Para Bhikkhu, demikianlah karena dana-dana tidak diberikan kepada orang-orang miskin, maka kemelaratan meluas... mencuri... kekerasan... pembunuhan... berdusta... memfitnah berkembang. Karena memfitnah berkembang, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 20.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanya 10.000 tahun.
Diantara orang-orang yang batas usia kehidupan 10.000 tahun ada yang cantik dan ada yang buruk, sehingga mereka yang berparas buruk merasa iri terhadap yang berparas cantik. Akibatnya orang-orang yang berparas buruk ini berzinah dengan istri-istri tetangga mereka.
Para Bhikkhu, demikianlah karena dana-dana tidak diberikan kepada orang-orang miskin, maka kemelaratan meluas... mencuri... kekerasan... pembunuhan... berdusta... memfitnah... berzinah berkembang. Karena perzinahan berkembang, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 10.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanya 5.000 tahun.
Pada masa kehidupan dari orang-orang yang batas usia kehidupan mereka hanya 5.000 tahun berkembang dua hal yaitu kata-kata kasar dan membual. Karena ke dua hal ini berkembang, maka batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 5.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka ada yang hanya 2.500 tahun dan ada yang hanya 2.000 tahun.
Diantara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 2.500 tahun, iri hati dan dendam berkembang. Karena ke dua hal ini berkembang, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan pada masa itu adalah 2.500 tahun dan 2.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanya 1.000 tahun.
Diantara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 1.000 tahun, pandangan sesat (miccha ditthi) muncul dan berkembang. Karena pandangan sesat ini berkembang, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan dan kecantikan pada masa itu adalah 1.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanya 500 tahun.
Diantara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 500 tahun, ada tiga hal yang berkembang, yaitu: berzinah dengan saudara sendiri, keserakahan dan pemuasan nafsu. Karena tiga hal ini berkembang, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 500 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka ada yang 250 tahun dan ada yang hanya 200 tahun.
Diantara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 250 tahun, hal sebagai berikut ini berkembang-- kurang berbakti kepada orang tua, kurang hormat kepada Para Samana dan Pertapa dan kurang patuh kepada kepada Pemimpin masyarakat.
Para Bhikkhu, demikianlah karena dana-dana tidak diberikan kepada orang-orang miskin, maka kemelaratan meluas... mencuri... kekerasan... pembunuhan... berdusta... memfitnah... perzinahan... kata-kata kasar dan membual... iri hati dan dendam... pandangan sesat... berzinah dengan saudara sendiri, keserakahan dan pemuasan nafsu... hingga kurang berbakti kepada orang tua, kurang hormat kepada Para Samana dan Pertapa dan kurang patuh kepada Pemimpin masyarakat berkembang dan meluas. Karena hal-hal ini berkembang dan meluas, maka batas usia kehidupan dan kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia pada masa itu adalah 250 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka hanya 100 tahun.
Para Bhikkhu, akan tiba suatu masa ketika keturunan dari manusia itu akan mempunyai batas usia kehidupan hanya 10 tahun. Diantara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 10 tahun, umur lima tahun bagi wanita merupakan usia perkawinan. Pada masa kehidupan orang-orang ini, makanan seperti dadi susu (ghee), mentega, minyak tila, gula dan garam akan lenyap. Bagi mereka ini, biji-bijian kudrusa akan merupakan makanan yang terbaik. Seperti pada masa sekarang, nasi dan kari merupakan makanan yang terbaik, begitu pula biji-bijian kudrusa bagi mereka. Pada masa orang-orang itu, sepuluh macam cara melakukan perbuatan baik akan hilang, sedangkan sepuluh macam cara melakukan perbuatan jahat akan berkembang dengan cepat, di antara mereka tidak ada lagi kata-kata yang menyebut tentang perbuatan baik-- Siapa yang akan melakukan perbuatan baik? Di antara mereka tidak ada lagi rasa berbakti kepada orang tua, tidak ada lagi rasa menghormat kepada Para Samana dan Pertapa serta tidak ada lagi kepatuhan
kepada Para Pemimpin masyarakat. Kalau seperti sekarang orang-orang masih berbakti kepada orang tua, menghormat kepada Para Samana dan Pertapa serta patuh kepada Para Pemimpin, namun pada masa orang-orang yang batas usia kehidupan mereka hanya 10 tahun, rasa berbakti, hormat dan patuh tidak ada lagi.
