Jadi tergantung kita, apakah mau menutup mata dengan tingkah laku aneh2 Sang Bhikkhu, malah menyanjung mereka sehingga mereka semakin lupa daratan
ataukah
tidak bosan2nya memberitahu mereka, memblowup masalah, sehingga Bhikkhu2 ini merasa tertegur atau ditegur instansinya sehingga mereka dapat kembali ke jalur yg benar
Ajahn Brahms di buku si Cacing 2 nya (bab 29 hal. 96) menulis soal pentingnya seorang Bhikkhu menjaga etika dan integritasnya.
Berikut kira2 tulisan Beliau:
Saya Pikir jika tradisi (agama) akan berkembang efektif di dunia modern, itu dikarenakan penekanannya yg sangat kuat dalam hal etika. Dalam tradisi monastik, kami memiliki kepatuhan yg sangat kuat thp etika yg disebut Vinaya. Inilah kode etik perilaku bagi bikkhu dan bhikkhuni.
Kami menjaga peraturan dengan sangat ketat. Contohnya, kami tidak menerima atau membawa uang. (kemudian Ajahn Brahms menyentil...) Sebagian orang longgar dalam peraturan namun mereka sangat ketat dalam menjabarkan apa itu Buddhisme melalui buku2. Dalam tradisi ini, kami sangat ketat dalam etika perilaku, namun terkadang kami longgar dalam menafsirkan makna naskah. Dalam pemahaman saya, jika anda kuat dalam etika dan perilaku, orang akan menghormati anda, sebab mereka ingin biarawan/i mereka menjadi orang2 yg sungguh bisa mereka hormati dan kagumi, menjadi orang yg benar2 bisa hidup sederhana.
..... (penjelasan Ajahn Brahms berlanjut ke contoh2 dan anekdot...)
(Terakhir beliau menulis...) Saya pasti menghendaki seseorang yg benar2 bisa sy hormati. Itulah sebabnya etika begitu penting. Jika anda ingin memiliki silsilah agama yg sukses, anda wajib memiliki pemimpin yg menjalani standar etika dan perilaku yg amat tinggi. Jika tidak demikian orang2 akan resah dan kecewa, "Mengapa kami harus mempercayai omongan orang2 ini jika mereka sendiri tidak bisa melakukan apa yg mereka omongkan?"
::