[at] Bro Henrychan:
India sejak jaman dahulu terkenal sekali akan musik dan tari2annya. Hampir seluruh penduduk India menyukai musik dan tari2an. Jika memang pembabaran Dhamma dengan musik akan efektif, kenapa Sang Buddha (atau para bhikkhu) tidak bermain sitar sambil membabarkan Dhamma?.
Kenyataannya Sang Buddha malah menganjurkan seluruh bhikkhu dan praktisi untuk menghindari kegiatan tsb....
::
Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di jaman Buddha.
Dan kalau kita baca sejarah, tidak semua lapisan masyarakat di sana (saat itu) bisa menikmati apa yang namanya tarian dan musik.
Efektif tidaknya, sangat tergantung kondisi yang berkembang.
Tapi logika saya, Buddha sering diundang ke istana.
Dalam tradisi kerajaan, menyambut tamu agung, pastilah ada persembahan2 khusus.
Dan itu sangat mungkin dengan musik dan lagu.
Dan pastinya Buddha tidak akan alergi dengan hal seperti itu.
Dan karena apa yang sesungguhnya terjadi hanya bisa kita baca dari buku2 yang disusun oleh banyak orang dengan banyak juga variasi ceritanya.
Terimakasih,
henrychan
dutiyampi, logika anda salah :
[Bagian singkat tentang Moralitas]7
[4] 1.8. ‘“Menghindari pembunuhan, Petapa Gotama berdiam dengan menjauhi8 pembunuhan, tanpa tongkat atau pedang, cermat, penuh belas kasih, bergerak demi kesejahteraan semua makhluk hidup.” Demikianlah orang-orang biasa akan memuji Sang Tathàgata. “Menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, Petapa Gotama berdiam dengan menjauhi mengambil apa yang tidak diberikan, hidup murni, menerima apa yang diberikan, menunggu apa yang diberikan, tanpa mencuri. Menghindari ketidaksucian, Petapa Gotama hidup jauh darinya, jauh dari praktik kehidupan sosial hubungan seksual. 9”’
1.9. ‘“Menghindari ucapan salah, Petapa Gotama berdiam dengan menjauhi ucapan salah, seorang pembicara kebenaran, seorang yang dapat diandalkan, dapat dipercaya, dapat dijadikan tempat bergantung, bukan seorang penipu dunia. Menghindari fitnah, Beliau tidak mengulangi di sana apa yang Beliau dengarkan di sini untuk merugikan orang-orang ini, atau mengulangi di sini apa yang Beliau dengarkan di sana untuk merugikan orang-orang itu.” Demikianlah Beliau adalah penengah bagi mereka yang bersengketa dan pendorong bagi mereka yang rukun, bahagia dalam kedamaian, menyukainya, gembira di dalamnya, seseorang yang berbicara demi kedamaian. “Menghindari ucapan kasar, Beliau menjauhinya. Beliau mengatakan apa yang tanpa-cela, indah di telinga, menyenangkan, menyentuh hati, sopan, indah, dan menarik bagi banyak orang. Menghindari gosip, Beliau berbicara di saat yang tepat, apa yang benar dan langsung pada pokok persoalan,10 tentang Dhamma dan disiplin. Beliau adalah seorang pembicara yang kata-katanya harus dihargai, sesuai pada waktunya, [5] beralasan, dijelaskan dengan baik dan berhubungan dengan tujuan.”11 Demikianlah orang-orang biasa memuji Sang Tathàgata.’
1.10. ‘“Petapa Gotama adalah seorang yang menjauhi merusak benih dan hasil panen. Beliau makan sekali sehari dan tidak makan pada waktu malam, menjauhi makan pada waktu yang salah.12
Beliau menghindari menonton tari-tarian, nyanyian, musik, dan pertunjukan. Beliau menghindari memakai karangan bunga, pengharum, kosmetik, dan perhiasan. Beliau menghindari menggunakan tempat tidur yang tinggi atau lebar. Beliau menghindari menerima emas dan perak.13 Beliau menghindari menerima beras mentah atau daging mentah, Beliau tidak menerima perempuan atau gadis muda, budak laki-laki atau perempuan, domba dan kambing, ayam dan babi, gajah, sapi, kuda jantan dan betina, ladang dan bidang tanah;14 Beliau menghindari menjadi kurir, membeli dan menjual, menipu dengan timbangan dan takaran yang salah, dari menyuap dan korupsi, dari penipuan dan kemunafikan, dari melukai, membunuh, memenjarakan, perampok jalanan, dan mengambil makanan dengan paksa.”
Demikianlah orang-orang biasa akan memuji Sang Tathàgata.’