Para Bhikkhu, diantara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 10 tahun, tidak akan ada lagi (pikiran yang membatasi untuk kawin dengan) ibu, bibi dari pihak ibu, bibi dari pihak ayah yang merupakan istri dari kakak ayah atau istri guru. Dunia akan diisi oleh cara bersetubuh dengan siapa saja, bagaikan kambing, domba, burung, babi, anjing dan serigala.
Diantara orang-orang ini saling bermusuhan yang kuat akan menjadi hukum, perasaan yang benci hebat, dendam yang kuat serta keinginan membunuh dari ibu terhadap anaknya, anak terhadap ibunya, ayah terhadap anaknya, anak terhadap ayahnya, kakak terhadap adiknya, adik terhadap kakaknya dan seterusnya... Hal ini terjadi bagaikan pikiran dari para olahragawan yang menghadiri pertandingan, begitulah pikiran mereka.
Para Bhikkhu, bagi orang-orang yang batas kehidupan mereka 10 tahun itu akan muncul suatu masa, yaitu munculnya pedang selama seminggu. Selama masa ini, mereka akan melihat setiap orang lain sebagai binatang liar: pedang tajam akan nampak selalu tersedia di tangan mereka dan mereka berpikir:"Orang ini adalah binatang liar". Dengan pedang mereka saling membunuh.
Sementara itu, ada orang-orang tertentu yang berpikir:"Sebaiknya kita jangan membunuh atau kita tidak membiarkan orang lain membunuh kita. Marilah kita menyembunyikan diri ke dalam belukar, ke dalam hutan, ke cekungan di tepi sungai, ke dalam gua gunung dan kita hidup dengan akar-akaran atau buah-buahan di hutan". Mereka akan melaksanakan hal ini selama seminggu. Pada hari ke tujuh mereka keluar dari belukar, hutan, cekungan dan gua, mereka saling berangkulan dan akan saling membantu, dengan berkata:"O, kami masih hidup! Senang sekali melihat anda masih hidup!"
Para Bhikkhu, pada orang-orang itu akan muncul keinginan-keinginan sebagai berikut:"Karena kita melakukan cara-cara yang jahat, maka kita kehilangan banyak sanak saudara. Marilah kita berbuat Kebajikan-Kebajikan. Sekarang, Kebajikan apakah yang dapat kita lakukan? Marilah kita berusaha untuk tidak melakukan pembunuhan. Itu merupakan Perbuatan Baik yang dapat kita lakukan". Mereka akan berusaha untuk tidak membunuh, hal yang baik ini mereka laksanakan terus. Karena melaksanakan Kebajikan ini, maka akibatnya batas usia kehidupan dan kecantikan mereka bertambah. Bagi mereka yang batas usia hanya 10 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 20 tahun.
Para Bhikkhu, hal-hal seperti ini akan terjadi pada orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 20 tahun:"Sekarang, karena kita mengikuti dan melaksanakan Kebajikan, maka batas usia kehidupan dan kecantikan kita bertambah. Marilah kita meningkatkan Kebajikan kita. Marilah kita berusaha untuk tidak mengambil apa yang tidak diberikan, kita berusaha untuk tidak berzinah, kita berusaha untuk tidak berdusta, kita berusaha untuk tidak memfitnah, kita berusaha untuk tidak mengucapkan kata-kata kasar, kita berusaha untuk tidak membual, kita berusaha untuk tidak serakah, kita berusaha untuk tidak membenci, kita berusaha untuk tidak berpandangan sesat, kita berusaha untuk tidak melakukan tiga hal berikut, yaitu: tidak bersetubuh dengan keluarga sendiri, tidak tamak dan tidak memuaskan nafsu. Marilah kita berbakti kepada orang tua kita, kita menghormati Para Samana dan Pertapa serta kita patuh kepada Pemimpin masyarakat. Marilah kita selalu melaksanakan Kebajikan-Kebajikan ini".
