//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - chingik

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12 13 ... 61
76
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 09 July 2011, 10:17:29 PM »
Kalau hanya untuk menjadi bikhu dan berlatih, namun tetap tdk "mencapai" maka ia dikatakan sbg bikhu penghutang.

Saya menyadari, bahwa untuk menjadi seorang bikhhu/petapa, agar berhasil terhadap cita2 luhur tersebut, hal tersebut hanyalah didasarkan sebab-akibat, proses yg berkesinambungan. baru berhasil.

Bukan hanya karena produk dari pikiran, ia ingin menjadi seorang petapa/samana.

Menjadi apapun ada konsekuensi utk gagal mencapai keberhasilan. Tapi itu bukan alasan utama orang mengurungkan niat. Kegagalan adalah cerminan dari ada kesalahan dlm proses pelatihan dan harus dicarikan pemecahannya. 
Bicara tentang sebab akibat, mengingatkan saya pd satu film yg menceritakan seorang pemuda sangat berkeinginan utk menjadi bhiksu. Setiap saat mengunjungi vihara , ia bertanya pada gurunya bahwa kapan ia bisa menjadi bhiksu. Gurunya hanya menjawab "lihat jodoh karma". Setiap kali ia mengunjungi vihara dan memikirkan niatnya, ia akan bertanya lagi, dan selalu mendapat jawaban yg sama dari gurunya.
Terakhir kali, ia tidak ingin bertanya lagi, ia mengunduli kepalanya dan mendatangi gurunya sambil berkata, "saya datang guru", gurunya manggut2 sambil tersenyum dan menerimanya.
Jika kita lihat semua ini tentu kita menyimpulkan bahwa dibalik semua ini ada latar belakang sebab akibatnya, karmanya telah matang dan lain sebagainya. Tapi yg paling menentukan masih harus kembali pada kita masing2 , bahwak kita adalah pelaku dari sebab akibat, bukan alur yg dikendalikan oleh proses sebab akibat. Dan kunci dari semua ini adalah bagaimana kita bisa utk memunculkan samvega ini. Ini penting utk direnungkan setiap saat, jika tidak maka kita hanya akan tergerus oleh zona nyaman dan larut dalam kesenangan duniawi. 
Beranikah kita mulai saat sekarang menggali diri kita agar samvega itu muncul? 

77
Diskusi Umum / Re: Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 09 July 2011, 09:50:26 PM »
Quote
ini akan terdengar seperti alasan untuk tidak menjalani kehidupan tanpa rumah, tapi saya pikir, hal ini berhubungan dengan karma dan Parami. jangankan orang2 biasa seperti kita, bahkan seorang Bodhisatta pun tidak selalu menjadi bhikkhu dalam kelahirannya sbg manusia. mari kita lihat perjalanan Bodhisatta Gotama dalam 24 kali pertemuannya dengan 24 Buddha,

Tentu saja segala sesuatu dapat dikaitkan dgn karma. Tapi mengatakannya sebagai karma adalah  jawaban yg terlalu abstrak. Ini bisa salah mengarahkan orang.(sama seperti ketika dituduhkan kepada para mahayanis bahwa dikit2 menggunakan senjata pamungkas upaya kausalya, haha, ok kita tdk bahas masalah ini).   
Begini. Jika seseorang hanya bermain2 saja dan tidak ingin mempraktikkan Dhamma dengan sungguh2, tidak mungkin kita hanya mengatakan bahwa itu sudah menjadi karmanya. Sebaliknya, justru sebab2 nya harus ditemukan, persoalannya harus segera dipecahkan agar orang tersebut dapat terbuka mata batinnya dan mulai berlatih dengan sungguh2. 

