//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: anak  (Read 7306 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: anak
« Reply #15 on: 03 November 2012, 02:48:22 PM »
bagi orang tua, anak bisa jadi sumber kebahagiaan dan juga sumber penderitaan (salah satunya: sumber kekhawatiran)

Offline suli

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 715
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha
Re: anak
« Reply #16 on: 04 November 2012, 08:33:42 AM »
bagi orang tua, anak bisa jadi sumber kebahagiaan dan juga sumber penderitaan (salah satunya: sumber kekhawatiran)

Setuju bgt.....apalagi dj jaman sekarang ini & terlebih lagi jaman di masa yg akan datang di saat mereka dewasa nanti......sudah seperti apa ya peradaban manusia nanti? semakin banyak anak, semakin banyak kekhawatiran, maka semakin banyak pula kemelekatan  :( sedangkan kebahagiaan hanya sekejab mata....
Thanks atas comment-nya...salam kenal  :)
🙏

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: anak
« Reply #17 on: 05 November 2012, 07:31:08 AM »
Setuju bgt.....apalagi dj jaman sekarang ini & terlebih lagi jaman di masa yg akan datang di saat mereka dewasa nanti......sudah seperti apa ya peradaban manusia nanti? semakin banyak anak, semakin banyak kekhawatiran, maka semakin banyak pula kemelekatan  :( sedangkan kebahagiaan hanya sekejab mata....
Thanks atas comment-nya...salam kenal  :)

salam kenal juga Suli

kalau memikirkan keadaan saat ini spt yg anda kemukakan di muka memang mengkhawatirkan
terlebih lagi bila dikaitkan dgn generasi mendatang (anak & cucu kita), di mana terbayang keadaan akan semakin parah

sebenarnya keadaan yg terjadi di masyarakat dan alam tidak lepas dari ulah manusia, dalam hal ini secara kolektif/bersama-sama
kalau keadaan bersifat negatif berarti individu2 di masyarakat itulah yg telah memberikan kontribusi2 negatif, begitu pula sebaliknya

IMHO kalau kita dapat memberikan kontribusi yg positif dan dapat menularkannya ke orang lain,
maka tidak ada yg perlu dikhawatirkan lagi, anak2 kita akan menjalani masa depan yg lebih baik
atau setidaknya keadaan mendatang tidak lebih parah dari saat ini

just info: hampir 5 tahun saya telah mengumpulkan sampah rumah tangga saya untuk didaur ulang

Offline suli

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 715
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha
Re: anak
« Reply #18 on: 05 November 2012, 08:19:15 AM »
salam kenal juga Suli

kalau memikirkan keadaan saat ini spt yg anda kemukakan di muka memang mengkhawatirkan
terlebih lagi bila dikaitkan dgn generasi mendatang (anak & cucu kita), di mana terbayang keadaan akan semakin parah

sebenarnya keadaan yg terjadi di masyarakat dan alam tidak lepas dari ulah manusia, dalam hal ini secara kolektif/bersama-sama
kalau keadaan bersifat negatif berarti individu2 di masyarakat itulah yg telah memberikan kontribusi2 negatif, begitu pula sebaliknya

IMHO kalau kita dapat memberikan kontribusi yg positif dan dapat menularkannya ke orang lain,
maka tidak ada yg perlu dikhawatirkan lagi, anak2 kita akan menjalani masa depan yg lebih baik
atau setidaknya keadaan mendatang tidak lebih parah dari saat ini

just info: hampir 5 tahun saya telah mengumpulkan sampah rumah tangga saya untuk didaur ulang

Wah....inspiratif bgt nih  :) bisa tolong beri contoh bagaimana cara mendaur sampah rmh tangga? siapa tau saya bisa ikutan hehehe..... ;D
anyway, the world so big, apa mgkn kita bs mengubah dunia? kita disini mencoba melakukan perbaikan sedangkan di sisi dunia yg lain, dimana kekuasaan & uang sedang berkuasa menghancurkan dunia dgn nuklirnya.... :'(
🙏

