Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?

[Huiono]

Anda berbicara dalam konteks kemasyarakatan / orang awam, itu fair - fair aja.
Sayangnya yang dibicarakan adalah biku dan dalam konteks keagamaan dan ini ada forum buddhist. Orang akan berpikir, seperti itukah umat Buddha yang belajar dharma? Dan mereka berbicara menghakimi orang yang ada difoto dalam konteks dharma. Mungkin sah - sah saja kalau mereka mau membicarakan keburukan orang lain mungkin di forum gosip kali yah.

Dan jika dalam konteks praktek seperti yang diajarkan oleh Buddha untuk mengamati Batin dan pikiran kita sendiri dan bukan membabarkan keburukan orang lain.

Seperti yang saya sarankan dari awal Dari pada membabarkan keburukan orang lain, kita harus lebih konsentrasi dengan pikiran kita.

Sayangnya ajakan itu diledek oleh teman - teman yang notabene menguasai sutta.

Pembahasan bisa sejauh ini karena beragam penerimaan dan pandangan dari berbagai macam orang. Dan reaksi yang diberikan memang membuatnya berkembang menjadi topik yang sukar.

Apakah ada aturan Bhante boleh main gitar?

Sangat sederhana bukan? Tapi yang mengejutkan adalah jawaban dan reaksi berbagai macam orang. Sehingga pembahasannya tidak lagi cukup dengan kalimat pendek, argumen singkat. Pada akhirnya terdengar saling menyudutkan atau menuduh. Dan siapa yang memulai? Tidak ada yang tahu, juga tidak ada yang mau ngaku. Atau, sama-sama tidak sadar sudah saling menyudutkan. Karena memang susah untuk selalu sadar. Mengucapkannya sih gampang.

Baiklah. Memang membicarakan keburukan orang lain itu adalah perbuatan yang tidak saja tidak bermanfaat, tetapi juga bodoh dan mendukung pada kelahiran rendah. Tapi, itu kalau memang berniat menggunjingkan orang. Coba baca lagi pertanyaan pertama TS. Itu adalah pertanyaan yang sederhana, jauh dari tujuan menggunjingkan seseorang. Jika membahas dengan tujuan baik, mengetahui mana yang tepat atau tidak tepat, tentu tidak bisa disebut menggunjingkan orang.

Memang benar Buddha mengajarkan hanya hal-hal yang baik, bermanfaat dan mendukung pembebasan tertinggi. Tapi, ayolah, tidak semua orang bisa memahami ajaran Buddha dengan benar. Juga tidak ada jaminan orang yang kemudian mengucapkannya memang sudah menyelaminya. Mengucapkannya sih tidak susah...

[K.K.]

Kalau bukan Buddha tahu darimana orang lain lurus atau tidak? Apalagi kalau diri sendiri belum lurus yang terjadi malu-maluiin. Mencoba meluruskan orang lain tapi diri sendiri bengkok. 

Di sini kita bukan menilai noda pikiran orang lain yang sifatnya 'halus', tapi menilai perbuatan yang kelihatan/kasat mata. Mengenai disiplin para bhikkhu/bhikkhuni, sudah dijelaskan dalam vinaya, maka kita memakai panduan tersebut. Bagaimana, bisa diterima?

[djoe]

Di sini kita bukan menilai noda pikiran orang lain yang sifatnya 'halus', tapi menilai perbuatan yang kelihatan/kasat mata. Mengenai disiplin para bhikkhu/bhikkhuni, sudah dijelaskan dalam vinaya, maka kita memakai panduan tersebut. Bagaimana, bisa diterima?

Kalau misalnya biku memakai panduan dharma buddha agar orang melihat ke dalam untuk menilai umatnya gimana yah?
Misalnya ada umat yang melanggar, maka foto orang tersebut harus di posting kesini dan dihakimi.
Saya rasa seorang biku yang bijaksana tidak seperti itu tetapi mengajarkan kita dengan bijaksana mengambil contoh perbuatan buruk tanpa membawa identitas seseorang. Dan memberikan solusi yang bagus bagaimana agar kita menjaga pikiran dan jangan terjerumus kedalamnya.

Mencela tanpa solusi ujung - ujungnya jadi bergosip

[djoe]

Pembahasan bisa sejauh ini karena beragam penerimaan dan pandangan dari berbagai macam orang. Dan reaksi yang diberikan memang membuatnya berkembang menjadi topik yang sukar.
Sangat sederhana bukan? Tapi yang mengejutkan adalah jawaban dan reaksi berbagai macam orang. Sehingga pembahasannya tidak lagi cukup dengan kalimat pendek, argumen singkat. Pada akhirnya terdengar saling menyudutkan atau menuduh. Dan siapa yang memulai? Tidak ada yang tahu, juga tidak ada yang mau ngaku. Atau, sama-sama tidak sadar sudah saling menyudutkan. Karena memang susah untuk selalu sadar. Mengucapkannya sih gampang.

