//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa  (Read 41076 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #105 on: 29 November 2009, 08:26:16 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Mbah hanya menduga kan, bisa ngomong gitu karena ada pembenaran Sang Buddha lalu karena tertulis maka melihat berbagai kemungkinan. Maka hal yang sama terjadi pada Luangta dapat memiliki berbagai kemungkinan. Maka tidak ada yang tau persis bukan . Alasan mbah tidak membuktikan tentang kondisi Luangta.

Ini saya postingkan tanggapan mbah Fabian tentang arahat bunuh diri :

Quote
by fabian
Saudara Kelana yang baik,

Perbuatan bunuh diri yang dilakukan Arahat kadang sulit dimengerti, apa yang dilakukan oleh Y.A. Dabba Mallaputta, Y.A. Ananda, Y.A. Channa merupakan bunuh diri bagi umat awam (puthujana). Ini tak dapat dibantah dan saya rasa tak perlu dibantah, karena memang demikianlah dalam pandangan orang yang masih menganggap bahwa kita memiliki atta.

Namun pada seorang Arahat ia merasa tak ada yang dibunuh karena tak ada pandangan mengenai atta (siapakah yang dibunuh Arahat bila ia hanya melihat bahwa diriNya hanya merupakan bentukan yang merupakan penggabungan dari kesadaran, jasmani, perasaan dsbnya?) Inilah sebabnya Sang Bhagava mengatakan Y.A.Channa tak tercela.

Mengapa demikian? pada umat awam pembunuhan diri sendiri selalu disebabkan oleh lobha, dosa atau moha, karena ia belum bersih dari lobha, dosa, moha. Maka ia akan terlahir kembali di alam-alam rendah, sedangkan bila Arahat yang bunuh diri (bunuh diri adalah kata yang tepat untuk puthujana, sedangkan untuk Ariya Puggala tidak dikatakan bunuh diri tetapi Parinibbana) rantai kelahiran kembali telah terputus, sehingga tak akan terlahir kembali (tak ada yang dibunuh, tak ada pengharapan terlahir kembali, tak ada pandangan salah disana). Inilah sebabnya mengapa yang satu dibilang blameless sedangkan yang lain dibilang blameful.

Mengenai cara Parinibbana yang dipilih, kengerian kita akan pemotongan leher merupakan suatu konsep pemikiran, padahal inti sebenarnya adalah mengakhiri kehidupan entah dengan cara apapun. Pambakaran tubuh yang dilakukan oleh Y.A. Ananda dan Y.A. Dabba Malaputta tak kalah ngerinya dengan menggorok leher. Kedua hal ini menakutkan bagi umat awam disebabkan masih memiliki kemelekatan terhadap batin dan jasmaninya. Sedangkan bagi Arahat tak ada hal apapun yang membuat mereka takut, karena telah terbebas dari kemelekatan.

Mengapa bunuh diri pada umat awam dianggap blameful? ini umumnya disebabkan bunuh diri pada umat awam disebabkan penolakan terhadap kehidupan ini (dosa) atau menganggap ada kehidupan yang jauh lebih baik di alam sana (lobha) atau tidak tahu bahwa yang dilakukannya tidak baik (moha).

Kalau alasannya diatas saya juga bisa bilang tangisan Luangta adalah tangisan arahat. karena penyebab dasarnya adalah kebahagiaan dan tangisan arahat tidak mengandung emosi yanga mana hanya merupakan reaksi rupakhanda akibat ingatan nibbana.

Lihat bunuh diri (yang ekstrem) diperkenankan karena arahat dan karena tertulis Tipitaka. Jadi masalah Luangta tidak ada tertulis sehingga mbah bilang itu kepastian dia bukan arahat, sangat dan absolut tidak berlaku dan tidak valid. Cuma gara2 yang satu arahat dan yang satu putthujana. Lihat bagimana penilaian mbah sangat subjektif sekali.

Dalam abhidhamma dikatakan menangis adalah dosamula citta. Dan selalu dikatakan pasti dosamula citta. Sama dengan putthujana bunuh diri pasti karena lobha, dosa atau moha.

Tetapi nyatanya penyebab bunuh diri dan ada pengecualian kalau dia sudah arahat. Maka saya juga bisa katakan menangis juga ada pengecualian bagi arahat. Penyebabnya jelas kusala citta dan tangisannya tidak ada emosi.