Jadi inti topik yg ingin saya sampaikan adalah ingin memahami lebih jauh apa yang menjadi kendala bagi kita yang sudah sekian lama belajar Dhamma , tapi masih suka "main2". Kadang saya merasa , khotbah2 Sang Buddha sangat mengagumkan, sangat baik jika dipraktikkan, sangat berharga jika tidak hanya direnungkan, tapi diaplikasikan, direalisasikan degnan sungguh2, tapi pada sisi lain, kadang saya merasa bahwa sesungguhnya saya tidaklah benar2 ingin menjalaninya, dan kadang kala katakanlah menjalaninya sedikit, meditasi, berdana. Tetapi kemudian praktik itu sedikit kendor, konsentrasi pecah dan beralih ke topik duniawi yg aktual. Ibarat masuk lalu keluar lalu masuk lagi dan seterusnya.. , yah seprti yg sdh sering kita baca bahwa jaman Sang Buddha ada bhikkhu yang keluar masuk Sangha sampai 7 kali. Jaman itu saja begitu apalagi kita? Tapi tentu kita tidak mau menjadikan itu sebagai tameng agar kita bisa memaafkan diri kita sendiri.  Malah justru kita harus melihatnya bahwa betapa merugikan dgn perbuatan seperti itu, betapa tidak boleh hal itu terjadi pada kita.

Kembali pada diri kita, jika direnungkan lagi, sepertinya ada kendala2nya, yakni Kita terlalu larut dalam kemalasan, kita terlalu larut dalam zona nyaman. Zona Kesenangan duniawi masih kita anggap sebagai hal yang baik utk tetap kita diami, sedangkan zona kebahagiaan lokuttara masih belum benar2 tersentuh oleh kita. Kita hanya membacanya dari kitab suci, dan seolah-olah itu adalah dongeng sebelum tidur, mimpi2 di atas awan. Seolah2 itu tak terjangkau, seperti katak merindukan bulan.
Kadang saya merenungkan bahwa, kebenaran mulia tentang Dukkha, bukan sekedar menyampaikan tentang makna Dukkha itu sendiri. Lebih dari itu , kita diajak utk melihat secara lebih jernih bahwa kondisi di dalam duniawi ini harus benar2 dipandang sebagai penderitaan betapapun kita sedang dilanda oleh kebahagiaan surgawi.  Bicara tentang kenyataan, kita belum melihatnya , makanya kita masih ingin "bermain2" di sini.
   

78
Diskusi Umum / Pentingkah utk menimbulkan Samvega?
« on: 09 July 2011, 06:37:02 PM »
 Melihat dunia semakin kacau, kehidupan manusia yg serba tidak pasti. Sedangkan kita sudah mengenal ajaran Buddha , ajaran yg begitu mulia yg akan menuntun kita utk mencapai pembebasan dan kebahagiaan sejati.
Tetapi mengapa kita masih blm juga merasa terdesak utk berlatih.
Byk orang memberi alasan melatih diri jg dapat berhasil di kehidupan rumah tangga . Tetapi perlu dicatat, persentase khotbah Dhamma Sang Buddha lebih banyak ditujukan kepada org yg menempuh kehidupan monastik .  Mungkin ini cukup mengindikasikan bahwa sesungguhnya jalan paling ideal mengakhiri dukkha adalah mulai dari langkah menuju kehidupan tanpa rumah.
Tapi cukup mengherankan, mengapa kita masih tidak mau meninggalkan rumah menuju tanpa rumah? ya, tentu saja utk segera mengakhiri dukkha. Atau sebenarnya kita  blm benar2 memahami  dukkha ? Masih ingin bermain2 di sini, mencari kenikmatan indriya, berkutat dengan DSM?
Mohon sharing, apa yg membuat anda2 blm jg muncul samvega dlm diri anda.
Atau rekan2 merasa samvega tidak cukup pentin utk dimunculkan? tentu kita tidak bisa memunculkannya hanya dgn berpikir2, bisa saja kita harus mengalami satu kejadian super penting yg melanda hidup kita baru muncul sedangkan kejadian itu belum datang jg. 

79
Mahayana / Re: sang kung
« on: 27 May 2011, 04:52:49 PM »
[at] cingik
Lalu persembahan berupa air n nasi yg diberikan iitu di bawa ke dpn rmh, stlh qta baca sutra untuk sangkung ya??
Mohon penjelasan lbih lanjut dnk....
Thx
apa maksudnya bawa ke depan rumah?
maaf, bro, kalo soal tata cara saya belum mengerti.


