//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: B?hiyasutta?  (Read 22473 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: B?hiyasutta?
« Reply #30 on: 15 January 2009, 05:31:25 PM »
[at] Kai : dilarang banding2in, bro.......

Karena Bahiya dinyatakan terunggul dalam kecepatan merealisasi Dhammanya, bukan masalah "banyak-dikitnya" bahan yang diberikan.

cunda

  • Guest
Re: B?hiyasutta?
« Reply #31 on: 15 January 2009, 05:39:45 PM »
Romo,kita kan ga bisa menghitung progress seseorang berdasarkan waktu ini,bisa aja di masa lampau memang membuat progress dia di masa kini tiba2 matang. who knows.....

namaste suvatthi hotu

Anda benar, kemajuan batin seseorang bisa matang kapan saja, namun patut diingat peran Buddha mempermudah Bāhiya Dārucīriya mencapai kesucian.

Apabila Bāhiya Dārucīriya tidak bertemu Buddha pada saat itu mungkin dia masih dalam posisi "yakin bahwa dirinya sudah Arahat" (padahal belum)

Thuti


Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: B?hiyasutta?
« Reply #32 on: 15 January 2009, 05:44:31 PM »
Apabila Bāhiya Dārucīriya tidak bertemu Buddha pada saat itu mungkin dia masih dalam posisi "yakin bahwa dirinya sudah Arahat" (padahal belum)

wah wah Bhante di thai banyak yang udah Arahat tapi Buddhanya udah ga ada...trus gimana dia bisa bilang dia Arahat ,romo?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: B?hiyasutta?
« Reply #33 on: 15 January 2009, 05:47:57 PM »
Namaste suvatthi hotu

Bāhiya Dārucīriya mampu merealisasikan Nibbāna karena potensi dirinya memang sudah masak ditambah mendapat penjelasan langsung dari seorang Buddha.

Namun apabila pada zaman sekarang ini ada orang yang mampu merealisasikan Nibbāna hanya dengan petunjuk Bāhiyasutta saja, maka orang ini sesungguhnya lebih hebat dari Bāhiya Dārucīriya.

Who knows...........

Thuti


"Kalau ada yang mencapai Arahatta lebih cepat dari Bahiya" itu baru bisa dikatakan lebih hebat dari Bahiya. Kalau bisa mencapai dengan bantuan Bahiya Sutta saja, tetapi perlu waktu 7 tahun, masa' dibilang lebih hebat dari Bahiya?

Ada ya? siapa tuh?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

cunda

  • Guest
Re: B?hiyasutta?
« Reply #34 on: 15 January 2009, 06:30:31 PM »
Pro Tesla

Namaste suvatthi hotu

Quote
maaf lancang romo 
bagaimana romo bisa tahu, siapapun itu (apakah ada atau tidak) yg merealisasikan nibbana dg petunjuk Bahiya sutta saja "lebih hebat" dari Bahiya?

& menurut (ingatan) saya (dari hasil baca sutta jg), para bijaksana tidak membanding2kan, "lebih tinggi", "lebih rendah" ataupun "setara"

Baca tulisanku lagi, apabila aku sudah "tahu” sudah barang tentu aku tidak akan mengawali kalimat dengan: “Namun apabila pada zaman sekarang……….”, dan diakhiri dengan kata “Who knows”

Menurut anda mana yang lebih hebat “orang yang belajar langsung dari seorang Maha Guru yang piawai” dan “orang yang hanya belajar dari catatan saja”



Quote

Manusia yang menggenggam pandangan dogmatis tertentu dan menganggapnya sebagai yang tertinggi, akan menyatakan: 'Inilah yang paling hebat.' Pandangan lain -- yang berbeda-- dianggapnya lebih rendah. Sebagai akibatnya, dia tidak akan terbebas dari perselisihan.

...

Manusia yang berdisiplin tidak akan menimbulkan pandangan-pandangan dogmatis di dunia ini, baik lewat pengetahuan, peraturan atau pun ritual. Oleh karena itu, dia tidak menganggap dirinya 'lebih tinggi', 'lebih rendah', atau 'setara'.