Kalau masalah tidak ada 'atta' saya juga bisa bilang siapa yang menangis...tidak 'atta' lalu siapa yang emosi?. Dan saat reaksi rupakhanda terjadi pada Luangta dengan cepat menyadarinya. berartikan satinya tinggi. bukan masalah emosi putthujana yang dijadikan standarnya. Sama halnya bunuh diri bukan penyebab putthujana yang jadi standardnya.

Sutta dan abhidhamma tidak menjelasakan ini bukan? . Tetap saja yang paling otentik yang sangat sesuai sutta adalah apabila Ko Fabian sudah arahat dan bisa menilai batin orang lain dengan abinna. Ini pembuktian yang paling OTENTIK.

 _/\_



Saudara Bond yang baik,

Saya tidak memiliki Abhinna, wajar bila saya tak memiliki kemampuan mengetahui Luangta Arahat atau bukan, tetapi saya memiliki referensi Tipitaka. Di referensi (Tipitaka/atthakata) ada dikatakan mengenai Arahat tak mungkin terikat pada pancakhandha. (ingatan pada Nibbana adalah bentuk kemelekatan pada pancakhandha) disebabkan tak ada kemelekatan terhadap ingatan (ingatan adalah bagian dari pancakhandha), oleh karena itu maka tak ada emosi bahagia yang muncul sehingga Arahat tak akan menangis.

Jangankan Arahat, pada seorang siswa vipassana bila muncul ingatan lalu diperhatikan seketika lenyap. Apakah sempat emosi bahagia yang menyebabkan air mata muncul, bila sebabnya telah lenyap? Padahal siswa vipassana itu masih puthujana. Patut diingat bahwa batin seorang Arahat selalu waspada.

Oh ya, dimanakah ada referensi Arahat menangis?

Saudara Bond sangat yakin bahwa beliau Arahat, mungkin saudara Bond memiliki kemampuan batin, bisa melihat pencapaian orang lain? Jadi tahu pasti beliau Arahat?

Benar... putthujana bunuh diri karena lobha dosa, dan moha. Apakah ketiga sifat itu hadir pada Arahat? Setahu saya menurut Visuddhi Magga bagi seorang meditator Anapanasati tahu kapan akhir dari vitalitas hidupnya.  Memang benar mereka memilih cara mereka sendiri Parinibbana dengan cara mereka sendiri, tetapi bila mereka tidak Parinibbana dengan cara yang mereka pilih, mereka akan tetap Parinibbana hari itu juga karena vitalitas hidupnya akan berakhir hari itu.

Saya beri satu gambaran:

Dalam visuddhi magga, diceritakan pada suatu ketika ada seorang bhikkhu yang senior, mengetahui bahwa vitalitas hidupnya akan berakhir hari itu, beliau kemudian bertanya kepada para bhikkhu murid beliau: "avuso ada berapa macam cara Parinibbana yang telah avuso sekalian lihat?" para bhikkhu yang hadir ada yang menjawab "Saya pernah melihat parinibbana dalam posisi duduk bhante", yang lain berkata,"Saya pernah melihat Parinibbana dalam posisi berdiri bhante",  lalu bhikkhu tersebut bertanya, "apakah ada yang melihat cara parinibbana dalam posisi berjalan?" semua bhikkhu serentak menjawab "belum bhante".

Lalu beliau berkata ,"Baiklah , saya akan perlihatkan Parinibbana dalam posisi berjalan, perhatikan saya akan berjalan dari sini ke batas garis itu (kalau tidak salah hanya beberapa langkah) dan parinibbana di garis batas itu", lalu beliau mulai berjalan, setelah sampai di garis batas yang ditunjuk lalu Parinibbana.

Apakah beliau dianggap bunuh diri? Padahal kenyataannya bila beliau tidak Parinibbana pada saat itu, toh juga Parinibbana hari itu. Inilah latar belakang yang melandasi tindakan para Arahat yang nampaknya bunuh diri. Hal itu disebabkan vitalitasnya juga akan berakhir hari itu .

