Saya sering mendengar banyak komentar dari umat Buddha yang idealis maupun bhikkhu senior tentang berdagang atau berbisnis tanpa melakukan kecurangan, penipuan atau ketidak-jujuran. Menurut saya konsep seperti hanya omong kosong. Hanya orang yang tidak mengerti dunia bisnis yang bisa mengatakan bahwa ada cara untuk menjalankan bisnis dengan kejujuran 100% dan tanpa musavada. ^-^
Begini saja, silakan anda menyebutkan bisnis apa yg menuntut bahwa harus musavada untuk menjalankan bisnis itu. nanti baru kita evaluasi apakah mungkin untuk menghilangkan faktor musavada itu.
:))
Membingungkan juga maksud penghidupan benar. Kalau mau paling ideal itu memang pindapatta, namun saya sering sekali mendengarkan bhikuu yang berbicara tentang penghidupan benar yang disetarakan dengan perdagangan benar :-?. Kalau mengenai masalah bisnis, memang sangat berat untuk bisa "lurus" :|
Bagaimana dengan saran dari Sang Buddha dalam mencari pasangan? ;D Salah satunya kalo tidak salah yaitu kesamaan moralitas, apakah bisa dikatakan bahwa saran tersebut adalah "metode mencari pasangan sesuai JMB8" ?
Bisnis ekspor kopi ke luar negeri.
Begini saja, silakan anda menyebutkan bisnis apa yg menuntut bahwa harus musavada untuk menjalankan bisnis itu. nanti baru kita evaluasi apakah mungkin untuk menghilangkan faktor musavada itu.
Yah, itu salah satu "paham" yang beredar di lingkungan Buddhis. ^-^Kenapa menikah tidak mungkin menuju Nibbana kk?
Itu adalah saran dari Sang Buddha, sama seperti orangtua yang memberi saran kepada anaknya untuk mencari wanita baik-baik. JMB8 adalah metode untuk menuju Pembebasan. Dikatakan dalam syair bahwa seperti Sungai Gangga yang mengalir ke Timur, orang yang berada di JMB8 akan mengalir ke Nibbana. Mencari wanita dan menikah tidak akan mungkin menuju Nibbana. Jadi mencari wanita dengan metode JMB8 adalah salah satu konsep terkonyol yang dibuat umat Buddha belakangan ini! :))
Kenapa menikah tidak mungkin menuju Nibbana kk?
jelas kan? menikah mengarah menuju ikatan bukan kebebasan. jadi bercerailah
saya malah tidak paham di bagian mana musavada harus ada, apakah untuk menipu pajak? setau saya pajak ekspor kan murah atau bahkan 0
bisnis supermarket yang punya harga fix rasa-nya tidak memerlukan banyak keterkaitan untuk melakukan musavada
Kenapa menikah tidak mungkin menuju Nibbana kk?
jelas kan? menikah mengarah menuju ikatan bukan kebebasan. jadi bercerailah
Bodhisattva saja belum cerai saat menjadi Buddha. Karena mungkin dulu belum ada hukum yang mengatur perceraian... Ya, kalaupun ada mana mungkin juga dia menceraikan istrinya. Yang penting toh dia sudah tidak melekat sama istrinya atau apapun. Maafkan saya kalau ternyata salah. ;D
Saya juga tidak tahu... Saya hanya membalas postingan terakhir dari om wang kok. ;D
Importir biasanya mencari supplier yang bisa diajak kerjasama dalam jangka waktu panjang. Para importir juga biasanya membuat term and condition dalam kerjasama bisnis ini untuk menjadi agen tunggal. Misalnya A adalah importir dari Libanon, dan B adalah eksportir dari Indonesia. Importir A meminta klausul perjanjian kerjasama agar eksportir B ini hanya menjual kopi ke Libanon hanya melalui A. Persoalannya, kadang kala eksportir B sudah memiliki customer lain di Libanon. Importir A pasti akan bertanya: "Apakah kamu punya customer lain di Libanon?" Jika eskportir B menjawab: "ya, kami punya"; no business then.
Contoh kedua mirip, namun terjadi di dalam negeri. Eksportir B tentu memiliki supplier kopi di negaranya. Dan ada banyak supplier yang juga memiliki divisi ekspor sendiri; sehingga bisa mengekspor kopi secara mandiri. Kadangkala supplier kopi ini memiliki agen tunggal di negara lain, katakanlah di Uni Emirat Arab. Persoalannya, eksportir B bisa mempunyai puluhan daftar customer (importir) dari Uni Emirat Arab. Supplier tentu bukanlah perusahaan bodoh yang tidak memeriksa kompetitor pasarnya. Supplier sesekali akan bertanya: "Apakah kamu mengekspor kopi dari saya ke Uni Emirat Arab?" Jika eksportir B menjawab: "ya, kami juga mengekspor ke sana";
Contoh ketiga berkenaan dengan prosedur ekspor-impor. Para importir di negara manapun akan dikenakan pajak impor yang tidak kecil di negaranya, katakanlah di Kuwait. Importir dari Kuwait akan meminta Undervalue Invoice dari eksportir B, yaitu dokumen Invoice yang nilai (value) pembelian barangnya direduksi lebih kecil supaya pajak impor yang dikenakan lebih kecil di Kuwait. Semua importir selalu butuh dokumen ini! Jika eksportir B tidak bisa menyediakan dokumen ini, no business then.
Karena tujuan menikah (seharusnya) adalah untuk menikmati kehidupan berkeluarga, bukan untuk mencapai Pembebasan. :D
Kalo gitu bagusan menikah ato gak kk? ;D
tuidak menikah lah...biar ga ada beban pikiran dan hati...
diri sendiri merawat diri sendiri lho nona yen2 ;DMrk suka menghilang n muncul bersamaan :))
(Bawel Mode:ON)
sudah lama gak liat om bawel ama nona hema.
Mrk suka menghilang n muncul bersamaan :))
Memang tidak ada pajak ekspor di Indonesia. Tapi ada di hal-hal operasional lainnya:Berapa harga yang berani diajukan oleh importir A untuk menjadi agen tunggal? Biasanya itu kan dibicarakan,
- Importir biasanya mencari supplier yang bisa diajak kerjasama dalam jangka waktu panjang. Para importir juga biasanya membuat term and condition dalam kerjasama bisnis ini untuk menjadi agen tunggal. Misalnya A adalah importir dari Libanon, dan B adalah eksportir dari Indonesia. Importir A meminta klausul perjanjian kerjasama agar eksportir B ini hanya menjual kopi ke Libanon hanya melalui A. Persoalannya, kadang kala eksportir B sudah memiliki customer lain di Libanon. Importir A pasti akan bertanya: "Apakah kamu punya customer lain di Libanon?" Jika eskportir B menjawab: "ya, kami punya"; no business then.
Mau diekspor kemanapun tidak akan memberi pengaruh pada supplier, malah rugi bagi supplier jika menghilangkan pelanggan.
- Contoh kedua mirip, namun terjadi di dalam negeri. Eksportir B tentu memiliki supplier kopi di negaranya. Dan ada banyak supplier yang juga memiliki divisi ekspor sendiri; sehingga bisa mengekspor kopi secara mandiri. Kadangkala supplier kopi ini memiliki agen tunggal di negara lain, katakanlah di Uni Emirat Arab. Persoalannya, eksportir B bisa mempunyai puluhan daftar customer (importir) dari Uni Emirat Arab. Supplier tentu bukanlah perusahaan bodoh yang tidak memeriksa kompetitor pasarnya. Supplier sesekali akan bertanya: "Apakah kamu mengekspor kopi dari saya ke Uni Emirat Arab?" Jika eksportir B menjawab: "ya, kami juga mengekspor ke sana"; no business again then.
ini tuduhan serius, apakah ada buktinya? dan apakah sudah dilaporkan ke hansip?
saya melihat tidak wajib musavada di sini. kalau kerja sama ini memang memguntungkan maka eksportir B harus siap menerima term and condition yg telah disepakati bersama dan menghentikan eksportnya ke customer lain. atau jika dianggap tidak menguntungkan maka eksportir B berhak untuk tidak bekerja sama. sederhana kan? dan pilihan mana pun akan tetap menguntungkan si eksportir B. jadi bukan berdasarkan keserakahan semata.
kasus yg sama, juga tidak wajib musavada.
jika importir hanya menerima undervalue invoice, maka resiko yg dihadapi si eksportir jujur hanyalah kehilangan 1 pelanggan, bukan berarti "no business".
semua contoh di atas hanyalah contoh apakah demi keuntungan sebesar2nya kita harus melakukan pelanggaran sila. padahal ada pilihan lain, yaitu dengan keuntungan yg cukup, kita tetap dapat mempertahankan sila.
menurut saya bukan tidak mungkin menjalankan bisnis dengan jujur tanpa musavada, pilihan kembali kepada masing2 pebisnis.
contoh ekstrim adalah Ghatikara yg berbisnis dengan jujur demi mencukupi kebutuhannya saja, bukan untuk mencari kekayaan yg sebesar2nya. kita tidak perlu meniru contoh ekstrim tersebut, namun menjalankan bisnis tanpa melanggar sila adalah hal yg sangat mungkin.
Berapa harga yang berani diajukan oleh importir A untuk menjadi agen tunggal? Biasanya itu kan dibicarakan,
contoh anda diatas seperti pedagang kaki lima yang tawar menawar dengan pembelinya.
Mau diekspor kemanapun tidak akan memberi pengaruh pada supplier, malah rugi bagi supplier jika menghilangkan pelanggan.
setiap usaha/bisnis bisa dilakukan dengan musavada atau tidak melanggar musavada
tergantung niat masing2 pelaksananya
_/\_
;D Maksudnya ambil customer baru dan buang customer lama, atau tetap bisnis dengan customer lama dan lupakan calon customer baru? ;D Kalau General Manager, Direktur dan Perusahaan Ekpor Trading menerapkan kebijakan seperti ini; mana mungkin bisa mengatasi beban yang muncul dari restitusi pajak, harga kopi yang selalu naik, dan kurs mata uang yang selalu berubah. Belum lagi ada beban-beban lainnya. ^-^
:)) Jawab dengan jujur: "ya, saya juga mengekspor ke Uni Emirat Arab.", yah? Itu namanya merusak reputasi perusahaan sendiri di lingkungan pelaku eksportir kopi loh. Mana ada yang mau jadi supplier eksportir B lagi, kalau eksportir B sudah ketahuan "pernah nusuk dari belakang". ^-^
??? Sepertinya Bro Indra kurang paham soal yang ini. Justru jika importir mendapatkan Undervalue Invoice, maka bisnis akan lanjut dan terus berjalan loh.
Bukan maksud untuk menyepelekan maksud Bro Indra. Saya tahu Bro Indra sangat idealis dengan keteguhan pada sila. Tapi kalau mau tetap berpegang pada sila dan menolak untuk "berbohong kecil", maka darimana perusahaan mendapatkan omzet yang sesuai target? Ingat bahwa setiap perusahaan (khususnya perusahaan ekspor) sangat bergantung pada PENJUALAN dan OMZET; dan ada TARGET YANG HARUS DICAPAI agar beban dan biaya operasional dapat ditutupi dan tentu saja PROFIT yang diharapkan.
Bisnis ekspor tidak seperti jual kacang goreng; mau ambil boleh, tidak mau juga gak apa-apa. Ada banyak kendala yang terjadi di lingkup operasional. Tidak semudah dengan prinsip "jangan musavada" maka semua urusan beres. Adakalanya kita tidak perlu jujur pada orang lain, selama kita tidak menipu! Tidak semua bisnis harus melakukan tipuan. Namun menurut saya, semua bisnis (apalagi bisnis besar) yang dijalankan dalam jangka waktu panjang butuh beberapa trik khusus untuk tidak terlalu jujur dengan pihak lain.
Kadangkala ada anekdot yang berlaku di zaman ini: "Orang jujur itu langka dan baik, orang tidak jujur dan penipu itu sangat banyak. Namun orang yang terlalu jujur adalah orang bodoh, sedangkan orang yang lihai dan tidak terlalu jujur adalah cerdas".
Benar. Jika memakai prinsip Bro Indra untuk menjalankan bisnis ekspor (trading), saya jamin dalam tahun pertama perusahaan akan punya kendala terbesar. Restitusi pajak!
tidak ada yg tidak mungkin, alasan yg anda kemukakan hanyalah pembenaran untuk berperilaku tidak jujur.
kalau perbuatan dilakukan sebelum terjadi kontrak, maka itu saya pikir bukan "menusuk dari belakang". setelah kontrak sebaiknya memang lakukanlah sesuai kontrak. seperti halnya saya tidak mau orang membohongi saya, maka saya juga tidak akan membohongi orang lain, bahkan dengan alasan berbisnis.
hanya juga berbisnis, dan saya harus mencari nafkah, tapi saya berusaha untuk tidak berbohong kepada pelanggan2 saya, misalnya jika ada pelanggan yg menawar, "apa tidak bisa kurang lagi pak?" saya akan menjawab, "bisa aja, tapi saya tidakk mau untung kecil." dan biasanya cara saya berhasil. saya pikir dalam berbisnis yg lebih penting adalah kemampuan berdiplomasi dan bernegosiasi, adalah pilihan kita apakah mau memasukkan unsur tipu atau tidak, tapi unsur tipuan ini sama sekali bukan keharusan dalam berbisnis.
ada istilah baru yg anda perkenalkan, "berbohong kecil", bisa anda jelaskan definisinya dan batasannya?
dan mohon sebutkan juga negara buddhis idealis yg anda maksudkan agar daapt kita tinjau bersama apakah kejujuran memang menjadi hambatan bagi kemajuan
Keliru. ;D Justru ketika importir A menawarkan kerjasama untuk menjadi agen tunggal, itu artinya importir A meminta fasilitas-fasilitas khusus dan harga yang lebih murah daripada biasanya.Itu artinya si pengekspor tidak punya langganan lain. Atau menjual barang yang tidak laris.
Supplier kopi adalah supplier tunggal di Uni Emirat Arab. Itu artinya tidak boleh ada ekspor kopi dari supplier tersebut yang menuju Uni Emirat Arab selain melalui divisi eskpor si supplier kopi tersebut. Jika eksportir B menjual kopi tersebut ke Uni Emirat Arab, itu artinya terjadi persaingan pasar di Negara Uni Emirat Arab. Artinya: eksportir B adalah customer sekaligus pesaing (kompetior) dari supplier kopi.Bagaimanapun si pengekspor tidak akan bisa menang harga dalam persaingan. Dan jika itu terjadi berarti supplier bukan takut tersaingi tapi memang ingin memperluas pasarnya. Kalau dia berani menghilangkan customernya berarti barangnya bagus. Jika barang bagus dan laku, pembeli yang berebut mencari penjual.
Tentu saja supplier kopi akan memutus hubungan kerjasama. Dan parahnya, jika isu ini sudah diketahui; maka supplier mungkin saja bisa melacak siapa importir yang membeli kopi dari eksportir B. Resiko terburuknya adalah eksportir B kehilangan supplier, reputasi perusahaan eksportir B memburuk, supplier kopi mendapatkan importir baru di Uni Emirat Arab tanpa sepengetahuan importir lamanya, dan supplier kopi sama sekali tidak merasa rugi kehilangan customer (eksportir B).
Supplier kopi adalah supplier tunggal di Uni Emirat Arab. Itu artinya tidak boleh ada ekspor kopi dari supplier tersebut yang menuju Uni Emirat Arab selain melalui divisi eskpor si supplier kopi tersebut. Jika eksportir B menjual kopi tersebut ke Uni Emirat Arab, itu artinya terjadi persaingan pasar di Negara Uni Emirat Arab. Artinya: eksportir B adalah customer sekaligus pesaing (kompetior) dari supplier kopi.
Tentu saja supplier kopi akan memutus hubungan kerjasama. Dan parahnya, jika isu ini sudah diketahui; maka supplier mungkin saja bisa melacak siapa importir yang membeli kopi dari eksportir B. Resiko terburuknya adalah eksportir B kehilangan supplier, reputasi perusahaan eksportir B memburuk, supplier kopi mendapatkan importir baru di Uni Emirat Arab tanpa sepengetahuan importir lamanya, dan supplier kopi sama sekali tidak merasa rugi kehilangan customer (eksportir B).
Saya tidak melakukan pembenaran. Saya akui butuh musavada, jika tidak maka akan mengganggu operasional bisnis.
Tidak ada yang tidak mungkin? Apakah maksudnya menjalankan perusahaan dengan customer kecil dalam jumlah sedikit maka itu adalah pencapaian yang sangat baik? ^-^
Tidak ada kontrak dalam hal ini, hanya gentleman agreement. Ada satu hal yang saya pikir Bro Indra kurang tahu di bisnis ini...
Saya tidak menyebutkan bahwa "tawar-menawar harga adalah salah satu aspek yang perlu ketidakjujuran" dalam thread ini. Kenapa? Karena saya juga punya banyak tips tanpa berbohong untuk mencapai kesepakatan harga. ;D
Bagaimana soal Undervalue Invoice? No comment? Bo hwat toh. :P
\
;D Mari katakanlah Negara-negara seperti Nepal, Bhutan, Tibet, Laos, Myanmar, Sri Lanka, dll.
Saya tidak bisa memastikan bahwa negara-negara tersebut kalah maju karena terlalu jujur (lugu) atau tidak. Namun saya tidak melihat semata-mata hanya karena aspek "kejujuran". Menurut saya, ada banyak sekali aspek yang membuat mereka kalah maju dibanding negara top seperti Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris Raya, China, Jepang, dsb.
begini, saya punya seorang teman yg menjalankan pabrik yg memproduksi kerupuk. teman saya ini boleh dibilang sudah cukup maju dalam hal ekonomi berkat pabriknya itu. saya kenal cukup dekat dan akrab dengan teman saya ini dan cukup mengetahui bahaimana bisnisnya. dia cuma punya 1 pelanggan. jadi semua produksi pabriknya itu dijual kepada pelanggan satu2nya itu. pelanggan ini yg kemudian mendistribusikan ke seluruh pelosok indonesia. teman saya ini berpikir, untuk apa dia menjual ke orang lain? pelanggannya sudah melakukan semuanya untuk dia, dia bahkan tidak perlu memikirkan soal salesman, marketting, collector, dll. dan anehnya, si pelanggan ternyata juga menjual produk sejenis dari pabrik lain juga, hanya berbeda merk.
Menurut Bro Upasaka, apakah teman saya harus mencari pelanggan lain untuk meningkatkan omzetnya?
...........
ada baiknya dipindahkan ke thread baru....(perdagangan atau apa dehhh)
Itu artinya si pengekspor tidak punya langganan lain. Atau menjual barang yang tidak laris.