Manusia bijaksana itu telah meninggalkan pandangan tentang diri atau ego, dan terbebas dari kemelekatan. Dia tidak bergantung bahkan pada pengetahuan; dia tidak memihak di tengah perselisihan; dia tidak memiliki pandangan-pandangan dogmatis.


Mungkin sutta yang anda maksud adalah[/b]

Khuddakanikāye; Suttanipātapāḷi; 4. Aṭṭhakavaggo; 5. Paramaṭṭhakasuttaṃ 802

Paramanti diṭṭhīsu paribbasāno, yaduttari kurute jantu loke;
Hīnāti aññe tato sabbamāha, tasmā vivādāni avītivatto.


Barangsiapa melekat pada pandangan tertinggi
Yang membuat orang (merasa) tertinggi di dunia
Yang mengatakan bahwa semua yang lain rendah
Maka dia tak akan terbebas dari perselisihan

………dan seterusnya

Tolong diperiksa kembali pada tulisanku terdahulu, adakah kata-kata yang menyatakan bahwa aku mengangap diriku yang tertinggi?


[/quote].
dg demikian YA Bahiya sendiri tidak mungkin menganggap dirinya lebih tinggi, lebih rendah atau setara...
kenapa kita yg harusnya belajar dari dia, malah membanding2kan?

[/quote]

Membandingkan dua hal yang berbeda apakah salah?
Apabila kita tidak mau membedakan, nanti kita malah memandang semua hal yang “berbeda” sebagai “sama”.


thuti

cunda

  • Guest
Re: B?hiyasutta?
« Reply #35 on: 15 January 2009, 06:34:36 PM »
Apabila Bāhiya Dārucīriya tidak bertemu Buddha pada saat itu mungkin dia masih dalam posisi "yakin bahwa dirinya sudah Arahat" (padahal belum)

wah wah Bhante di thai banyak yang udah Arahat tapi Buddhanya udah ga ada...trus gimana dia bisa bilang dia Arahat ,romo?

namaste suvatthi hotu

hehehehehe
anda jangan menyamakan pencapaian kearahatan setiap orang

Who knows

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: B?hiyasutta?
« Reply #36 on: 15 January 2009, 06:50:13 PM »
 _/\_
Benar yang dikatakan romo...
Pada dasarnya selalu ada hal untuk diselidiki.. Dengan demikian maka ada yang di-ehipasshiko.
Setiap orang memiliki pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang berbeda-beda. Karena itu memahami suatu hal tidak lantas harus sama dengan cara yang dialami orang lain.
Kalau ada keingintahuan yang benar, disertai sikap yang benar, maka pencarian itu akan membawa hasil yang benar.
Memandang hal yang berbeda sebagai hal yang berbeda juga tidak salah. Salah adalah ketika kita berpikiran buruk dan berusaha melenyapkan perbedaan itu.

Semoga Semua Makhluk Damai dan Tentram...
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: B?hiyasutta?
« Reply #37 on: 15 January 2009, 08:46:31 PM »
Quote
Menurut anda mana yang lebih hebat “orang yang belajar langsung dari seorang Maha Guru yang piawai” dan “orang yang hanya belajar dari catatan saja”
menurut saya, dari mana ia belajar tidak bisa jadi patokan

Quote
Tolong diperiksa kembali pada tulisanku terdahulu, adakah kata-kata yang menyatakan bahwa aku mengangap diriku yang tertinggi?
bukan menyatakan diri sendiri tertinggi ataupun lebih tinggi... maksud saya, para arahat tidak membandingkan diri mereka lagi, lantas bagaimana kita bisa membandingkan diri mereka?

Quote
Membandingkan dua hal yang berbeda apakah salah?
bukan hal yg salah dan dilarang bagi kita utk melakukan perbandingan.
namun di sutta kesempurnaan itu dijelaskan bahwa
arahat tidak membandingkan.
namun kita yg putthujana tetap akan terus membanding2kan.
oleh karena itu saya bertanya "kenapa kita membanding2kan"

mohon romo & bro markos jangan salah paham bahwa saya melarang perbandingan ataupun saya menuduh romo menyatakan diri yg paling tinggi.

