//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Terasi

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8
1
Saya kok sulit percaya hal-hal seperti relik, jimat (apa itu namanya, jimat yang diberkati bhikkhu2 Thailand tertentu? Apalagi yang katanya roh janin mati dalam kandungan, kayak dukun saja), air suci, dsb. Apa jadi Buddhist berarti mesti percaya hal-hal ini?

Yang saya percaya, adalah waktu bhikkhu-nya main ciprat-ciprat air sambil chanting, bhikkhu dalam hati memancarkan metta buat kita, lalu karena kita bersyukur dan bergembira bahwa bhante metta pada kita, hati kita tenang dan pikiran positif. Kondisi pikiran itu mendorong kita sendiri untuk memancarkan metta pada makhluk lain, maka shortcutnya: kena ciprat air bhante buntutnya kusala kamma. Mungkin relik juga begitu, dan bukan hanya kita, tapi agama-agama lain juga demikian.

Masalah batu-batu yang dianggap relik itu sebenarnya batu apa... maaf kok saya sulit mencerna. Apa penjelasannya mengapa hanya orang suci yang bisa keluarin relik?

2
Theravada / Re: Bolehkan Bhikkhu Bertunangan?
« on: 19 February 2011, 09:19:32 PM »
Lain ladang lain belalang. Sebenarnya agak menyedihkan juga, masa urusan begini jadi tes kelayakan calon menantu... tapi kita tak ada hak mengecam tradisi negara lain. Mungkin pada awalnya niatnya baik, untuk melatih anak-anak muda jadi manusia yang lebih baik, untuk mengenalkan mereka pada praktek Dhamma, syukur-syukur nyantol jadi bhikkhu beneran.

3
Saya pernah makan tape jadi pusing, badan anget, trus lantai goyang-goyang sedikit. Ternyata itu mabuk... enak juga lho, apalagi kalau dingin-dingin trus mau tidur minum anggur. Jangan ditiru ya, saya juga sudah tidak minum kok.

Jadi kembali ke niatnya sendiri-sendiri dah. Kalo makan tape untuk snack tanpa niat mabuk sih kayaknya nggak apa-apa. Tapi kalau misalnya tahu diri sendiri rentan mabuk trus berpikir "Makan 4 potong ah, soalnya abis gitu bisa pusing, anget, lantai goyang-goyang ... asyiikk!", itu sih sama dengan secara sadar minum alkohol.

Tapi jangan ini jadi alasan "Kalau begitu saya minum bir 1 gelas saja, toh pasti tidak mabuk.", alias membelokkan sila. Manusia itu selalu nagih, dikasih hati merogoh rempela. Satu kali melanggar, kecenderungan tergelincir lebih jauh besar sekali. Pertama 1 bir, trus 2, bulan depan jadi 3, setahun lagi minum 5, lama-lama jadi pemabuk beneran.

4
Eh ini semua pada nge-post di sini, lihat tanggalnya tahun 2008.
Si dewi-nya sekarang ntah di mana.


5
Sains / Re: MENGUSIR KECOA SECARA ALAMI
« on: 31 December 2010, 09:39:04 AM »
Kalau kecoaknya di permukaan yang nggak datar gimana?

Ide komersil nih, apa bisa cari si ai yang biasa post dagangan: bikin pistol mainan kayak punya anak-anak, tapi nyemprotnya busa shampoo, pasarkan sebagai Coaxgun 3000. Busa shampoonya harus diameter sekian, kekentalan sekian dll yang paling optimal buat bunuh kecoak. Kalau perlu dicampur kanji biar kecoaknya tak bisa lari.
3000-nya tribute buat yang membagi pengetahuan ilmiah kecoak vs shampoo.

6
Akhirnya dia berhenti merokok, dan tidak hanya berhenti sendirian, tapi juga mengajak satu Sangha untuk berhenti bersama dia.