 _/\_



« Last Edit: 29 November 2009, 08:38:07 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #106 on: 29 November 2009, 08:29:30 PM »
Quote
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2.
menurut yang saya tahu [ dengar langsung dari bikkhu sangha thailand]
seorang Arahat bisa mengetahui arahat lainnya.
tetapi seorang sotapanna tidak bisa mengetahui arahat..

misalkan Mahakassapa, begitu Ananda masuk ke ruang sidang sangha, Mahakassapa sudah tahu kalau Ananda telah mencapai Arahat...
demikian Juga pada konsili, ketika Ananda belum mencapai arahat..
seorang Bikkhu bahkan berkata "masih ada kotoran" [ gw lupa di mana baca ]

ada dalam syair
“Beliau yang duduk diam di lereng gunung,
Seorang bijak yang sudah mengatasi segala penyakit –
kepadaNyalah semua siswa memberikan penghormatan,
mereka sendirilah tiga pengetahuan, penakluk kematian.
Dia telah melihat mereka dengan kekuatan pikirannya,
Penguasa kemampuan supernormal, Moggallana.
Dia memeriksa pikiran mereka dengan kemampuannya
Dan menemukan bahwa mereka semua bebas dan tak
melekat lagi.”

- Samyutta Nikaya 8, 10

tetapi seorang Arahat mesti memasuki jhana barulah mengetahui apakah orang yang ia maksud itu mencapai arahat atau tidak..demikian yang saya dengar [ evame suttam ] ^^
waktu itu sy tanyakan kasus dimana pada sutta Sariputta berbicara kepada Arahat lainnya dan Sariputta tidak mengetahui, bikkhu tersebut arahat. dijawab dikarenakan Sariputta tidak memasuki jhana pada saat itu.

dan sudah dijelaskan oleh bro fabian..
Quote
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

saya rasa mengenai statment Luanta pasti sudah sampai ke Sangharaja Thai....Somdet Nanamsavara atau pada pendetektor kesucian lainnya...
tetapi Luanta tidak dikenakan sanksi Sangha sebagai pelanggaran, apakah ini berarti Sangha Thailand juga menyetujui Ke-arahatan dari
Âcariya Maha Boowa Naññasampanno Thera, kita tunggu saja waktu nya. :)



Sdr Marcedes yang baik,

Menurut saya sangharaja sudah tahu tapi tak akan berbuat apa-apa mengenai hal ini,karena banyak faktor. diantaranya:
- Sangha Thailand sendiri sudah banyak masalah, misalnya Dhammakaya dsbnya.
- Umat Thailand kadang sangat militan membela bhikkhu.

Pernah terjadi kasus skandal melibatkan bhikkhu yang terkenal dan dianggap sebagai guru meditasi hutan.
Pasalnya ada umat yang memberi pavarana kartu kredit padanya ternyata di tagihan ada tagihan dari klab malam di Australia.

Singkat kata Sangha meminta ia lepas jubah, ia menolak, umatnya marah kepada Sangha dan menganggap bhikkhu itu adalah pihak yang teraniaya.

Hingga sekarang orang itu tidak mau lepas jubah dan sebagai bentuk protes ia memakai jubah berwarna hijau.

Bayangkan hanya bhikkhu yang bobotnya mungkin jauh lebih kecil sudah menimbulkan gelombang kemarahan kepada Sangha, Apakah menurut saudara Marcedes Sangha akan mengambil tindakan terhadap Luangta? Tentu tidak kan? karena mungkin saja pelanggarannya cuma Pacittya, bila pacittya cukup mengaku di depan lima orang bhikkhu masalah dianggap selesai. Walaupun ternyata memang parajika sekalipun, kemungkinan Sangha Thailand tak akan mengambil tindakan, disebabkan akan timbul pertanyaan: siapa yang bisa memastikan seorang bhikkhu arahat atau bukan? Selain itu bila mengambil tindakan implikasi politiknya terlalu besar.

 _/\_

Mbah alasan ini tidak bisa dijadikan dasar juga, sebagai pembenaran pasti bahwa Luangta bukan arahat. Apakah ko fabian tahu kondisi keadaan sebenarnya.?