Bagaimanapun si pengekspor tidak akan bisa menang harga dalam persaingan. Dan jika itu terjadi berarti supplier bukan takut tersaingi tapi memang ingin memperluas pasarnya. Kalau dia berani menghilangkan customernya berarti barangnya bagus. Jika barang bagus dan laku, pembeli yang berebut mencari penjual.
jika saya menjadi eksportir kopi itu, saya justru tidak akan menjual kepada importir lain lagi, karena kepada siapapun saya menjual, hal itu tidak akan meningkatkan penjualan saya, selain bahwa hal itu juga melanggar kontrak. jadi untuk apa melakukan hal yg tidak perlu? hanya untuk menambah capek tapi tidak menambah keuntungan. tidak ada gunanya menciptakan persaingan antara importir A dan importir B, toh mrk memiliki pangsa pasar yg sama. lebih baik saya mencari importir di pasar yg berbeda, selain dapat meningkatkan penjualan saya juga tidak melanggar kontrak. begitulah pola pikir pebisnis jujur
begini, saya punya seorang teman yg menjalankan pabrik yg memproduksi kerupuk. teman saya ini boleh dibilang sudah cukup maju dalam hal ekonomi berkat pabriknya itu. saya kenal cukup dekat dan akrab dengan teman saya ini dan cukup mengetahui bahaimana bisnisnya. dia cuma punya 1 pelanggan. jadi semua produksi pabriknya itu dijual kepada pelanggan satu2nya itu. pelanggan ini yg kemudian mendistribusikan ke seluruh pelosok indonesia. teman saya ini berpikir, untuk apa dia menjual ke orang lain? pelanggannya sudah melakukan semuanya untuk dia, dia bahkan tidak perlu memikirkan soal salesman, marketting, collector, dll. dan anehnya, si pelanggan ternyata juga menjual produk sejenis dari pabrik lain juga, hanya berbeda merk.
Menurut Bro Upasaka, apakah teman saya harus mencari pelanggan lain untuk meningkatkan omzetnya?
untuk bisnis ekspor/impor apalagi untuk menjadi distributor tunggal, sebaiknya pake kontrak Bro.
mencari customer memang sulit, maka itu perlu seorang ahli marketing, dan perlu ada pendidikan marketing, terlepas dari apakah produknya permen, hand phone, atau kopi.
ketika saya mengerjakan proyek sebuah toko, si bagian penjualan berkata ke bosnya, "pak kadang2 ada customer yg minta harganya di mark up", biasanya ini adalah untuk korupsi bagian pembelian. saya cukup gembira mendengar jawaban si bos, "itu urusan dia, kita sedang membereskan urusan kita, kalau customer mau begitu, kasih aja nota kosong, suruh tulis sendiri."
kalau saya jadi eksportir, saya hanya akan menjawab, "kami tidak bisa menyediakan invoice spt itu, karena berhubungan dengan sistem pembukuan kami. jika anda mau anda boleh merekayasa invoice palsu sendiri, saya janji tidak akan melaporkan kepada pihak berwajib."
seseorang yg gagal bisnis dan menyalahkan kejujurannya, "gue gagal karena terlalu jujur", tapi apakah benar kejujuran yg menjadi penyebab kegagalannya? begitu juga dengan negara2 yg anda sebutkan, kita harus meluruskan apakah benar praktik Buddhism, dalam hal ini kejujuran, menjadi penghambat kemajuan di sana. dan apakah negara2 maju yg anda sebutkan itu juga negara2 yg tidak jujur. silakan anda menjelaskan pandangan anda. mungkin kita dapat sampai pada kesimpulan, apakah kejujuran sebanding atau berbanding terbalik dengan kemajuan.
bagaimana dgn tulisan :
MENGANDUNG JUICE ASLI
nah disini tidak pernah disebutkan berapa banyak, atau percen kandungan juice aslinya? apakah 50% atau 50 tetes ? bagaimana pula dgn juice yg dibuat dari konsentrate ? apakah ditambah dgn air dan gula ?
Itu style Marketing, Bro. Singkat, jelas, mudah diingat, dan tidak 100% jelas (mengundang rasa penasaran).
pernah gw membeli juice, yg dimana packagingnya 1 liter dan yg 250cc adalah sama persis, TETAPI ISINYA TIDAK SAMA.....
yg 250cc encer banget............ :'( :'( :'( :'( :'( :'(
gw merasa "tertipu"......=))
Nah, itu salah satu kecerdikkan pabrik minuman jus itu. Spekulasi saya:
"kemasan 1 liter adalah kemasan yang diprioritaskan dalam produksi. jadi semua minuman 'fresh' dari mesin langsung dipack dalam kemasan botol 1 liter. sedangkan kemasan 250 ml adalah kemasan prioritas sekunder / tersier; sehingga kualitas minuman jus yang di dalamnya tidak sama dengan kualitas di kemasan 1 liter".
[/spoiler]
Lihatlah makanan dalam kaleng produksi Indonesia,
berapa banyak yg berani mencantumkan jenis pengawet yg dipakai ?
(sebagai contoh, coba lihat kaleng2 ikan sarden tsb...)
bukankah ini "menyesatkan" ?
begini, saya punya seorang teman yg menjalankan pabrik yg memproduksi kerupuk. teman saya ini boleh dibilang sudah cukup maju dalam hal ekonomi berkat pabriknya itu. saya kenal cukup dekat dan akrab dengan teman saya ini dan cukup mengetahui bahaimana bisnisnya. dia cuma punya 1 pelanggan. jadi semua produksi pabriknya itu dijual kepada pelanggan satu2nya itu. pelanggan ini yg kemudian mendistribusikan ke seluruh pelosok indonesia. teman saya ini berpikir, untuk apa dia menjual ke orang lain? pelanggannya sudah melakukan semuanya untuk dia, dia bahkan tidak perlu memikirkan soal salesman, marketting, collector, dll. dan anehnya, si pelanggan ternyata juga menjual produk sejenis dari pabrik lain juga, hanya berbeda merk.kalau ingin meningkatkan (pump) ya harus cari pelanggan lain.
Menurut Bro Upasaka, apakah teman saya harus mencari pelanggan lain untuk meningkatkan omzetnya?
untuk bisnis ekspor/impor apalagi untuk menjadi distributor tunggal, sebaiknya pake kontrak Bro.ga sesederhana itu bro...
mencari customer memang sulit, maka itu perlu seorang ahli marketing, dan perlu ada pendidikan marketing, terlepas dari apakah produknya permen, hand phone, atau kopi.
ketika saya mengerjakan proyek sebuah toko, si bagian penjualan berkata ke bosnya, "pak kadang2 ada customer yg minta harganya di mark up", biasanya ini adalah untuk korupsi bagian pembelian. saya cukup gembira mendengar jawaban si bos, "itu urusan dia, kita sedang membereskan urusan kita, kalau customer mau begitu, kasih aja nota kosong, suruh tulis sendiri."bagaimana kalau ingin markup dg nota yg ada stempel atau identitas usaha? >:D
kalau saya jadi eksportir, saya hanya akan menjawab, "kami tidak bisa menyediakan invoice spt itu, karena berhubungan dengan sistem pembukuan kami. jika anda mau anda boleh merekayasa invoice palsu sendiri, saya janji tidak akan melaporkan kepada pihak berwajib."sama dg kasus di atas... intinya si buyer butuh identitas penjual lho... surat resmi masa cuma kertas tulisan ga jelas.
seseorang yg gagal bisnis dan menyalahkan kejujurannya, "gue gagal karena terlalu jujur", tapi apakah benar kejujuran yg menjadi penyebab kegagalannya? begitu juga dengan negara2 yg anda sebutkan, kita harus meluruskan apakah benar praktik Buddhism, dalam hal ini kejujuran, menjadi penghambat kemajuan di sana. dan apakah negara2 maju yg anda sebutkan itu juga negara2 yg tidak jujur. silakan anda menjelaskan pandangan anda. mungkin kita dapat sampai pada kesimpulan, apakah kejujuran sebanding atau berbanding terbalik dengan kemajuan.
Contoh kasus yang disebutkan Bro johan3000 ini saja sudah menunjukkan bahwa sebenarnya ada "kecurangan" yang dilakukan dalam bisnis. Apa lagi yang perlu disangkal??
ikut nimbrung ya bro...si pelanggan itu sudah mengageni distribusi untuk seluruh indonesia, pasar apa lagi yg bisa digarap oleh pelanggan lainnya sehingga omzet dapat bertambah?
kalau ingin meningkatkan (pump) ya harus cari pelanggan lain.
mungkin pertanyaannya: apakah perlu meningkatkan omzet lagi?
ga sesederhana itu bro...
kalau ada seorang yg rupawan & anda ingin pacaran (jajal dolo) trus dia bilang, ah kita langsung nikah aja (terikat)
mostly orang akan mundur, krn resiko belum terukur. mostly loh... bukan 100%... ada jg memang orang nekat.
bagaimana kalau ingin markup dg nota yg ada stempel atau identitas usaha? >:D
kebanyakan punya stempel perusahaan fiktif... kenapa? karena takut kehilangan customer, walau mereka ga jujur...
sama dg kasus di atas... intinya si buyer butuh identitas penjual lho... surat resmi masa cuma kertas tulisan ga jelas.
biasanya seller dah punya perusahaan fiktif buat nampung yg aneh2 begini...
permasalahannya lagi2... mo kehilangan customer atau calon customer ga?
kalau saya setuju dg bro upasaka... ga malu dan ga tau malu, ane masih & sampe sekarang perlu bermusavada ;D
bukan mengatakan kejujuran akan membuat saya gagal, tapi terlalu jujur memberi banyak kerugian (baca: tidak bermanfaat)
dan sesuai kalama sutta plus pesan bruce lee
serap yg bermanfaat, buang yg ga bermanfaat...
saya tidak menyangkal adanya pebisnis yg curang, tapi hal ini tidak membenarkan kecurangan itu. kecurangan tidak bisa dihindari-lah yg saya bantah. bisnis juice itu juga bisa dijalankan tanpa kecurangan kok.
btw teman bro indra yg produksi krupuk itu, apakah bayar pajak & laporan pajaknya 100% jujur?
si pelanggan itu sudah mengageni distribusi untuk seluruh indonesia, pasar apa lagi yg bisa digarap oleh pelanggan lainnya sehingga omzet dapat bertambah?kalau pemikirannya si distributor sudah menggarap 100%, maka memang ga butuh distributor lain lagi.
benar, hal ini kembali lagi kepada pilihan kita. tapi tetap saja berbohong bukanlah keharusan di sini.bro hanya menerima pelanggan jujur... sedang saya pelanggan mo jujur ga jujur, saya tetap jual.
pelanggan saya terbukti bisa mengatasi hal ini tanpa memberikan invoice fiktif, saya tidak mengerti kenapa orang lain tidak bisa.
saya tidak menganggap bahwa saya adalah orang yg selalu jujur, tapi saya selalu berusaha untuk jujur, dan bagi saya kejujuran adalah aset yg terbukti bisa saya jual dan yg selama ini bisa saya andalkan dalam berbisnisbenar... jujur maksudnya customer akan nyaman bertransaksi dg kita. kata bro upasaka, kita tidak "ciak lang" ;D
;) Sekali lagi, saya tidak pernah membenarkan tindakan musavada. Saya hanya melihat bahwa "terlalu jujur dalam bisnis adalah bodoh, dan kita perlu sedikit berbohong untuk melindungi reputasi perusahaan dan menjalankan bisnis --- selama tidak menipu (ciak lang)".
bro hanya menerima pelanggan jujur... sedang saya pelanggan mo jujur ga jujur, saya tetap jual.saya tidak hanya menerima pelanggan jujur, kalau dia mau tidak jujur kepada orang lain, itu bukan urusan saya, tapi saya tidak mau terlibat dalam aksinya itu.
dan memang itu pilihan :)
benar... jujur maksudnya customer akan nyaman bertransaksi dg kita. kata bro upasaka, kita tidak "ciak lang" ;D
btw udah berusaha utk jujur, tapi jg tidak selalu jujur... kira2 kondisi spt apa yg bisa mendesak bro sampe jadi tidak jujur?
apakah eksportir kopi ini tdk bonafit/kurang terkenal?
karena biasanya yg "bonafit" / "terkenal" suka jual mahal
teguh pada idealisme
"lo mau , ambil"
"lo gak mau, gak ape2"
anggaplah mas upasaka jd pekerja marketing pd eksportir kopi tsb.
jika , selalu tidak mencapai target bulanan. ya memang susah untuk tdk berbohong.
agar tidak di keluarkan,ia harus berbohong.
memang sulit,...
untung
gw kagak kek tenaga marketing itu...
ekekekeke
kalau saya kasih kasus lain boleh ga?
mis
saya menjual coca cola kaleng. modal Rp.1000,-
one day, seseorang datang menawarkan Rp.500,- sebanyak 1 kontainer
& saya tau dia mencuri dari pabrik coca cola,
gimana cara bro menolaknya?
a. ga deh om... stok saya masih banyak or lagi ga ada duit (berbohong 1x, semua selesai)
b. barangnya dari mana? kemudian si penjual berbohong... "toko sebelah sana bangkrut, jadi dilego", semua keraguan anda dicounter & tidak ada alasan rasional utk menolaknya lagi. akhirnya anda terima (tapi bukankah ini jg berbohong pada diri sendiri, alias pura2 tidak tau pada diri sendiri?)
c. langsung hajar, "Sorry, gw ga terima barang ga jelas ! [at] #$%^&"
d. jadi orang bisa diam aja terus?
kalau pemikirannya si distributor sudah menggarap 100%, maka memang ga butuh distributor lain lagi.
;D Bukan seperti itu juga, Bro. Kadang kita pun perlu berbohong kepada customer hanya untuk menutupi reputasi perusahaan.
Misalnya...
Importir dari Arab = IA
Sales Perusahaan Ekspor = SPE
IA = "Halo mister. Ane dari Arab jauh-jauh datang ke Jakarta buat bijinis (baca: bisnis). Sumfeh ane zuzur."
SPE = "Halo sir. Silakan lihat-lihat dulu galeri produk perusahaan kami di meja display."
IA = "Wah bagus bagus yah. Perusahaan ente fasti maju fesat."
SPE = "Thank you sir. Sir juga pasti perusahaannya hebat di Arab sono."
IA = "Ah tidak zuga. Perusahaan ane biasa-biasa saza. Gimana omzet ferusahaan ente kwartal ini?"
SPE = *bingung jawabnya karena omzet menurun drastis*
IA = "Ane dengar katanya eksportir di Jakarta banyak jual ke Medel Es (baca: Middle East) yah. Kalau gitu kamu funya ferusahaan juga harusnya sudah berpengalaman!"
SPE = "Iya, Sir. Makasih."
IA = "Eh, omzet ferusahaan ente bagaimana? Bagus gak???"
SPE = *waduh
IA = *mengerutkan dahi
SPE = *musavada mode on* "Iyah, bagus kok sir. Kami salah satu perusahaan ekspor terbaik di Indonesia."
IA = "Ahhh, bagus. Ane tidak menyesal jauh-jauh datang dari Arab. Ayok kita bahas harga kopi merek abrakadabra ini..."
SPE = "OK, sir..."
saya tidak membeda2kan tingkat kejujuran, tidak "makan orang" tapi kalau melukai, itu pun sebisa mungkin saya hindari.tidak* makan orang = sama sekali ga melukai orang kok bro...
nah di sini anda membedakan antara "sedikit berbohong" dan "menipu", bisa dijelaskan? sekali lagi anda menggunakan pernyataan yg agak kontroversial menurut saya bahwa "terlalu jujur adalah bodoh" yg saya terjemahkan menjadi "jujur adalah bodoh" karena jujur tidak ada tingkatannya, tidak ada "terlalu jujur", "agak jujur", "agak tidak jujur", dll.
jadi menurut anda (mohon ditegaskan), "jujur dalam bisnis adalah kebodohan" benarkah?
Tidak mungkin 100% juga, Bro tesla. Apakah produk kerupuknya itu sedemikian luas tersebar hingga menjangkau seluruh toko, warung, dan jajanan lainnya? Dalam kamus marketing, dikatakan bahwa: market tidak pernah memiliki pintu yang tertutup selama demand masih ada.
kalau pemikirannya si distributor sudah menggarap 100%, maka memang ga butuh distributor lain lagi.
saya mungkin bukan pebisnis yg baik, tapi saya akan menjawab "bagus atau tidak bagus, kenapa anda mau tau? apa urusannya dengan anda?"
Tidak mungkin 100% juga, Bro tesla. Apakah produk kerupuknya itu sedemikian luas tersebar hingga menjangkau seluruh toko, warung, dan jajanan lainnya? Dalam kamus marketing, dikatakan bahwa: market tidak pernah memiliki pintu yang tertutup selama demand masih ada.
tidak* makan orang = sama sekali ga melukai orang kok bro...
ber-musavada sama sekali tidak selalu melukai orang lain. malah ber-musavada sering kali menghindari pelukaan orang lain :P
[at] Ko Indra: Wah loe dituduh sbg master dan ikutan mengeroyok juga tuh di sana. wkwkwk :))
yah pasar memang selalu ada, tapi selama ini terbukti bahwa seluruh produksi terserap oleh satu2nya pelanggan itu, bahkan jika produksi di tambah, pelanggan itu juga masih mampu menampungnya, karena ketidak-cukupan supply itu lah maka pelanggan itu menerima produk dari pabrik lain
Bagi saya, kalau tidak mungkin, ya udah perbanyak dengan berbuat kebajikan aja di bidang lainnya. Memperbanyak jumlah dan kadar air daripada garam, agar air tidak menjadi pekat keasinannya.
[at] Ko Indra: Wah loe dituduh sbg master dan ikutan mengeroyok juga tuh di sana. wkwkwk :))
Demi Hilangkan Jejak Penipuan, Pasokan Makanan Tentara Rusia Diganti Makanan Anjing
Monday, May 23, 2011, 16:35InternasionalAdd a comment
Vladivostok – Bukan main terkejutnya para tentara Rusia yang bertugas di bagian Timur jauh negara tersebut, ketika mengetahui bahwa makanan yang selama ini mereka konsumsi adalah makanan anjing.
Menurut jaksa penuntut militer pada Senin, hal tersebut dilakukan guna menutupi pencurian makanan sebesar ratusan juta rupiah.
Para petugas Kementerian Dalam Negeri Rusia dituduh oleh Mantan Mayor Igor Matveyev telah memeberikan makanan anjing pada para tentara di Vladivostok dengan mengganti label kaleng dengan tulisan ‘Daging Sapi Berkualitas Tinggi’.
Menurut para pejabat daerah dalam Kementrian Dalam Negeri Rusia, berdasarkan hasil audit pada April lalu, diketahui petugas yang bertanggung jawab dalam memasok makanan tersebut yang telah mencuri persediaan makanan untuk militer di Vladivostok.
Diketahui makanan yang dicuri tersebut bernilai satu juta rubel atau sekitar 303 juta jika dirupiahkan, dan saat ini sang petugas akan menghadapi tuntutan militer atas perbuatannya tersebut.
Redaksi : Rafly Rindengan
Sangatlah mudah mengganti label makanan kaleng....
import dari Tiongkok, sampai di Indonesia label asli disobek dan diganti dgn yg baru.... =))
Dan pembahasan ekspor kopi yang ternyata perlu musavada pun teralihkan ke pembahasan soal bisnis kerupuk. ;D
Bagi saya, kalau tidak mungkin, ya udah perbanyak dengan berbuat kebajikan aja di bidang lainnya. Memperbanyak jumlah dan kadar air daripada garam, agar air tidak menjadi pekat keasinannya.