Setelah Ajahn Chah mendengarkan desana dari Ajahn Pannananda, dia jadi sadar bahwa bila kemelekatan sekecil ini pun dia tak bisa hilangkan, bagaimana mau bebas dari yang besar? Selain itu, masyarakat juga tak perlu terbebani untuk memberi rokok buat bhikkhu (waktu itu rokok harus melinting sendiri, dan susah carinya). Bahkan sebagian bhikkhu dan samanera (oknum nih!) yang sampai minta-minta pada umat, padahal meminta kan melanggar Vinaya.
Setelah itu Ajahn Chah mengajak meeting dan diskusi dengan anggota Sangha lain, dan akhirnya semua setuju berhenti merokok.
(Ngambil dari sini: http://www.amaravati.org/fsn/html/19/jun2.htm)

Saya sendiri juga waktu itu setelah lihat foto Ajahn Chah merokok jadi mikir "Kok....?". Tapi setelah ketemu artikel yang saya kutip di atas, malah jadi kagum. Ajahn Chah menyadari belenggu kemelekatan diri sendiri, memikirkan kesusahan umatnya yang harus nyumbang rokok , memikirkan dampak kecanduan rokok terhadap anggota Sangha yang lainnya, lalu mengambil tindakan nyata mengajak semua untuk berhenti. Contoh kecil dan sederhana, tapi indah sekali.

(Omong-omong, fotonya bagus sekali ya, warna tanah lagi, seperti foto komersil untuk pabrik rokok hehe)

Sorry OOT.

Yang lebih dekat topik, mungkin bhikkhu yang kita bahas di sini (atau "biku", tapi kasihan juga lah ... jangan jaat-jaat lah, ntar nangis) bisa menempuh jalan yang sama: menyadari hobby gaulnya kurang sesuai dengan statusnya sebagai bhikkhu, memikirkan dampak hobby itu terhadap diri sendiri dan umat, lalu ambil tindakan nyata coba melatih diri biar bisa jadi bhikkhu yang lebih sesuai harapan masyarakat.

7
Filenya .swf tapi waktu mau buka katanya tak ada program yang cocok.
Di drag ke browser itu gimana ya?

8
Wahh baru nonton lagi, merinding nih ...
Gimana downloadnya ya, pengen share sama teman-teman di Centre

9
Bagus bener, siapa yang bikin?

10
selamat menempuh hidup baru
;D

Trus kalau menikah?


11
Lingkungan / Re: ajakan ke vihara
« on: 12 December 2010, 07:17:51 PM »
Supaya umat Buddhist pemula senang ke vihara sehingga diharapkan memperoleh manfaat dari pergi ke vihara (dengan melakukan kebaikan melalui pikiran: kesempatan belajar meditasi; ucapan: mengulang sutta Buddha; dan perbuatan)
ketimbang hanya bermalas2an di rumah atau pergi ke mall, menurut saya ada baiknya jika sebagian umat Buddha yang  judes / tidak ramah merubah sikapnya sehingga menjadi lebih bersahabat.

(note: persahabatan tidak berarti harus melalui lagu2 yang dibawakan dgn gitar, atau dgn perayaan2 ulang tahun di vihara, tapi melalui attitude yang ditunjukkan ketika bertemu dgn umat Buddha lainnya terutama kepada pemula).

Setuju banget! Pemula kan biasanya malu dan canggung karena belum kenal siapa-siapa. Apalagi ikut kebaktian, kalau suasananya khidmat dan semua orang melakukan hal yang sama tapi si pemula nggak tahu apa-apa, jadi serba salah... tapi mau tanya takut. Kalau ada teman kan lebih ayem karena merasa orang bisa maklum kalau dia tidak tahu sesuatu.

Boss-nya Buddhist Centre saya selalu berusaha menyambut orang baru, tapi saya dulu justru berbulan-bulan lepas dari radar newbie dia. Jadi yang saya rasakan di atas itu pengalaman pribadi -- penting loh bahwa orang baru disambut dengan ramah.