80
Mahayana / Re: sang kung
« on: 24 May 2011, 08:03:26 PM »
Omitofo..
Pd kali ini sy ingin bertanya mengenai sang kung..
Sang kung itu sbnr ny tuh persembahan untuk para dewa ato untuk makhluk di alam samsara ya??
Lalu persembahan ny itu hanya berupa nasi dan air ato mdh da tambahan lain ny??
Dan jg bs kah mrlaksanakan ritual sang kung di altar rmh??

Mohon pencerahan ny..
Thx

sangkung artinya Memberi persembahan. 
Coba perhatikan gatha persembahan ini, maka akan dipahami kepada siapa persembahan ini ditujukan:
此食色香味,上供十方佛,中奉诸圣贤,下及六道品。等施无差别,随愿皆饱满,令今施者得,无量波罗蜜。三德六味,供佛及僧,法界有情,普同供养
Ini terjemahan kasarnya (CMIIW):
Makanan dengan corak wangi ini, ke atas dipersembahkan kepada Buddha di sepuluh penjuru semesta, ke tengah dipersembahkan kpd para makhluk suci, bawah dipersembahkan kpd makhluk di 6 alam kehidupan, pemberian dana ini secara merata dan seimbang, semoga terpenuhi kebutuhannya, sesuai tekad agar penderma mencapai paramita yang tak terbatas.  [Makanan] dengan 3 kebaikan (lembut, bersih, sesuai)  dan 6 rasa ini , dipersembahkan kpd Buddha dan Sangha, serta makhluk di Dharmaloka, sama-sama dipersembahan.

Jadi sebenarnya Persembahan itu secara merata dan seimbang utk semua makhluk hidup .

Ritual sangkung menurut saya boleh dilaksanakan di altar rumah.

81
Diskusi Umum / Melihat Shaolin dari sisi yang bukan Kungfu
« on: 09 February 2011, 05:24:35 PM »
Sejarah singkat pendirian Vihara Shaolin sebagai pusat meditasi
(Melihat Shaolin dari sisi yang bukan Kungfu)

Menelusuri awal berdirinya Vihara Shaolin,  di sini kita akan menjajaki dari pendirinya, Bhiksu Bhadra. Bhiksu Bhadra berasal dari India.  Menurut kitab XuGaoSengZhuan (Riwayat Bhiksu Agung-  Edisi lanjutan), saat meninggalkan kehidupan rumah tangga, Bhiksu Bhadra sering berlatih meditasi bersama 5 rekan bhiksu lainnya. Namun kelima rekannya telah berhasil mencapai kesucian, hanya Bhadra yang belum merealisasinya. Meskipun telah berlatih keras, beliau tetap belum berhasil juga.  Rekannya yang telah mencapai kesucian melihat dengan mata batinnya bahwa Bhadra memiliki jodoh karma dengan umat Buddha di Tiongkok, maka menasihatinya untuk menyebarkan Dharma dan melanjutkan latihan di sana. Bhadra menerima nasihat ini dan mengunjungi Tiongkok yang pada saat itu merupakan dinasti Wei Utara (495 M).

Pada saat itu, penguasa Wei Utara, Kaisar Xiaowendi, adalah pemeluk agama Buddha yang sering menyokong Sangha. Terlebih lagi, kaisar sangat memperhatikan bhiksu yang datang dari India. Kedatangan Bhiksu Bhadra, misalnya, kaisar menyokong beliau dengan antusias, menyediakan goa untuk latihan meditasi beliau. Goa batu yang ditempati Bhiksu Bhadra terletak di kota Tatong barat, disebut Goa Yunmen.
Pada kesempatan lain, ketika berada di kota Cheng’an, seorang hartawan dari keluarga Kang menjadi penyokong Bhiksu Bhadra di sebuah cetiya. Bhiksu Bhadra kerap bermeditasi di cetiya ini. Satu ketika, seorang bocah melihat dari jendela cetiya terpancar cahaya terang yang dikiranya terjadi kebakaran, lalu memberitahu keluarga Kang. Setelah mereka memeriksanya, ternyata tidak terjadi apa-apa dan hanya terlihat Bhiksu Bhadra yang sedang bermeditasi di dalamnya. Dari kejadian ini,orang-orang lalu menyimpulkan bahwa kemungkinan Bhiksu Bhadra telah mencapai tingkat kesucian.