[at] Ko Indra: Wah loe dituduh sbg master dan ikutan mengeroyok juga tuh di sana. wkwkwk :))
kalau kecurigaan saya adalah apa yg terjadi sebenarnya, maka saya akan dengan tegas menolak, bahkan tanpa perlu memberikan alasan, adalah hak saya untuk tidak berbisnis dengan siapa pun.
saya mungkin bukan pebisnis yg baik, tapi saya akan menjawab "bagus atau tidak bagus, kenapa anda mau tau? apa urusannya dengan anda?"
bisnis kerupuk hanya contoh kasus
apa perlu kita full team ke sana?
nah kurang lebih udah jelas gambarnya bro...
orang datang kasih good offer, bro say NO, kemudian cuekin... kalau perlu jutekin... "ga urusan loe" "suka2 gue"
kalau gw sih lom sanggup seperti itu krn masih berantisipasi utk masa depan.
di hidup nyata saya emg banyak kepalsuan dan menyenangkan (wkwkwkwk) berat mo nambah musuh...
tapi kalau di inet, emg agak ga dijaga2
Di mana nih? ???
menurut saya tidak demikian, saya tidak percaya si calon customer akan pergi hanya dengan jawaban saya itu, mungkin dengan cara penyampaian yg lebih diplomatis tidak ketus spt itu
Di mana nih? ???Di grup BS [baca: Bull S**t] :))
diplomatis gimana misal?
misal orang tsb sudah memberi semua alasan rasional (walau bro tau itu bohong)?
Di grup BS [baca: Bull S**t] :))
Loe dah ditambahin ke sana bebarengan ama gw oleh Sam PM koq dari kemaren2..
jerry, invite nih
Di grup BS [baca: Bull S**t] :))
Loe dah ditambahin ke sana bebarengan ama gw oleh Sam PM koq dari kemaren2..
Saya sharing cerita tentang teman saya juga deh...
Eh iya koq jadi ga ada ya?? Padahal waktu gw diadd, gw cek dr bb sih tulisnya "Santacitto Novice added you and Daniel Nevada into Group BS" gitu.. Trus Sam masih ada sempat titip pesan lagi agar kita mengeluarkan jurus2 belut kita. Coba loe tanya Sam deh..
??? gak ada.
bisa juga org Cina tsb menjual dgn merek lain,
atau nama lain yg konon komposisi utamanya adalah sama...
Eh iya koq jadi ga ada ya?? Padahal waktu gw diadd, gw cek dr bb sih tulisnya "Santacitto Novice added you and Daniel Nevada into Group BS" gitu.. Trus Sam masih ada sempat titip pesan lagi agar kita mengeluarkan jurus2 belut kita. Coba loe tanya Sam deh..
[at] Ko Indra: Hmm.. Coba tanya Sam juga :D
siapa yg invite gue ya?yang paling gw ingat .... papasaka gw yg invite
yang paling gw ingat .... papasaka gw yg inviteJadi loe yg invite opa dan gw? Yg gw jelas inget sih gw dapet notifier di message BB kalo Santacitto yg mengadd gw ke dalam. Yg invite gw ga tau.. Ga sopan ya si hologram ini.. :P
mungkin .... dikau juga bersama jerry ;D
Apa hubungannya antara "importir yang ingin menjadi agen tunggal" dengan "eskportir yang tidak punya langganan lain dan barang tidak laris"?
Tentu saja ada "ketakutan" tersendiri bagi supplier. ;D Sebab hanya orang bodoh yang berpikir bahwa eksportir B tidak mungkin memiliki supplier lain. Tentu saja barangnya bagus, Sis. Kalau tidak bagus mana mungkin ada bisnis ekspor-impor jangka panjang.
Dalam bisnis, tidak ada yang namanya pembeli saling berebut mencari penjual. Yang benar adalah pembeli saling bersaing berebut penjual, dan penjual juga saling berebut mencari pembeli. Kamu pasti tahu sendiri tentang hal ini dalam bisnis kamu deh.
Misalnya...
Importir dari Arab = IA
Sales Perusahaan Ekspor = SPE
IA = "Halo mister. Ane dari Arab jauh-jauh datang ke Jakarta buat bijinis (baca: bisnis). Sumfeh ane zuzur."
SPE = "Halo sir. Silakan lihat-lihat dulu galeri produk perusahaan kami di meja display."
IA = "Wah bagus bagus yah. Perusahaan ente fasti maju fesat."
SPE = "Thank you sir. Sir juga pasti perusahaannya hebat di Arab sono."
IA = "Ah tidak zuga. Perusahaan ane biasa-biasa saza. Gimana omzet ferusahaan ente kwartal ini?"
SPE = *bingung jawabnya karena omzet menurun drastis* cukup memuaskan atau lumayan
IA = "Ane dengar katanya eksportir di Jakarta banyak jual ke Medel Es (baca: Middle East) yah. Kalau gitu kamu funya ferusahaan juga harusnya sudah berpengalaman!"
SPE = "Iya, Sir. Makasih."
IA = "Eh, omzet ferusahaan ente bagaimana? Bagus gak???"
SPE = *waduh --> lumayan sir masih bisa buat beli beras
IA = *mengerutkan dahi
SPE = *musavada mode on* "Iyah, bagus kok sir. Kami salah satu perusahaan ekspor terbaik di Indonesia."
IA = "Ahhh, bagus. Ane tidak menyesal jauh-jauh datang dari Arab. Ayok kita bahas harga kopi merek abrakadabra ini..."
SPE = "OK, sir..."
Banyak cara menjawab tanpa harus berbohong. Dan menurut pengalaman saya, yang menjadi penarik utama dalam suatu jual beli itu kualitas barang dan harga. Bukan kebohongannya.
Saya sharing cerita tentang teman saya juga deh...
Saya punya seorang teman di Shanghai bernama David yang merupakan produsen sekaligus eksportir di China. Dia punya 1 customer dari Negara Turki (sebut saja Mr. Okzul) dan sudah ada perjanjian kontrak kerjasama sebagai supplier dan agen tunggal di negara masing-masing. Itu artinya, si Mr. Okzul berjanji hanya beli produk China melalui David; dan David juga berjanji hanya menjual ke Turki melalui agen tunggalnya (Mr. Okzul).
Mr. Okzul memang sering membeli produk dari David, namun tidak menentu. Kadang 2 bulan sekali, kadang 3 bulan sekali --- dan pesanannya pun tidak banyak. Suatu hari, ada customer dari Turki (sebut saja Mr. Ovat) bernegosiasi dengan David. Mr. Ovat adalah pebisnis yang jauh lebih besar daripada Mr. Okzul. Setelah melewati proses negosiasi, akhirnya mereka berdua setuju untuk melakukan bisnis.
Sama seperti Mr. Okzul, Mr. Ovat juga meminta kontrak kerjasama untuk menjadi agen tunggal di Turki. Mr. Ovat selalu pesan 125 box lebih dalam kurun waktu 2 minggu sekali dan rutin tiap bulan. Itu artinya, David selalu mengekspor produknya ke Mr. Ovat 2 kali dalam sebulan dalam volume besar dan setiap bulannya selalu rutin.
Jika idealisme Buddhis terlalu tinggi, kesempatan emas seperti ini pasti dilewatkan dari awal muka mereka berkenalan. :D Menurut saya, jika ada orang yang berdiri di posisi David dan menolak prospek bisnis dari Mr. Ovat, itu bukanlah integritas yang sempurna di mata saya; namun semata-mata hanya dungu.
Saya sharing cerita tentang teman saya juga deh...ini om, ceritanya belum selesai. Biar saya yang melanjutkannya.
Sepertinya tidak juga. Jika saya berani katakan: Sebenarnya tidak ada bisnis yang dapat berjalan tanpa musavada. ;DAnda seorang motivator, yang katanya membuka workshop, pelatihan dll .. tentu pernah baca buku Rich Dad Poor Dad..
Sepertinya tidak juga. Jika saya berani katakan: Sebenarnya tidak ada bisnis yang dapat berjalan tanpa musavada. ;D
bisnis itu banyak, yg penting kita smart dan sehat aja mainnya, tidak perlu berbohong yg penting pandai mengolah kata itu point pentingnya.bisnis kepret-kepret
Dalam bisnis ada kalanya dimana pembeli berebut mencari penjual yaitu disaat stock barang terbatas dan sudah pasti disaat itu harga barang naik.
Dalam situasi seperti ini si penjual sudah jelas memegang kartu AS, dia bisa memilih harga penawaran tertinggi-lah yang akan mendapatkan barang.
Dan ada kalanya dimana penjual yang harus berebut mencari pembeli disaat stock barang melimpah dan sudah pasti disaat seperti itu harga barang turun. Dalam situasi seperti ini si pembelilah yang memegang kartu As, dia bisa memilih yang menawarkan harga barang termurah lah yang akan dibelinya.
Sekarang anda berbicara dalam kondisi pasar yang seperti apa sehingga kebohongan harus dilakukan supaya bisa berbisnis? Dan yang harus berbohong itu marketing atau si pemilik bisnis? Kalau marketing yang karena keterbatasan kemampuannya dalam bernegosiasi sehingga memilih berbohong maka tidak bisa dikatakan bahwa bisnis ekspor kopi baru lancar dengan berbohong.
Dan dalam kasus yang ingin menjadi agen tunggal, jangankan dalam ekspor kopi bro. Sedangkan untuk dalam negeri saja itu memakai kontrak. Ada kesepakatan tertulis berapa yang harus diambil/dipenuhi mereka dan harganya. Ada aturan main-nya.
Tapi saya tidak tahu kalau usaha yang dibuat dengan sistem kacangan ;D Sehingga jika ada yang ingin jadi agen tunggal, yah di ok-kan saja. Nanti datang lagi yang ingin jadi agen tunggal di daerah yang sama maka di ok- kan lagi. Cuma mulut doang kok yang ngomong, tinggal ok saja kok susah kali. Jika seperti itu maka orangnya yang rusak bukan bisnis yang tidak bisa jalan.
Ada perbedaan tidak terbuka dengan berbohong,
Banyak cara menjawab tanpa harus berbohong. Dan menurut pengalaman saya, yang menjadi penarik utama dalam suatu jual beli itu kualitas barang dan harga. Bukan kebohongannya.
ini adalah kasus ketidak-cakapan dalam berbisnis, seharusnya David menerapkan sistem Quota kepada Mr. Okzul, dan ini berlaku untuk semua partner dagang dgn gelar agen tunggal, jika si agen tunggal tidak mampu memenuhi quota maka statusnya sbg agen tunggal dapat dicabut oleh principal. ya saya setuju bahwa David adalah dungu, tapi dalam arti bahwa David ini tidak memiliki kecakapan dalam bisnis, bukan karena kejujurannya.
Ketidak-jujuran tidak diperlukan jika semuanya sudah tercantum dalam perjanjian. itulah gunanya perjanjian yaitu untuk mengantisipasi ketidak-jujuran
ini om, ceritanya belum selesai. Biar saya yang melanjutkannya.
Lanjut;
Setelah David menerima kesempatan emas tersebut. Mr. Okzul lalu mengetahuinya. Mr. Okzul lalu merasa dikhianati oleh David. Berita ini lalu disampaikan dari mulut ke mulut ke semua teman2 dan rekan2 Mr. Okzul. Akibatnya, orang2 dari dunia bisnis banyak yang tidak lagi mempercayai David.
Happy ending~
sedikit pesan sponsor :
untuk menutupi suatu kebohongan diperlukan kebohongan yang lebih besar dari sebelumnya..
Mr. Okzul tentu akan heran koq ada produk yang serupa beredar di Turki.. dan akan menanyakan ke Mr. David.
Mr. David tidak ingin berterus terang.. terpaksa harus mengulang kebohongan lagi..
Dan cerita seperti seperti statement Sdr. Sunyata, itu bisa saja terjadi..
makanya yang perlu dipikirkan adalah.. apa yang dicari di bisnis ? uang kah ?
Dan soal case ciak lang, kalau dilakukan diam2, sama saja menikam Mr. Okzul dari belakang..
Produk yang sama beredar di Turki, karena Mr Ovat beli lebih banyak bisa saja mendapatkan disc, akibatnya HPP lebih murah.
HPP lebih murah, bisa menekan harga jual sehingga produk Mr. Okzul tidak laku di Turki karena ditikam oleh produk serupa Mr. Ovat
dan ini akibat dari Mr. David berkhianat..
Saya tidak bilang bisnis itu tidak bunuh2an.. tapi bersikap gentle itu penting.. Dan saya pribadi lebih pro ke Sdr. Indra, di mana kita membuat term n condition yang menguntungkan kedua belah pihak. Terlalu bodoh membuat aturan main menjadi agen tunggal jika importnya sedikit dan jarang..
Lebih baik berterus terang, kita berbisnis saling menguntungkan, saya janji akan jadikan kamu agen tunggal asal kamu tiap bulan ambil barang dari saya sebanyak XXX container..
Anda seorang motivator, yang katanya membuka workshop, pelatihan dll .. tentu pernah baca buku Rich Dad Poor Dad..
Ayah yang kaya selalu melarang menggunakan : "saya tidak bisa", tapi selalu mendorong agar bertanya "bagaimana agar saya bisa.."
Kenapa Sdr. Upasaka tidak berusaha seperti Sdr. Indra yang berusaha untuk tidak berbohong.. ?
Ketika anda berkata "sebenarnya tidak ada bisnis yang dapat berjalan tanpa musavada", anda sudah menutup otak anda untuk berpikir..
Sunggu sangat ironis ini kalau terjadi pada seorang motivator..
bisnis itu banyak, yg penting kita smart dan sehat aja mainnya, tidak perlu berbohong yg penting pandai mengolah kata itu point pentingnya.
Saya ingin bertanya sedikit kepada Sdr. Upasaka.. ketika saya google id ym Anda, dan saya menemukan beberapa thread penjualan ikan di forum sebelah..
Apakah Sdr. Upasaka memang pernah berjualan ikan mas import Cina ?
Dan dari postingan Sdr, saya melihat Anda memahami Buddhisme dengan baik..
Jadi pertanyaan saya :
- apakah penjualan makhluk hidup adalah mata pencaharian yang baik ?
- jika tidak baik, apakah anda sadar ketika penjualan makhluk hidup itu bukan merupakan mata pencaharian yang baik ?
- jika anda sadar, mengapa Anda berjualan makhluk hidup ?
- dan jika Anda masih melakukan bisnis tersebut, bagaimana Anda menghadapi gejolak batin Anda, antara bisnis dan agama ?
- apakah Anda tidak membohongi diri Anda ketika melakukan bisnis ini ?
Jika penjualan makhluk hidup tidak bertentangan dengan Buddhisme, pertanyaan yang di bawah tidak perlu dijawab..
Mohon jawabannya Sdr. Upasaka..
Maksudnya "berbohong" itu yang bagaimana nih? ;D
Belum tentu si Mr. Okzul tahu kok. ^-^^-^
i berikan contoh kasus :D
Kondisi : Stok Sabun tinggal 5 biji ditoko
Telepon : rrrringg rrringg............
Penjual : Halo toko sabun akal licin disini
Pembeli : Halo bos, gmana kabar? Toko Bodoh nih
Penjual : hooo si Boss :)) wkwk.. gmana bisnis? lancar?
Pembeli : yah lumayanlah asal bisa gaji karyawan sama buat bini kesalon aja =))
Penjual : hehe... barusan mertua minta duit buat creambath :P
Pembeli : Boss ane minta sabun nih hari sejam lagi yah. 10 Biji. ada stok kan?
Penjual : * bused barang dateng ntar malem lagi* Oke bos, banyak barang mah.... g kirim sejam lagi pake kurir kemaren aja yah yang tongos
Pembeli : Sip oke bos g tunggu
Penjual : Campur apa gmana?
Pembeli : Campur aja
Penjual : Oke
Telepon : *tertutup*
Sejam kemudian si Tongos datang ke "Toko Bodoh" mengantarkan sabun 10 biji dari "Toko Sabun Akal Licin"
Q : Si Penjual Bohong gak? ;D
Berbohong. ;D
Terima kasih atas jawaban Sdr. Upasaka. Saya melihat kita ada perbedaan prinsip yang cukup mendasar..
Yaitu anda berbisnis demi uang, namun saya berbisnis demi peluang..
Makanya ketika saya memiliki prinsip saya berbisnis demi peluang, maka hubungan interpersonal itu dibutuhkan..
Dan jika saya dihadapi oleh persoalan seperti David, saya lebih memilih untuk membicarakan dan berterus terang kepada Mr. Okzul.
Ada penawaran menarik dari kompetitor, dan saya tertarik untuk ikut serta.. namun saya juga tidak ingin mengkhianati Anda..
Jadi bisakah kita buat kesepakatan baru seperti sistem Quota. Intinya kita lebih menawarkan SOLUSI kepada customer demi menjaga hubungan..
Hal ini juga perlu diperhatikan karena kita sendiri harus SADAR DIRI, bahwa kita juga ada andil karena dengan BODOH menandatangani perjanjian agen tunggal.
Memang kita tidak bisa memperkirakan masa depan, namun kita dapat mempersiapkan diri untuk menyongsong masa depan yang lebih baik..
Tidak bisa memperkirakan masa depan bukan berarti kita bisa hidup tanpa planning, tapi itu justru TANTANGAN agar kita bisa menjadi lebih baik..
Mengenai penjualan ikan mas, saya ucapkan terima kasih atas jawaban Anda, dan saya hargai jawaban Anda..
Maka saya tidak membahas lebih lanjut karena menyangkut perbedaan pola pikir di atas yang kalau ditelusuri, dikhawatirkan mempertahankan ego semata.
maksudnya idealis ?
bagi ogut itu sih tidak ;D
hehe.... itu salah satu contoh...
biar lebih kelihatan ada satu contoh lagi
Prolog : alkisah abunawas baru lulus S1, sudah melamar kerja kebeberapa pabrik tetep aja ketolak gara2 punya tompel dipipi, lalu setelah ditolak di pabrik peleburan, si abunawas mendengar curhatan si bos yang kekurangan batubara dalam jumlah konstan selama setahun untuk tonase yang besar.
Abunawas : mang gak ada yang nawarin batubara? perasaaan banyak yg jual batubara.
Si Bos : emang banyak pel (si tompel maksudnya) tapi pada kagak kuat ngasih stok dalam jumlah besar, kebanyakan musiman
Abunawas : masa sih, coba saya lihat penawaran supplier2 itu
Si Bos : (sambil ngasih setumpuk penawaran) Nih, gila gak dari sekian banyak pada cemen semua
Abunawas : jiah si bos, emang pada gak bisa supplier2 ini mah.
Abunawas : gini bos, saya punya banyak temen yang bisa memenuhi kebutuhan si bos, gmana mau gak
Si Bos : ah yang bener? (sambil gak percaya) saya butuh 20 Ton sebulan selama Setahun Loh.
Abunawas : jehh si bos kagak percayaan, kalau perlu saya buatkan kontraknya sekarang juga (sambil mengeluarkan kertas dengan penuh kepercayaan diri)
Si Bos : mang temen u bisa kirim berapa sebulan?
Abunawas : kebutuhan si bos mah kecil, dia bisa produksi 50 Ton Sebulan.
