Cerita 10. Kelabang dan Dewa-Dewi
Suatu ketika, 13 September 2010, tepat pukul 24.00, kami sekeluarga sampai di rumah, setelah selesai prosesi pembakaran jenasah almarhum kakekku yang wafat hari Jumat 10 September 2010. Ketika papa sedang di kamar mandi, Papa kaget melihat puluhan anak kelabang di dalam bak mandi.
Menurut Mama, kalau ada binatang tertentu seperti kelabang, ulat, dan lain-lain muncul secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang banyak di rumah kita, berarti ada "kiriman" dari seseorang yang berniat mencelakai kita dengan ilmu hitamnya. Papa dan Mama sempat bingung dengan kejadian ini...
Besok paginya, tepat pukul 7.30, aku kaget melihat begitu banyak dewa dan dewi sedang berpradaksina mengelilingi rumahku. Saking banyaknya, aku tidak bisa menghitung. Setiap jengkal, mereka ada.
Aku bertanya, ada apa gerangan, tumben mereka datang dalam jumlah banyak dan melakukan pradaksina. Salah satu dari mereka menjawab. Mereka menjaga rumah dan keluargaku dari pengaruh jahat.
Mengetahui hal itu, Mama langsung mengajakku membaca paritta. Setelah selesai, sebagian dari mereka pulang lagi ke alamnya. Sebagian lagi tetap tinggal di rumahku berjaga-jaga. Mereka yang pulang berkata, "Sekarang karma baik kalianlah yang akan melindungi kalian..."
Lalu aku menanyakan kepada mereka, perbuatan baik apakah yang telah mereka lakukan sehingga bisa terlahir di alam dewa ? Mereka menjawab, mereka dulu sering menjadi kapiya, yaitu orang yang melayani para bhikkhu, melayani kebutuhan pokok para bhikkhu.
Atas kebajikan melayani kebutuhan para bhikkhu itulah, walau mereka berasal dari negara yang berbeda-beda, tapi karena kebajikan mereka sama, mereka terlahir di alam surga yang sama.
Ewang Me Sutang...
Demikianlah yang kudengar...