Seusai makan, Yang Terberkahi membabarkan manfaat dari pemberian dana makanan, lalu meninggalkan istana untuk menuju ke Wihara Nigrodha bersama dengan dua puluh ribu siswa Arahanta-Nya. Pangeran Rahula mengikuti-Nya dari belakang, sambil berkata:"Berikanlah warisan saya, O Bhikkhu! Berikanlah warisan saya, O Bhikkhu!" Ia mengulangi kata-kata tersebut sepanjang jalan sampai mereka tiba di Wihara. Walau demikian, tak seorang pun, termasuk Yang Terberkahi, mencegahnya.
Setibanya Yang Terberkahi di wihara tersebut, Ia berpikir: "Pangeran Rahula ingin mewarisi kekayaan ayahnya, namun kekayaan dan harta duniawi ini hanya aka menyebabkan penderitaan tanpa akhir baginya dalam tumimbal lahit. Lebih baik Aku berikan kepadanya ketujuh jenis harta mulia, yakni: keyakinan(saddha), moralias(sila), rasa malu berbuat salah(hiri), rasa takut berbuat salah(ottapa), pengetahuan(suta), kedermawanan(caga), dan kebijaksanaan(panna), yang semuanya telah Kutemukan saat berjuang mencapai Pencerahan. Akan Kujadikan dirinya pemilik harta warisan yang luhur ini." Lalu Yang Terberkahi meminta Bhikkhu Sariputta untuk memberikan penahbisan awal bagi Pangeran Rahula sebagai bakal bhikhhu(samanera). Demikianlah, Pangeran Rahula menjadi samanera pertama dalam Buddha Sasana.