Si Bos & Abunawas : deal dengan kontrak dan harganya.
note : Abunawas padahal sebelumnya tidak tau apa2 tentang batu bara dan suppliernya
Lalu dalam setahun ternyata Abunawas memenuhi kebutuhan si Bos tanpa cela 8)
Q : Abunawas bohong gak?
Bagi saya si Toko Akal Licin itu berbohong, tapi selama janji sesumbarnya terpenuhi; maka itu adalah hal baik. Dan saya tidak mencela hal itu. Demikian juga kisah Abunawas. ;D
untuk dua cerita diatas, dibagian manakah mereka berbohong ???
Mereka tidak punya stok seperti yang diminta, namun mengaku sudah punya. ;D
Konsep waktu sanggaattt diperhatikan bagi para pebisnis..
Seorang pebisnis harus mempunyai Visi yang berani dan juga Realistis, biasanya Visi dan Misi bisa muncul bersamaan, itulah yang perlu dilatih oleh pebisnis handal ;D
bagi saya mereka tidak berbohong. Mengenai Stok, mereka berbicara tentang masa depan. bukan saat itu _/\_
The Art of Bussiness is as simple as just art, garis lurus dan kurva bisa membentuk seni yang indah.
Betul! Itu yang sering dinamakan sebagai "mengambil resiko" dalam berbisnis. Jika Bro hatRed mengategorikan mereka sebagai "tidak berbohong", menurut saya lumrah-lumrah saja. Karena pada akhirnya, bisnis berjalan dan tidak ada yang dirugikan. ;)bukan karena pada akhirnya :D
Setuju lagi. Itulah seni dalam berbisnis.
bukan karena pada akhirnya :D
tetapi mereka memang sama sekali tidak berbohong. ;D
note: saya kurang suka dengan istilah "mengambil resiko" karena terkesan seperti mengumpulkan sampah
saya lebih senang dengan istilah "mengambil kesempatan" terkesan seperti mendulang emas
OK lah kalau begitu. ;D Bro hatRed ada komentar dengan spoiler berikut ini...? :D
Berbisnis agar sesuai semangat Buddhisme tentu harus dipilih pilih, ada yang sesuai dan ada yang malah bertolak belakang.
jadi tidak semua bisnis bisa diaplikasikan semangat Buddhisnya, contoh bisnis penjagalan binatang ternak, bisnis prostitusi, bisnis narkoba dan lain lain.
1. Konsep peluang, saya adopsi dari konsep CSR.. jadi agak sulit jika harus menguraikan kepada Anda.. Intinya uang memang penting, tapi fokusnya tidak hanya pada uang semata..
2. Sdr. Upasaka, Saya melihat anda menerapkan konsep dualitas dalam menjawab di sini dengan alibi "sesuai dengan kondisi lapangan."
Dan saya melihat ini mengarah ke ketiadaakhiran diskusi.. maka saya langsung to the point..
Intinya Anda sudah membuat suatu kondisi yang merugikan bagi Mr. David, namun ketika Sdr. Indra berkomentar soal itu, Anda dengan cepat mengelak dengan mengatakan : "Kita tidak sedang membicarakan keahlian David". Namun Anda tidak bisa memungkiri bahwa David menerima perjanjian tidak menguntungkan karena kebodohannya.. Kenapa ketika bernegosiasi pada Mr. Okzul, David hanya berkata iya mister, Ok, Baik, Tidak ada negosiasi berapa banyak jumlah container yang dikirim ?
Dan akibat pengkondisian itu, Anda akhirnya ingin mengatakan akhirnya berbisnis itu tidak terlepas dari kebohongan.. Hal ini sama dengan pengkondisian bolehkah membunuh cacing di perut ? Padahal itu akibat keteledoran manusia yang tidak menganut pola hidup sehat, padahal jika pola hidup sehat diterapkan, kita tidak perlu membunuh cacing tersebut di perut..
Sama halnya dengan kejadian di atas, jika saja Mr. David menerapkan pola pikir cerdas, tentu tidak perlu menikam Mr. Okzul dari belakang bukan ?
Dan ketika perjanjian Mr. Okzul tidak menguntungkan dan juga diterima, ya kita juga harus menerima konsekuensi, apakah itu berbohong seperti yang Anda sarankan, atau pun berbuat jujur dan akibatnya kena marah seperti Anda takutkan..
Namun pernahkah terlintas kenapa harus berbohong ? kenapa harus kena marah ? Itu yang membuat manusia jauh lebih berkembang karena menggunakan otak untuk berpikir, dan bukan untuk menyatakan oh bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong.. Dari bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong, maka muncullah pemikiran menjadi kaya itu jahat, dll. Padahal jika saja otak mau sedikit digunakan untuk berpikir.. maka hasilnya bisa menjadi lain..
Dan ini akan menjadi perdebatan tiada akhir jika saya berulah seperti Anda dengan mengatakan, belum tentu Mr. Okzul akan marah, belum tentu jawaban dibutuhkan saat itu juga, dengan blablabla..
Intinya : Memang realita bisnis erat kaitannya dengan berbohong, namun bukan berarti kita harus menerima bahwa bisnis itu harus berbohong..
Kita awal bisa saja berbohong karena kebodohan kita dalam bisnis. Akuilah diri bodoh, maka kita bisa belajar. Seiring dengan kepintaran finansial dan bisnis, kita berupaya menjalankan bisnis tanpa musavada..
3. Siapa suruh bodoh menerima perjanjian yang tidak menguntungkan ?
4. Saat ini, saya hanya ingin mengetahui jawaban Anda secara global, Terima kasih telah menjawab ;d
:)) kan dah dijawab sama postingan yg ini
undervalue invoice yah >:D
hehe.. semua importir kebanyakan minta gitu tuh... :)) ^:)^
untuk pemecahannya gmana yah :-? kurang tau ekspor impor sih, mungkin bisa disamarkan ke bunga :D
alih alih pembayaran kredit jadi harga jual rendah, tapi harga bayar tinggi :))
tapi kebanyakan ex-im itu mesti lunas dimuka yah :))
Bagi teman-teman yang sering minum Pocari Sweat, coba deh beli kemasan kaleng 330 ml dan kemasan botol 350 ml. Coba minum kemasan kaleng, setelah itu coba minum kemasan botol. Pasti yang kemasan kaleng 330 ml terasa lebih asin. :D
Saya heran kenapa rasa yang lebih asin disebut curang? Apakah karena dicurigai bahwa yang kemasan botol garamnya dikurangi? :-?
Rasa asin pada kemasan kaleng dikarenakan penggunaan nitrogen, fungsi nitrogen adalah untuk menggembungkan kemasan kaleng yang tipis, sehingga walau tipis, kemasan tidak gampang penyok dan tampilan tetap baik. Nitrogen juga digunakan untuk mengisi udara ban kendaraan bermotor.
kalau saya kasih kasus lain boleh ga?
Sdr. Upasaka..
Anda juga idealist.. Anda idealist pada pemikiran Anda bahwa bisnis itu harus berbohong.. ;D
Anda terlalu sibuk untuk mengumbar ego agar "Anda menang dan benar" bahwa bisnis itu harus berbohong..
Makanya Anda hanya mengkondisikan pertanyaan seperti ini ;
- Jika kamu melakukan kesalahan koordinasi bisnis seperti David
- Jika customer Turki kamu sudah makin melempem, dan omzet kamu semakin menurun
- Jika kamu kedapatan prospek baru dari pebisnis Turki yang lain
- Kamu mau ambil atau tidak?
Tapi Anda tidak berpikir untuk bagaimana solving problem tanpa menyakiti pebisnis lain :)
Dan jika menyakiti, lakukan secara gentle ..
Jika saya bertindak seperti cara Anda berpikir.. Saya juga bisa bertanya..
- Bagaimana jika Anda ketahuan berbohong dan omset kamu semakin menurun
- Jika tidak ada prospek bisnis lain karena anda tidak dipercaya lagi.. anda akan bagaimana ?
Jawaban dari pertanyaan Anda akan menghasilkan : "bahwa kita harus berbohong.."
JAwaban dari pertanyaan saya akan menghasilkan : "bahayanya berbohong.."
Mudah2an Sdr. Upasaka bisa menangkap essensinya..
Intinya kita diberi pilihan untuk memilih koq.. Dan kenapa saya katakan saya langsung to the point tidak mendebat pendapat Anda..
karena pola pikir Anda berbeda dengan saya.. Saya tidak tertarik untuk mengubahnya.. dan hanya akan menghasilkan debat tiada akhir.. ;D
pantesan coca cola, lebih banyak sodanya di kemasan kaleng dibanding botol
Saya heran kenapa rasa yang lebih asin disebut curang? Apakah karena dicurigai bahwa yang kemasan botol garamnya dikurangi? :-?
Rasa asin pada kemasan kaleng dikarenakan penggunaan nitrogen, fungsi nitrogen adalah untuk menggembungkan kemasan kaleng yang tipis, sehingga walau tipis, kemasan tidak gampang penyok dan tampilan tetap baik. Nitrogen juga digunakan untuk mengisi udara ban kendaraan bermotor.
Tentang abunawas dari bro hatred :
pada awalnya abunawas tetap saja berbohong ... padahal dia tidak tahu apa2 soal batubara tetapi setelah teken kontrak si abunawas berusaha memenuhi permintaan si bos akan kebutuhan batubara 20 ton per bulan yah mungkin comot sana comot sini, ambil dari si A si B si C dst untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam hal ini tetap saja abunawas sudah berbohong dari awalnya. <--- ini adalah cerita seribu satu malam
IMO ... dalam berbisnis tidak akan lari jauh dari yang namanya kata "JUDI" alias jujur dilarang. <--- ini adalah dosen manajemen bisnis yang ajarkan kepada saya sewaktu kuliah.
prinsipnya asal bisnisnya tidak merugikan kedua belah pihak yg berbisnis dan bisnisnya tidak bersifat merugikan kepentingan orang banyak, dan yang paling penting bisnisnya tidak bersifat penipuan.
udah berbohong menipu lagi dan makan orang (ciak lang) <--- ini paling berabe
lagian IMO lagi nih orang yg berbisnis adalah tergolong manusia yg belum melepas dan masih melekat kepada keduniawian, jadi wajar saja lah, gak heran loh.
Justru yang rasanya lebih asin itu yang "original", Bro. ;D
Soal UnderValue, kenapa harus menggunakan undervalue jika bisa tidak ?
Saya kasih case misal saya sebagai importir. Saya akan mengambil barang dalam partai besar.. dan sebagai pengganti under value, saya akan meminta discount yang besar dan nyata serta pembayaran dengan tempo lama secara kredit.. Nah bagaimana cara saya menjual barang yang dalam partai besar..
Dipecah2 dan DIJUAL TUNAI.
Trik ke-2
Saya meminta agar barang dikirim secara terpisah, demi mengecilkan biaya tax yang dimunculkan.. Undervalue ini digunakan untuk mengelabui pemerintah agar bayar pajak lebih murah..
Ada baiknya jika ini hanya opini, bagus katakan ini opini, kecuali anda pernah menguji kadar garam dari pocari dalam berbagai kemasan.
Ironis.............. :|
Menganggap dan mempraktekan bahwa bohong dalam bisnis adalah wajar dan sah... itu mah bukan pengikut Buddha,
tapi pengikut BUDA, Butuh Uang DoAng, Lobha aja tu mah.
;D Ada banyak umat Buddha yang menjadi pebisnis dan melakukan "ketidak-terlalu-jujuran". Mereka mau mengakuinya dan menambah perbuatan baik di lain hal. Mau bisnis dengan cara jujur sejujur-jujurnya ala prinsip Buddhisme? Silakan. Saya sangat menghargai pebisnis seperti itu. ;D
Ironis.............. :|
Menganggap dan mempraktekan bahwa bohong dalam bisnis adalah wajar dan sah... itu mah bukan pengikut Buddha,
tapi pengikut BUDA, Butuh Uang DoAng, Lobha aja tu mah.
:)) Anda mulai dengan pengkondisi2an..
Memang Under Value itu ada dan banyak prakteknya.. tapi anda bisa memilih untuk tidak menggunakannya..
1. kenapa harus memilih sales yang miskin margin ?
2. saya sedang di Indonesia, bukan Bangladesh.. ;D
3. Tidak ada keharusan untuk menggeluti bisnis export import bukan ?
Bisnis ada banyak.. kita bisa memilih bisnis yang sesuai dengan prinsip masing2 bukan ;D
Ya, itu....... itu pengikut BUDA, bukan Buddha.
Anda sendiri menghargai pebisnis jujur, kenapa tidak mau jujur?
- Betul. Ketika kamu bertemu dengan supplier yang miskin margin, kamu cari saja supplier lain. Semoga bertemu dengan supplier yang kaya margin. ;D Itu saja pesan saya.
- Masa dari Indonesia impor ke Indonesia ???
- Betul. Tapi kan saya sedang membahas bahwa bisnis ekspor perlu musavada. Dan kamu salah satu yang menentangnya. ;D
Betul, Bro. Silakan geluti bisnis yang tidak perlu musavada. ;) Simpel.
Apa salahnya memberi Undervalue Invoice ke customer? Eksportir bukan membawa kabur uang customer, memberikan barang yang beda kualitas, atau memungut profit yang tidak masuk akal kok. :D
Saya sangat menghargai semua orang, Bro. Saya tetaplah seorang pebisnis jujur. ;D Jangan sampai ada yang berpikir bahwa saya ini penipu gara-gara thread ini. ^-^ Menurut saya, kejujuran kadang tidak perlu dilakukan jika akibat yang didapatkan malah lebih parah. :)
1. Pertanyaan saya berikutnya :
- Di dunia ini, tidak ada Sales dengan margin besar ?
- Jika ada, berarti bisa berbisnis export import tanpa musavada bukan untuk point no 1?
2. Sdr. Upasaka tidak teliti, maksud contoh saya : saya adalah Importir, dan Sdr. Upasaka yang mengumpamakan kondisi saya adalah importir Bangladesh.
Dan sekarang anda yang bingung karena statement "Masa dari Indonesia impor ke Indonesia ?"
Sudah coba main bisnis ekspor kopi dan pernahkah mengalami kondisi ini? :DJika kamu memahami dunia bisnis apalagi pemilik bisnis maka kamu tahu hal seperti ini biasa terjadi.
Ini bisnis ekspor. Ada banyak eksportir hebat dari negara lain, bukan melulu soal eksportir di Jakarta. :DDalam menjalankan usaha saya tentu saya lebih tahu dari pada anda, dan saya selalu berusaha untuk jujur. Karena kepercayaan sangat berharga dalam dunia bisnis.
Semua pihak dalam perusahaan eksportir kopi, adakalanya mendapat situasi yang sulit; dan kadang butuh ketidak-terlalu-jujuran. Kamu yang paling tahu hal ini dalam bisnis. :D
;D Ini sulitnya membahas perihal bisnis ini dengan orang yang belum punya pengalaman bisnis kopi ekspor. Tentu saja ada kontrak kerjasama, namun tidak selalu.
Benar, kalau memang tidak perlu berbohong tentu lebih baik. Tapi mana ada yang tidak pernah berbohong? Jangan membohongi saya deh. :D
Salah memberikan undervalue IC, adalah ketidakjujuran.
Tujuannya buntut2nya adalah bisnisnya goal dan dapet hasil.
Di Kalama Sutta Buddha ada menjelaskan bahwa,
dikarenakan keserakahan seseorang bisa berbohong (bahkan membunuh).
Jadi yang harus disadari adalah Lobhanya, bukan karena menghindari akibat parah.
Kalau masih merasa kejujuran tidak perlu, itu mah bukan jujur namanya bro.
Ane tidak mengklaim bahwa ane 100% jujur,
tapi yang berbahaya adalah pandangan bahwa dalam bisnis boleh dan wajar berbohong.
Apabila seseorang terbiasa berbohong di dalam bisnis,
kemungkinan besar orang tersebut juga gampang berbohong terhadap hal lainnya
dengan alasan menghindari akibat yang parah.
Bisnis adalah bisnis, bohong adalah bohong.
Jangan samakan bisnis dengan bohong.
Jika kamu memahami dunia bisnis apalagi pemilik bisnis maka kamu tahu hal seperti ini biasa terjadi.
Dalam menjalankan usaha saya tentu saya lebih tahu dari pada anda, dan saya selalu berusaha untuk jujur. Karena kepercayaan sangat berharga dalam dunia bisnis.Wah, kalau soal itu saya sangat dipercaya oleh customer saya. Sepertinya banyak teman-teman di sini yang berpikir bahwa "berbohong" dalam definisi saya adalah "menipu customer tanpa disadarinya". ckckck...
Bukan karena itu bisnis ekspor yang membuat hal itu berbeda, persaingan dalam usaha pasti ada apapun jenis barang yang menjadi bisnisnya. Dan berbohong bukan cara yang saya gunakan dalam berbisnis.
- Ada, Bro. Tapi alangkah tidak beruntungnya kita bila perusahaan kita adalah perusahaan dengan margin kecil. ;D1. Luar Biasa.. Awal dari alibi Sales Margin kecil, akhirnya kembali ke pengkondisian Customer tetap Meminta Undervalue :))
- Meskipun perusahaan kita punya margin besar, tetap saja customer meminta Undervalue Invoice. Saya mengalaminya saat saya menjual sabun mandi kok.
Kamu yang kurang teliti. ^-^ Kamu memosisikan diri kamu sebagai importir, namun tidak jelas dari negara mana. Sedangkan saya dari awal thread ini selalu memosisikan sebagai sales dari Indonesia. ;D Saya tahu maksud kamu adalah kamu sebagai importir hendak mencari cara lain agar tidak butuh Undervalue Invoice. Kamu mulai dari memakai berbagai ide sampai ingin meminta diskon lebih pada sales (saya) supaya bisa mensubstitusi beban pajak impor.
Tapi kemudian saya memberi contoh: "importir dari Bangladesh dan kesulitannya dalam prosedur bisnis impor". Bagaimana dengan importir dari Bangladesh? Mereka punya banyak beban, dan Undervalue Invoice adalah "bantuan dari kami (pebisnis ekspor) agar dia dapat menjalankan bisnisnya di Bangladesh". Sudah paham?
Mungkin Bro hendrako tidak paham dengan situasi di sini. ;D Undervalue Invoice adalah kebutuhan bagi banyak importir. Bila saya punya banyak sekali margin, akan saya berikan diskon untuk mencegah penerbitan Undervalue Invoice. Tapi tahukah kamu berapa profit bersih dari setiap penjualan (ekspor)? Tahukah kamu bahwa setiap harinya para eksportir dikejar mati-matian oleh restitusi pajak dan cost of fund?
Memberikan margin tambahan seperti saran Bro Harpuia adalah lelucon di siang bolong. Dan hanya mengundang tawa dari para pelaku bisnis ekspor-impor yang membaca tulisan ini.
:-? Definisi dari berbohong apa dulu, Bro? Soalnya kalau definisinya sesuai yang dijelaskan Bro hatRed, saya sama sekali tidak berbohong kalau begitu. \ ;D /
1. Luar Biasa.. Awal dari alibi Sales Margin kecil, akhirnya kembali ke pengkondisian Customer tetap Meminta Undervalue :))
2. Ya sudah saya mengaku saya tidak teliti jika itu bisa memuaskan Anda :))
Tapi di mana reply yang menyatakan Anda sales dari Indonesia secara tersurat ? Mungkin saya tidak teliti membacanya..
