Terima kasih atas pencerahannya, saya memang belum memilih aliran.
Saya ingin bertanya lagi, maaf karena masih junior, banyak yang belum saya mengerti dalam buddhisme.
1. Manusia terdiri atas nama dan rupa. Dua duanya bersifat anicca (tidak kekal) dan anatta (tiada inti sejati).
Pada waktu tumimbal lahir...rupa jelas berbeda (baru), lalu nama (batin)..., saya bayangkan ketika masih
bayi , itu juga baru...., tidak ada apapun yang kita ingat dalam batin kita (seperti di reset ke titik 0). Semua
elemen batin dari vedana, citta, sanna dan vijnnana semua seperti start dari titik 0. Kita seperti manusia baru
sama sekali yang berbeda dengan kita pada kelahiran sebelumnya. Ada yang mengumpamakan tumimbal lahir
itu dengan lilin pertama yang tepat sebelum habis dan padam apinya, disulut dengan lilin kedua. Saya mengerti
perumpamaan ini, tetapi juga sekaligus bingung. Apakah ini bukan berarti pada waktu tumimbal lahir , kita ini
adalah manusia baru yang berbeda sama sekali. Saya merasa bahwa setelah
mati kita itu sebetulnya lenyap, karena yang terlahir baru adalah bukan kita yang lampau, karena tiada sesuatu
yang kita ingat (maksud saya untuk orang awam, bukan untuk tingkatan arahat), rupa baru, nama juga baru...
Pertanyaan saya , sebenarnya siapakah atau apakah yang tumimbal lahir itu, karena semua serba baru?
2. Pada waktu mencapai nibbana, dikatakan batin padam total.... Ini saya juga kurang mengerti. Kalau pikiran padam
kesadaran padam, tiada apapun bukankah ini sama dengan lenyap, musnah. Akan tetapi dikatakan buddhisme
bukan aliran nihilisme. Apakah kondisi ini berarti para arahat , para buddha dll yang mencapai nibbana sudah
tidak memikirkan apapun, tidak menyadari apapun? Saya bayangkan seperti orang tidur saja, kondisi ini.
Saya tahu hal ini pernah dibahas dalam thread sebelumnya, akan tetapi saya tetap belum bisa memahami dengan
jelas. Dan ini penting untuk saya karena dikatakan Nibbana adalah tujuan tertinggi dalam buddhisme, dan saya sebagai
umat buddhis walaupun junior ingin tahu, karena bagi saya apa artinya saya mempelajari sesuatu ajaran kalau saya, ti
dak mengerti tujuan akhirnya, atau tujuan tertinggi. Dan saya tahu ajaran buddhis bukan mengajarkan kepercayaan
saja ,tetapi bersifat ehipassiko... Sayangnya saya tidak bisa ber ehipassiko untuk kedua hal di atas.
Mohon pencerahannya, sebelumnya anumodhana.
salam metta