Sangharaja mengambil tindakan atau tidak terhadap Luangta, mbah hanya menduga-duga saja bukan?. Jadi darimana tau mbah mengatakan "Bayangkan hanya bhikkhu yang bobotnya mungkin jauh lebih kecil sudah menimbulkan gelombang kemarahan kepada Sangha, Apakah menurut saudara Marcedes Sangha akan mengambil tindakan terhadap Luangta?

Alasan mbah sangat tidak berdasar. Justru dengan sangharaja mengambil tindakan maka akan membuktikan dengan tegas apakah Luangta arahat atau tidak, jika ia memilih keluar dan membuat aliran baru maka jelas terbukti dia bukan arahat. Arahat pasti menjaga kesatuan.
Kalau sampai keluar dan menyebabkan aksi demo, pemerintah punya hak untuk meredamnya apalagi ada kekuatan kepolisian dan militer. Jaman sekarang pemerintahannya beda dengan dulu mbah yang masih berupa kerajaan. Kalau mengenai masalah umat Thailand militan, Di Myanmar umat Buddhanya  juga militan  karena memang negara buddhist.

Pelanggaran pacittya atau parajika mbah juga hanya mengungkapkan sebagai kemungkinan. Jadi itu tidak juga membuktikan apa2 terhadap Luangta.

Kalau Bhikkhu sampai ada tagihan kartu kredit klab malam di Australia, hal tersebut dapat terjadi dimana saja entah itu bhikkhu Myanmar, Bhikkhu Srilanka, Indonesia atau di seluruh dunia hal itu dapat terjadi. Dan itu bukan berarti bhikkhu di negara ini atau itu lebih baik.


Smoga mbah fabian berbahagia. _/\_





Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #107 on: 29 November 2009, 08:57:40 PM »
Saudara Bond yang baik,

Saya kira cukup sekian saya menjawab thread ini, saya persilahkan saudara mencari sendiri, apakah benar seorang Arahat bisa menangis? Boleh tanyakan kepada ceu Lily atau bang Markos, atau pak Slamet Rojali, Dr. Mehm Tihn Mon, atau Nina Van Gorkom dari Dhammastudy group. Atau guru Abhidhamma yang dianggap memang ahli.

Atau saudara Bond bisa terus mencari pembenaran bahwa beliau memang Arahat.

Saya rasa perlu waktu bagi saudara Bond merenungkan kembali mengenai hal ini.
Satu fakta yang perlu saudara Bond ketahui, walaupun masih ada hal-hal tidak pantas lainnya sebagai bhikkhu yang saya dengar mengenai beliau, kiranya tak perlu saya ungkapkan disini.

Adalah tindakan bodoh yang berani dengan tegas mengatakan bahwa seseorang bukan Arahat, kecuali ia memiliki fakta-fakta yang kasat mata, karena bila ternyata salah maka ia bisa mendapatkan karma buruk yang besar.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #108 on: 29 November 2009, 09:16:57 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Mbah hanya menduga kan, bisa ngomong gitu karena ada pembenaran Sang Buddha lalu karena tertulis maka melihat berbagai kemungkinan. Maka hal yang sama terjadi pada Luangta dapat memiliki berbagai kemungkinan. Maka tidak ada yang tau persis bukan . Alasan mbah tidak membuktikan tentang kondisi Luangta.

Ini saya postingkan tanggapan mbah Fabian tentang arahat bunuh diri :

Quote
by fabian
Saudara Kelana yang baik,

Perbuatan bunuh diri yang dilakukan Arahat kadang sulit dimengerti, apa yang dilakukan oleh Y.A. Dabba Mallaputta, Y.A. Ananda, Y.A. Channa merupakan bunuh diri bagi umat awam (puthujana). Ini tak dapat dibantah dan saya rasa tak perlu dibantah, karena memang demikianlah dalam pandangan orang yang masih menganggap bahwa kita memiliki atta.

Namun pada seorang Arahat ia merasa tak ada yang dibunuh karena tak ada pandangan mengenai atta (siapakah yang dibunuh Arahat bila ia hanya melihat bahwa diriNya hanya merupakan bentukan yang merupakan penggabungan dari kesadaran, jasmani, perasaan dsbnya?) Inilah sebabnya Sang Bhagava mengatakan Y.A.Channa tak tercela.