Baiklah. Memang membicarakan keburukan orang lain itu adalah perbuatan yang tidak saja tidak bermanfaat, tetapi juga bodoh dan mendukung pada kelahiran rendah. Tapi, itu kalau memang berniat menggunjingkan orang. Coba baca lagi pertanyaan pertama TS. Itu adalah pertanyaan yang sederhana, jauh dari tujuan menggunjingkan seseorang. Jika membahas dengan tujuan baik, mengetahui mana yang tepat atau tidak tepat, tentu tidak bisa disebut menggunjingkan orang.

Memang benar Buddha mengajarkan hanya hal-hal yang baik, bermanfaat dan mendukung pembebasan tertinggi. Tapi, ayolah, tidak semua orang bisa memahami ajaran Buddha dengan benar. Juga tidak ada jaminan orang yang kemudian mengucapkannya memang sudah menyelaminya. Mengucapkannya sih tidak susah...

Semuanya ini kembali pada niat TS. Setiap perbuatan ada sebab pasti ada akibatnyanya. Sebab itu dimulai pada saat TS memposting foto tersebut. Karma tetap berjalan walaupun perbuatan tersebut disengaja atau tidak disengaja.

Salut Ke Bro Huiono atas postingan anda.

Saya rasa saya sudah cukup disini.

Semoga semua makhluk berbahagia
 

Lihat ini, cara menasehati orang sesuai petunjuk Ajahn Chah. Jika anda memang peduli dengan Sangha dan ajaran agama Buddha dan praktek.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20465.0;message=353226

[K.K.]

Kalau misalnya biku memakai panduan dharma buddha agar orang melihat ke dalam untuk menilai umatnya gimana yah?
Misalnya ada umat yang melanggar, maka foto orang tersebut harus di posting kesini dan dihakimi.
Saya rasa seorang biku yang bijaksana tidak seperti itu tetapi mengajarkan kita dengan bijaksana mengambil contoh perbuatan buruk tanpa membawa identitas seseorang. Dan memberikan solusi yang bagus bagaimana agar kita menjaga pikiran dan jangan terjerumus kedalamnya.

Mencela tanpa solusi ujung - ujungnya jadi bergosip

Bhikkhu memakai panduan dhamma dan vinaya yang ditetapkan oleh Buddha (menurut kepercayaan Mazhabnya masing-masing). Bahkan para aggasavaka dan mahasavaka pun tidak melanggar/mengubah vinaya yang telah ditetapkan tersebut.

Seperti saya bilang, bhikkhu terikat vinaya, umat tidak. Bahkan umat tidak terikat pada pancasila dan tidak ada instansi yang mengurusnya. Beda dengan Sangha, ada peraturan dan sanksi, misalnya kalau bhikkhu melanggar parajika, maka ia dianggap telah terkalahkan dalam perjuangannya, maka ia tidak bisa diterima lagi.

[dipasena]

klo umat berprilaku salah, maka patut di ajar/di arahkan...
klo bhikkhu berprilaku salah, itu nama nya kurang ajar...

klo umat masih terbawa arus akan paha halus, maka moralnya patut diperbaiki...
klo bhikkhu masih tergoda akan wanita halus, maka nama nya kelewatan...

kenapa ? bhikkhu adalah panutan umat, bhikkhu harus lah menjaga prilaku dalam latihan kebhikkhuannya, walau pun bhikkhu jg manusia. memang seseorang menjadi bhikkhu belum tentu diri nya mencapai kesucian, tp sudah selayak dan seharusnya prilaku nya terjaga, belum lg seorang bhikkhu harus tunduk pd vinaya yg berlaku, itu pun jika mau dhamma terlestarikan, tp jk tidak ya abaikan aja vinaya, dalam hal ini tidak ada urusan dengan polisi vinaya ato tidak, tp usaha pelestarian buddha dhamma.

maaf agak keras, tp itu lah kenyataan nya... buddha mengijinkan umat untuk menegur/mempringati bhikkhu yg berprilaku tidak pantas...

[dipasena]

aa lebih suka :

klo emang salah, ya katakan lah salah...
tidak ada yg perlu di perjuangkan, kecuali dilandasi kebodohan...

jika emang benar, ya katakan lah benar...
perjuangkan lah jk perlu, dengan dilandasi kebijaksanaan...