Tahun 495, pemerintahan Wei Utara memindahkan ibukota ke kota Luoyang. Seiring dengan itu, Bhiksu Bhadra juga datang ke Luoyang. Kaisar lalu menyediakan ruang meditasi untuk beliau. Namun karena Bhiksu Bhadra lebih menyukai tempat yang jauh dari hiruk pikuk, beliau lebih banyak menyepi dan bermeditasi di pegunungan Song. Meskipun demikian, Kaisar Xiaowendi tetap menyokong beliau dengan mendanakan sebuah vihara di wilayah itu dengan nama Vihara Shaolin. Nama Shaolin diambil berdasarkan letak geografisnya di hutan pegunungan Shaoshi (bagian dari pegunungan Song), maka disebut Shaolin (Hutan gunung Shao). Setelah berdirinya Vihara Shaolin, banyak umat yang datang belajar meditasi dibawah bimbingan Bhiksu Bhadra. Di samping mengajar meditasi, Bhiksu Bhadra juga memberi ceramah Dharma. Tidak berapa lama kemudian, Vihara Shaolin menjadi pusat meditasi.

Saat itu Bhiksu Bhadra mengajarkan samatha dan vipassana.  Murid utama Bhiksu Bhadra adalah Sengchou, Huiguang, dan Daofang.  Bhiksu Sengchou dipuji Bhiksu Bhadra sebagai murid yang paling berkembang meditasinya, hingga menjulukinya “Dari Pamirs ke Timur, dia yang paling terkemuka meditasinya”. 

*(Pamirs - >sekarang merupakan wilayah Tajikistan) 

Sedangkan Huiguang menjadi Bhiksu yang cukup terkemuka dalam praktik Vinaya dengan bersandarkan kitab “Empat bagian Vinaya”.
 Th 508, Bhiksu dari India Tengah, Ratnamati berkunjung ke Vihara Shaolin. Bersama Bodhiruci,  beliau diundang utk menerjemahkan kitab komentar, seperti Dasabhumika-sastra (12 bab), Saddharmapundarika Upatisa.  Ratnamati terkenal dengan daya ingatnya yang kuat, konon sanggup melafal 10juta gatha (sama sperti kemampuan para Tipitakadara).   

Kemudian, Bhiksu yang datang ke Shaolin adalah Bodhidharma.  Beliau mengajarkan meditasi juga. Dan kitab utama yang diajarkan adalah Er ru si xin, Wu xin lun, Xue mai lun,  dan Lankavatara Sutra. Murid utamanya adalah Huike.

Memasuki masa Dinasti Sui , Kaisar yang juga menjadi pemeluk agama Buddha, Suiwendi, di sekitar tahun 581-600 memberi sokongan besar kepada Vihara Shaolin. Beliau mendanakan tanah sebesar 100 qin. Vihara Shaolin menjadi Vihara yang asetnya cukup besar.  Tahun 618, Dinasti Sui memasuki pergolakan, konfrontasi politik terjadi di mana2. Vihara Shaolin yang besar menjadi sasaran para perampok dan pembrontak.  Vihara dibakar, para bhiksu diserang. Di sinilah awal sejarah perlawanan para bhiksu kepada pihak luar yang ingin mencaplok Vihara Shaolin.

82
Mungkin karena dua sutta ini sudah dimasukkan ke dalam Suttanipāta sehingga tidak dimasukkan ke Majjhimanikāya.

Soal pengelompokan sutta seperti ini, saya perhatikan juga terjadi dalam Sarvastivada. Misalnya Sakkapanha sutta, Sigalovada Sutta, Agganna sutta dari Dighanikaya, sekte Sarvastivada mengelompokkannya bukan dalam Dirghagama melainkan Madhyamagama. 