Mengapa demikian? pada umat awam pembunuhan diri sendiri selalu disebabkan oleh lobha, dosa atau moha, karena ia belum bersih dari lobha, dosa, moha. Maka ia akan terlahir kembali di alam-alam rendah, sedangkan bila Arahat yang bunuh diri (bunuh diri adalah kata yang tepat untuk puthujana, sedangkan untuk Ariya Puggala tidak dikatakan bunuh diri tetapi Parinibbana) rantai kelahiran kembali telah terputus, sehingga tak akan terlahir kembali (tak ada yang dibunuh, tak ada pengharapan terlahir kembali, tak ada pandangan salah disana). Inilah sebabnya mengapa yang satu dibilang blameless sedangkan yang lain dibilang blameful.

Mengenai cara Parinibbana yang dipilih, kengerian kita akan pemotongan leher merupakan suatu konsep pemikiran, padahal inti sebenarnya adalah mengakhiri kehidupan entah dengan cara apapun. Pambakaran tubuh yang dilakukan oleh Y.A. Ananda dan Y.A. Dabba Malaputta tak kalah ngerinya dengan menggorok leher. Kedua hal ini menakutkan bagi umat awam disebabkan masih memiliki kemelekatan terhadap batin dan jasmaninya. Sedangkan bagi Arahat tak ada hal apapun yang membuat mereka takut, karena telah terbebas dari kemelekatan.

Mengapa bunuh diri pada umat awam dianggap blameful? ini umumnya disebabkan bunuh diri pada umat awam disebabkan penolakan terhadap kehidupan ini (dosa) atau menganggap ada kehidupan yang jauh lebih baik di alam sana (lobha) atau tidak tahu bahwa yang dilakukannya tidak baik (moha).

Kalau alasannya diatas saya juga bisa bilang tangisan Luangta adalah tangisan arahat. karena penyebab dasarnya adalah kebahagiaan dan tangisan arahat tidak mengandung emosi yanga mana hanya merupakan reaksi rupakhanda akibat ingatan nibbana.

Lihat bunuh diri (yang ekstrem) diperkenankan karena arahat dan karena tertulis Tipitaka. Jadi masalah Luangta tidak ada tertulis sehingga mbah bilang itu kepastian dia bukan arahat, sangat dan absolut tidak berlaku dan tidak valid. Cuma gara2 yang satu arahat dan yang satu putthujana. Lihat bagimana penilaian mbah sangat subjektif sekali.

Dalam abhidhamma dikatakan menangis adalah dosamula citta. Dan selalu dikatakan pasti dosamula citta. Sama dengan putthujana bunuh diri pasti karena lobha, dosa atau moha.

Tetapi nyatanya penyebab bunuh diri dan ada pengecualian kalau dia sudah arahat. Maka saya juga bisa katakan menangis juga ada pengecualian bagi arahat. Penyebabnya jelas kusala citta dan tangisannya tidak ada emosi.

Kalau masalah tidak ada 'atta' saya juga bisa bilang siapa yang menangis...tidak 'atta' lalu siapa yang emosi?. Dan saat reaksi rupakhanda terjadi pada Luangta dengan cepat menyadarinya. berartikan satinya tinggi. bukan masalah emosi putthujana yang dijadikan standarnya. Sama halnya bunuh diri bukan penyebab putthujana yang jadi standardnya.

Sutta dan abhidhamma tidak menjelasakan ini bukan? . Tetap saja yang paling otentik yang sangat sesuai sutta adalah apabila Ko Fabian sudah arahat dan bisa menilai batin orang lain dengan abinna. Ini pembuktian yang paling OTENTIK.

 _/\_



Saudara Bond yang baik,

Saya tidak memiliki Abhinna, wajar bila saya tak memiliki kemampuan mengetahui Luangta Arahat atau bukan, tetapi saya memiliki referensi Tipitaka. Di referensi (Tipitaka/atthakata) ada dikatakan mengenai Arahat tak mungkin terikat pada pancakhandha. (ingatan pada Nibbana adalah bentuk kemelekatan pada pancakhandha) oleh karena tak ada kemelekatan terhadap ingatan yang ada pada pancakhandha, oleh karena itu maka tak ada emosi bahagia yang muncul sehingga arahat tak akan menangis.