3. Mungkin kelewatan bagi Anda.. awal saya terjun ke diskusi ini, akibat Anda TERLALU TELITI dan menulis semua bisnis pasti musavada.. Silakan baca di Reply 99. Selain itu Anda juga SANGAT TELITI dan sehingga Anda mengatakan pedagang koran tidak musavada.. ;D
Sejauh pengetahuan saya, anda cukup ahli dalam definisi berbohong dalam Buddhism.
Saya tidak melarang seorang eksportir untuk berbohong,
Saya hanya berharap eksportir tsb minimal jujur bahwa undervalue invoice adalah kebohongan.
Jangan dianggap sebagai kewajaran.
Apabila seseorang telah bertekad untuk tidak bohong.
Apabila tanpa undervalue invoice bisnisnya tidak bisa jalan.
Bisa jadi orang tersebut akhirnya memilih bisnis lain yang sesuai dengan tekadnya.
Hal di atas bagi saya bukan karena dungu tetapi justru pintar.
Karena orang tersebut melihat racun sebagai racun
Bukan terilusi racun sebagai madu manis
yang akan membawa penderitaan di masa depan.
Yup, saya anggap kita tahu sama tahu.
;D Saya dari depan sudah mengaku bahwa itu kebohongan, Bro. Coba baca dari awal lagi deh.
Pilihan bisnis tetaplah bergantung pada orang yang bersangkutan. Apa hanya karena setiap hari menerbitkan Undervalue Invoice (berarti setiap hari ada orderan ;D), lalu eksportir memutuskan menutup perusahaannya? :D
Apabila tidak ada jalan lain, hal tersebut amat sangat mungkin ................kan pengikut Buddha, ............why not?
1. Itu hanya cerita Anda.. dan masih banyak "cerita lain".. dan juga tidak tertutup kemungkinan ada pengusaha yang lebih besar dari Anda, tidak membutuhkan UnderValue.. Atau Anda tetap mengatakan Bisnis Export pasti musavada lagi ? :P
2. Saya bukan ahli nujum, maaf saya tidak tahu.. :P Saya berharap Anda tidak seperti lagu ADA Band, yang berkataUpasakaWanita ingin dimengerti..
3. Saya hanya meluruskan bahwa saya menentang Anda dari reply 99 yaitu bisnis pada umumnya, dan sesuai dengan judul topik.. Dan Anda sendiri yang menjawab dengan selalu memposisikan diri Anda sebagai exportir kopi.. Sekali lagi itu bukan kesalahan saya, karena di thread berjudul mengenai bisnis, dan bukan mengenai BISNIS EXPORT..
Di sisi lain juga reply 99 itu berawal ketika Sdr. Dilbert menyinggung soal supermarket.. makanya Anda menjawab seperti itu, Jadi JELAS jawaban Anda tidak lagi sekonsisten statement Anda hanya memposisikan diri sebagai exportir kopi.. :P
[at] upasaka
Jawaban dan pertanyaan anda dari awal sudah bolak balik dan cuma jadi adu keahlian dalam menjawab. Saya tidak melihat dari awal ,sedikitpun bahwa anda berusaha mencari solusi bagaimana supaya tidak berbohong. Tapi yang saya lihat,bagaimana berbohong itu adalah suatu keharusan dalam berbisnis.
Apabila tidak ada jalan lain, hal tersebut amat sangat mungkin ................kan pengikut Buddha, ............why not?
[at] upasakaSaya sepakat dengan Anda, Sdri. Lina
Jawaban dan pertanyaan anda dari awal sudah bolak balik dan cuma jadi adu keahlian dalam menjawab. Saya tidak melihat dari awal ,sedikitpun bahwa anda berusaha mencari solusi bagaimana supaya tidak berbohong. Tapi yang saya lihat,bagaimana berbohong itu adalah suatu keharusan dalam berbisnis.
Bagaimana supaya tidak menerbitkan Undervalue Invoice, menurutmu? Ayo, saya kan sekalian menunggu saran dari teman-teman di sini! :DBukannya saya sudah menjawab dan anda menyetujui :
:)) Saya hanya bercanda.. mohon maaf jika terlihat sengit..
karena Anda awal dengan gampang memposisikan saya sebagai Importir Bangladesh karena saya hanya menulis importir saja.
Dan saya juga ingin "bercanda" hal yang serupa menanyakan posisi Anda sebagai exportir kopi..
Tapi ternyata Anda minta dimengerti :)) Ya oke lah.. No problem ;D
Kita klarifikasi satu2 :
Kesimpulannya :
1. Menurut Anda, bisnis Export Import tidak selalu harus menggunakan Undervalue bukan ? Ya / Tidak
2. Menurut Anda, bisnis tidak selalu harus menggunakan Musavada bukan ? Ya / Tidak
Bonus :
3. Menurut Anda, bisnis Export dan Supermarket pasti musavada, bagaimana cara Anda menjaminnya ?
Bukannya saya sudah menjawab dan anda menyetujui :
- Cari sales margin gede
- Punya modal gede
- Bayarlah kewajibanmu..
Kenapa masih ngeyel Sdr. Upasaka ?
Ngayal dikit:
A start jualan kerajinan songket, buka toko online, tus berkembang sampe akhirnya mulai eksport dikit2 kain songket dan product turunannya ke luar negeri, pas diminta bikinin undervalue invoice, A yang soleha ini tidak mau berbohong, ga mau bikin, walhasil importir cari orang lain yang mau bantu. Akhirnya bisnis A meredup karena pelan2 ditinggalin customernya (yang mouth to mouth bilang A susah diajak kompromi).
A mutusin pindah bisnis, gantilah A jualan kerajinan rotan, buka toko online, tus berkembang sampe akhirnya mulai eksport dikit2 rotan dan product turunannya ke luar negeri, pas diminta bikinin undervalue invoice, A yang soleha ini tidak mau berbohong, ga mau bikin, walhasil importir cari orang lain yang mau bantu. Akhirnya bisnis A meredup karena pelan2 ditinggalin customernya (yang mouth to mouth bilang A susah diajak kompromi).
Kasihan juga sh si A ini... IMHO, gw akan berbohong (dan sadar bahwa itu salah), daripada gw teguh dengan resiko anak-istri gw harus nemenin gw start-up lagi...
Menghindar undervalue invoice, dengan solusi ngasihin diskon biar harga yg dibuat ga bo'ong = menipiskan margin yg udah tipis = harus cari makin banyak omset = bakal kemungkinan bo'ong lagi kalo ditanya "ente cuma jual songket ke ana kan?"
Bagaimana supaya tidak menerbitkan Undervalue Invoice, menurutmu? Ayo, saya kan sekalian menunggu saran dari teman-teman di sini! :D
Sama seperti jika saya berkata, coba kamu tekuni usaha saya dan tunjukkan dimana saya harus berbohong. Maka saya akan beri jawaban yang anda tanyakan.
- ^-^ Itu kan solusi buat kamu selaku importir. Nah, kalau saya sebagai eksportir dapatnya selalu customer yang minta Undervalue Invoice??Sebenarnya saya sudah paham dari awal.. Hanya saja kenapa yang dibicarakan hal2 yang buruk terus.. Harus berbohong dll..
- Gampang bener yah punya model gede. Emang modal gede gak bisa dimakan restitusi pajak dan cost of fund. :))
- Kewajiban siapa? Kewajiban customer dong. ;D Si importir. Saya mah cuma membantu menerbitkan Undervalue Invoice.
Sudah paham?
Sebenarnya saya sudah paham dari awal.. Hanya saja kenapa yang dibicarakan hal2 yang buruk terus.. Harus berbohong dll..
Saya mengerti Sdr. Upasaka akan berbohong di kala terjepit.. Namun apakah semua kejadian itu harus diposisikan sebagai terjepit terus ? :))
Sdr. Upasaka juga harus berpikir realistis, bahwa kondisi terjepit tercipta akibat kita juga, dan kita juga belajar dari itu supaya tidak terjepit terus..
Dan dari awal saya juga berusaha menanamkan bahwa kalau bisa dihindari ya dihindari.. baca reply saya di awal.. Tapi tetap saja Sdr. Upasaka minta dimengerti bahwa kondisinya sulit sebagai exportir kopi yang harus berbohong terus.. :))
Sdri. Lina sendiri juga jenuh melihat yang dibicarakan hanya hal buruk, berbohong, berbohong dan berbohong.. kenapa tidak membicarakan / membagi trik bagaimana cara tidak berbohong.. Lebih keren toh..
Saya tidak sedang membahas usaha kamu. Kamulah yang mendorong saya untuk mencari solusi lain agar tidak berbohong dalam bisnis ekspor. Adakah solusi untuk mengganti penerbitan Undervalue Invoice? :DApakah kamu pemilik perusahaan ekspor? Atau hanya bekerja pada perusahaan ekspor?
Apakah kamu pemilik perusahaan ekspor? Atau hanya bekerja pada perusahaan ekspor?
Berbisnis adalah pekerjaan membohongi orang atau apalah namanya... Jadi intinya adalah berusaha sebaik mungkin untuk tidak berbohong... Tapi kenyataannya tetap saja berbohong kalau kepepet dan tidak kepepet
Sdr. Upasaka..
Anda harus menyadari bahwa Anda yang menjalani ini semua, tidak ada kewajiban kami untuk bantu memikirkan hal ini untuk Anda..
Akan tetapi jika Anda berpikir Anda terus musavada dalam bisnis ini dan tidak ada solusi untuk ini, ya Anda tidak jauh beda dengan penjagal babi bukan ?
Sama2 melanggar sila, lalu penjagal babi bertanya kepada saya, bagaimana agar saya tidak membunuh dalam menjagal babi..
Ya pasti saya akan jawab : QUIT.
Dan jawaban itu berlaku untuk Anda. Jadi pikirkanlah hal ini demi Anda, tidak perlu merasa menjadi pihak tertindas karena harus menerbitkan selembar " biang laknat" itu.. Kalau Anda nyaman menerbitkannya, ya silakan.. Tidak perlu beralibi saya realistis koq.. Anda idealist.. Tidak ada gunanya bukan.. Saya idealis, Anda realis tetap saja Anda yang mengeluarkan selembar itu.. Sedangkan saya sedang duduk santai menyeruput coffee di Starbuck sambil browsing..
Yang penting Anda sadar.. Anda tahu Anda penanggung jawab karma Anda sendiri.. ;D
Sekian dari Harpuia.. ;D
Nonton film "Liar Liar"-nya Jim Carrey deh, untuk melihat bagaimana dampak kalau orang sama sekali tidak bisa berbohong ;D
Apa hubungannya dengan pembahasan ini?Hubungan-nya jika pemilik dia akan mengetahui dan memaparkan lebih jelas yang ditanyakan untuk mencari solusi, karena itu bisnis dia. Jika hanya bekerja, itu tidak mungkin memaparkan dengan jelas. Jika ingin mencari solusi jelas akan banyak pertanyaan yang diajukan.
Sebenarnya bisnis bukan untuk membohongi orang lain. Namun dalam bisnis, kadang kita tersudutkan pada idealisme atau realistisme. Bagi yang paham idealis, maka akan memberi jawaban:
- stop bisnis seperti itu
- putar otak dong supaya jangan bohong ^-^
- salah sendiri bisnis begituan
- bohong kalau kepepet yah bo hwat, tapi jangan bilang itu wajar dan melakukan pembenaran dong*
- .....
Hidup berbohong... Pengen lancar usaha... Sering2 bohongin orang bleh hahhahhaha
Hubungan-nya jika pemilik dia akan mengetahui dan memaparkan lebih jelas yang ditanyakan untuk mencari solusi, karena itu bisnis dia. Jika hanya bekerja, itu tidak mungkin memaparkan dengan jelas. Jika ingin mencari solusi jelas akan banyak pertanyaan yang diajukan.
Contoh:
1. Berapakah biaya gaji pegawai anda perbulan? Dan apa saja yang harus anda keluarkan selain gaji pegawai dalam 1bulan?
2. Berapakah target keuntungan yang menurut anda cukup? Dan pertanyaan ini akan merembet ke modal,sistem pemasaran dan luas wilayah jangkauan dll.
Sdr. Upasaka,
Anda kembali membuat saya harus menjawab ulang apa yang telah saya jawab :))
Kalau Anda membaca ini sekali lagi, maka Anda mengerti pola pikir saya.. Dan tidak perlu bertanya : apakah Harpuia pernah berbohong.. Come on.. Sudah jadi Arahant kalau bisa begitu :))
Sama halnya dengan kejadian di atas, jika saja Mr. David menerapkan pola pikir cerdas, tentu tidak perlu menikam Mr. Okzul dari belakang bukan ?
Dan ketika perjanjian Mr. Okzul tidak menguntungkan dan juga diterima, ya kita juga harus menerima konsekuensi, apakah itu berbohong seperti yang Anda sarankan, atau pun berbuat jujur dan akibatnya kena marah seperti Anda takutkan..
Namun pernahkah terlintas kenapa harus berbohong ? kenapa harus kena marah ? Itu yang membuat manusia jauh lebih berkembang karena menggunakan otak untuk berpikir, dan bukan untuk menyatakan oh bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong.. Dari bisnis erat kaitannya dengan tukang bohong, maka muncullah pemikiran menjadi kaya itu jahat, dll. Padahal jika saja otak mau sedikit digunakan untuk berpikir.. maka hasilnya bisa menjadi lain..
Mudah2an Anda bisa menangkap essensi dari cuplikan yang berikut ini..
ikut kasih opini yah...
bisnis :
1. harus bayar pajak sesuai aturan pemerintah---> apakah anda semua sudah membayar penuh???
2. kalo ada customer usil yang tanya harga pokok penjualan kita berapa??? ngejawabnya gimana?
3. harga jual ke customer A bisa saja berbeda dengan customer B---> jelasin ke customer tanpa musavada gimana?
4. kalo customer minta harga di bon faktur di mark up ---> gimana ngakalinnya?
5. kalo customer minta komisi pembelian (termasuk unsur penyuapan) ---> kita harus gimana?
jadi memang susah kalo bisnis harus 100% JUJUR tanpa berbohong....
tapi kalo memang mau jujur bisa saja..
1. bayar pajak sesuai aturan pemerintah---> ditambah dengan banyaknya biaya siluman dan jeleknya infrastruktur kita, perusahaan bakal sulit bersaing dengan lainnya.
2. kalo customer tanya HPP ---> kasih tahu aja....ntar customer bakal bilang " Wah, Toke ini untungnya gede banget" ---> padahal kita harus gaji karyawan, bayar kredit mobil, kredit rumah, biaya sekolah anak2....cape deh.
3. kalo customer tanya harga jual kok beda---> jawaban jujur " iya pak, si A lebih lancar pembayarannya, kalo bapak pembayaran dah tunda 1 bulan, kasih giro yang pencairannya 1 bulan ke depan lagi" customer bakalan tersinggung tuh...
4. customer minta mark up harga ---> jawaban jujur " MAAF pak, kami tidak bisa, karena kami tidak boleh berbohong" lain kali customer kagak bakalan balik lagi.
5. customer minta komisi ---> jawaban jujur " maaf pak, kami tidak memberikan sumbangan dalam bentuk apa pun" apakah customer bakalan kembali????
_/\_
Saya pelaku eskportir dan saya tahu apa yang saya lakukan.Jika kita ingin mencari solusi maka kita harus melihat data. Sehingga kita bisa menyesuaikan dengan perkataan anda bahwa itu memang tidak mungkin.
Undervalue Invoice jelas tidak mungkin tergantikan. Ini kalimat kesimpulan saya. Bagaimana cara memberikan diskon 75% kepada customer? Silakan dipertimbangkan! :D
Jika kita ingin mencari solusi maka kita harus melihat data. Sehingga kita bisa menyesuaikan dengan perkataan anda bahwa itu memang tidak mungkin.
Wah sudah banyak kisah dari yang menjalankan bisnis dan memang harus musvada.... Sekarang bergiliran, ada nggak yang mau cerita pengalaman menjalankan bisnis pribadi tanpa musavada ;D Tapi yang "jujur" berdasarkan pengalaman kongkrit pengalaman nyata ya (seperti kasus bro. Upasaka)...., bukan sekadar penegasan atas prinsip yang dianut belaka.
Maaf Sdr. Upasaka, Anda benar2 aneh ...
1. Apakah Anda pikir kami ini semua penggelut bisnis Export Import.. kenapa terus meminta solusi cerdas kepada kami ?
Kami hanya orang yang numpang lewat di forum ini, dari berbagai kalangan.. Anda saja yang terus "berkeluh kesah" dengan Under Under-an dari tadi.
Dan sudah saya katakan dari awal, Jika anda merasa nyaman, anda masih ingin geluti dan tahu resiko karma dll.. Lanjutkan .. Tidak ada seorang Harpuia yang menahan.. Anda yang berbuat.. Anda yang bertanggung jawab toh..
2. Namun jika Anda tidak puas karena harus bermusavada dalam bisnis ini.. Solusi cerdas yang bisa saya berikan sesuai dengan kapasitas otak saya adalah QUIT.
3. Anda katakan hidup tidak terlepas dari kebohongan, katakanlah itu benar.. Ya sudah.. kurangi kebohongan .. kurangi musavada.. Kenapa harus terus berstatement : saya hidup penuh musavada.. kenapa tidak berpikir : bagaimana cara saya mengurangi musavada.. Dan lagi2 anda ingin berstatement itu terus / berpikir menggunakan otak untuk keluar dari permainan bohongan2 semua tergantung di pilihan Anda koq.. Hidup adalah pilihan.. ;D
Saya tunggu business coffeshop Anda..
Semoga Anda paham.. ;D
Undervalue Invoice
jual beli rumah....
harga normal = bayar pajak normal,
sesepakatin tertulis undervalue di notaris (walaupun bayarnya normal) = bayar pajaknya undervalue (lebih dikit)
tinggal mau pilih yg mana?
lebih banyak org pilih yg mana ?
enak yg mana? berbohong gak?
apakah arti undervalue kira2 begitu ?
1. Sudah saya kasih jawaban (Trik 1 Trik 2 Trik 3), dan juga saya bertanya apakah semua mesti pakai Under2an, Anda jawab Tidak..
Tapi anda tetap tidak puas dan meminta jawaban kami.. :)) anda menuntut kami harus kasih solusi cerdas..
Tidak ada satu trik pun yang Anda bilang, oke akan saya coba, oke akan coba saya pertimbangkan, oke akan coba saya kembangkan..
Anda sendiri terlalu malas untuk berpikir / berdiskusi kepada yang lebih expert.. Mungkin Anda menganggap diri Anda superior..
Namun sekali lagi, itu tidak membantu.. dan Anda terlalu arogan dan langsung memberi kondisi2 yang menyulitkan implementasi trik tersebut..
Ya karena kami bukan siapa2.. akhirnya keluar lah jawaban paling cerdas (QUIT)
LOL juga..
2. Soal Under2an, silakan konsultasikan ke pebisnis yang lebih senior.. mudah2an dapat jawaban cerdas.. Bertanyalah pada yang expert.
3. Dan sudah saya klarifikasi, saya mencela karena
a. Anda mengatakan semua bisnis pasti musavada..
b. Kebanyakan pebisnis hanya berstatement, tanpa bertanya bagaimana ?