83
Mahayana / Re: Siapakah Yang Merangkai Ulang Sutra-sutra Mahayana?
« on: 05 February 2011, 11:12:55 AM »
Menyundul kembali thread lama...

Sdr. Gandalf menyebutkan adanya Vinaya Mahayana & Abhidharma Mahayana dlm pengulangan Tripitaka Mahayana oleh para Bodhisattva. Setahu saya (cmiiw) gak ada yg namanya Vinaya Mahayana krn saat ini para bhiksu Mahayana menggunakan Vinaya dr aliran Mulasarvastivada (utk tradisi Mahayana Tibet) atau aliran Dharmaguptaka (utk tradisi Mahayana Cina). Baik Mulasarvastivada maupun Dharmaguptaka masih termasuk sub aliran Sthraviravada,jadi Vinaya-nya jg "Hinayana".

Sedangkan utk Abhidharma Mahayana,setau saya jg gak ada. Adapun Abhidharma Pitaka berbhs Mandarin yg diterjemahkan dr Sanskrit & dipakai dlm Mahayana saat ini mrpk Abhidharma dr aliran Sarvastivada yg masih sub dr Sthraviravada. Sedangkan karya2 sastra Mahayana spt Prajnaparamita Sastra menurut saya bkn Abhidharma krn bersifat ulasan/komentar thd sutra Mahayana. Bisakah sdr. Gandalf menjelaskan hal ini?


Bro Gandalf mungkin lagi sibuk,  coba saya cari infonya, n dapat dari bbrp sumber. :p
Praktisi Mahayana memang mengambil sila berdasarkan vinaya Sravaka. SEbenarnya bukan karena tidak ada vinaya dari mahayana. Lebih disebabkan Mahayana menjadikan pelatihan jalan Sravaka sebagai satu kesatuannya, jadi tetap diterapkan juga. Seperti dalam kitab Qingjing Bini Fangguang Jing (Qingjing= suci, Bini=Vinaya, Fangguang= Vaipulya, Jing= Sutra)  , Manjusri Bodhisatva berkata, “Vinaya Bodhisatva ibarat Samudera, semua vinaya tiada satupun yang tidak tercakup ke dalamnya, yaitu vinaya sravaka dan vinaya pratyeka dan vinaya bodhisattva.
 Utk Vinaya Mahayana, yang menjadi pegangan utama adalah Brahmajala Bodhisatva Sila.  Bodhisatva Sila ini boleh diambil tanpa harus terlebih dulu mengambil Pancasila, Attasila, atau Sila Penuh (250 sila), jadi umat awam pun boleh mengambilnya.  Sila Bodhisatva terdiri atas  10 Sila berat, dan 48 sila ringan.
Selain Brahmajala Bodhisatva Sila, masih terdapat kitab2 vinaya Mahayana lainnya adalah :
- Pusa Yingluo Benye Jing,  penerjemah: Zhufonian
-  Qingjing Bini Fangguang Jing, penerjemah: Kumarajiva
-  Foshuo Pusa Neijie Jing,  penerjemah: Gunabhadra
- dll

Mengenai Abhidharma Mahayana, menurut Nagarjuna, Abhidharma merupakan penjelasan/penjabaran semua atribut Dharma yang dibabarkan Buddha. 
Jadi sebenarnya dalam Mahayana menganggap semua kitab komentar terhadap sutra merupakan bagian dari Abhidharma.  Selain dari pada itu, tentu juga terdapat Abhidharma lainnya dari Mahayana yg tidak hanya komentar atas Sutra2.  Misalnya, Mahayanabhidharma-samuccaya karya Asanga,  Yogacara bhumi sastra, madyamaka-sastra karya Nagarjuna,   Sata-sastra karya Santideva.  Dvādaśanikāya-śāstra karya Nagarjuna, dan tentu masih banyak lagi.
Saya percaya bro sudah mengenal kitab2 tersebut, tapi apakah menurut bro ,itu tidak dikategorikan sebagai Abhidharma?   Tapi dalam Mahayana sendiri menganggapnya Abhidharma.

