T :Apakah membunuh nyamuk tergolong membunuh makhluk hidup? Kita berikan darah untuk mereka atau harus membasminya?
J : Memberikan darah pada makhluk lain adalah berdana, membasmi makhluk hidup adalah pembunuhan, ini adalah dua hal yang berbeda. mereka yang berdana umumnya tidak membunuh, seperti yang dilakukan oleh Bodhisattva. Tidak membunuh pun tidak berdana, ini bisa dilakukan oleh umat awam.
T : Ada yang mengatakan bahwa makhluk alam setan dapat membalas dendam kepada manusia yang masih hidup, adakah kejadian macam ini?
J : Kejadian macam ini tak perlu dibahas dengan kitab Buddhis, telah banyak tercantum dalam catatan sejarah Tiongkok
T : Saya ingin mencari guru yang dapat membantu memecahkan keraguan agar menemukan sifat sejati. Karena hambatan fisik, saya tidak berani mengganggu orang lain. Karena itu saya berencana untuk berlatih sendiri sesuai ajaran Chan dan Sukhavati Setulus hati bersujud pada Buddha, apakah cara ini dapat menghancurkan kegelapan dan menampakkan wujud sejati?
J : “Berlatih Chan dan Sukhavati” adalah sebab. Adalah sulit untuk memahami inti ajaran Chan dan menguasai Sukhavati tanpa bimbingan seorang guru. Kondisi seperti ini bagaimana bisa disebut sebagai “berlatih Chan dan Sukhavati”? tetapi meskipun tanpa guru, bila berlatih melafalkan nama Buddha dengan tulus, maka kita tidak akan salah jalan. Ini karena kita memiliki akar kebajikan yang pada akhirnya akan menuai buah yang sempurna. “Menampak sifat sejati” adalah akibat. Tetapi bila tidak memahami Buddha Dharma, maka kita tidak akan mengenali apa itu sifat sejati dan apa itu menampak. Semuanya bagaikan kegelapan. Akibatnya, apa yang kita latih dan peroleh, itu semua hanya secara teori. Asalkan tekun berlatih, meski terlahir di alam Sukhavati tingkat terendah, itu sudah merupakan umat yang luar biasa. Pada dasarnya, kesempurnaan buah/akibat itu bergantung pada ketulusan benih/sebab.
T : Ada yang mengatakan pada saya bahwa Sutra intan itu mengajarkan agar orang tidak melekat pada bentuk. Dia bilang pembacaan Sutra juga merupakan bentuk kemelekatan. Kalau saya renungkan, ucapannya itu ada benarnya juga. Tetapi bila tidak membaca Sutra, pikiran saya menjadi tidak tenang. Apa yang harus saya lakukan?
J : Mendengar dan mempercayai ucapan tersebut, itu adalah bentuk kemelekatan. Tidak membaca (Sutra) lalu pikiran tidak tenang, itu juga bentuk kemelekatan. Ini semua timbul karena pandangan anda yang tidak teguh mengikuti arah angin. Bergerak maka menjadi bentuk, diam maka menjadi tiada bentuk. Berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, semuanya dilakukan dengan tidak meninggalkan yang satu ini, itulah yang disebut diam. Bila mampu membaca Sutra dengan lancar dan tidak lagi membedakan siapa yang sedang membaca, juga tidak melekat pada yang dibaca, mana ada bentuk yang membuat kita melekat?
T : Surat kabar beberapa hari ini menampilkan kejadian di Taiwan bagian selatan yang menceritakan satu keluarga petani yang bergembira melahirkan seorang bayi. Tiga hari kemudian saat ibunya keluar mencuci pakaian, bayinya menangis dengan keras. Sang ibu segera berlari masuk ke rumah dan melihat seekor tikus yang besar sedang menggigit leher bayinya. Darah mengotori pakaian sang bayi. Sang ibu segera mengusir tikus itu, tetapi sudah terlambat, leher bayi itu telah berlubang terkena gigitan. Bayi itu tak sadarkan diri. Mohon bimbingan : dalam peristiwa seperti ini, siswa Buddha tidak diperkenankan melanggar sila pantang membunuh, tetapi bila tidak membunuh, maka itu sama saja dengan mengorbankan bayi demi menyenangkan tikus. Mohon penjelasannya.
J : Melihat tikus menggigit bayi dan membiarkannya, itu adalah mengorbankan bayi demi menyenangkan tikus. Mana ada perbuatan bodoh macam ini dalam agama Buddha!
T : Ada orang tua yang menganut pandangan leluhur seperti berikut : “Tidak dipukul maka tidak akan menjadi orang berguna, dengan tongkat pemukul akan terbentuk orang baik”. Apakah orang tua yang menganut pandangan ini bersalah, serta adakah merugikan putra-putrinya?
J : Memberi nasehat yang baik dan menghukum yang buruk, itu adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang tua dengan harapan agar putra-putrinya kelak menjadi orang baik. Hal seperti ini mana bisa dikatakan sebagai kesalahan? Hanya saja, dalam mendidik anak juga harus memperhatikan kondisi zaman. Pukulan dan hukuman badan bukan cara yang bisa diterapkan untuk setiap zaman.