Quote
Apabila kita tidak mau membedakan, nanti kita malah memandang semua hal yang “berbeda” sebagai “sama”.
bukankah beda ataupun sama sendiri adalah proses perbandingan?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

cunda

  • Guest
Re: B?hiyasutta?
« Reply #38 on: 15 January 2009, 10:34:31 PM »
Pro sdr Tesla

Namaste suvatthi hotu

Walaupun Arahat tidak akan merasa lebih hebat, tapi perbedaan tetap terjadi.

Dengan ini aku kutipkan perbedaan tingkat pecapaian beberapa Arahat:

Dīghanikāye; Sīlakkhandhavaggaṭṭhakathā; 2. Sāmaññaphalasuttavaṇṇanā; Cūḷasīlavaṇṇanā
Satisampajaññakathā


No ce paccekabodhiṃ sacchikaroti, atha buddhānaṃ sammukhībhāve khippābhiñño hoti; seyyathāpi thero bāhiyo dārucīriyo mahāpañño vā, seyyathāpi thero sāriputto mahiddhiko vā, seyyathāpi thero mahāmoggallāno dhutavādo vā, seyyathāpi thero mahākassapo dibbacakkhuko vā, seyyathāpi thero anuruddho vinayadharo vā, seyyathāpi thero upāli dhammakathiko vā, seyyathāpi thero puṇṇo mantāṇiputto āraññiko vā, seyyathāpi thero revato bahussuta vā, seyyathāpi thero ānando bhikkhākāmo vā, seyyathāpi thero rāhulo buddhaputtoti.

Apabila tidak dapat mencapai pencerahan sebagai Buddha Sendirian (Paccekabodhi), kemudian menjadi yang cepat mencapai pengetahuan (khippābhiñña) bagaikan Thera Bāhiya Dārucīriya, atau Maha Bijaksana (mahāpañña) bagaikan Thera Sāriputta, atau Maha Sakti (mahiddhika) bagaikan Thera Mahāmoggallāna, atau yang Sangat Teliti  (dhutavāda) bagaikan Thera Mahākassapa, atau Mata Dewa (dibbacakkhuka) bagaikan Thera Anuruddha, atau Akhli vinaya (vinayadhara) bagaikan Thera Upāli, pembabar Dhamma bagaikan Thera Puṇṇa Mantāṇiputta, Penghuni Hutan bagaikan Thera Revato, Banyak Mendengar (bahussuta) bagaikan Thera Ānanda, Pengumpul Dana Makanan bagaikan Thera Rāhula Putra Buddha.


Mohon bantuan teman-teman untuk koreksinya

thuti

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: B?hiyasutta?
« Reply #39 on: 15 January 2009, 11:12:14 PM »
Dari buku RAPB jilid 3 hal 2690

Dengan membungkukkan badannya ia memberi hormat kepada Buddha, dan dirinya tenggelam dalam kemegahan aura Buddha, ia mendekati Bhagavà, bersujud dengan lima titik sentuhan ke tanah, menyembah dan mengusap kaki Bhagavà dengan penuh hormat, menciumnya dengan bersemangat. Ia berkata:

“Yang Mulia, sudilah Bhagavà membabarkan khotbah kepadaku. Khotbah yang dibabarkan oleh Yang Selalu Berkata Benar akan bermanfaat bagiku untuk waktu yang lama.”

Buddha berkata, “Bàhiya, sekarang bukan waktunya membabarkan khotbah. Kami sedang mengumpulkan dàna makanan di kota.”

(“Apakah Buddha mempunyai waktu yang tidak tepat untuk menyejahterakan makhluk-makhluk hidup?” Jawabannya: ‘Waktu yang tidak tepat’ di sini merujuk bukan pada Buddha tetapi kepada si penerima pesan Buddha. Adalah di luar batas kemampuan orang biasa (bahkan bagi seorang Arahanta) untuk dapat mengetahui matangnya indria seseorang sehingga mampu menerima pesan Buddha. Indria Bàhiya belum cukup matang untuk menerimanya. Tetapi adalah sia-sia untuk menjelaskan kepadanya, karena ia tidak akan memahaminya: itulah sebabnya Buddha hanya memberikan alasan, “Kami sedang mengumpulkan dàna makanan” untuk tidak membabarkan khotbah dan tidak menyebutkan tentang indria yang belum matang. Intinya adalah walaupun Buddha telah siap untuk membabarkan khotbah kepada orang yang mampu memahaminya, Buddha tahu kapan orang itu siap dan kapan orang itu belum siap. Beliau tidak akan membabarkan khotbah hingga indria si pendengar cukup matang karena hanya dengan cara itu khotbah itu akan dapat memberikan Pencerahan kepada si pendengar.)