[William_phang]

Kalau misalnya biku memakai panduan dharma buddha agar orang melihat ke dalam untuk menilai umatnya gimana yah?
Misalnya ada umat yang melanggar, maka foto orang tersebut harus di posting kesini dan dihakimi.
Saya rasa seorang biku yang bijaksana tidak seperti itu tetapi mengajarkan kita dengan bijaksana mengambil contoh perbuatan buruk tanpa membawa identitas seseorang. Dan memberikan solusi yang bagus bagaimana agar kita menjaga pikiran dan jangan terjerumus kedalamnya.

Mencela tanpa solusi ujung - ujungnya jadi bergosip

Saya rasa kalo orang awam ya itu sah-sah saja melanggar sila karena mereka tidak terikat oleh sila tersebut... jd argumentasi ini sangat dangkal.. toh kalo melanggar hukum tentu akan ada hukum yang mengaturnya...

Tetapi seorang biku itu terikat oleh vinaya...jd sewajarnya menjalankan vinaya tersebut sebagai tanda terima-kasih atas dukungan umat....sehingga dhamma-vinaya ini bisa lebih lama bertahan.....

[OBAMA]

Di sini kita bukan menilai noda pikiran orang lain yang sifatnya 'halus', tapi menilai perbuatan yang kelihatan/kasat mata. Mengenai disiplin para bhikkhu/bhikkhuni, sudah dijelaskan dalam vinaya, maka kita memakai panduan tersebut. Bagaimana, bisa diterima?

Saya tidak menerima ataupun menerima pendapat anda.

Saya menilaipun(yang kasat mata) dengan panduan pancasila dalam menilai member yang menilai biksu yang melanggar vinaya dalam bentuk pendapat ataupun tanggapan.
 

[K.K.]

Saya tidak menerima ataupun menerima pendapat anda.

Saya menilaipun(yang kasat mata) dengan panduan pancasila dalam menilai member yang menilai biksu yang melanggar vinaya dalam bentuk pendapat ataupun tanggapan.
 

Saya kurang mengerti. Awalnya anda bilang harus jadi Buddha dulu untuk menilai dan berupaya meluruskan orang lain. Sekarang anda bilang menilai dengan panduan pancasila. Jadi sebetulnya harus menjadi Buddha dulu atau boleh menilai berdasarkan panduan tertentu (seperti anda dengan pancasila, saya dengan vinaya)?

[kakao]

wew diterusin pun akan berbuah karma buruk pikiran,..mending bubar2,..sono wkwkkkwwkwkwk,..bikin thread yang berbobot,..penuh dengan nilai agamais,..tapi jangan nyontek isi sutta atau cuma copy paste isi sutta,.hendaknya pikiran sendiri  , boleh nambahin isi sutta,..tp jangan panjang2,..pegel bacanya,.kalau ada animasi ky miaka,..wkwkkwwkwkkkwk,..enak lucu,..bikin ketawa,..wkwkkwkwkkw besok ma die pasti alien lagi baris jalan2,..atau alien lagi nguber2 kelincinya wkwkkwkkwkw

[OBAMA]

Saya kurang mengerti. Awalnya anda bilang harus jadi Buddha dulu untuk menilai dan berupaya meluruskan orang lain. Sekarang anda bilang menilai dengan panduan pancasila. Jadi sebetulnya harus menjadi Buddha dulu atau boleh menilai berdasarkan panduan tertentu (seperti anda dengan pancasila, saya dengan vinaya)?

Saya bertanya bukan menyatakan silakan dibaca lebih diteliti lagi.

Jadi silakan anda jawab sendiri pertanyaan anda. sayapun tidak akan berusaha membuat anda mengerti bila belum mengerti kalaupun mengerti baguslah kalau tidak pun ya sudahlah.

[rooney]

Saya kurang mengerti. Awalnya anda bilang harus jadi Buddha dulu untuk menilai dan berupaya meluruskan orang lain. Sekarang anda bilang menilai dengan panduan pancasila. Jadi sebetulnya harus menjadi Buddha dulu atau boleh menilai berdasarkan panduan tertentu (seperti anda dengan pancasila, saya dengan vinaya)?

Secara tidak langsung, pernyataan sebelumnya sudah mengalami revisi 

[OBAMA]

Secara tidak langsung, pernyataan sebelumnya sudah mengalami revisi 

Salah tebak/kesimpulan sepihak/sama sekali tidak ada revisi 

[Sostradanie]

Secara tidak langsung, pernyataan sebelumnya sudah mengalami revisi 

Saya tidak melihat ada tanda tanya dari kalimat-nya, yang menunjukkan sedang bertanya.