pada Buddha, apakah cara ini dapat menghancurkan kegelapan dan menampakkan wujud sejati?
J : “Berlatih Chan dan Sukhavati” adalah sebab. Adalah sulit untuk memahami inti ajaran Chan dan menguasai Sukhavati tanpa bimbingan seorang guru. Kondisi seperti ini bagaimana bisa disebut sebagai “berlatih Chan dan Sukhavati”? tetapi meskipun tanpa guru, bila berlatih melafalkan nama Buddha dengan tulus, maka kita tidak akan salah jalan. Ini karena kita memiliki akar kebajikan yang pada akhirnya akan menuai buah yang sempurna. “Menampak sifat sejati” adalah akibat. Tetapi bila tidak memahami Buddha Dharma, maka kita tidak akan mengenali apa itu sifat sejati dan apa itu menampak. Semuanya bagaikan kegelapan. Akibatnya, apa yang kita latih dan peroleh, itu semua hanya secara teori. Asalkan tekun berlatih, meski terlahir di alam Sukhavati tingkat terendah, itu sudah merupakan umat yang luar biasa. Pada dasarnya, kesempurnaan buah/akibat itu bergantung pada ketulusan benih/sebab.

T : Ada yang mengatakan pada saya bahwa Sutra intan itu mengajarkan agar orang tidak melekat pada bentuk. Dia bilang pembacaan Sutra juga merupakan bentuk kemelekatan. Kalau saya renungkan, ucapannya itu ada benarnya juga. Tetapi bila tidak membaca Sutra, pikiran saya menjadi tidak tenang. Apa yang harus saya lakukan?
J : Mendengar dan mempercayai ucapan tersebut, itu adalah bentuk kemelekatan. Tidak membaca (Sutra) lalu pikiran tidak tenang, itu juga bentuk kemelekatan. Ini semua timbul karena pandangan anda yang tidak teguh mengikuti arah angin. Bergerak maka menjadi bentuk, diam maka menjadi tiada bentuk. Berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, semuanya dilakukan dengan tidak meninggalkan yang satu ini, itulah yang disebut diam. Bila mampu membaca Sutra dengan lancar dan tidak lagi membedakan siapa yang sedang membaca, juga tidak melekat pada yang dibaca, mana ada bentuk yang membuat kita melekat?

T : Surat kabar beberapa hari ini menampilkan kejadian di Taiwan bagian selatan yang menceritakan satu keluarga petani yang bergembira melahirkan seorang bayi. Tiga hari kemudian saat ibunya keluar mencuci pakaian, bayinya menangis dengan keras. Sang ibu segera berlari masuk ke rumah dan melihat seekor tikus yang besar sedang menggigit leher bayinya. Darah mengotori pakaian sang bayi. Sang ibu segera mengusir tikus itu, tetapi sudah terlambat, leher bayi itu telah berlubang terkena gigitan. Bayi itu tak sadarkan diri. Mohon bimbingan : dalam peristiwa seperti ini, siswa Buddha tidak diperkenankan melanggar sila pantang membunuh, tetapi bila tidak membunuh, maka itu sama saja dengan mengorbankan bayi demi menyenangkan tikus. Mohon penjelasannya.

J : Melihat tikus menggigit bayi dan membiarkannya, itu adalah mengorbankan bayi demi menyenangkan tikus. Mana ada perbuatan bodoh macam ini dalam agama Buddha!

T : Ada orang tua yang menganut pandangan leluhur seperti berikut : “Tidak dipukul maka tidak akan menjadi orang berguna, dengan tongkat pemukul akan terbentuk orang baik”. Apakah orang tua yang menganut pandangan ini bersalah, serta adakah merugikan putra-putrinya?
J : Memberi nasehat yang baik dan menghukum yang buruk, itu adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang tua dengan harapan agar putra-putrinya kelak menjadi orang baik. Hal seperti ini mana bisa dikatakan sebagai kesalahan? Hanya saja, dalam mendidik  anak juga harus memperhatikan kondisi zaman. Pukulan dan hukuman  badan bukan cara yang bisa diterapkan untuk setiap zaman.
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

 

anything