Ketika Buddha mengatakan hal itu, Bàhiya Dàrucãriya berkata untuk kedua kalinya, “Yang Mulia, tidak mungkin aku mengetahui apakah Bhagavà akan menjumpai bahaya yang mengancam kehidupan-Nya, atau aku akan menjumpai bahaya yang mengancam kehidupanku. Karena itu sudilah Bhagavà membabarkan khotbah kepadaku. Khotbah yang dibabarkan oleh Yang Selalu Berkata Benar akan bermanfaat bagiku untuk waktu yang lama.”

Dan untuk kedua kalinya Buddha berkata, “Bàhiya, sekarang bukan waktunya membabarkan khotbah. Kami sedang mengumpulkan dàna makanan di kota.” (Jawaban ini diberikan karena indria Bàhiya masih belum matang.)

(Kekhawatiran Bàhiya akan keselamatannya adalah karena telah ditakdirkan bahwa kehidupannya saat itu adalah kehidupannya yang terakhir dan jasa masa lampaunya mendesaknya untuk mengkhawatirkan keselamatannya. Alasannya adalah bahwa seseorang yang ditakdirkan untuk menjalani kehidupan terakhirnya dalam saÿsàra tidak mungkin meninggal dunia sebelum menjadi seorang Arahanta. Buddha ingin membabarkan khotbah kepada Bàhiya dan terpaksa menolak untuk kedua kalinya karena alasan: Buddha mengetahui bahwa Bàhiya diliputi oleh kegembiraan dan kepuasan karena melihat Tathàgata di mana hal ini tidak mendukung pencapaian Pandangan Cerah; batinnya harus ditenangkan hingga pada tahap seimbang. Di samping itu, perjalanan yang dilakukan oleh Bàhiya sejauh seratus dua puluh yojanà dalam satu malam pasti membuatnya lelah secara fisik. Ia memerlukan istirahat sebelum mampu mendengarkan khotbah itu dengan baik.)

Untuk ketiga kalinya Bàhiya Dàrucãriya mengajukan permohonan kepada Buddha. Dan Buddha mengetahui:
(1) bahwa batin Bàhiya telah tenang hingga pada tahap seimbang;
(2) bahwa ia telah beristirahat dan telah mengatasi keletihannya;
(3) bahwa indrianya sudah cukup matang; dan
(4) bahaya kehidupannya sudah sangat dekat, memutuskan bahwa waktunya telah tiba untuk membabarkan khotbah.

Demikianlah, Buddha membabarkan khotbah secara singkat sebagai berikut:

“(1) Demikianlah, Bàhiya, engkau harus melatih dirimu: dalam melihat objek-objek terlihat (semua objek terlihat), menyadari bahwa melihat adalah hanya melihat; dalam mendengarkan suara, menyadari bahwa mendengar adalah hanya mendengar; demikian pula dalam mencium bau-bauan, mengecap dan menyentuh objek-objek sentuhan, menyadari bahwa mencium, mengecap, menyentuh adalah hanya mencium, mengecap dan menyentuh; dan dalam menyadari objek-objek pikiran, yaitu pikiran dan gagasan, menyadari bahwa itu hanyalah menyadari.”

“(2) Bàhiya, jika engkau mampu tetap menyadari dalam melihat, mendengar, mengalami, dan mengenali (empat kelompok) objek-indria, engkau akan menjadi seorang yang tidak berhubungan dengan keserakahan, kebencian, dan kebodohan sehubungan dengan objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, atau objek pikiran yang dikenali. Dengan kata lain, engkau akan menjadi seorang yang tidak serakah, tidak membenci, dan tidak bodoh.”