4. Dan board ini berjudul BISNIS, bukan BISNIS EXPORT.. anda yang terus2an menggiring ke arah kopi.. :))
saya rasa utk import barang mgkn ada yang pake undervalue invoice...ini bukan nuduh loh..hehehe...tp itu umum terjadi apalagi pake door-to-door service...
under value invoice = tax evasion = prohibitted/against the LAW
izin import/export nya akan dicabut... bila melanggar...(maybe)...
jadi niatnya adalah mengurangin (curang) pajak....
apakah ini niat yg baik ? yg minta hrs dijelasin juga ya....
Cukup yuk.. habis itu2 saja kan yang diputer2 :))
Terima kasih banyak Sdr. Upasaka..
Terimakasih juga atas sharing dan berbagi pendapatnya. Maaf kalau ada yang membuat tersinggung. ;DTidak menjadi soal.. ;D
Tidak menjadi soal.. ;D
Menurut saya, sangat menarik bisa berdiskusi seperti ini..
Nah itu kalau pebisnis, kalau kita yang kerja sama orang gimana??? saya kerja sama orang nih istilah kasarnya makan gaji, saya sering sama bos disuruh membuat dokumen palsu untuk membohongi instansi-instansi tertentu, perlu diketahui di kantor selain saya tidak ada yg kepandaian komputernya melebihi saya, jadi urusan pemalsuan dokumen selalu saya yang disuruh.
Jadi bagaimana teman-teman??? masa saya harus menolak... bisa bisa kena pecat sementara anak sudah 1, ini sudah mau masuk TK A lagi :(. Apakah saya berdosa juga??? ;D
ada yang bisa kasih masukan???
Nah itu kalau pebisnis, kalau kita yang kerja sama orang gimana??? saya kerja sama orang nih istilah kasarnya makan gaji, saya sering sama bos disuruh membuat dokumen palsu untuk membohongi instansi-instansi tertentu, perlu diketahui di kantor selain saya tidak ada yg kepandaian komputernya melebihi saya, jadi urusan pemalsuan dokumen selalu saya yang disuruh.
Jadi bagaimana teman-teman??? masa saya harus menolak... bisa bisa kena pecat sementara anak sudah 1, ini sudah mau masuk TK A lagi :(. Apakah saya berdosa juga??? ;D
ada yang bisa kasih masukan???
Wah sudah banyak kisah dari yang menjalankan bisnis dan memang harus musvada.... Sekarang bergiliran, ada nggak yang mau cerita pengalaman menjalankan bisnis pribadi tanpa musavada ;D Tapi yang "jujur" berdasarkan pengalaman kongkrit pengalaman nyata ya (seperti kasus bro. Upasaka)...., bukan sekadar penegasan atas prinsip yang dianut belaka.
ikut kasih opini yah...
bisnis :
1. harus bayar pajak sesuai aturan pemerintah---> apakah anda semua sudah membayar penuh???
2. kalo ada customer usil yang tanya harga pokok penjualan kita berapa??? ngejawabnya gimana?
3. harga jual ke customer A bisa saja berbeda dengan customer B---> jelasin ke customer tanpa musavada gimana?
4. kalo customer minta harga di bon faktur di mark up ---> gimana ngakalinnya?
5. kalo customer minta komisi pembelian (termasuk unsur penyuapan) ---> kita harus gimana?
jadi memang susah kalo bisnis harus 100% JUJUR tanpa berbohong....
tapi kalo memang mau jujur bisa saja..
1. bayar pajak sesuai aturan pemerintah---> ditambah dengan banyaknya biaya siluman dan jeleknya infrastruktur kita, perusahaan bakal sulit bersaing dengan lainnya.
2. kalo customer tanya HPP ---> kasih tahu aja....ntar customer bakal bilang " Wah, Toke ini untungnya gede banget" ---> padahal kita harus gaji karyawan, bayar kredit mobil, kredit rumah, biaya sekolah anak2....cape deh.
3. kalo customer tanya harga jual kok beda---> jawaban jujur " iya pak, si A lebih lancar pembayarannya, kalo bapak pembayaran dah tunda 1 bulan, kasih giro yang pencairannya 1 bulan ke depan lagi" customer bakalan tersinggung tuh...
4. customer minta mark up harga ---> jawaban jujur " MAAF pak, kami tidak bisa, karena kami tidak boleh berbohong" lain kali customer kagak bakalan balik lagi.
5. customer minta komisi ---> jawaban jujur " maaf pak, kami tidak memberikan sumbangan dalam bentuk apa pun" apakah customer bakalan kembali????
_/\_
btw, ini pembahasannya intinya tentang apa sih?
1. Tentang Apakah ada bisnis yang bisa dijalankan tanpa berbohong
2. Tentang Bisnis Expor kopi
3. Tentang Undervalue di bisnis ekspor kopi
apa apa nih?
Q: "Apakah mungkin menjalankan bisnis tanpa berbohong sekalipun?"
A: "Tidak mungkin. Namun sepertinya ada bisnis yang seharusnya tidak perlu melakukan musavada sama sekali".
Q: "Apakah bisnis ekspor kopi mungkin dilakukan tanpa musavada?"
A: "Sangat sulit jika bisa dikatakan mustahil. Selain Undervalue Invoice, ada rentetan masalah lain yang menyudutkan eksportir pada dilema idealis vs realis".
Q: "Bagaimana mengganti Undervalue Invoice dengan solusi lain supaya tidak "berbohong"?
A: "Caranya tidak memenuhi permintaan customer itu. Atau hanya meladeni customer yang tidak butuh Undervalue Invoice. Atau cara ketiga adalah tutup perusahaan ekspor!"
untuk expor impor dan underwear itu kurang paham :hammer:
tapi saya menerawang ada banyak pebisnis2 jujur.
jadi bagi saya sangat mungkin menjalankan bisnis dengan jujur ;D
jadi memang susah kalo bisnis harus 100% JUJUR tanpa berbohong....
tapi kalo memang mau jujur bisa saja..
1. bayar pajak sesuai aturan pemerintah---> ditambah dengan banyaknya biaya siluman dan jeleknya infrastruktur kita, perusahaan bakal sulit bersaing dengan lainnya.
2. kalo customer tanya HPP ---> kasih tahu aja....ntar customer bakal bilang " Wah, Toke ini untungnya gede banget" ---> padahal kita harus gaji karyawan, bayar kredit mobil, kredit rumah, biaya sekolah anak2....cape deh.
3. kalo customer tanya harga jual kok beda---> jawaban jujur " iya pak, si A lebih lancar pembayarannya, kalo bapak pembayaran dah tunda 1 bulan, kasih giro yang pencairannya 1 bulan ke depan lagi" customer bakalan tersinggung tuh...
4. customer minta mark up harga ---> jawaban jujur " MAAF pak, kami tidak bisa, karena kami tidak boleh berbohong" lain kali customer kagak bakalan balik lagi.
5. customer minta komisi ---> jawaban jujur " maaf pak, kami tidak memberikan sumbangan dalam bentuk apa pun" apakah customer bakalan kembali????
[realistis]dengan cara seperti itu akan banyak peluang yang hilang, akan kalah dalam persaingan. Seharusnya kamu sudah bisa beli villa baru, mobil baru jika kamu tidak terlalu idealis [/realisitis]
Q: "Apakah mungkin menjalankan bisnis tanpa berbohong sekalipun?"
A: "Tidak mungkin. Namun sepertinya ada bisnis yang seharusnya tidak perlu melakukan musavada sama sekali".
Q: "Apakah bisnis ekspor kopi mungkin dilakukan tanpa musavada?"
A: "Sangat sulit jika bisa dikatakan mustahil. Selain Undervalue Invoice, ada rentetan masalah lain yang menyudutkan eksportir pada dilema idealis vs realis".
Q: "Bagaimana mengganti Undervalue Invoice dengan solusi lain supaya tidak "berbohong"?"
A: "Caranya tidak memenuhi permintaan customer itu. Atau hanya meladeni customer yang tidak butuh Undervalue Invoice. Atau cara ketiga adalah tutup perusahaan ekspor!"
untuk expor impor dan underwear itu kurang paham :hammer:
tapi saya menerawang ada banyak pebisnis2 jujur.
jadi bagi saya sangat mungkin menjalankan bisnis dengan jujur ;D
Pilihan ada di tangan kita sendiri... sudah tahu kan mana yang musavada atau tidak...
HIDUP di tempat yang sesuai (untuk praktek dhamma) adalah BERKAH UTAMA
Bisnis dilakukan dengan jujur tentu saja bisa. Tapi apa tidak pernah bohong?
[idealis] Kamu sebaiknya keluar dari kantor tersebut. Carilah pekerjaan yang tidak memaksa kamu dalam keadaan terjepit seperti itu. [/idealis]
ini dalam berbisnis apa dalam hidup ;D
gak relevan keknya kalo bicara gak pernah boong dalam idup.
contoh lain lagi dah
Tukang Pijit.
untuk expor impor dan underwear itu kurang paham :hammer:
tapi saya menerawang ada banyak pebisnis2 jujur.
jadi bagi saya sangat mungkin menjalankan bisnis dengan jujur ;D
Quote dr Bro UpasakaApakah anda menerima fee diluar gaji dalam setiap pemalsuan yang anda lakukan?
Iya bro, masalahnya udah puluhan kali saya bekerja di kantor2 lain ataupun pabrik-pabrik lain tetap ada saja pembohongan atau kecurangan di dalamnya, gak dari bosnya ya dari manajer atasan aku ataupun dari kepala bagian ataupun dari teman kerja, masa asal ada pembohongan lgs keluar :-? Saya juga berpikir anak & istri di rumah, jangan krn prinsip idealis kita malah menghancurkan kita sendiri dan bermusuhan dengan orang lain. yah kecuali emang saya sudah tidak ada tanggungan sudah tekad hidup lepas dr keduniawian. mau keluar ya tinggal keluar saja.
Sebagai manusia umat biasa gak kalah penting juga adalah Bakti dan Tanggung Jawab, kalau ada pembohongan langsung keluar begitu saja, orang tua akan khawatir melihat kita " kerja kok gak tetap dan gonta ganti kerja ?" Mereka jadi khawatir dan banyak pikir karena kita... begitu juga dengan istri kita, pasti akan khawatir "Nanti Gimana? anak sekolah gimana?... dan masih banyak akibat lain yg ditimbulkan gara2 prinsip idealis kita tentang musavada.
(IMO di sini demi menghindari satu dosa kita telah menambah dosa yang lain)
dan nanti kalau saya keluar blm dapat kerja bro upasaka kasih tunjangan ya ke saya buat sementara sampai saya dapat kerja :)) hehehe
Bisnis adalah salah satu bagian dari hidup bagi pebisnis. Dalam membahas dan mengkoordinasi seputar bisnis, di aspek manapun; apakah ada pebisnis yang tidak pernah berbohong sama sekali? ;Dmencoba menjebak bro ?
Tukang pijit adalah profesi. Pemilik panti pijit adalah pebisnis dan bisnisnya adalah bisnis panti pijit.
Quote dr Bro Upasaka
Iya bro, masalahnya udah puluhan kali saya bekerja di kantor2 lain ataupun pabrik-pabrik lain tetap ada saja pembohongan atau kecurangan di dalamnya, gak dari bosnya ya dari manajer atasan aku ataupun dari kepala bagian ataupun dari teman kerja, masa asal ada pembohongan lgs keluar :-? Saya juga berpikir anak & istri di rumah, jangan krn prinsip idealis kita malah menghancurkan kita sendiri dan bermusuhan dengan orang lain. yah kecuali emang saya sudah tidak ada tanggungan sudah tekad hidup lepas dr keduniawian. mau keluar ya tinggal keluar saja.
Sebagai manusia umat biasa gak kalah penting juga adalah Bakti dan Tanggung Jawab, kalau ada pembohongan langsung keluar begitu saja, orang tua akan khawatir melihat kita " kerja kok gak tetap dan gonta ganti kerja ?" Mereka jadi khawatir dan banyak pikir karena kita... begitu juga dengan istri kita, pasti akan khawatir "Nanti Gimana? anak sekolah gimana?... dan masih banyak akibat lain yg ditimbulkan gara2 prinsip idealis kita tentang musavada.
(IMO di sini demi menghindari satu dosa kita telah menambah dosa yang lain)
dan nanti kalau saya keluar blm dapat kerja bro upasaka kasih tunjangan ya ke saya buat sementara sampai saya dapat kerja :)) hehehe
Apakah anda menerima fee diluar gaji dalam setiap pemalsuan yang anda lakukan?
katanya MENGHINDARIN pajak adalah HALAL (boleh),
sedangkan MENGELABUIN pajak adalah tidak boleh....
maka pintar2lah mencari orang yg jago MENGHINDAR....
bagaimana kalau hasil PAJAK tidak digunakan OPTIMAL ?
mencoba menjebak bro ?
case nya :
pebisnis yang pemula kurang skill pasti bisa berbohong..
lalu misal dia bertobat, dan tidak berbohong lagi..
dan kalau ditanya pertanyaan seperti di atas ? ::)
makanya pertanyaan bro upasaka ini "LICIK" karena jawabannya tahu sendiri lah dari contoh case di atas..
mencoba menjebak bro ?
case nya :
pebisnis yang pemula kurang skill pasti bisa berbohong..
lalu misal dia bertobat, dan tidak berbohong lagi..
dan kalau ditanya pertanyaan seperti di atas ? ::)
makanya pertanyaan bro upasaka ini "LICIK" karena jawabannya tahu sendiri lah dari contoh case di atas..
Bisnis adalah salah satu bagian dari hidup bagi pebisnis. Dalam membahas dan mengkoordinasi seputar bisnis, di aspek manapun; apakah ada pebisnis yang tidak pernah berbohong sama sekali? ;DSudah terjadi sedikit pergeseran pertanyaan dari pada sebelumnya yang memberikan kesan seolah-olah hanya dengan kebohongan maka bisnis itu baru bisa berjalan.
kalau utk busines (gerobak) jual tahu goreng....(tahu goreng brontak)...
nah apakah ini bisa berjalan mulus tanpa bohong ?
bisakah kasih contoh dimana perlunya berbohong ?
bagaimana kalau kasih plang.... "TAHU GORENG JUJUR".... ada masukan?
iya, kan ada statement tidak ada bisnis yang mungkin dijalankan tanpa boong 8)
nah anggap lah si tua renta yang bermodal minyak sama bawang doank, dari rumah ke rumah menawarkan pijat, itu kan bisnisnya dia juga, cuman masuk bisnis jasa..
masa dia ngeboong?
terus penjual hasil bumi juga, yang gak pake timbangan lagi.. langsung jual gitu aja..
ada lagi contoh lainnya itu banyak.
dan lagi2 dengan mengesampingkan pajak. banyak juga penjual software yang berbisnis dengan jujur kok.
diri sendiri merawat diri sendiri lho nona yen2 ;D
(Bawel Mode:ON)
sudah lama gak liat om bawel ama nona hema.Mrk suka menghilang n muncul bersamaan :))ini tuduhan serius, apakah ada buktinya? dan apakah sudah dilaporkan ke hansip?
[at] upasaka
apakah pelacur yang bertobat masih dikategorikan sebagai pelacur ?
kondisinya sama kan.. pebisnis yang pernah berbohong dengan wanita yang pernah menjadi pelacur.. apakah pasti dilekatkan dengan gelar pebisnis pembohong atau pelacur ?
Oh, tidak. Saya bertanya dalam masa kini. Saya tahu ada pebisnis yang bisa jujur dalam jangka waktu lama. Lalu suatu ketika dihadapkan pada masalah, seorang pebisnis bisa saja sedikit berbohong untuk keluar dari masalah itu. Itu manusiawi sekali.katakanlah pebisnis bodoh.. sering bohong u/ keluar dari masalah.. dan belajar..
katakanlah pebisnis bodoh.. sering bohong u/ keluar dari masalah.. dan belajar..
memungkinkan tidak pebisnis bodoh itu menjadi pintar dan tidak berbohong lagi akibat sudah belajar dari masalah ?
Yup, itu bisa jujur. Tapi masa gak pernah bohong sekecil apapun suatu saat pas terdesak.
lah kalo minggu depan kelar, kan gak boong :D
kecuali gini jalan ceritanya
Pembeli : Pesenan dah sampe mana
Penjual : tenang bos, baru selesai databasenya
penjual : sorry bos, bos mesen sw apa yah?
pembeli : ???
tidak ada tuh... tetap saja perbulan berapa yah berapa mana ada tambahanJika kamu disuruh mengetik surat cinta oleh bos-mu untuk selingkuhannya. Apakah dengan mengetik itu kamu jadi ikut berselingkuh?
kalau utk busines (gerobak) jual tahu goreng....(tahu goreng brontak)...
nah apakah ini bisa berjalan mulus tanpa bohong ?
bisakah kasih contoh dimana perlunya berbohong ?
bagaimana kalau kasih plang.... "TAHU GORENG JUJUR".... ada masukan?
kalo yang ini bisa di minyak gorengnya om, ditanya tuh minyak umur berapa, bisa dijawab baru, padahal dah seminggu yg lalu :))
dah pernah ada di tipi.
jadi menurut bro orang yang jualan jujur apa kaga ?? *bingung* hahaha
Memungkinkan. Tapi apakah setelah terampil, lalu tidak pernah bisa bohong lagi?tergantung bisnisnya.. saya tidak bisa menggeneralisir..
;D Kalau begitu definisi yang dipakai, yah banyak sekali yang tidak bohong.
Nah bicara mengenai tahu goreng, baru kemarin saya mengalaminya sendiri, hal ini berkaitan dengan komentar Bokap gue ttg tahu tersebut. Jujur atau gak jujur juga harus dilihat dari 2 sisi. Ceritanya saya membeli tahu goreng sumedang yang isi dalamnya sayur wortel,tauge de el el untuk keluarga makan di rumah. kebetulan bokap datang dari kampung. sewaktu bokap makan beliau bertanya dan berkomentar begini :Berapa harga tahu ini? lalu saya jawab "sekian pa" "kok sayurnya sedikit sekali"? wah gak jujur nih orang yang jualan, gak usah beli lagi tahu ini.
dalam hati saya membatin "menurut saya biasa biasa saja tuh" orang ini berjualan jujur kok banyak sayurnya da pas dengan harganya"
jadi menurut bro orang yang jualan jujur apa kaga ?? *bingung* hahaha ;D
tergantung bisnisnya.. saya tidak bisa menggeneralisir..
tidak adil karena bisnis export yang katanya penuh suap semata, lalu menggeneralisir bisnis laundry, atau bisnis warteg, dll.
namun dari jawaban anda, berarti jelas bisa bukan tanpa musavada ?
saya bener2 tidak mengerti, sampe gemes ::)
yg contoh minggu depan kelar itu, dimanakah dia berbohong? :-?
Betul, pada bisnis-bisnis tertentu ada yang hampir mustahil. Bisnis laundry sepertinya bisa dengan catatan tidak membuat promo palsu. Bisnis warteg atau bisnis produksi sepertinya agak sulit menghindari musavada.jadi bisa bukan menjalankan bisnis tanpa musavada kalau ada niat untuk itu ?