84
 [at] fabian,
Menurut saya, berargumen antar aliran begini tidak mendukung kemajuan batin.
Akan lebih baik lagi kita bersikap kritis pada aliran yg kita pegang sendiri. Misalnya sejauh ini kenapa kita gak mencapai kesucian, gak memiliki sense of urgent utk terlepas dari dukkha, lalu kita bercemin pd aliran yg kita pelajari dgn mengkritisi di mana letak kesalahan kita. Alih2 selalu membandingkan antar tradisi, padahal tradisi sendiri blm sanggup kita implementasikan dlm pelatihan kita.
Sekedar beri masukan..hehe..

85
Diskusi Umum / Re: Saya sering ditanya ,"APAKAH ALAM BUDDHA ADA?"
« on: 30 March 2010, 11:27:16 AM »
Belum pernah liat alam Buddha selain Bumi, karena Buddha Sakyamuni kan adanya di Bumi. yg lain saya no comment. no judge.  ;D . tp gw pernah baca kalo nga salah di riwaya agung para Buddha, dan may be sutta ato apa gt, bahwa alam semesta ini sgt byk, Buddha bahkan mampu melihat 10.000 alam semesta, dan di setiap alam semesta ada kehidupan, dan ada yg tdk ada kehidupan, demikian Bhante Anurrudha mampu melihat 1000 alam semesta dalam sekejap,, jika terdapat demikian b=yk alam semesta, tentu saja ada kemungkinan disana ada Buddha...

Buddha Sakyamuninya ada di Bumi----> pernyataan ini sebenarnya telah menunjukkan bahwa inilah Tanah Buddha Sakyamuni. Demikianlah pengertiannya.

86
Jika tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, saya rasa baik utk ajak kerjasama berbuat kebajikan, menolong orang. Kalo makhluk halus tersebut belum Tisarana, ajak dia Tisarana. 

87
Quote
maksudnya  Avalokitesvara itu masih mahluk yang suka bantu orang yang meminta2 ke dia?
Avalokitesvara telah terbebas dari konsep keakuan. jadi ketika orang meminta2 , mungkin reaksinya tidak akan seperti ketika kita diminta2i orang. Jadi terlalu absurd bila kita mencoba memikirkan bgm seharusnya reaksi dan tindakan dari orang yg telah terbebas dari konsep keakuan ini berdasarkan pemikiran awam kita.
  Saya sendiri masih menganalisa tentang hal2 permohonan kepada Avalokitesvara, tetapi sejauh Mahayana yg saya pelajari, rasanya sangat aneh bila bermohon sesuatu kpd avalokitesvara, karena benar2 bukan aspek utama dlm pembelajarn dharma, sedangkan kenyataan bahwa dalam Samanthamuka terdapat ajaran tentang barang siapa yg memohon akan terpenuhi, ini bagaikan penekanan pd aspek kewelas asihannya, bukan mengajarkan kita utk sekedar hidup dari memohon. Tetapi dalam keadaan genting, bila kita sering memikirkan aspek ini, maka ketika keadaan genting, kita akan lebih memiliki pegangan /pikiran terarah pd Avalokitesvara dan entah kenapa ada kalanya cukup membantu. 
Sisanya saya masih dlm tahap analisa juga, haha..



 

88
Diskusi Umum / Re: darimana asal nya nyawa2 baru di dunia kita ini?
« on: 29 March 2010, 06:28:44 PM »
::)

saya ada pertanyaan begini menurut buddhism makhluk yg belum sempurna (kita) ini kan akan terus tumimbal lahir sampai sempurna baru gak lahir di alam ini lagi tapi gw berpikir dulu indonesia 1945 cuman 50jt jiwa sekarang 250jt di dunia 1945 sekitar 2-3 milyar sekarang 6 milyar itu tambahan nyawanya dari mana karena manusia yg mati gak banding dengan yg lahir? ada yg bisa kasih analisa logis misal nyawa nya binatang kek impor dari dunia lain, dsb.

thank.
Menurut buddhism juga, ada 6 alam kehidupan: alam neraka, binatang, hantu, asura, manusia , dewa. Dari ke enam alam ini, para makhluk lahir dan mati saling berpindah sesuai dgn karma. Jadi jumlah penduduk bertambah , itu salah satu faktornya adalah disebabkan oleh  para makhluk dari salah satu alam itu terlahir di alam manusia.
Apa bisa dikatankan mahkluk2 itu sangat beruntung??