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: anak
« Reply #19 on: 05 November 2012, 08:49:14 AM »
Wah....inspiratif bgt nih  :) bisa tolong beri contoh bagaimana cara mendaur sampah rmh tangga? siapa tau saya bisa ikutan hehehe..... ;D
sampah dpt dikategorikan menjadi 2: sampah kering (anorganik: kemasan produk industri) dan sampah basah (organik: sayur, daging, dll)
untuk sampah basah, alam tidak kesulitan mendaur ulangnya, namun kalau kita mau memanfaatkannya juga bisa, misal: untuk pupuk tanaman
untuk sampah kering, alam agak kesulitan mendaur ulangnya, terlebih lagi kemasan plastik, dan faktanya mayoritas kemasan produk adalah plastik

saya cuma mengumpulkan sampah kering, dan dikelompokkan menjadi 3: plastik, kertas, dan logam
dan saya membersihkannya terlebih dahulu bila dikira perlu untuk dibersihkan, misal: tidak disemuti, tidak menimbulkan bau tak sedap, dll
untuk membersihkannya pun saya sering menggunakan air sisa cuci baju (tentunya bagian yg tidak bau) dan terkadang air bersih
intinya sebisa mungkin tidak menghamburkan air bersih, dimana ketersediaannya juga mengalami kekurangan
kalau dikira sampah yg dikumpulkan sudah mencukupi, saya kirim ke depo daur ulang Tzu Chi (kebetulan saya kirim ke sana)
untuk mengirimnya pun saya usahakan sekalian jalan, jadi tidak semata-mata khusus mengirim sampah tsb
karena pembakaran bahan bakar kendaraan juga menyumbang kerusakan lingkungan

awalnya cuma iseng/ngak muluk2, tapi tak terasa sudah berjalan 5 tahun

anyway, the world so big, apa mgkn kita bs mengubah dunia? kita disini mencoba melakukan perbaikan sedangkan di sisi dunia yg lain, dimana kekuasaan & uang sedang berkuasa menghancurkan dunia dgn nuklirnya.... :'(
mungkin tidak sampai mengubah dunia, tapi setidaknya dapat menghambat kerusakan dunia
dan setidaknya itulah warisan kita (yg dapat kita usahakan) untuk anak & cucu kita

di luar yg dapat kita usahakan, cemas & khawatir pun tak ada gunanya

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: anak
« Reply #20 on: 05 November 2012, 09:14:28 AM »
saya cuma mengumpulkan sampah kering, dan dikelompokkan menjadi 3: plastik, kertas, dan logam
dan saya membersihkannya terlebih dahulu bila dikira perlu untuk dibersihkan, misal: tidak disemuti, tidak menimbulkan bau tak sedap, dll
untuk membersihkannya pun saya sering menggunakan air sisa cuci baju (tentunya bagian yg tidak bau) dan terkadang air bersih
intinya sebisa mungkin tidak menghamburkan air bersih, dimana ketersediaannya juga mengalami kekurangan
kalau dikira sampah yg dikumpulkan sudah mencukupi, saya kirim ke depo daur ulang Tzu Chi (kebetulan saya kirim ke sana)
untuk mengirimnya pun saya usahakan sekalian jalan, jadi tidak semata-mata khusus mengirim sampah tsb
karena pembakaran bahan bakar kendaraan juga menyumbang kerusakan lingkungan

awalnya cuma iseng/ngak muluk2, tapi tak terasa sudah berjalan 5 tahun
mungkin tidak sampai mengubah dunia, tapi setidaknya dapat menghambat kerusakan dunia
dan setidaknya itulah warisan kita (yg dapat kita usahakan) untuk anak & cucu kita

di luar yg dapat kita usahakan, cemas & khawatir pun tak ada gunanya

Top!  Anda mendapatkan +1 GRP karena sikap hidup ramah lingkungan ini.  :)
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: anak
« Reply #21 on: 05 November 2012, 09:23:16 AM »
Top!  Anda mendapatkan +1 GRP karena sikap hidup ramah lingkungan ini.  :)