Bisnis jual koran menurut saya hampir tidak perlu musavada.
Jika kamu disuruh mengetik surat cinta oleh bos-mu untuk selingkuhannya. Apakah dengan mengetik itu kamu jadi ikut berselingkuh?
Ngayal dikit:
A start jualan kerajinan songket, buka toko online, tus berkembang sampe akhirnya mulai eksport dikit2 kain songket dan product turunannya ke luar negeri, pas diminta bikinin undervalue invoice, A yang soleha ini tidak mau berbohong, ga mau bikin, walhasil importir cari orang lain yang mau bantu. Akhirnya bisnis A meredup karena pelan2 ditinggalin customernya (yang mouth to mouth bilang A susah diajak kompromi).
A mutusin pindah bisnis, gantilah A jualan kerajinan rotan, buka toko online, tus berkembang sampe akhirnya mulai eksport dikit2 rotan dan product turunannya ke luar negeri, pas diminta bikinin undervalue invoice, A yang soleha ini tidak mau berbohong, ga mau bikin, walhasil importir cari orang lain yang mau bantu. Akhirnya bisnis A meredup karena pelan2 ditinggalin customernya (yang mouth to mouth bilang A susah diajak kompromi).
Kasihan juga sh si A ini... IMHO, gw akan berbohong (dan sadar bahwa itu salah), daripada gw teguh dengan resiko anak-istri gw harus nemenin gw start-up lagi...
Menghindar undervalue invoice, dengan solusi ngasihin diskon biar harga yg dibuat ga bo'ong = menipiskan margin yg udah tipis = harus cari makin banyak omset = bakal kemungkinan bo'ong lagi kalo ditanya "ente cuma jual songket ke ana kan?"
jadi bisa bukan menjalankan bisnis tanpa musavada kalau ada niat untuk itu ?
Anggap contoh itu tukang software ini, ada masalah sendiri sampai minggu depan baru selesai, tapi alasannya bilang ada hal lain (bukan kesalahan diri sendiri). Lalu sampai minggu depan juga belum selesai. Kalau dalam kasus ini, tukang software ini berbohong gak? ::)
kalo itu jelas berbohong, pertama dia bilang masalahnya A, padahal masalahnya B
lalu dia bilang minggu depan kelar, tetapi belon kelar2...
Jika kamu disuruh mengetik surat cinta oleh bos-mu untuk selingkuhannya. Apakah dengan mengetik itu kamu jadi ikut berselingkuh?
Sekali lagi, intinya adalah LOBHA.
Lobha inilah yang mendorong seseorang (dalam kasus bisnis ini) untuk berbohong.
Apabila orang tersebut merasa cukup dengan yang ada, untuk apa melanggar prinsip dengan dalih agar bisa lebih kaya.
Toh dengan penghasilan yang ada sudah cukup. (seperti dalam contoh di atas yang dikatakan usahanya berkembang).
Buddha mengajarkan bahwa kebahagiaan dalam kehidupan perumah tangga adalah kekayaan yang didapat dengan bersih dan jujur.
Sebaliknya kekayaan yang didapat dengan jalan yang tidak bersih adalah kebalikannya, apabila tidak dalam kehidupan ini, tentunya dalam kehidupan yang lain.
Kebohongan undervalue invoice memang kelihatannya kebohongan kecil,
tapi ini adalah bagaikan menaruh bibit,
Yang apabila tanahnya subur bibit ini akan tumbuh besar.
Sekali lagi, sungguh ironi.......
Bisnis jual koran menurut saya hampir tidak perlu musavada.
Setiap orang pasti akan mendapat masalah yang menyudutkannya, entah dalam situasi apapun. Mungkin usaha bisnisnya tidak perlu semacam Undervalue Invoice. Tapi kondisi yang menyudutkan pasti akan terjadi suatu hari nanti, dan saya tidak percaya ada pebisnis yang tidak pernah lagi berbohong.
berita tidak seimbang,
berita yg mendongkrak penjualan koran....
berita yg ditutupin (contoh org berkuasa isteri satu lusin)...
dst dst.... menurut gw banyak deh bohongnya....
belum lagi bahan baku kertas datangnya dari mana ? import lagi ? nahhh
[realistis]dengan cara seperti itu akan banyak peluang yang hilang, akan kalah dalam persaingan. Seharusnya kamu sudah bisa beli villa baru, mobil baru jika kamu tidak terlalu idealis [/realisitis]
Kalo perlu istri baru, boong dikit sama istri pertama, wajar2 aja kok, kalo gak boong gak bisa punya istri baru.<--- ajaran sesat nih hahahahaha jangan diikuti :))
hehe.. kondisi yang menyudutkan itu bagaimana pintar2 orang mencari jalan keluarnya, tidak perlu berbohong. berbohong adalah jalan termudah keluar dari kondisi sulit itu, tetapi sebenarnya tidak perlu berbohong, hanya saja jalannya lebih sulit
Bila sang Buddha Gotama berpikir seperti itu, maka mungkin dia lebih baik mati daripada mencari jalan kebijaksanaan(Enligthment) dalam kondisi yang menyudutkannya
contoh lainnya, menyontek itu jalan termudah untuk lulus, sebenarnya jika saja dia mempersiapkan diri untuk hapal sebelum ujian bisa saja dia lulus. hanya saja menghapal itu lebih sulit daripada bikin contekan.
point perubahan disini, sepertinya bro sekarang menyinggung pebisnisnya ;D bukan bisnisnya lagi.
<--- ajaran sesat nih hahahahaha jangan diikuti :))
Sesuai judulnya... Siapa yang menjalankan bisnis? Tentu saja pebisnis, bukan? ;D
saya tidak percaya ada pebisnis yang tidak pernah lagi berbohong.
Statement yg didiskusiin kan. "Tidak Mungkin Menjalankan Bisnis tanpa Musavada"
dan kalau tidak salah di awal2, bro menjudge semua Bisnis itu Tidak mungkin jalan tanpa Musavada
nah yg barusan tadi
itu tentang Pebisnisnya.
Kalimat itu sudah saya klarifikasi ke Bro Harpuia. ;D Saya hanya memancing eksplosivitas di thread ini. Lagi pula, kalimat "tidak mungkin menjalankan bisnis tanpa musavada" sebenarnya tidak keliru. Kalau keliru, coba tunjuk tangan di sini siapa yang tidak pernah berbohong dalam bisnisnya?
Ini sama aja dengan bilang,
Semua manusia pasti pernah bohong,
Ayo, tunjuk tangan siapa yang tidak pernah bohong (gak harus bisnis)
Kalo gitu tidak apa-apa kalo saya bohong. :hammer:
Kalau dengan disuruh customer menyediakan undervalue invoice bedanya gmn?Sis bertanya sebagai pemilik atau pekerja?
Kalimat itu sudah saya klarifikasi ke Bro Harpuia. ;D Saya hanya memancing eksplosivitas di thread ini. Lagi pula, kalimat "tidak mungkin menjalankan bisnis tanpa musavada" sebenarnya tidak keliru. Kalau keliru, coba tunjuk tangan di sini siapa yang tidak pernah berbohong dalam bisnisnya?
Pebisnis adalah pelaku bisnis, orang yang menjalankan bisnisnya. Bagaimana bisnis bisa berjalan kalau tidak ada pelakunya? :D
mungkin awalnya mereka berbohong, tapi apakah mereka nanti bisa menghentikan kebohongan? ;D
atau paling tidak, mereka berusaha untuk mengurangi kebohongan? ;D
apakah para karyawan juga disebut sebagai pebisnis? ;D
;D Entah bagaimana dengan pengalaman orang lain. Saya sendiri, kerabat bahkan orang-orang yang saya kenal yang memiliki bisnis, pasti pernah setidaknya sekali berbohong --- meskipun hal sepele dan bukan untuk mengambil untung berupa uang. Saya tidak tahu bagaimana pengalaman hidup orang lain yang katanya bisa menjalankan bisnis dengan jujur 100%. Menurut saya itu agak mustahil.Dan karena berlindung dengan realita maka kebohongan menjadi hal yang biasa dan juga bagus buat strategi seperti undervalue invoice yang anda sebutkan. Itu salah satu yang sebelumnya tidak diminta oleh pembeli malah ditawarkan sebagai servis yang perusahaan lain tidak berani lakukan.
Saat pertama kali terjun di dunia bisnis, saya sendiri kaget betapa kotornya sistem permainan di dunia ini. Saya idealis sekali, bahkan untuk hal-hal sepele. Lama-lama saya belajar bahwa hal-hal sepele itu tidak membawa manfaat jika dipertahankan. Sampai saat ini saya tidak pernah menipu pelanggan, menggelapkan uangnya, memasang perangkap agar pelanggan saya peras, dsb. Saya hanya tidak mau berkata jujur untuk hal-hal yang bersifat privasi dalam bisnis saya. Saya sebut itu sebagai kebohongan saya dalam berbisnis.
;D Entah bagaimana dengan pengalaman orang lain. Saya sendiri, kerabat bahkan orang-orang yang saya kenal yang memiliki bisnis, pasti pernah setidaknya sekali berbohong --- meskipun hal sepele dan bukan untuk mengambil untung berupa uang. Saya tidak tahu bagaimana pengalaman hidup orang lain yang katanya bisa menjalankan bisnis dengan jujur 100%. Menurut saya itu agak mustahil.
Saat pertama kali terjun di dunia bisnis, saya sendiri kaget betapa kotornya sistem permainan di dunia ini. Saya idealis sekali, bahkan untuk hal-hal sepele. Lama-lama saya belajar bahwa hal-hal sepele itu tidak membawa manfaat jika dipertahankan. Sampai saat ini saya tidak pernah menipu pelanggan, menggelapkan uangnya, memasang perangkap agar pelanggan saya peras, dsb. Saya hanya tidak mau berkata jujur untuk hal-hal yang bersifat privasi dalam bisnis saya. Saya sebut itu sebagai kebohongan saya dalam berbisnis.
Dan karena berlindung dengan realita maka kebohongan menjadi hal yang biasa dan juga bagus buat strategi seperti undervalue invoice yang anda sebutkan. Itu salah satu yang sebelumnya tidak diminta oleh pembeli malah ditawarkan sebagai servis yang perusahaan lain tidak berani lakukan.
Untuk hal2 yang privasi,
Cukup dengan katakan saya tidak bisa mengatakannya dengan anda.
Tidak perlu berbohong.
Sebagai contoh,
Pembeli: modalnya berapa koh?
Penjual: Ada deee...... ;D
:)) Kalau seperti itu mudah sekali. Anak kecil diajarin juga bisa. ^-^
Kalo mudah, kenapa dibikin sulit? :P
Jangan menuduh bahwa saya sengaja memberikan Undervalue Invoice untuk customer. Menurut saya itu sudah fitnah dalam skala kecil. ;D Kalau customer yang tidak minta Undervalue Invoice, ngapain saya tawarkan. Hanya menambah kerjaan.Bukankah itu realita yang banyak terjadi dalam dunia bisnis? Demi meraup keuntungan dan menang bersaing dalam dunia bisnis?
Bukankah itu realita yang banyak terjadi dalam dunia bisnis? Demi meraup keuntungan dan menang bersaing dalam dunia bisnis?
Bahkan kadang dalam menghadapi pertanyaan itu, saya malah menjawab jujur loh! ;D
Tidak menyebutkan harga modal adalah hal yang wajar.
Menanyakan harga modal pada penjual adalah hal yang tidak wajar.
Memberitahukan harga modal pada pembeli adalah tidak hanya hal yang tidak wajar tapi juga (maaf) bodoh.
^-^ Karena dia mitra bisnis saya.
Lah... di contoh ane kan udah jelas terpampang bahwa yang nanya adalah pembeli bukan mitra bisnis. ::)
Pertanyaannya sama dengan Bro Forte. Memungkinkan untuk tidak berbohong, tapi tidak mungkin sampai mati (selama bisnisnya berjalan) dia tidak pernah berbohong dalam bisnisnya itu --- meskipun hal sepele.
Bukan. ;D
Menurut saya, kebohongan mungkin ada kalanya tidak terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari, apakah bisnis, bersosialisasi, dan sebagainya. Tapi untuk melakukan bisnis yang sukses, kebohongan belum tentu merupakan sebuah 'keharusan', lebih ke arah pilihan.
Tapi jangan menuduh saya semudah itu dong. :DSaya tidak menunjuk kamu bukan? Kamu terkejut dengan cara-cara kotor, dan saya hanya menyebutkan salah satu cara kotor yang dilihat orang menjadi peluang untuk memajukan usahanya ;D
oh udah ditanyakan yah? ;D
saya ngak sanggup baca semuanya, tadi baca separuh langsung saya skip ke akhirnya aja :P.
termasuk direktur dan menejer juga? ;D
jadi cuma owner yang disebut sebagai pebisnis? ;D
tapi tanpa karyawan dari level operasional sampai tingkat pengambil keputusan apakah bisnis itu bisa berjalan? ;D
siapa yang menjalankan bisnis anak perusahaan? apakah ownernya sendiri? ;D
Saya tidak menunjuk kamu bukan? Kamu terkejut dengan cara-cara kotor, dan saya hanya menyebutkan salah satu cara kotor yang dilihat orang menjadi peluang untuk memajukan usahanya ;D
Jika tidak maka kita akan dimakan serigala.
wah 1 hari bergulir udah tambah 10 page lebih...
imho, case yg banyak adalah:
1. penghindaran pajak
2. tata krama (bilang: senang berjumpa dg anda, truth: muak melihat mukamu)
kalau soal agen tunggal tp melanggarnya dibelakang imho bunuh diri juga....
Bagaimana bila agen tunggal kita "selingkuh" dengan supplier lain? Apakah kita tetap harus memegang teguh janji setia kita hanya pada agen tunggal tersebut?
wah 1 hari bergulir udah tambah 10 page lebih...
imho, case yg banyak adalah:
1. penghindaran pajak
2. tata krama (bilang: senang berjumpa dg anda, truth: muak melihat mukamu)
kalau soal agen tunggal tp melanggarnya dibelakang imho bunuh diri juga....
Kalau ada klausal dalam perjanjian ke-agen-an / distributor tentang tidak boleh menjual barang sejenis berlainan merek, maka atas dasar itu, perjanjian bisa menjadi BATAL DEMI HUKUM/PERATURAN
Kamu menunjuk secara implisit, terutama di bagian "sengaja menawarkan Undervalue Invoice meski customer tidak minta". :DSaya berbahagia jika ternyata anda tidak seperti itu. Yang saya katakan semata-mata menunjukkan prinsip bisnis bagaimana menang dalam persaingan walau dengan cara kotor.
Dalam tata krama tidak ada keharusan untuk menjilat, yang wajar2 aja udah ok.
Saya berbahagia jika ternyata anda tidak seperti itu. Yang saya katakan semata-mata menunjukkan prinsip bisnis bagaimana menang dalam persaingan walau dengan cara kotor.
beda antara penjilat dengan orang yang sopan/hormat dengan orang adalah... penjilat memilih-milih subjek-nya, kalau orang yang sopan, akan sopan dan hormat kepada siapapun, apalagi dengan customer maupun atasan
Bagaimana bila agen tunggal kita "selingkuh" dengan supplier lain? Apakah kita tetap harus memegang teguh janji setia kita hanya pada agen tunggal tersebut?
::) Tapi kan membohongi mitra bisnis juga bisa, dan tidak saya lakukan kok.
yg pertama dilakukan adalah:
1. memhanguskan kontrak kerja sama tsb
2. menuntut penalti jika tertulis di perjanjian
jika hanya lisan, maka kerja sama juga dibatalkan secara lisan dg agen kita tsb.
Kalo bohong ama mitra bisnis dan ketahuan..... kemungkinan bisa tidak jadi mitra bisnis lagi.
Kecuali kalo mitra bisnisnya menganggap bohongnya wajar, tapi itu juga berarti bisa jadi mitra itu sendiri nanti bisa bohong juga karena dianggap wajar, sehingga nantinya yang terjadi adalah bohong2an. Selama masih menguntungkan kedua belah pihak biasanya masih bisa berjalan, atau minimal masih merasa keuntungannya cukup. Tapi apabila kelak dirasa "dimakan" atau keuntungannya kurang..... terjadilah perceraian.
Kalau tidak bisa dihubungi lagi?
mis: si A bercerita rahasia si B kepada anda
kemudian si B bercerita rahasia si A kepada anda....
disini juga perlu berbohong demi kebaikan bersama wkwkwkwk...
mis: si A nanya, si B ada cerita sesuatu ga? ---> jawaban standar: "ga ada"... masa dijawab "ada, tp ga bisa kasih tau lo"
kalau hub lisan maka ruang lingkupnya biasanya ga jelas...
mis si A berkomitmen utk supply hanya ke B
tapi dalam jumlah brp?
periode brp lama?
kalau hanya lisan maka ga dianggap berbohong
si B ada cerita sesuatu ga?
Hanya sebuah kalimat "adakalanya tidak terhindarkan" sudah cukup menjelaskan semuanya. :DSaya masih belum paham maksud bro Upasaka, apakah maksudnya:
Betul, pada bisnis-bisnis tertentu ada yang hampir mustahil. Bisnis laundry sepertinya bisa dengan catatan tidak membuat promo palsu. Bisnis warteg atau bisnis produksi sepertinya agak sulit menghindari musavada.
Bisnis jual koran menurut saya hampir tidak perlu musavada.
Memungkinkan, tapi tidak akan konstan. Setelah pebisnis itu pintar dan usahanya mantap, tidak menutup kemungkinan untuk berbohong lagi; meskipun sangat sepele.bro Upasaka mulai menjawab cukup aneh.. :)
Sis bertanya sebagai pemilik atau pekerja?
pajak... pajak... pajak...Ada kok. Salah satu tempat saya bekerja, pajaknya jujur 100%. (Karena di situ sistemnya lebih sederhana, saya lihat keseluruhan datanya termasuk Invoice & faktur pajaknya.)
siapa yg bayar pajak dg jujur? *bukan karyawan ya
Ada kok. Salah satu tempat saya bekerja, pajaknya jujur 100%. (Karena di situ sistemnya lebih sederhana, saya lihat keseluruhan datanya termasuk Invoice & faktur pajaknya.)
masih ngontrak atau dah beli tempat sendiri?Sudah punya tempat sendiri.
Sudah punya tempat sendiri.
ada baiknya kita backtotopic :
menurut rekan2 di sini, memungkinkan tidak ada suatu bisnis yang tanpa memerlukan musavada bisa berjalan..
saya pribadi menjawab 100 % bisa.. Bisnis apakah itu.. ntar baru saya jelaskan..
silakan untuk rekan yang lain..
ada baiknya kita backtotopic :
menurut rekan2 di sini, memungkinkan tidak ada suatu bisnis yang tanpa memerlukan musavada bisa berjalan..
saya pribadi menjawab 100 % bisa.. Bisnis apakah itu.. ntar baru saya jelaskan..
silakan untuk rekan yang lain..
^-^ Kita tidak sedang mengoreksi David dan mencari-cari kesalahannya, Bro. Yang saya tekankan adalah: "Apa yang akan dilakukan jika kita berada di posisi David?". Tidak perlu membahas ketidak-cakapannya dalam mengkoordinir dan mengantisipasi hal ini terjadi di masa depan. Yang saya singgung adalah "mau ambil prospek Mr. Ovat atau tidak". Simpel toh?
