IMO, sebaiknya tidak memisah-misahkan anicca - dukkha - anatta.
Ketiganya itu sebenarnya satu. Buddha menjabarkannya menjadi tiga untuk memudahkan pemahaman.
Ilustrasi: rasa lapar
1. dari sisi anicca
Beberapa jam yang lalu baru makan, sekarang merasa lapar.
Ini adalah perubahan (tidak kekal).
Suka atau tidak suka, perubahan itu (dari tidak lapar menjadi lapar) tidak dapat dihindari.
2. dari sisi dukkha
Lapar itu menimbulkan perasaan tidak nyaman, tidak memuaskan.
Suka atau tidak suka, rasa lapar dan perasaan tidak nyaman itu tidak dapat dihindari.
3. dari sisi anatta
Fisik ini bukan milikku. Perasaan ini juga bukan milikku.
Karena bukan milikku maka aku tidak dapat mengendalikan fisik ini, begitu pula tidak dapat mengendalikan perasaan ini.
Suka atau tidak suka, fisik ini menjadi lapar dengan sendirinya.
Suka atau tidak suka, perasaan tidak nyaman ini juga terjadi dengan sendirinya.
Aku tidak dapat menyuruh fisik ini agar tidak lapar.
Aku tidak dapat menyuruh perasaan tidak nyaman ini agar lenyap.
Secara teori, untuk terbebas dari dukkha, yang paling sulit adalah menerima dan mengakui bahwa tilakkhana itu berlaku dan berlangsung setiap saat tanpa terpisahkan. Ini tidak bisa sekedar dipahami secara intelektual.
Ilustrasi:
Jika aku atau orang-orang yang aku sayangi merasa lapar, mengapa aku menderita?
Sementara jika orang-orang yang tidak aku kenal juga merasa lapar, mengapa aku tidak menderita? (atau setidaknya, tidak se-menderita jika terjadi pada aku atau orang-orang yang aku sayangi)
Secara sederhana, jawabannya adalah karena
kesalahpahaman tentang atta (aku).
Aku atau milikku (keluargaku, temanku, pacarku, tetanggaku, musuhku, guruku, dll) yang penting, sedangkan yang lainnya masa bodoh..
Secara sederhana juga,
barangkali jika anicca - dukkha - anatta itu terpisah-pisah, tidak ada penderitaan.
Anicca tidak menyebabkan penderitaan karena itu berarti ada kemungkinan perubahan dari sakit menjadi sembuh, dari miskin menjadi kaya, dari jelek menjadi cantik / ganteng (lewat operasi plastik
), dari tidak suci menjadi suci, dll.
Kalau misalnya anicca tidak berlaku, kan kasihan kalau dari dulu sakit melulu atau miskin melulu atau jelek melulu..
Dukkha tidak menyebabkan penderitaan kalau tidak disambung dengan kesalahpahaman tentang atta. Karena merasa bahwa aku atau milikku yang mengalami penderitaan, maka aku menderita. Sedangkan walaupun makhluk lain yang tidak ada hubungannya denganku menderita, aku tidak merasa menderita.
Disclaimer:
"Anyway, ini sekedar pembahasan secara intelektual dari orang yang masih menderita. Jadi,
barangkali masih ngawur. Jangan ditelan mentah2, ehipassiko dulu..
"