belum top-lah, sekedar melakukan apa yg dpt dilakukan  :)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: anak
« Reply #22 on: 05 November 2012, 10:35:08 AM »
belum top-lah, sekedar melakukan apa yg dpt dilakukan  :)
termasuk top koq.. banyak yang tahu.. tapi gak pernah bertindak.. include me ;D
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: anak
« Reply #23 on: 05 November 2012, 10:40:24 AM »
sampah dpt dikategorikan menjadi 2: sampah kering (anorganik: kemasan produk industri) dan sampah basah (organik: sayur, daging, dll)
untuk sampah basah, alam tidak kesulitan mendaur ulangnya, namun kalau kita mau memanfaatkannya juga bisa, misal: untuk pupuk tanaman
untuk sampah kering, alam agak kesulitan mendaur ulangnya, terlebih lagi kemasan plastik, dan faktanya mayoritas kemasan produk adalah plastik

saya cuma mengumpulkan sampah kering, dan dikelompokkan menjadi 3: plastik, kertas, dan logam
dan saya membersihkannya terlebih dahulu bila dikira perlu untuk dibersihkan, misal: tidak disemuti, tidak menimbulkan bau tak sedap, dll
untuk membersihkannya pun saya sering menggunakan air sisa cuci baju (tentunya bagian yg tidak bau) dan terkadang air bersih
intinya sebisa mungkin tidak menghamburkan air bersih, dimana ketersediaannya juga mengalami kekurangan
kalau dikira sampah yg dikumpulkan sudah mencukupi, saya kirim ke depo daur ulang Tzu Chi (kebetulan saya kirim ke sana)
untuk mengirimnya pun saya usahakan sekalian jalan, jadi tidak semata-mata khusus mengirim sampah tsb
karena pembakaran bahan bakar kendaraan juga menyumbang kerusakan lingkungan

awalnya cuma iseng/ngak muluk2, tapi tak terasa sudah berjalan 5 tahun
mungkin tidak sampai mengubah dunia, tapi setidaknya dapat menghambat kerusakan dunia
dan setidaknya itulah warisan kita (yg dapat kita usahakan) untuk anak & cucu kita

di luar yg dapat kita usahakan, cemas & khawatir pun tak ada gunanya

Salut ma bro siswahardy buat sikap go greennya, anda sungguh2 menganut sistem ANTO hehehe...
Kalau saya sih lebih hemat di kertas, artinya kalau mau catat sesuatu pake buku bekas pakai, jadi gag perlu beli buku sejak smp ad kuliah hemat uang and mengurangi penebangan pohon...

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: anak
« Reply #24 on: 05 November 2012, 10:44:50 AM »
Kalau saya sih lebih hemat di kertas, artinya kalau mau catat sesuatu pake buku bekas pakai, jadi gag perlu beli buku sejak smp ad kuliah hemat uang and mengurangi penebangan pohon...

ini juga termasuk baik, kecil2an dulu aje...  :)

Offline suli

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 715
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha
Re: anak
« Reply #25 on: 05 November 2012, 02:05:20 PM »
sampah dpt dikategorikan menjadi 2: sampah kering (anorganik: kemasan produk industri) dan sampah basah (organik: sayur, daging, dll)
untuk sampah basah, alam tidak kesulitan mendaur ulangnya, namun kalau kita mau memanfaatkannya juga bisa, misal: untuk pupuk tanaman
untuk sampah kering, alam agak kesulitan mendaur ulangnya, terlebih lagi kemasan plastik, dan faktanya mayoritas kemasan produk adalah plastik

saya cuma mengumpulkan sampah kering, dan dikelompokkan menjadi 3: plastik, kertas, dan logam
dan saya membersihkannya terlebih dahulu bila dikira perlu untuk dibersihkan, misal: tidak disemuti, tidak menimbulkan bau tak sedap, dll
untuk membersihkannya pun saya sering menggunakan air sisa cuci baju (tentunya bagian yg tidak bau) dan terkadang air bersih
intinya sebisa mungkin tidak menghamburkan air bersih, dimana ketersediaannya juga mengalami kekurangan
kalau dikira sampah yg dikumpulkan sudah mencukupi, saya kirim ke depo daur ulang Tzu Chi (kebetulan saya kirim ke sana)
untuk mengirimnya pun saya usahakan sekalian jalan, jadi tidak semata-mata khusus mengirim sampah tsb
karena pembakaran bahan bakar kendaraan juga menyumbang kerusakan lingkungan