12
Diskusi Umum / Re: Ajaran Buddha: Buktikan dulu baru percaya. Benarkah?
« on: 12 December 2010, 06:42:51 PM »
Kalau lihat konteksnya, itu kan ajaran buat kaum Kalama, yang bukan murid sang Buddha.
Mereka nanyanya kan "mesti percaya siapa nih", sang Buddha menjawabnya juga tepat pada sasaran menjawab pertanyaan mereka.
Ini bukan mengenai ajaran Sang Buddha sendiri.

Konteks "buktikan dulu baru percaya" bukan untuk murid-murid sang Buddha. Kalau kita ingin belajar sesuatu, selalu ada hal-hal yang perlu dipercayai dulu walaupun belum bisa dibuktikan. Misalnya kita ingin belajar mendaki gunung, kalau gurunya bilang jangan pakai tali plastik, apakah kita akan coba dulu pakai tali plastik trus kalau talinya sudah putus kita baru percaya?

Dalam Buddhism, kita bisa anggap kamma & rebirth adalah "working hypothesis" agar kita bisa menjalani tahap-tahap pembelajaran. Selama belum mencapai tahap tertentu dimana kita bisa buktikan sendiri, kita memang harus percaya, paling tidak bukan dengan aktif menolak "hipotesis"-nya. Nanti kalau sudah membuktikan, "percaya" berubah jadi "tahu".

Tapi yang paling dasar saja, Four Noble Truth sudah bisa dibuktikan kan.

13
Coba anda lihat Ani Choying Dolma, Bhikku cewek yang suara merdu dan masuk rekaman.. apakah tidak boleh? maksud saya adalah boleh saja selama apa misi dari menjadi pemain musik atau gitar... jika bhikku tersebut menjadi penyanyi dan bisa menyebarkan dhamma secara universal... mengapa tidak boleh? bukankah hal ini juga duniawi ?

Lo ini bhikkhuni Theravada kah?

14
Buddhisme untuk Pemula / Re: antara arahat dan boddhisatva?
« on: 12 December 2010, 06:15:46 PM »
Esensinya manusia itu hanyalah kumpulan unsur, tak ada si Terasi yang kekal. Tapi secara riilnya kumpulan unsur yang di kehidupan ini bernama Terasi, karena belum tercerahkan maka akan terlahir kembali berulang-ulang tak ada habisnya. Itu kenyataannya.
Sang Buddha itu realistis, makanya dengan cinta kasih dia mengajarkan Dhamma supaya kumpulan unsur yang muter-muter dalam samsara bisa mentas. Bukannya dia pasang target si A, si B, si C dsb - karena si A, B, C itu semua tak kekal, yang ada hanya kumpulan unsur yang membentuk A, B, C di kehidupan saat ini.

Cinta kasih sang Buddha itu ada, tapi tidak melekat. Kalau bro Ray menyumbang rumah sakit untuk korban tsunami, itu cinta kasih. Misalnya di antara korban tsunami ada si X yang karena tsunami jadi sakit keras, walaupun dapat sumbangan tapi tetap meninggal, kan bro Ray nggak terus jadi sedih atau murka. Mungkin seperti begitu sih.

15
Buddhisme untuk Pemula / Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« on: 27 November 2010, 06:14:33 PM »
Waktu Sang Buddha baru menjadi Buddha, dia kan mikir-mikir mau ngajari orang lain atau tidak. Lalu Brahma Sahampati datang mohon dia mengajarkan Dhamma pada makhluk-makhluk lain.

1. Kenapa Sang Buddha yang compassionate masih perlu diminta-minta untuk menyebarkan Dhamma?

2. Kalau misalnya Brahma Sahampati gagal membujuk, lalu Buddha Gotama tidak mengajarkan Dhamma, apakah itu berarti Buddha Gotama tetap sammasambuddha tapi Paceka Buddha doang - atau gimana nih?

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8