Siapa yang dapat meramal masa depan, Bro? Hari ini David setuju berbisnis dengan Mr. Okzul, namun siapa tahu Mr. Okzul bangkrut tiba-tiba dan tidak bisa dihubungi. Lalu datang Mr. Ovat. Apa karena sudah ada janji sumpah setia dengan Mr. Okzul, lalu David tidak menerima prospek bisnis dari Mr. Ovat? ;D
Bagi yang tetap ngotot bahwa bisnis ekspor (contohnya) bisa dilakukan tanpa berbohong, tolong jelaskan bagaimana perihal Undervalue Invoice. Jika ada yang bisa menjelaskan dengan tepat sekali bahwa mereduksi nilai harga penjualan adalah bukan kebohongan, maka saya akan berubah pikiran bahwa bisnis ekspor mungkin sekali untuk dijalankan tanpa musavada.
Kadang situasinya seperti ini:
Mr. Okzul: "David, saya mau impor barang kamu. Tolong bantu saya dalam bisnis ini."
David: "Baik, Mister. Apa yang bisa saya bantu?"
Mr. Okzul: "Barang kamu sangat berkualitas. Saya ingin mempromosikannya di negara saya."
David: "Terimakasih."
Mr. Okzul: "Tolong bantu saya, agar kamu jangan menjual ke orang lain dari Turki. Plisss."
David: "Tapi itu sulit, Mister. Ini adalah bisnis internasional, semua orang bisa saling berhubungan."
Mr. Okzul: "Apakah kamu punya customer Turki selain saya sebelumnya?"
David: "Sampai saat ini, belum ada. Mister yang pertama."
Mr. Okzul: "Oleh karena itu, bantulah saya mengembangkan bisnis saya di Turki!"
David: "... Baik, Pak."
Maksudnya idealis adalah "sikap yang tidak kompromi dengan apapun, pokoknya saya maunya A yah A". Dalam kalangan pebisnis, disebut sebagai tidak fleksibel.
Setahu saya ada bisnis yang hampir sama sekali tidak perlu berbohong. Sebentar saya pikir dulu....
Bisnis koran dan majalah seperti pedangang di lampu merah, itu salah satunya. ;D Lihat kan? Saya tidak idealis seperti yang kamu pikir.
Sebenarnya saya sangat memahami pola pikir kamu dan Bro Indra. Bahkan sebelum membahas di thread ini, saya dan Bro Indra sempat sedikit mendiskusikan hal ini saat rapat akbar para dewa DhammaCitta di Neraka Avici. ^-^ Saya pun tidak tertarik mengubah pandangan kamu. Saya hanya menyajikan sudut pandang yang lain. ;)
Apa salahnya memberi Undervalue Invoice ke customer? Eksportir bukan membawa kabur uang customer, memberikan barang yang beda kualitas, atau memungut profit yang tidak masuk akal kok. :D
Lah, siapa yang melakukan pembenaran. Saya sudah mengakuinya kalau itu bohong dan kamma buruk kok. ;D
Tentu saja. Karena kalian hanya menghakimi seolah-olah berbohong dengan Undervalue Invoice adalah garuka kamma. >:D
Masa arogan sih? :-? Maaf kalau saya benar-benar tampil arogan. Menurut saya, trik-trik itu memang tidak aplikatif dan sudah saya uraikan alasannya. Kalau kamu tidak percaya dengan alasan saya, ya sudah. :D
pajak... pajak... pajak...
siapa yg bayar pajak dg jujur? *bukan karyawan ya
trus sapa yg pernah beli rumah? pajak jual belinya apa tidak under value?
[at] Indra..
Sorry, you can't repeat a karma action without waiting 720 hours. :))
anggap utang, jatuh tempo bulan depanrebes.. tolong diingatin kalau aye khilap :P
dulu saya beli rumah melalui KPR, kalaupun itu bisa direkayasa fakturnya, waktu itu saya blm tau caranya.
walau ga 100% orang pasti bohong disini, tp saya kira 99,99%
ga masalah mo beli KPR atau Cash keras. permasalahannya adalah pajak jual & beli itu nilainya luar biasa
biasa diatur utk dikecilkan, kalau bro tidak tau, kebanyakan diselesaikan oelh pihak si penjual (termasuk pajak beli)
tapi pajak beli tsb adalah kewajiban si pembeli. utk case bro indra saya rasa 99,99% undervalue
kecuali pas transaksi bro indra memberi statement jelas, tidka mau undervalue & bersedia membayar transaksi tsb lebih mahal
kalau rumah baru.. agak susah bro u/ dimainin..
biasanya yang mudah dimainin itu rumah lama..
harga properti itu unique.. tidak ada yang tahu harga pastinya.. biasanya kisaran +/- 10%
trik yang biasa dilakukan pada rumah lama adalah menaikkan nilai jual rumah..
misal rumah X seharga 200 juta, setelah nego dengan penjual, dapatlah 180 jt.
dan kemudian "bisik2" ama penjual agar sewaktu KPR ngaku rumah ini harga 220 jt..
lalu bank datang survei, rumah2 di sebelah dijual dengan harga 240 jt. dan bank memproses kredit 70% dari 220 juta, padahal harusnya 70% dari 180 juta..
agar KPR berjalan mulus, mulainya "menggoreng" rekening.. manipulasi slip gaji.. ;D
cuma ini cukup beresiko .. karena KPR yang dibayar juga jauh lebih besar..
biasanya orang melakukan ini, demi mendapatkan beberapa puluh juta untuk modal usaha yang lain..
Saya masih belum paham maksud bro Upasaka, apakah maksudnya:
a. Bisnis pasti dijalankan dengan 'musavada' sebagai faktornya.
b. Dalam bisnis, bisa saja kita 'musavada'.
Yang saya maksudkan, dalam konteks (a), saya tidak setuju. Menjalankan bisnis, bisa saja dengan kejujuran 100%. Jika maksudnya konteks (b), maka sebetulnya tidak hanya bisnis, namun dalam setiap aspek kehidupan apapun juga, (karena keterkondisian kita,) ada kalanya kita tidak terhindarkan untuk bermusavada.
bro Upasaka mulai menjawab cukup aneh.. :)
padahal dari statement sendiri, jelas bisnis laundry tanpa promo bisa dikatakan bisnis tanpa musavada..
tapi bro Upasaka tetap saja menggeneralisir dan mengotot bahwa bisnis itu tidak lepas dari musavada..
Tapi baiklah saya akan coba ikuti..
pertanyaan saya :
karena Bisnis tidak luput dari musavada menurut versi Bro Upasaka..
apakah sepantasnya mata pencaharian pebisnis itu digolongkan melanggar sila ? mungkin bisa dikatakan bukan mata pencaharian yang benar ? Bagaimana pendapatnya mengenai statement ini..
Dan bro Upasaka dari awal tahu itu melanggar sila, kenapa masih dilakukan ?
jika saya di posisi david, maka saat itu juga saya menutup bisnis saya, kemudian buka google untuk mencari sekolah bisnis terbaik, dan besok paginya saya segera mendaftarkan diri ke sekolagh bisnis itu.
itu lah kenapa david harus sekolah lagi agar paham bagaimana membuat perjanjian dagang
dulu saya pernah bekerja di sebuah perusahaan publik yg sering import barang dari USA dan Taiwan, dan kebetulan saya di divisi Accounting bagian system support, kadang2 saya terpaksa harus membuka2 dokumen (invoice) asli untuk mencocokkan dengan system, terutama ketika saya harus mendampingi tim external auditor yg selalu meminta data2. dan apa yg saya lihat adalah angka2 yg wajar dan tidak ada undervalue invoice. apakah undervalue invoice ini hanya berlaku pada bisnis kopi?
nah bro upasaka, bagaimana anda mensiasati undervalue invoice itu di hadapan auditor?
jika saya adalah david, saya justru melihat hal ini sbg peluang bisnis yg bagus sekali dan dapat dilakukan tanpa berbohong
saya akan menjawab, "saya memang sudah punya customer Turki lainnya sebelum anda, tapi saya bisa saja memutuskan hubungan dagang dengan customer lain itu jika anda dapat menyerap jumlah barang yg saya ekspor ke customer lain itu, dan saya berjanji tidak akan menjual kepada customer lain lagi jika anda bisa menyerap XXX container sebulan."
silakan berkompromi tapi tidak dengan menganggap bahwa tidak ada bisnis yg dapat dilakukan dengan jujur
saya pernah membeli koran kemarin dari pedagang koran di lampu merah, ini yg anda maksud dengan sama sekali tidak perlu berbohong?
kita kan tidak sedang berbisnis, Bro. kenapa anad merasa perlu berbohong? saya tidak merasa pernah mendiskusikan hal ini dengan anda sebelumnya.
selain bahwa hal itu adalah musavada, ada juga kemungkinan lain ditangkap KPK.
kalau gak salah topiknya adalah "Apakah mungkin menjalankan bisnis dengan tanpa musavada (berbohong / tidak jujur)?"
koreksi: tidak ada yg menghakimi sebagai garuka kamma, di sini kita sedang berusaha untuk mencari jawaban atas pernyataan anda benarkah bahwa tidak mungkin berbisnis tanpa musavada.
benar anda arogan seolah hanya anda yg melakukan bisnis ekspor atau kalau ada orang lain yg bisnis ekspor juga, tetap anda lah yg paling top. maaf kalau menyinggung tapi itulah kesan yg saya tangkap.
diskusi ini sepertinya tidak akan berakhir dengan suatu kesepakatan, tapi biarlah masing2 dengan pandangannya masing2, saya sendiri tidak berkepentingan untuk mengubah pandangan siapa pun juga di sini, sementara saya sendiri juga masih berpandangan salah.
Bro Upasaka berpendapat bahwa tidak ada bisnis yg dapat berjalan tanpa musavada, sementara saya dan beberapa rekan lain berpendapat sebaliknya. pandangan masing2 pihak ini sudah dimulai dari page 1 hingga page terakhir tanpa adanya kesepahaman.
karena diskusi ini tetap akan berputar2 seperti ini bahkan jika dilanjutkan selama berminggu2 atau berbulan2, maka saya memilih mundur dari diskusi ini, karena tidak bermanfaat. rekan2 yg masih ingin melanjutkan, monggo ....
Salam JUJUR
_/\_
mis: si A bercerita rahasia si B kepada anda
kemudian si B bercerita rahasia si A kepada anda....
disini juga perlu berbohong demi kebaikan bersama wkwkwkwk...
mis: si A nanya, si B ada cerita sesuatu ga? ---> jawaban standar: "ga ada"... masa dijawab "ada, tp ga bisa kasih tau lo"
Kesimpulan saya:
- Ada bisnis yang kondusif untuk jujur, ada yang kurang kondusif.
- Pada situasi tertentu dalam menjalankan bisnis, ada kemungkinan kita tersudut dan kita bisa memilih idealis atau realis dengan konsekuensinya.benar, dan pilihan ada di tangan anda.
- Yang jelas, Undervalue Invoice adalah kebohongan. Dan solusinya hanya:
- Menolak permintaan customer akan Undervalue Invoice
- Tidak meladeni customer yang membutuhkan Undervalue Invoice
- Tidak menjalankan bisnis yang membutuhkan penerbitan Undervalue Invoice
Sekian. ;D
mohon anda menjawab " Apakah mungkin menjalankan bisnis dengan tanpa musavada (berbohong / tidak jujur)?" bagaimana dengan pernyataan anda sebelumnya bahwa tidak ada bisnis yg bisa dijalankan tanpa musavada?
tergantung jenis usaha nya kalau wa jualan obat kalau melakukan musavada/berbohong pelanggan toko wa bisa mati semua nya dong dan toko pasti tutup, jadi butuh kejujuran untuk menginformasikan obat yang baik dan benar dan biarpun pelanggan minta obat ini itu di tanyakan dulu sakitnya setelah tahu jenis penyakit nya dan apakah sesuai dengan jenis obat yang di inginkan atau malah bisa dapet obat harga yang lebih murah dan lebih efektif untuk meyembuhkan penyakit nya.
Karena ada bisnis yang kondusif untuk jujur, jadi ada kemungkinan menjalankan bisnis dengan jujur. Namun apakah seseorang bisa tidak berbohong seumur hidup dalam semua kondisi? Saya tidak yakin.pada umumnya orang tidak seumur hidup berbisnis, ada juga bermainnya atau bersantai
Mengenai pernyataan kontroversial itu, setelah pada Bro Harpuia dan Bro hatRed, untuk ketiga kalinya saya akan mengatakan pada Bro Indra bahwa pernyataan itu saya pakai untuk membuat thread ini lebih eksplosif. Itu trik saya untuk membuat "keributan". ;D
pada umumnya orang tidak seumur hidup berbisnis, ada juga bermainnya atau bersantai
jadi ingat "agama buddha bisa memicu peperangan"
ga selalu menipu itu identik dg merugikan orang lain
mis begini
tiba2 obat A dikatakan belum lulus sensor (katakanlah BPOM)
dan penyidik menyita dari toko2...
nah agan udah dapat info dari supplier, "ntar di-retur aja, nanti kita refund"
pas penyidik datang apa agan bilang, "ada, silahkan sita"?
semua ini memang pilihan sih...
ga selalu menipu itu identik dg merugikan orang lain
mis begini
tiba2 obat A dikatakan belum lulus sensor (katakanlah BPOM)
dan penyidik menyita dari toko2...
nah agan udah dapat info dari supplier, "ntar di-retur aja, nanti kita refund"
pas penyidik datang apa agan bilang, "ada, silahkan sita"?
semua ini memang pilihan sih...
tapi "ide" ini bisa dipakai ya.. ketika suatu kecerobohan diungkapkan.. kita bisa saja menggunakan ilmu belut
- ini trik saya untuk membuat lebih explosif
betul2 nice idea juga :P
sayang sekali obat di toko obat kita harus punya nomor POM (bpom) sesuai dengan peraturan dari pemerintah indonesia kalau tidak silahkan cari toko obat lain kita tidak mau gara gara obat yang untung nya tidak seberapa ini masuk bui/penjara dan membayar uang tebusan yang sangaat besar tidak sesuai dengan keuntungan yang di dapat dari menjual obat tersebut.
adalah orang orang tidak punya pikiran untuk mendapat keuntung yang tidak seberapa harus pasang badan dan masuk penjara juga harus mengelurakan uang dalam jumlah sangat besar. ( tidak logis di mata wa)
toko obat kita sudah ada sejak dari jaman belanda, jepang, sampai jaman kemerdekaan RI sampai sekarang, jadi kita ada menjaga papan merk dagang kita.
Kesimpulan saya:
- Ada bisnis yang kondusif untuk jujur, ada yang kurang kondusif.
- Pada situasi tertentu dalam menjalankan bisnis, ada kemungkinan kita tersudut dan kita bisa memilih idealis atau realis dengan konsekuensinya.
- Yang jelas, Undervalue Invoice adalah kebohongan. Dan solusinya hanya:
- Menolak permintaan customer akan Undervalue Invoice
- Tidak meladeni customer yang membutuhkan Undervalue Invoice
- Tidak menjalankan bisnis yang membutuhkan penerbitan Undervalue Invoice
Sekian. ;D
yg gw tau dimana ada MASALAH, disitu juga ada KESEMPATAN dan ada BUSINESS...ada DUIT..
dapatkah masalah Undervalue Invoice ini dilimpahkan ke pihak LAIN,
dan pihak lainlah yg melakukan eksekusi ? dimana pihak lain bisa berupa BROKER (atau sejenisnya)?
spt ingin makan daging sapi, kan tidak harus kita yg menjagal sapinya.
apakah bisa begitu ?
melanggar hukum adalah salah, sedangkan menghindar itu boleh!
_/\_ :))
Sampai saat ini, tidak ada "teknologi" seperti itu. Undervalue Invoice (UI) tetap harus diterbitkan oleh penjual. ;D
Sebagai pemilikJika sebagai pemilik, anda melakukan kebohongan.
nah waktu beli... berapa nilai yg dilaporkan ;)Waktu beli tempat dll, saya belum kerja di sana, jadi tidak tahu. Yang saya katakan adalah bahwa perusahaan itu jujur dalam pembayaran pajaknya. Jadi bisa saja bisnis dilakukan tanpa musavada (dari sisi pajak).
ya maksud saya itu cuma contoh... akuratnya saya ga tau seluk beluk toko obatSNI itu beda ama BPOM seh..
misalnya kalau dari jaman belanda, mungkin dulu belum ada BPOM & skrg wajib BPOM
masa transisi itu bisa mengundang pihak berwajib utk menekan pengusaha loh
utk saat ini BPOM emg udah lewat, saya ga tau dg obat, tp skrg jaman SNI
apa2 harus SNI... nah... barang2 yg dah distok sebelum SNI apa dibuang begitu saja?
SNI itu beda ama BPOM seh..
SNI itu dikeluarkan oleh BSN (Badan Sertifikasi Nasional)
SNI berlaku untuk umum, biasa semua produk, ya seperti helm, tapi bisa jg produk yang dikonsumsi seperti contohnya AMDK
khusus untuk produk konsumsi baik makanan / minuman atau pun obat2an harus melalui BPOM
u/ makanan : MD / ML
obat2an : tradisional (TR) ya seperti u/ jamu, fitofarmaka, sediaan terstandarisasi lainnya.
bukankah penjual lokal utama dpt menjual ke pihak lokal kedua,
pihak lokal kedua yg akan mengexpor dgn UI pada pihak luar,
dan bisa juga dibutuhkan pihak satu lagi menjamin semua berjalan dgn lancar....
memang sih, pihak kedua dan yg lain pasti ada sedikit fee dehh utk menjalankan hal tsb.... beserta "rahasia" export diketahui oleh pihak lain....
saya tidak ada ijin usaha, tidak ada pajak tapi kalau soal kualitas bahan saya tidak berani bohong, termasuk msavada gak ya ;D
sekarang blom bohong soalnya ngak tahu ;D.
tapi ntar kalo ada yang menjelaskan kenapa harus ada ijin usaha dan harus ada pajaknya dan om wang masih tidak mengurusnya, berarti om wang termasuk dalam musavada :)).
sekarang blom bohong soalnya ngak tahu ;D.
tapi ntar kalo ada yang menjelaskan kenapa harus ada ijin usaha dan harus ada pajaknya dan om wang masih tidak mengurusnya, berarti om wang termasuk dalam musavada :)).
tidak ada tetapi bilang ada, ada tetapi bilang tidak ada itu baru musavada... kalau sudah tahu gak ada izin, dan tetap berusaha/berbisnis, harus siap siap dengan konsekuensi untuk di-datang-i petugas...
nah ini, kenyataannya saya tau usaha itu harus ada ijinnya, tetapi belum tau caranya dan malas mengurusnya soalnya di puter2 terus
memang ijin usaha itu untuk apa om wang? ;D
tahu darimana harus ada ijinnya? ;D
diputer-puter sama siapa? ;D
memang ijin usaha itu untuk apa om wang? ;Dijin usaha, selain sbg pendataan bagi pemerintah mengenai ,
tahu darimana harus ada ijinnya? ;D
diputer-puter sama siapa? ;D