awalnya cuma iseng/ngak muluk2, tapi tak terasa sudah berjalan 5 tahun
mungkin tidak sampai mengubah dunia, tapi setidaknya dapat menghambat kerusakan dunia
dan setidaknya itulah warisan kita (yg dapat kita usahakan) untuk anak & cucu kita

di luar yg dapat kita usahakan, cemas & khawatir pun tak ada gunanya

Ohhh...gitu tokh caranya....hmmm kayaknya bisa saya coba tuh kebetulan di Batam jg ada yayasan Buddha Tzu Chi (nanti saya kontek bag.daur ulangnya),  seperti kaleng susu, dus2 bekas, mainan bekas bisa diterima smua kan Bro? Wah seneng bgt dapat ilmu baru nih, thanks ya Bro  ;D
Selama ini kalo ada barang bekas seperti itu sih biasanya saya kasihkan kepada tukang sampah/pemulung aja (spy bs dijual olehnya). Kalo sampah sehari2 saya mgkn kebanyakan organik (maklum ibu rt) & saya bersyukur bgt Alden sudah tdk perlu memakai diapers lg sejak usia 2,5 thn, jd mengurangi sampah sehari2 dirmh yg ada balitanya hehehe.... :)
Thanks for the advice  _/\_
🙏

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: anak
« Reply #26 on: 05 November 2012, 02:28:38 PM »
Ohhh...gitu tokh caranya....hmmm kayaknya bisa saya coba tuh kebetulan di Batam jg ada yayasan Buddha Tzu Chi (nanti saya kontek bag.daur ulangnya),  seperti kaleng susu, dus2 bekas, mainan bekas bisa diterima smua kan Bro? Wah seneng bgt dapat ilmu baru nih, thanks ya Bro  ;D
Selama ini kalo ada barang bekas seperti itu sih biasanya saya kasihkan kepada tukang sampah/pemulung aja (spy bs dijual olehnya). Kalo sampah sehari2 saya mgkn kebanyakan organik (maklum ibu rt) & saya bersyukur bgt Alden sudah tdk perlu memakai diapers lg sejak usia 2,5 thn, jd mengurangi sampah sehari2 dirmh yg ada balitanya hehehe.... :)
Thanks for the advice  _/\_

kasih ke pemulung juga boleh, cuma masalahnya mereka memilih-milih yg ada harganya saja yg dijual/didaur-ulang

untuk melestarikan alam sebenarnya bukan cuma daur ulang saja, kalau mau jelas bisa ke www.tzuchi.or.id

Offline suli

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 715
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha
Re: anak
« Reply #27 on: 05 November 2012, 02:39:47 PM »
kasih ke pemulung juga boleh, cuma masalahnya mereka memilih-milih yg ada harganya saja yg dijual/didaur-ulang

untuk melestarikan alam sebenarnya bukan cuma daur ulang saja, kalau mau jelas bisa ke www.tzuchi.or.id

Ok siip  ;)
🙏

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: anak
« Reply #28 on: 05 November 2012, 02:42:48 PM »
ikut nimbrung yah.

keadaan sis mirip dg saya.

saya cuma punya 1 anak (laki-laki). sampai saat ini ga punya rencana utk menambah anak lagi. 1 sudah cukup. dgn pemikiran yg rasional, saya tidak punya dorongan utk meneruskan keturunan, apalagi cuma marga, bagi saya nonsense... bahkan anak saya tidak saya beri nama china, dan tidak meneruskan marga leluhur (i don't really care), tentu saja istri ga keberatan, kan yg ribut urusan marga itu pihak laki2.

to the point aja, pasti ada persiapan utk masa depan jg. worst case, kalau anak meninggal, keturunan putus. untungnya saya ga punya dorongan biologis utk mempertahankan keturunan. tentu saja saya sayang dgn anak yg sekarang. jadi kalau anak saya skrg meninggal lebih dulu drpd saya, pasti saya akan menderita (dukkha) dan punya anak cadangan besar kemungkinan tidak menghibur saya.