Demikianlah mereka akan selalu melaksanakan Kebajikan: tidak mengambil apa yang tidak diberikan, tidak berzinah, tidak berdusta, tidak memfitnah, tidak mengucapkan kata-kata kasar, tidak membual, tidak serakah, tidak membenci, tidak berpandangan sesat, berbakti kepada ke dua orang tua, menghormati Para Samana dan Pertapa serta patuh kepada Pemimpin masyarakat. Karena mereka melaksanakan Kebajikan-Kebajikan itu, maka batas usia kehidupan anak-anak dan kecantikan manusia bertambah, sehingga mereka yang batas usia kehidupan hanya 20 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 40 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 40 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 80 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 80 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 160 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 160 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 320 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 320 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 640 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 640 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 2.000 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 2.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 4.000 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 4.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 8.000 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 8.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 20.000 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 20.000 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 40.000 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan hanya 40.000 tahun, akan tetapi anak-anak mereka akan mencapai batas usia kehidupan 80.000 tahun.
Para Bhikkhu, di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 80.000 tahun, maka usia perkawinan bagi wanita adalah pada usia 500 tahun. Pada masa orang-orang ini, hanya akan ada tiga macam penyakit-- keinginan, lupa makan dan ketuaan. Pada masa kehidupan orang-orang ini, Jambudvipa akan makmur dan jaya, desa-desa, kampung-kampung, kota-kota dan kota-kota kerajaan akan berdekatan satu dengan yang lain sehingga ayam jantan dapat terbang dari satu kota ke kota yang lain. Pada masa kehidupan orang-orang ini, Jambudvipa -- bagaikan avici -- akan penuh dengan penduduk bagaikan hutan yang di penuhi semak belukar. Pada masa kehidupan orang-orang ini, Kota Baranasi yang kita kenal sekarang akan bernama Ketumati yang merupakan kota Kerajaan yang besar dan makmur, berpenduduk banyak dan padat serta berpangan cukup. Pada masa kehidupan orang-orang ini, di Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota dengan Ketumati sebagai Ibu Kota.
Para Bhikkhu, pada masa kehidupan orang-orang ini di Ketumati, Ibu Kota Kerajaan, akan muncul Seorang Cakkavatti bernama Sankha, yang jujur, memerintah berdasarkan Kebenaran, Penguasa Empat Penjuru Dunia, Penakluk, Pelindung Rakyat-Nya, dan Pemilik Tujuh Macam Permata, yaitu:"Cakka, Gajah, Kuda, Permata, Wanita (istri), Kepala Rumah Tangga dan Panglima Perang. Ia akan memiliki keturunan lebih dari 1000 orang yang merupakan Ksatriya-Ksatriya digjaya, Penakluk musuh-musuh. Ia akan menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, tetapi Ia menguasai dunia ini bukan dengan kekerasan atau dengan pedang, melainkan dengan Kebenaran.
Para Bhikkhu, pada masa kehidupan orang-orang ini, di dalam dunia akan muncul Seorang Buddha yang bernama Maitreya, Yang Telah Datang, Yang Maha Suci, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Sempurna Pikiran dan Perbuatan, Yang Terbahagiah, Maha Tahu Dunia, Sang Pemimpin Tiada Tandingan, Guru Dewa dan Manusia, Yang Telah Sadar, Yang Dihormati Dunia, Yang sama seperti Saya sekarang. Ia dengan Diri-Nya Sendiri akan mengetahui dengan Sempurna dan melihat dengan jelas alam semesta bersama alam-alam kehidupan para Dewa, Brahma, mara, serta Para Samana, Para Pertapa, Para Pangeran dan orang-orang lainnya, seperti apa yang Saya tahu dengan Sempurna dan lihat dengan jelas sekarang. Dhamma Kebenaran yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan dan indah pada akhir akan dibabarkan dalam Kata-Kata dan Semangat, Kehidupan Suci akan dibina dan dipaparkan dengan Sempurna, dengan penuh Kesuciaan, seperti yang Saya lakukan sekarang. Ia akan diikuti oleh beberapa ribu Bhikkhu Sangha, seperti Saya sekarang ini yang diikuti oleh beberapa ratus Bhikkhu Sangha.
