"Dengan sangat gembira dan kesetiaan, sang bijaksana, demi mendapatkan Dharma dari Yang Tercerahkan ia
mengupas kulitnya, membuat sebuah pena dari tulangnya, dan mencampurkan darahnya dengan tinta. Kemudian dia berkata: 'Waktunya telah tiba, Guru, segera ajarkan saya Dharma itu dan saya akan menulisnya.'
"Sang guru brahmana kemudian mengucapkan dua bait berikut:
'Jagalah perbuatan dari badan jasmani.
Jangan bernafsu untuk mencuri karena akan merusak pikiran.
Jangan berkata bohong, kasar, dan kata-kata tak berguna.
Jangan membiarkan dirimu terbuai dalam keinginan.
Buanglah pikiran kemarahan.
Ketika semua pandangan salah telah dibuang...
Ini adalah Yang Terunggul.
Ini adalah ajaran para bodhisattva.'"Ketika sang bijaksana telah menuliskan bait-bait ini, dia dimuliakan di seluruh Jambudvipa
dan manusia berusaha dengan semangat besar untuk mempelajari apa yang diajarkan dan untuk membuang
perbuatan buruk. Itulah engkau Bhagawan, yang pada saat itu dengan tanpa rasa penyesalan, melalui penderitaan yang sangat dalam untuk menemukan Dharma itu demi kepentingan banyak makhluk hidup. Apakah alasannya sekarang untuk melupakan semua makhluk, Bhagawan menolak untuk mengajarkan Dharma itu dan berkata bahwa akan lebih baik untuk memasuki Nirvana akhir?
"Lagi, Bhagawan, tak terhitung kalpa yang lalu, engkau dilahirkan di Jambudvipa ini sebagai raja
bernama Sibsen. Raja ini memiliki sebuah istana bernama Pardi dan harta benda tak terhitung. Dia
adalah tuan dari seluruh Jambudvipa dan memiliki 84.000 pangeran, 60.000 bangsawan, 80.000 kota dan
60.000 istana. Sekarang, ketika raja ini memerintah dengan penuh welas asih dan kebajikan, Indra, dewa
dari para dewa, kehilangan lima kebajikan dari tubuhnya, berada dekat dengan kematian, dan sangat
menderita. Visvakarman, seniman dari para dewa, melihat penderitaanya yang sangat dalam, menanyakan
apa sebabnya. Indra berkata: 'Saya sedang mendekati kematian. Tanda-tanda kematian telah muncul. Dharma dari Yang Tercerahkan telah menghilang. Para bodhisattva tidak lagi berdiam di dunia, dan karena
tidak ada lagi yang dapat di minta perlindungan, saya menderita dan tersiksa.'
"Visvakarman berkata: 'Oh, Indra, saat ini ada seorang pria yang berdiam di dunia yang mengikuti
jalan bodhisattva yang namanya Raja Sibsen. Raja ini tidak tergoyahkan dan melalui usaha keras telah
merealisasikan pencerahan sempurna. Jika engkau ingin mencari perlindungan kepadanya, dia tentu saja akan
menyelematkan dirimu dari kematian dan kamu akan memperoleh kedamaian.'
"Indra berkata: 'Ini mungkin saja benar, tapi pertama-tama kita harus memastikan raja ini
benar-benar seorang bodhisattva atau bukan. Demi melakukan hal ini, engkau, Visvakarman, mengubah
dirinya menjadi seekor burung dara. Saya akan mengubah diriku menjadi elang dan mengejarmu. Ketika kita
memasuki istana raja kami akan mengetahui kebenaran dari raja itu.'
"Visvakarman berkata: 'Indra, meskipun dengan tipu muslihat yang terlicik, akan mustahil untuk
menipu raja bodhisattva. 'Oleh sebab itu, dia mengubah dirinya menjadi seekor burung dara dan Indra mengubah dirinya menjadi seekor elang mengejar dia. Dalam sangat ketakutan, burung dara itu terbang ke istana raja dan menyembunyikan dirinya di bawah lengan raja,
menangis: 'Oh, raja, selamatkan hidupku!'
"Elang itu terbang masuk ke istana dan menyapa sang raja: 'Yang Mulia, burung dara itu adalah
milikku, itu adalah makananku, saya memintamu untuk mengembalikannya secepatnya kepadaku, demi mehilangkan rasa laparku.'
"Sang raja berkata: 'Saya telah berjanji untuk menyelematkan hidup semua yang mencari perlindungan
kepadaku. Saya tidak dapat memberikan burung dara itu kepadamu.'
"Elang berkata: 'Yang Mulia, jika engkau menyelamatkan semua makhluk hidup dari kematian,
engkau akan mengambil semua makananku, saya akan menjadi tidak tertolong dan mati.'
"Sang raja berkata:'Jika saya memberikan daging lain untuk kau makan, apakah kau akan
memakannya?'
"Elang menjawab:'Saya membutuhkan daging segar.'
"Sang raja berpikir dalam diri sendiri:'Jika saya memberikan elang itu daging segar, saya harus
mengambil nyawa dan ini akan menciptakan kejahatan. Berapa banyak makhluk hidup yang nyawanya harus
dikorbankan! Saya akan memberikan elang itu daging dari tubuhku sendiri.'
"Kemudian, dengan sebilah pisau yang tajam, dia memotong daging dari pahanya sendiri dan
memberikannya kepada elang. Ketika dia telah menyelamatkan nyawa burung dara itu, elang
berkata:'Oh, raja, kamu benar-benar adalah tuan kemurahan hati, tetapi daging yang telah kamu berikan
kepada saya tidak sama dengan burung dara itu. Timbang burung dara itu dan berikan dagingmu hingga setara dengan berat burung dara itu, kemudian berikan daging itu kepadaku. Saya mohon padamu.'