“(3) Bàhiya, terhadap objek-objek terlihat, suara yang terdengar, objek-objek yang dialami, objek-objek pikiran yang dikenali, engkau tidak boleh berhubungan dengannya melalui keserakahan, kebencian atau kebodohan, yaitu, jika engkau ingin menjadi seorang yang tidak memliki keserakahan, kebencian dan kebodohan, maka, Bàhiya, engkau harus menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, didengar, dialami atau dikenali. Engkau tidak boleh menganggap ‘Ini milikku’ (karena keserakahan), tidak memiliki konsep ‘aku’ (karena keangkuhan), tidak mempertahankan gagasan atau konsep ‘diriku’ (karena pandangan salah).”

“(4) Bàhiya, jika engkau sungguh ingin menjadi seorang yang tidak memiliki keserakahan, keangkuhan atau pandangan salah sehubungan dengan objek yang dilihat, suara yang didengar, objek-objek nyata yang dialami, objek-pikiran yang dikenali, maka Bàhiya, (dengan tidak adanya keserakahan, keangkuhan dan pandangan salah dalam dirimu) engkau tidak akan terlahir kembali di alam manusia, juga tidak akan terlahir kembali di empat alam lainnya (yaitu, alam dewa, Niraya, binatang, dan hantu kelaparan atau peta). Selain kehidupan yang sekarang (di alam manusia) dan empat alam kelahiran kembali lainnya, tidak ada alam lainnya bagimu Tidak-munculnya batin-dan-jasmani baru adalah akhir dari kotoran yang merupakan dukkha dan akhir dari kelahiran kembali yang merupakan dukkha.”


Demikianlah Buddha membabarkan Dhamma yang memuncak pada Pelenyapan tertinggi atau Nibbàna di mana tidak ada lagi unsur-unsur kehidupan (khandha) tersisa.

(Bàhiya Dàrucãriya adalah seseorang yang lebih tepat diberikan penjelasan singkat (saÿkhittaruci-puggala). Karena itu Buddha menjelaskan enam objek indria tanpa menyebutkan seluruh enam itu secara terperinci, tetapi menggabungkan bau, rasa dan objek sentuhan sebagai ‘objek-objek nyata.’ Demikianlah objek-objek indria itu dikelompokkan dalam empat kelompok: apa yang dilihat (diññha), apa yang didengar (suta), apa yang dialami (mutta), dan apa yang disadari (vinnàta).


....
Mendengar bahwa (Yang Mulia) Bàhiya Dàrucãriya meninggal dunia sebagai seorang Arahanta, para bhikkhu penasaran. Mereka bertanya kepada Buddha, “Kapankah Bàhiya Dàrucãriya mencapai Kearahattaan, Yang Mulia?” “Pada saat ia mendengarkan khotbah-Ku,” Buddha menjawab. “Kapankah Bhagavà membabarkan khotbah kepadanya?” “Hari ini, saat menerima dàna makanan.” “Tetapi, Yang Mulia, khotbah tersebut pasti sangat penting. Bagaimana mungkin khotbah singkat itu dapat mencerahkannya?”

“Para bhikkhu, bagaimana mungkin kalian menilai akibat dari khotbah-Ku yang panjang atau pendek? Seribu bait syair yang tidak bermanfaat tidak sebanding dengan satu bait syair yang memberikan manfaat kepada pendengarnya.” Dan pada kesempatan itu Buddha mengucapkan syair berikut:

”Sahassamapi ce gàthà, anatthapadasa¤hità; ekam gàthtà padam seyyo, yam sutvà upasammati.” “(Para bhikkhu) daripada seribu bait syair yang tidak mendukung pengetahuan lebih baik satu baris syair (seperti ‘perhatian adalah jalan menuju keabadian’) yang dengan mendengarnya, si pendengar menjadi tenteram.”