Siapa yang mengatakan melekat? itu kan mbah yang ngomong. Yang dijelaskan reaksi rupakhanda. Arahat bisa merasakan sakit pada saat sakit, dan juga ada reaksi rupa khandanya. Tetapi batinnya tetap tidak terpengaruh

Jangankan Arahat, pada seorang siswa vipassana bila muncul ingatan lalu diperhatikan seketika lenyap apakah sempat emosi bahagia yang menyebabkan air mata muncul? Padahal siswa vipassana itu masih puthujana. Patut diingat bahwa batin seorang Arahat selalu waspada.

Ini kan dugaan anda yang tidak mempunyai abinna seperti yang mbah akui sendiri. Setiap arahat memiliki keunikan sendiri dalam perilakunya. Setenangnya batin arahat pun tidak bisa terhindar dari reaksi rupa khanda. Tenang saja bisa sakit tubuhnya sebagai reaksi rupakhanda akibat kamma lampau apalagi hanya menangis.  :))

Oh ya, dimanakah ada referensi Arahat menangis?
Koq tanya saya mbah :))

Jadi kalau tidak ada referensi bagaimana arahat berak, maka arahat berak di closet dijadikan pembenaran penilaian bahwa orang itu bukan arahat ya... (perumpamaan saja):)) Kalau umat buddhist jadi kutu buku Tipitaka, wajarlah cuma menilai-menilai tanpa dasar. Ok sekarang saya gunakan referensi sutta bahwa untuk menilai  arahat harus arahat juga dan punya abinna, apakah mbah memenuhi kualifikasi itu. Saya ikuti keinginan mbah untuk menggunakan sutta, kalau tidak bisa maka apapun alasannya itu tidak valid untuk menilai batin seseorang. menilai putthujana saja sering salah  ^-^

Saudara Bond sangat yakin bahwa beliau Arahat, mungkin saudara Bond memiliki kemampuan batin, bisa melihat pencapaian orang lain? Jadi tahu pasti beliau Arahat?

Mbah fabian yang baik dan saya hormati, coba deh baca yang teliti, capek tau ngulang-ngulang tulisan  ^-^ .
Bagaimana dengan mbah?  ini referensi yang pernah saya tulis : demikianlah saya menulis dengan jujur dan hati yang terbuka. Liat dibawah yang dibold hitam


"Saya pribadi menyikapi dengan no comment. Sekalipun saya percaya Luangta Arahat itu sebatas keyakinan saya dari hati yang terdalam. Sama halnya umat awam yang memiliki keyakinan pada Buddha dan arahat2nya pada jaman Sang Buddha, sekalipun umat itu tidak tahu persis batin Buddha tapi mereka mengerti melalui hati mereka. Demikian terhadap  Luangta sebagai Sangha termasuk Bhikkhu2 lainnya." --> linknya http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13888.0.html   reply #2
referensi tulisan saya lainnya

6.Selama kita masih putthujana tidak ada yang dapat menilai dengan pasti apakah orang itu arahat atau tidak pada masa setelah Buddha parinibbana. yang ada hanya spekulasi termasuk saya yang meyakini/saddha terhadap Luangta adalah arahat tetapi jika ada yg berani mengatakan dengan pasti bahwa dia belum arahat atau dia adalah orang yg berpandangan eternalis maka 100% hanya sebuah pendapat tanpa argumen yg pasti dan lebih meragukan kecuali dia adalah arahat. Inilah hal yang pasti.http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13888.30.html-->reply #41



Benar... putthujana bunuh diri karena lobha dosa, dan moha. Apakah ketiga sifat itu hadir pada Arahat? Setahu saya menurut Visuddhi Magga bagi seorang meditator Anapanasati tahu kapan akhir dari vitalitas hidupnya.  Memang benar mereka memilih cara mereka sendiri Parinibbana dengan cara mereka sendiri, tetapi bila mereka tidak Parinibbana dengan cara yang mereka pilih, mereka akan tetap Parinibbana hari itu juga karena vitalitas hidupnya akan berakhir hari itu.