nah kalau semua berjalan sesuai rencana, masalah utama tinggal financial. saya rasa ini yg utama kenapa orang byk anak... anak 1 orang sangat berat untuk menopang kebutuhan ortunya nanti. jadi, saya pun harus punya dana pensiun sendiri nanti. tidak membebankan pada anak. kemudian anak tunggal nanti krn sendirian pasti lebih kesulitan utk sharing. utk masalah finansial mudah2an ortu bisa bantu, tapi kalau utk masalah hidup, semoga anak saya nanti cepat menikah :P
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline suli

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 715
  • Reputasi: 32
  • Gender: Female
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitattha
Re: anak
« Reply #29 on: 05 November 2012, 03:57:22 PM »
ikut nimbrung yah.

keadaan sis mirip dg saya.

saya cuma punya 1 anak (laki-laki). sampai saat ini ga punya rencana utk menambah anak lagi. 1 sudah cukup. dgn pemikiran yg rasional, saya tidak punya dorongan utk meneruskan keturunan, apalagi cuma marga, bagi saya nonsense... bahkan anak saya tidak saya beri nama china, dan tidak meneruskan marga leluhur (i don't really care), tentu saja istri ga keberatan, kan yg ribut urusan marga itu pihak laki2.

to the point aja, pasti ada persiapan utk masa depan jg. worst case, kalau anak meninggal, keturunan putus. untungnya saya ga punya dorongan biologis utk mempertahankan keturunan. tentu saja saya sayang dgn anak yg sekarang. jadi kalau anak saya skrg meninggal lebih dulu drpd saya, pasti saya akan menderita (dukkha) dan punya anak cadangan besar kemungkinan tidak menghibur saya.

nah kalau semua berjalan sesuai rencana, masalah utama tinggal financial. saya rasa ini yg utama kenapa orang byk anak... anak 1 orang sangat berat untuk menopang kebutuhan ortunya nanti. jadi, saya pun harus punya dana pensiun sendiri nanti. tidak membebankan pada anak. kemudian anak tunggal nanti krn sendirian pasti lebih kesulitan utk sharing. utk masalah finansial mudah2an ortu bisa bantu, tapi kalau utk masalah hidup, semoga anak saya nanti cepat menikah :P

thanks dah ikutan nimbrung ya...

Ya pemikiran Anda mirip dgn pemikiran saya maupun suami, kami pun tidak pernah memikirkan apa yang disebut penerus marga ataupun penerus keluarga, karena menurut saya kita orang keturunan ini, sebenarnya sejak kita terlahirkan di negeri selain Tiongkok, sudah tidak pure lg didalam silsilah marga karena kita
secara tidak langsung sudah 'terputus' dari leluhur di sana, apalagi kita yg sudah keturunan ke sekian ini.....(jaman sekrg orang mau mengaku bermarga apapun bisa, tidak ada sertifikat yg dapat membuktikannya kan?).
Memiliki anak tunggal berarti kita harus siap dgn segala kemungkinan, saya setuju dgn pendapat Anda yg namanya kehilangan anak bagaimanapun pasti akan sangat menyakitkan, berapapun jumlah anak kita, tdk ada yg bs menggantikan. Karena kematian itu mutlak bagi yang memiliki anak 1 ataupun anak banyak...
Mungkin kebanyakan orang beranggapan memiliki anak itu seperti berinvestasi, sehingga di masa tua anaklah yang harus 'membayar' kembali kepada orang tua dgn jalan merawat & menghidupi ortunya (bagi anak itu merupakan wujud bakti) tp kadang justru menjadi beban apabila ternyata anak tsb sendiri blm/tdk mapan. Untuk mengantisipasi saya setuju dgn Anda, kita sbg ortu hrs mempunyai tabungan masa tua & jgn bergantung seratus persen pd anak, karena bagaimanapun anak jg perlu biaya untuk kehidupannya sendiri (&keluarganya). Oleh karena itu sejak dini saya & suami sdh menerapkan pola hidup sederhana, berhemat & menabung (tp bkn berarti menyiksa diri lho hehehe) hanya saja kami berusaha senantiasa untuk menyadari tokh kemewahan hanya sekejap mata yg penting kan badan sehat & hati bahagia, it's more than enough  :)
🙏

 

anything