Tapi kenapa di alam manusia mengalami kemrosotan moral???

Tapi,menurut sy yg paling masuk akal adlh penjelasan INDRA,karena banyak terjadinya hubungan kelamin..


*bukannya di buddhism mengenal 31 alam kehidupan?

beruntunga bagaimana, semua yg tergantung karma

kemerosotan itu hanya sebuah siklus, ada kalanya suata ketika moralitas akan berkembang. Penyebab kemerosotan adalah karena kualias batin yg semakin merosot

hubungan kelamin hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor pendukung (penyebab sekunder) terjadinya proses kelahiran manusia.  Bukan unsur penyebab utama (primer).




89
memang ada di mahakarunacitta dharani.

pd intinya sutra ini tujuannya memperlihatkan bhw Avalokitesvara menimplementasikan welas asih sesuai dgn karakter makhluk yg dapat dibantu sesuai kapasitas pada kondisi dan waktu tertentu. Ini tentu merupakan sifat Dharma yg masih lokiya. (silakan lihat penjelasan sebelumnya, hehe)

Untuk masalah ehipassiko, ini juga tergantung masing2 orang yg faktor penentunya juga tidak bersifat tunggal. sebagai contoh misalnya membaca Paritta jika tidak diikuti dengan daya konsentrasi juga bisa tidak berefek apa2. Atau bila tidak diiringi dgn pemahaman yg benar ttg dhamma, maka efek dari membaca itu juga bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Membaca mantra/dharani juga sama prinsipnya. 
Sebenarnya efek dari membaca mahakaruna dharani banyak kisahnya di negeri Tiongkok, saya rasa sebagiannya mungkin agak berlebihan kisahnya , tapi dari sekian banyak kisah itu, saya cenderung menerima bahwa dalam banyak kisah itu, yg benar2 tidak lebay pasti ada juga. maksudnya mengisahkan apa adanya bahwa efeknya benar2 mendapatkan manfaat. ) 。 Apakah itu faktor religi atau psikologis, pada konteks tertentu ada ajaran yg memang terdapat kedua faktor itu, tapi bila dengan skeptis mengatakannya sbg faktor psikologis saja, saya rasa ini juga tidak berimbang dalam analisanya. Saya pribadi tidak sret dgn ritual2, tapi ini justru membuat saya memahami satu hal bahwa ternyata karakter orang memang sangat beragam.
Kembali pada intisari dari Mahakaruna dharani, secara umum, atau mengenai bebek secara khusus, point utama bukan terletak pd semata-mata harmonis, karena pusat pesan yg diberikan dlm sutra ini tidak sekedar itu, melainkan utk mengemukakan aspek Maitri karuna dari Avalokitesvara.
Pelajaran yg dipetik dari Sutra ini terletak pada ajakan utk mengembangkan sifat Maitri karuna, sedangkan ritual bulu bebek itu cuma beberapa point dari "jurus2" yg karena ada sisi metafisika yg bisa memberi efek bagus maka diberikan di sini, tapi tetap bukan point utama, karena ini hanyalah metode yg bersifat lokiya. Semua kembali pada pesan utama, Maitri Karuna. Ini merupakan titik pembelajaran yg dikembangkan bagi mereka yg ingin belajar mengembangkan parami.

 

90
Quote
justru ini untuk melihat realita, seperti apa ajaran Buddha, apakah realita atau khayalan?
maslaahnya realita yg dilihat dari kacamata pancaindera apakah dpt diandalkan? bukankah kita diajarkan utk mengamati gerakgerik pancaindra sebgai produk khayalan yg menutupi realitas sejati? dan realitas sejati hanya bisa terkuak ketika kita memasuki kesadaran murni yg halus melalui samatha vipassana.

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9 10 11 12 13 ... 61