Pada kemudian hari, ketika Buddha berada di tengah-tengah suatu pertemuan, Beliau menyatakan:
“Etadaggaÿ bhikkhave mama sàvakànam bhikkhu-nam khippàbhinnanam yadidam Bàhiyo Dàrucãriyo,” “Para bhikkhu, di antara para bhikkhu siswa-Ku yang mencapai Pengetahuan Jalan dalam waktu singkat, Bàhiya Dàrucãriya (yang telah meninggal dunia) adalah yang terbaik.”
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: B?hiyasutta?
« Reply #40 on: 15 January 2009, 11:39:23 PM »

namun kita yg putthujana tetap akan terus membanding2kan.
oleh karena itu saya bertanya "kenapa kita membanding2kan"

Bro Tesla,
Sebenarnya anda sudah menjawab sendiri pertanyaan itu.
Kenapa kita membandingkan, kalo menurut statement anda, jawabannya adalah "karena kita putthujana"

_/\_
« Last Edit: 15 January 2009, 11:43:22 PM by Indra »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: B?hiyasutta?
« Reply #41 on: 16 January 2009, 08:39:16 AM »
"Kalau ada yang mencapai Arahatta lebih cepat dari Bahiya" itu baru bisa dikatakan lebih hebat dari Bahiya. Kalau bisa mencapai dengan bantuan Bahiya Sutta saja, tetapi perlu waktu 7 tahun, masa' dibilang lebih hebat dari Bahiya?

Ada ya? siapa tuh?

Malunkyaputta juga mencapai Arahatta juga lewat Sutta yang sama (Samyutta Nikaya, Salayatana Vagga, 10.2), tapi membutuhkan waktu jauh lebih lama dari Bahiya. Maka tetap Bahiyalah yang dikatakan terunggul dalam pencerahan seketika (khippābhiññānam).


Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: B?hiyasutta?
« Reply #42 on: 16 January 2009, 08:50:23 AM »
Quote
Tolong diperiksa kembali pada tulisanku terdahulu, adakah kata-kata yang menyatakan bahwa aku mengangap diriku yang tertinggi?
bukan menyatakan diri sendiri tertinggi ataupun lebih tinggi... maksud saya, para arahat tidak membandingkan diri mereka lagi, lantas bagaimana kita bisa membandingkan diri mereka?

Quote
Membandingkan dua hal yang berbeda apakah salah?

bukan hal yg salah dan dilarang bagi kita utk melakukan perbandingan.
namun di sutta kesempurnaan itu dijelaskan bahwa
arahat tidak membandingkan.
namun kita yg putthujana tetap akan terus membanding2kan.
oleh karena itu saya bertanya "kenapa kita membanding2kan"

mohon romo & bro markos jangan salah paham bahwa saya melarang perbandingan ataupun saya menuduh romo menyatakan diri yg paling tinggi.

Quote
Apabila kita tidak mau membedakan, nanti kita malah memandang semua hal yang “berbeda” sebagai “sama”.
bukankah beda ataupun sama sendiri adalah proses perbandingan?

dear tesla,

"membandingkan" terus terjadi bahkan sampai tingkat anagami.

kenapa demikian? sebenarnya ini sudah dijelaskan dalam abhidhamma, namun sebelumnya sy ingin tahu apakah ini berkenan utk bro tesla?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: B?hiyasutta?
« Reply #43 on: 16 January 2009, 09:08:18 AM »
"Kalau ada yang mencapai Arahatta lebih cepat dari Bahiya" itu baru bisa dikatakan lebih hebat dari Bahiya. Kalau bisa mencapai dengan bantuan Bahiya Sutta saja, tetapi perlu waktu 7 tahun, masa' dibilang lebih hebat dari Bahiya?

Ada ya? siapa tuh?

Malunkyaputta juga mencapai Arahatta juga lewat Sutta yang sama (Samyutta Nikaya, Salayatana Vagga, 10.2), tapi membutuhkan waktu jauh lebih lama dari Bahiya. Maka tetap Bahiyalah yang dikatakan terunggul dalam pencerahan seketika (khippābhiññānam).


Maksudnya? Malunkyaputta membaca sutta Bahiya gitu?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: B?hiyasutta?
« Reply #44 on: 16 January 2009, 09:15:47 AM »
Maksudnya? Malunkyaputta membaca sutta Bahiya gitu?

Bukan. Maksudnya, Malunkyaputta mendapat tuntunan yang sama dengan tuntunan yang didapatkan Bahiya.

 

anything