Para Bhikkhu, Raja Sankha akan membangun kembali Tempat Suci yang pernah dibangun oleh Raja Maha Panada. Raja Sankha akan tinggal di Tempat Suci itu, tetapi Tempat itu akan diberikan-Nya sebagai Dana kepada Para Samana, Para Pertapa, Para Pengembara, Para Pengemis, dan Mereka Yang Membutuhkan. Ia Sendiri akan mencukur Rambut dan Janggut, mengenakan Jubah Kuning, meninggalkan Kehidupan berumah tangga dan menjadi Siswa dari Sang Bhagava Arahat SamyakSamBuddha Maitreya. Setelah Raja Sankha meninggalkan kehidupan duniawi, Ia akan hidup menyendiri dan dengan usaha sungguh-sungguh, tekad, penuh kewaspadaan berusaha menguasai Diri-Nya. Tidak lama kemudian, Ia akan mencapai Tujuan Yang Merupakan Cita-Cita dari Mereka yang meninggalkan kehidupan duniawi dan hidup sebagai Pertapa. Masih dalam kehidupan dalam dunia ini, Ia akan mencapai, mengetahui dan merealisasi Tujuan Akhir dari Penghidupan Suci.
Para Bhikkhu, jadikanlah Diri-Mu sebagai Pelita, berlindunglah pada Diri-Mu Sendiri dan jangan berlindung pada orang lain. Hiduplah dalam Dhamma Kebenaran yang sebagai Pelita-Mu, dengan Dhamma sebagai Pelindung-Mu dan jangan berlindung pada yang lain.
Para Bhikkhu, tetapi bagaimana Seorang Bhikkhu menjadi Pelita bagi Diri-Nya Sendiri, sebagai Pelindung bagi Diri-Nya Sendiri dan tidak berlindung pada yang lain?
Para Bhikkhu, dalam hal ini, Seorang Bhikkhu mengamati tubuh (kaya) sebagai tubuh dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia. Seorang Bhikkhu mengamati perasaan (vedana) sebagai perasaan dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia. Seorang Bhikkhu mengamati kesadaran (citta) sebagai kesadaran dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidaksenangan dalam dunia dan mengamati Dhamma sebagai Dhamma dengan rajin, penuh pengertian dan perhatian, melenyapkan keserakahan dan ketidak senangan dalam dunia.
Para Bhikkhu, beginilah Seorang Bhikkhu menjadikan Diri-Nya sebagai Pelita bagi Diri-Nya Sendiri, menjadikan Diri-Nya sebagai Pelindung bagi Diri-Nya Sendiri dan tidak berlindung pada hal yang lain. Ia menjadikan Dhamma sebagai Pelita bagi Diri-Nya Sendiri, Ia menjadikan Dhamma sebagai Pelindung bagi Diri-Nya Sendiri dan tidak berlindung pada yang lain.
Para Bhikkhu, jalanlah di lingkungan-Mu (gocara) Sendiri, dimana Para Pendahulu-Mu berjalan. Jikalau Kamu Sekalian berjalan di Tempat Itu, maka Usia akan bertambah, Kecantikan akan bertambah, Kebahagiaan akan bertambah, Kekayaan akan bertambah dan Kekuatan akan bertambah.
Para Bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan Usia? Dalam hal ini, Seorang Bhikkhu mengembangkan Empat Dasar Kemampuan Batin (iddhipada) dengan membangkitkan kegemaran (chanda), semangat (viriya), kesadaran (citta), dan penyelidikan (vimamsa) tentang pelaksanaan, usaha dan meditasi. Dengan dikembangkannya Empat Iddhipada ini, maka bila Ia menginginkan, Ia dapat hidup selama satu Kalpa (Kappa) di mana Ia hidup. Inilah yang dimaksud dengan Usia.
Para Bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan Kecantikan? Dalam hal ini, Seorang Bhikkhu melaksanakan Peraturan-Peraturan Moral (Sila), mengendalikan Diri-Nya sesuai dengan Patimokha, sempurna dalam sikap dan tingkah laku; Ia melihat bahaya sekalipun itu hanya kesalahan kecil dan Ia menghindarkan Diri dari kesalahan itu. Ia melatih diri dengan melaksanakan Sila. Inilah yang dimaksud dengan Kecantikan.