Saya beri satu gambaran:

Dalam visuddhi magga, diceritakan pada suatu ketika ada seorang bhikkhu yang senior, mengetahui bahwa vitalitas hidupnya berakhir hari itu beliau kemudian bertanya kepada para bhikkhu murid beliau: "avuso ada berapa macama cara Parinibbana yang telah avuso sekalian lihat?" para bhikkhu yang hadir ada yang menjawab "Saya pernah melihat parinibbana dalam posisi duduk bhante", yang lain berkata,"Saya pernah melihat Parinibbana dalam posisi berdiri bhante",  lalu bhikkhu tersebut bertanya, "apakah ada yang melihat cara parinibbana dalam posisi berjalan?" semua bhikkhu serentak menjawab "belum bhante".

Lalu beliau berkata ,"Baiklah , saya akan perlihatkan Parinibbana dalam posisi berjalan, perhatikan saya akan berjalan dari sini ke batas garis itu (kalau tidak salah hanya beberapa langkah) dan parinibbana di garis batas itu", lalu beliau mulai berjalan, setelah sampai di garis batas yang ditunjuk lalu parinibbana.

apakah beliau dianggap bunuh diri? padahal kenyataannya bila beliau tidak parinibbana pada saat itu, toh juga Parinibbana hari itu. Inilah latar belakang yang melandasi tindkan para Arahat yang nampaknya bunuh diri. Hal itu disebabkan vitalitasnya akan berakhir hari itu juga.

Jika alasan itu dibuat, maka ada  juga demikianlah cara arahat memberikan ekspresi kepada orang agar melihat keagungan Dhamma bahkan arahat saja bisa menangis. Bukankah arahat yang memiliki abinna sehingga ia menggunakan cara mengingat nibbana(kusala citta) agar ekspresi itu keluar. Kelihatannya konyol, karena saya juga menduga, demikan Anda. Mogalana saja bisa diceritakan seperti film Sun Go Kong terbang dengan abinna, apalagi arahat buat dirinya sendiri menangis adalah hal yang sepele yang dilandasi tujuan Dhamma, salah satu caranya ingat nibbana dan hal lainnya yang kita tidak ketahui agar orang menghargai Dhamma.
Memangnya semua perilaku arahat A-Z tertulis dalam Tipitaka?

sering saya dengar mbah menggunakan pembenaran atas argumen mbah dengan.. pengalaman meditator adalah ini dan itu, atau guru meditator vipasana ini dan itu. Pertanyaan saya kalau gitu tanya guru vipasanna Anda yang hebat untuk melihat batin Luangta sederhana kan. Bukan referensi yang jelas tak terbukti dan tidak ada di Tipitaka. Buku itu benda mati . Jangan gunakan Tipitak seperti Kitab KUHAP. Dalam KUHAP saja kalau tidak tertulis seseorang tidak bisa dihukum :)) .Kebenaranlah yang senantiasa selalu hidup dimanapun tanpa batas dan hanya bisa dilihat dengan hati yang tulus ^-^

Selama kita berdua menduga, ngak ada habisnya mbah. Makanya mbah jangan jadi hakim yak(joke)  :))



 _/\_




Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #109 on: 29 November 2009, 09:20:54 PM »
sudah2... tidak baik lohhh...

saya rasa ko saudara fabian dan ko bonk masing2 cukup bijaksana utk menilai yg terbaik utk dirinya sendiri...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #110 on: 29 November 2009, 09:27:44 PM »
Saudara Bond yang baik,

Saya kira cukup sekian saya menjawab thread ini, saya persilahkan saudara mencari sendiri, apakah benar seorang Arahat bisa menangis? Boleh tanyakan kepada ceu Lily atau bang Markos, atau pak Slamet Rojali, Dr. Mehm Tihn Mon, atau Nina Van Gorkom dari Dhammastudy group. Atau guru Abhidhamma yang dianggap memang ahli.

Atau saudara Bond bisa terus mencari pembenaran bahwa beliau memang Arahat.

Saya rasa perlu waktu bagi saudara Bond merenungkan kembali mengenai hal ini.
Satu fakta yang perlu saudara Bond ketahui, walaupun masih ada hal-hal tidak pantas lainnya sebagai bhikkhu yang saya dengar mengenai beliau, kiranya tak perlu saya ungkapkan disini.

Adalah tindakan bodoh yang berani dengan tegas mengatakan bahwa seseorang bukan Arahat, kecuali ia memiliki fakta-fakta yang kasat mata, karena bila ternyata salah maka ia bisa mendapatkan karma buruk yang besar.