"Sang raja memerintahkan bahwa di salah satu sisi timbangan dia menempatkan burung dara dan di sisi
lain dia menaruh daging lebih yang dia potong dari pahanya. Karena ini tidak seimbang dengan daging
burung dara itu, dia memotong daging dari bahunya, rusuknya dan akhirnya dari seluruh tubuhnya, tetapi
ini juga tidak seimbang dengan burung dara itu.
"Ketika dia bersiap-siap untuk menaruh seluruh tubungya pada timbangan, dia mulai pingsan. Kemudian,
tiba-tiba berpikir, mencela pikirannya sendiri: 'Oh, pikiran, sejak waktu yang tak bermula, ketika saya
berputar-putar dalam tiga alam, saya telah melewati segala macam penderitaan dan tidak ada kebajikan yang
saya lakukan. Sekarang, pikiran, waktumu sudah datang! Ini bukanlah waktu untuk mengelak!'
"Mengatakan hal ini, dia mencela pikirannya sendiri dengan berbagai cara dan dengan usaha yang
besar, bangkit dan menaruh tubuhnya di atas timbangan. Kemudian, dengan sangat senang, dia menyadari bahwa pikirannya tenang.
"Surga bergetar dan bergoncang di enam penjuru. Istana para dewa bergetar dan berguncang.
Para dewa di alam bentuk dan semua dewa-dewa pergi ke surga tertinggi dan melihat. Melihat raja Bodhisattva memberikan tubuhnya demi Dharma itu, mereka menangis dan mengirimkan hujan air mata sebagai persembahan.
"Kemudian Indra, dewa dari para dewa, menyamar dan berkata pada sang raja: 'Yang mulia, kelahiran apa
yang ingin engkau dapatkan dengan melewati penderitaan ini? Apakah engkau berharap menjadi seorang Raja
Semesta, Seorang Indra, Seorang Raja Mara? Apakah engkau menginginkan kekuatan dari tiga dunia? Apa yang engkau inginkan?'
"Sang raja menjawab: 'Keinginanku tidak berhubungan dengan kenikmatan di tiga dunia. Saya menginginkan pencerahan sempurna.'
"Indra berkata: 'Dengan tubuh dan tulangmu, yang bergetar dengan ketakutan, pastilah engkau
memiliki pikiran menyesal.'
"Sang raja menjawab:'Tidak ada penyesalan.'
"Indra berkata: 'Melihat tubuhmu bergetar dan tidak bisa kembali hidup, siapa yang akan percaya yang
engkau katakan?'
"Sang raja berkata:'Dalam seluruh tubuhku, dari kepala hingga kaki, tidak ada satupun rasa
menyesal sebesar sehelai rambutku. Keinginanku tentunya akan terpenuhi. Dan jika kata-kataku benar,
semoga luka pada tubuhku ini menjadi sembuh.'
"Dan segera, luka sang raja sembuh dan tubuhnya menjadi lebih menarik daripada sebelumnya dan
semua makhluk hidup di alam dewa takjub dan bermudita dan menghormat.
Engkau, Yang Mulia, adalah raja yang bernapa Sibsen. Itu adalah engkau, Yang Mulia, yang
berkalpa-kalpa yang lalu mempersembahkan tubuhmu untuk kesejahteraan semua makhluk hidup. Sekarang, Yang Mulia, engkau telah terisi dengan Lautan Dharma, dan telah mengibarkan Umbul-umbul Dharma, telah mengalahkan gendang Dharma, telah menyalakan penerang Dharma. Sekarang, waktu untuk menolong makhluk hidup telah datang, mengapa Yang Mulia menolak untuk mengajarkan Dharma, melupakan semua makhluk hidup, dan berkata bahwa lebih baik memasuki Nirvana akhir?
"Kemudian Brahma, menghadap Buddha dan beranjali, memujinya, berkata:
"'Yang Mulia, di masa lampau, engkau memberikan kepalamu seratus kali demi makhluk hidup
dan menginginkan Dharma itu, saya mohon kepadamu untuk memutar roda Dharma demi semua makhluk hidup.'"
Kemudian Buddha, Sang Pemenang pergi ke Benares dan pada tempat yang bernama Taman Rusa
memutarkan Roda Dharma.
Dengan pemutaran Roda Dharma, Tiga Permata Berharga menjadi nyata di bumi. Dan ketika Dharma itu
diajarkan, para dewa, manusia, naga, yaksa, asura, dan semua makhluk di delapan alam bermudita, percaya,
menyambut dan menyetujuinya.
Sumber:
Sutra of the Wise and the Foolish [mdo mdzangs blun]
atau
Ocean of Narratives [uliger-un dalai]
penerbit:
Library of Tibetan Works & Archieves
Alih Bahasa Mongolia ke Inggris:
Stanley Frye
Alih Bahasa Inggris ke Indonesia:
Heni [Mhsi Universitas Indonesia]
Editor:
Junaidi
Kadam Choeling Bandung
Direpost kembali dari forum wihara dengan penyesuaian pada buku cetakannya
Terima kasih
Catatan: Ini adalah kisah pertama dari buku ini, masih ada banyak kisah lainnya.
Saya berencana memposting kisah2 lainnya juga, total ada 52 kisah, tetapi bila saudara moderator atau administrator tidak setuju, akan saya hentikan postingan2 berikutnya.