Para Bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan Kebahagiaan? Dalam hal ini, Seorang Bhikkhu menjauhkan Diri dari pemuasan nafsu, bebas dari pikiran-pikiran jahat, mencapai dan tetap berada dalam Jhana 1 dengan memiliki usaha untuk menangkap objek (vitakka), objek dikuasai (vicara), kegiuran (piti), kebahagiaan (sukha) dan ketenangan (viveka) batin. Dengan melenyapkan vitakka dan vicara, Ia mencapai dan tetap berada dalam Jhana 2 dengan diliputi kegiuran (piti), kebahagiaan (sukha) dan ketenangan (viveka) batin. Dengan melenyapkan piti, Ia mencapai dan tetap berada dalam Jhana 3 dengan diliputi kebahagiaan (sukha) dan ketenangan (viveka) batin. Dengan melenyapkan kebahagiaan (sukha), Ia mencapai dan tetap berada dalam Jhana 4 dengan pikiran terpusat dan penuh dengan ketenangan batin.
Para Bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan Kekayaan? Dalam hal ini, Seorang Bhikkhu membiarkan Batin-Nya diliputi oleh cinta kasih (metta) yang dipancarkan-Nya ke satu arah, ke dua arah, ke tiga arah, dan ke empat arah dari dunia. Jadi dengan demikian seluruh dunia, dari atas, bawah, sekeliling dan di seluruh penjuru dunia dipancarkan cinta kasih-Nya Yang Tanpa Batas, Yang Mulia, Tak Terukur, Yang Bebas Dari Kebencian Dan Iri Hati, Ia pun membiarkan Diri-Nya diliputi dengan kasih sayang atau welas asih (karuna) yang dipancarkan-Nya ke satu arah, ke dua arah, ke tiga arah, dan ke empat arah dari dunia. Jadi dengan demikian seluruh dunia, dari atas, bawah, sekeliling dan di seluruh penjuru dunia dipancarkan kasih sayang atau welas asih-Nya Yang Tanpa Batas, Yang Mulia, Tak Terukur, Yang Bebas Dari Kebencian Dan Iri Hati, Ia pun membiarkan Diri-Nya diliputi dengan simpati (mudita) yang dipancarkan-Nya ke satu arah, ke dua arah, ke tiga arah, dan ke empat arah dari dunia. Jadi dengan demikian seluruh dunia, dari atas, bawah, sekeliling dan di seluruh penjuru dunia dipancarkan simpati-Nya Yang Tanpa Batas, Yang Mulia, Tak Terukur, Yang Bebas Dari Kebencian Dan Iri Hati, dan Ia pun membiarkan Diri-Nya diliputi dengan keseimbangan batin (upekkha) yang dipancarkan-Nya ke satu arah, ke dua arah, ke tiga arah, dan ke empat arah dari dunia. Jadi dengan demikian seluruh dunia dipancarkan keseimbangan batin-Nya Yang Tanpa Batas, Yang Mulia, Tak Terukur, Yang Bebas Dari Kebencian Dan Iri Hati. Inilah yang dimaksud dengan Kekayaan.
Para Bhikkhu, apakah yang dimaksud dengan Kekuatan?
Dalam hal ini, Seorang Bhikkhu melenyapkan kekotoran batin (asava) sehingga pada kehidupan sekarang ini Ia akan mencapai dan tetap berada dalam Keadaan Batin Yang Suci dan Kebijaksanaan Yang Suci.
Inilah yang dimaksud dengan Kekuatan.
Para Bhikkhu, tidak ada kekuatan yang sulit sekali ditaklukkan selain kekuatan mara. Tetapi Perbuatan Baik (Kusala) yang dikembangkan Sendiri (hingga mencapai kearahatan) akan merupakan cara yang paling baik untuk menaklukkannya.
Demikianlah yang diucapkan oleh Sang Buddha. Para Bhikkhu menjadi gembira setelah mendengar Uraian Sang Bhagava.
Om Maha Maitri Maitreya Svaha