_/\_

Saya tidak mencari pembenaran koq. Saya kan hanya mempertanyakan kepastian mbah tentang Luangta bukan arahat. Tapi menurutt sutta saja mbah tidak bisa membuktikan , koq menyuruh saya merenungkan.
Kalau saya mengajak mbah saat ini juga, mari kita renungkan bersama, itupun kalau mbah mau.

Mbah cuma bisa mendengar hal yang tidak pantas tentang Luangta tapi tidak menyaksikan sendiri, maka siapa yang lebih tidak pantas?-->bisa2 fitnah dalam batin anda. Baguslah kalau mbah sadar tidak menungkapkannya karena memang cuma dengar. Dipengadilan saja seorang saksi harus menyaksikan langsung , tidak karena mendengar. Apalagi mengenai kebenaran.

Silakan kalau mbah berani dengan pasti menyimpulkan Luangta bukan arahat, karma apapun yg muncul nantinya saya tetap menghargai mbah sebagai sahabat yang baik dalam Dhamma.

Saya kira demikian kita akhiri saja diskusi saya dengan Anda.

Salam Dhamma selalu _/\_
« Last Edit: 29 November 2009, 09:37:42 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #111 on: 29 November 2009, 10:22:42 PM »
Lock? :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #112 on: 30 November 2009, 03:32:23 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Juga nambahin dikit nih. Di Sri Lanka ada seorang menteri yang sangat formal dalam pembicaraan. Jika ia berbicara dengan orang yang tidak dikenal ia akan memanggilnya "Pak", tapi anehnya jika ia merasa dekat dengan orang tertentu ia akan menyapanya dengan panggilan 'yaksa' atau 'demon'. Ia menyapa seseorang dengan sapaan 'yaksa' karena ia sayang dan dekat dengan orang tersebut, bukan karena  benci. Karena itulah, banyak orang justru merasa senang jika ia memanggil mereka dengan panggilan 'yaksa'. :D

Kebetulan ada seorang bhikkhu hutan yang sering menyapa kami dengan istilah 'gang Kelaniya' ketika kami mengunjungi beliau. Terhadap orang lain yang beliau tidak kenal atau terhadap senior atau mereka yang beliau hormati, beliau tidak akan menyapa dengan panggilan 'gang'. Namun dengan kita beliau memanggilnya demikian. Meskipun kata tersebut tampak kasar, kami tidak marah. Bahkan kami senang karena kami tahu bahwa kata2 yang beliau ucapakan muncul dari kasih sayang dan keakraban beliau kepada kami.

Barangkali hal demikian juga terjadi pada Bhikkhu Pilindavaccha. Beliau akan menyapa dengan istilah 'vasala' kepada mereka2 yang dekat atau akrab dengan beliau. Namun terhadap mereka yang tidak dikenal atau mereka yang senior dan dihormati, beliau tidak akan menyapanya dengan istilah 'vasala'. Saya yakin bahwa Bhikkhu Pilindavaccha tidak akan menyapa Sang Buddha dengan istilah 'vasala'. :D

Sangat menarik dicatat bahwa dalam Kitab Komentar dari Anguttanikāya, setelah mendengar kasus Bhikkhu Pilindavaccha, Sang Buddha menerangkan, "Bhikkhave, na mayhaṃ puttassa etaṃ idāneva āciṇṇaṃ, atīte panesa pañca jātisatāni vasalavādibrāhmaṇakule nibbatti. Iccesa bhavāciṇṇeneva kathesi, na pharusavasena - "Oh para bhikkkhu, ini bukan hanya merupakan kebiasaan anakku sekarang saja, di masa lampau, ia telah terlahir di keluarga brahmana sebanyak 500 kali. Karena ia mengucapkan (kata vasala) disebabkan oleh sifat kebiasaan, ini bukan merupakan kata2 kasar".

Be happy.

« Last Edit: 30 November 2009, 03:34:26 AM by Peacemind »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #113 on: 30 November 2009, 07:01:01 AM »
^^ tapi tetap walaupun sifat hal itu bukanlah suatu hal yang baik khan? apabila itu merupakan hal yang baik maka apabila itu di aplikasikan ke semua orang akan ber akibat sama tapi kenyataannya tidak khan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything