//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)  (Read 29479 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #30 on: 01 May 2009, 08:46:57 AM »
Quote from: lophenk
maaf kalo boleh tahu , apa motivasi anda bermeditasi trus apakah anda ada yg membimbing ?

saya bermeditasi karena terdesak oleh dorongan alami di dalam diri saya sendiri. Seperti mengapa saya makan, mengapa saya tidur. Di dalam diri saya, ada rasa lapar yang mendorong saya untuk makan. Ada rasa ngantuk yang mendorong diri saya untuk tidur. Dan ada penderitaan yang mendorong saya untuk bermeditasi. Semua manusia secara alamai akan berusaha melepaskan diri dari penderitaan yang dialami. Usaha untuk mencapai kebahagiaan dan melepaskan diri dari penderitaan adalah tujuan dan sebab dari meditasi yang saya lakukan.

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #31 on: 01 May 2009, 09:11:41 AM »
Saudara saudari sekalian, sdr jhana ini dapat mengingat kehidupan masa lampaunya lho, sdr jhana sebenarnya apa yg sdr katakan dahulu itu benar2 jujur gak ataukah sdr cuma bohong bhwa sdr pernah hidup sebgai orang korea pada masa lampau? Jujur nggak?
Dan kali ini pengalaman keluar badan  jujur juga nggak?
Maaf, sy cuma ingin sdr mempertegas saja bhwa sdr berkata aku ini benar2 jujur dan tidak mengarang.
Dmikian, trma ksih ya. Dan maaf bila ada salah.

CMIIW.FMIIW.

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #32 on: 01 May 2009, 09:52:23 AM »
Quote from: johsun
Saudara saudari sekalian, sdr jhana ini dapat mengingat kehidupan masa lampaunya lho, sdr jhana sebenarnya apa yg sdr katakan dahulu itu benar2 jujur gak ataukah sdr cuma bohong bhwa sdr pernah hidup sebgai orang korea pada masa lampau? Jujur nggak?
Dan kali ini pengalaman keluar badan  jujur juga nggak?
Maaf, sy cuma ingin sdr mempertegas saja bhwa sdr berkata aku ini benar2 jujur dan tidak mengarang.
Dmikian, trma ksih ya. Dan maaf bila ada salah.

Saya tegaskan bahwa saya menyampaikan semua itu dengan sejujur-jujurnya.
Tidak ada motivasi bagi saya untuk berbohong.


Quote from: Johsun
Setahu sya, tubuh ciptaan pikiran itu lain lagi, biasa dinamakan tubuh manifestasi. Seseorang yg menguasai ilmu ini, bisa memecahkan dirinya menjadi sepuluh orang sekaligus bhkan pergi ke tempat yg saling berjauhan antara tubuh yg satu dngan tubuh yg lain, tapi pikirannya satu menguasai 10 tubuh

setuju.

Quote from: johsun
Dalam PLB dr sdr jhana kmungkinan yng keluar dri tubuh adalah tubuh astral yg sifatnya lebih halus tapi bukan ruh.

Jadi, apa perbedaan antara astral dengan ruh? Apakah hanya karena sifatnya yang lebih halus saja?

Quote from: johsun
Inilah yg sering kita lihat apabila seseorang yg meninggal trkadang terlihat tubuh halusnya yg mrip dngan tubuhnya smasa hdup

Tapi, apa yang keluar dari tubuh saya tanpa bentuk. Diri sendiripun tidak dapat melihat wujudnya, apalagi orang lain. Tapi ia dapat berbentuk sesuai wadah, seperti air yang berbentuk gelas apabila dimasukan ke dalam gelas.


Quote from: lophenk
setelah apa yg anda alami jika memang anda tdk berhalusinasi , apa yg anda rasakan
pada batin anda ... gelisah , takut atw damai .. atw gimana ?

damai

Quote from: lophenk
jika saat ini anda memang mempraktekkan meditasi buddhist ,
sekedar saran ... coba carilah seorang guru yg bisa membimbing anda ,

diskusi di sini merupakan salah satu usaha saya untuk mencari guru yang kiranya bisa membimbing saya. Tapi, topik thread ini bukan “apa kriteria guru yang dapat membimbing saya”, melainkan apa yang anda ketahui tentang “tanggapan budhisme terhadap PLB”.

Quote from: lophenk

jauhkan metode2 yg menitik beratkan pd kekuatan mistis .
jgn gampang terpancing bro , hal2 spt ini lebih bnyk yg menjebak pd kebodohan

Mungkin nanti akan saya buat thread baru, dengan topik “benarhkan metoda-metoda yang menitik beratkan kekuatan mistis harus dijauhi.” Tapi diskusi itu harus fokus pada satu persatu topik. Jika tidak, maka hasilnya tidak akan efektif, tidak mengenai sasaran, ngalor ngidul seperti obrolan orang di warung kopi.

Tapi bro, makasih atas ide dan sarannya.

Quote from: bhadrasuryabhumi
Bahasa lainnya adalah Out of Body Eperience (OBE), coba aja tanya ke mbah google, banyak kok disana.

coba aja mampir ke http://www.astralpulse.com/forums/index.php.

Kalau tak lihat memang sulit percaya.
www.tejasurya.com


Makasih link-nya.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #33 on: 01 May 2009, 10:38:45 AM »
Quote from: forte
bukankah sudah dijelaskan bahwa dalam buddhism tidak mengenal atta.
Itu sudah harga mati dalam Buddhism.. jadi jika Anda bertanya bagaimana pandangan Buddhism mengenai adanya roh.. jawaban Buddhism sudah jelas tidak ada. Fenomena2 adanya atta ya hanyalah halusinasi belaka..

pertanyaan selanjutnya, siapakah yang mendefinisikan roh sebagai atta?
Saya sendiri tidak menyebutkan bahwa roh adalah atta.

Quote from: forte
Ibarat anak kecil melihat ada kuda berkaki seribu, lalu meminta para ilmuwan menjelaskan bagaimana pandangan biologi adanya kuda berkaki seribu ? Apakah ada kuda berkaki seribu ? Tidak ada bukan.. Itu hanyalah halusinasi anak kecil yang konyol bukan ? Apakah perlu ditanggapi dengan ilmiah pula ?

Jika ada anak kecil melihat ada kuda berkaki seribu, maka apakah anda akan segera mengatakan hal tersebut sebagai halusinasi anak tersebut saja, hanya karena anda sendiri tidak pernah melihatnya sendiri? Apakah setiap yang bisa dilihat orang lain, tapi tidak pernah anda lihat secara langsung, maka akan anda katakan bahwa hal tersebut sebagai halusinasi?


ini hal yang paling konyol.. jadi misal gini.. bro CM dah punya kekasih.. terus ada yang bilang.. eh bro CM.. itu kekasihnya selingkuh lo.. apakah bro langsung percaya ? tanpa menanyakan terlebih dahulu pada kekasih ? Menanyakan terlebih dahulu pada kekasih itu termasuk PEMBUKTIAN..

Kalau misal langsung percaya aja kekasih selingkuh.. perlu warning neh ke wanita2 dunia.. ntar bisa diputusin / diceraikan tanpa ada pembuktian yang jelas =))

ok.. back to topic.. roh yang anda maksudkan itu apa..
mengenai kuda berkaki seribu.. saya akan percaya jika ada bukti yang jelas.. misal ada foto tanpa diedit... bukan dengan merengek kepada hedi.. hed.. percayalah pada gw ada kuda berkaki seribu.. itu konyol namanya.. atau merengek pada ilmuwan dan tetap ngotot minta ilmuwan menjalaskan apakah ada kuda berkaki seribu padahal diri sendiri belum bisa memberi bukti adanya kuda berkaki seribu..

sama seperti Anda.. sebelum bertele2 meminta bukti pada pandangan Buddhism. Buktikan dulu apakah Anda yakin bahwa itu bukan halusinasi dan adalah roh. Jangan seperti anak kecil yang merengek.. Simpel bukan ?

 
Quote from: CM19
Saya tidak membuktikan bahwa hal tersebut adalah roh, karena membuktikan hal tersebut bukanlah tujuan saya diskusi di sini.
Tapi secara real bagi diri saya sendiri, saya mengalami suatu pengalaman X. Tidak peduli apakah X itu disebut roh atau bukan, akan tetapi saya mencoba menyelidiki pandangan budhis terhadapnya. Dan anggapan bahwa hal tersebut hanyalah halusinasi ternyata bukan pandangan bhudhisme murni, tetapi kesimpulan anda terhadap teori budhisme tentang atta, dan juga  argumentasi anda belum jelas, karena anda belum menyebutkan siapa yang mengkategorikan roh sebagai atta.


statement anda bertentangan dengan pertanyaan awal.. saya TANYA apa yang MENYEBABKAN ANDA YAKIN TERHADAP SESUATU YANG DISEBUT RUH.. <= DIJAWAB YA.. jangan BERTELE2 :P

Saya ingin mengetahui bagaimana pandangan budhisme terhadap PLB(pengalaman luar tubuh). Pasalnya, saya beberapa kali mengalami PLB  dalam meditasi saya,sehingga membuat saya menyimpulkan dan yakin terhadap sesuatu yang disebut dengan ruh. Sedangkan, yang saya tahu budhisme tidak mengakui sesuatu yang disebut dengan ruh (hindu : atman). Sehingga pertanyaan saya intinya adalah, bagaimana teori budhisme menerangkan pengalaman yang saya alami?

« Last Edit: 01 May 2009, 10:49:18 AM by Forte »
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline bhadrasuryabhumi

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #34 on: 01 May 2009, 12:11:46 PM »
dulu saya pernah baca buku kalo ngga salah judulnya kesadaran jiwa, ditulis yang keluar tubuh sih namanya kesadaran jiwa/arwah, bukan roh/high self.
Hasil dari pencarian selama ini melalui bebagai referensi, kesadaran jiwa itu seperti energi yang punya kesadaran, nah ini juga yang jadi pertanyaan saya juga kalau dilihat dari sudut pandang Buddhisme.

mohon maaf kalau ada yang salah :)

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #35 on: 01 May 2009, 12:35:15 PM »
Bro…..!
Saya ingin mengetahui bagaimana pandangan budhisme terhadap PLB(pengalaman luar tubuh). Pasalnya, saya beberapa kali mengalami PLB  dalam meditasi saya, sehingga membuat saya menyimpulkan dan yakin terhadap sesuatu yang disebut dengan ruh. Sedangkan, yang saya tahu budhisme tidak mengakui sesuatu yang disebut dengan ruh (hindu : atman). Sehingga pertanyaan saya intinya adalah, bagaimana teori budhisme menerangkan pengalaman yang saya alami?

Untuk lebih jelasnya, akan saya ceritakan dahulu, bagaimana pengalaman saya tersebut. (Halaman Pertama)


menurut pendapatku
meditasi buddhis itu adalah tehnik meditasi yang mengembangkan "kesadaran"
jadi soal PLB anda belum sampai ke tehnik meditasi secara buddhis
karna anda masih masuk lingkaran "mistik/gaib" istilah awamnya.
kalau dalam kebatinan sendiri ini hal yang sanggat dasar biasa aja.bukan hal yang luar biasa.
hidup adalah pilihan...
anda benar-benar mau berlatih meditasi secara buddhis,salah satunya vipassana artinya kekuatan kebatinan anda akan tertimbun......bisa juga hilang.
atau anda tetap mau berlatih meditasi yang selama ini anda jalankan, yang ada sedikit fenomena keluar badan kasar itu.

jika anda benar-benar mau belajar banyak guru meditasi yang hebat
bisa hub saudara...fabian...ataupun bonk...itu yang saya kenal.

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #36 on: 02 May 2009, 01:50:33 AM »
Quote from: forte
ok.. back to topic.. roh yang anda maksudkan itu apa..
mengenai kuda berkaki seribu.. saya akan percaya jika ada bukti yang jelas.. misal ada foto tanpa diedit... bukan dengan merengek kepada hedi.. hed.. percayalah pada gw ada kuda berkaki seribu.. itu konyol namanya.. atau merengek pada ilmuwan dan tetap ngotot minta ilmuwan menjalaskan apakah ada kuda berkaki seribu padahal diri sendiri belum bisa memberi bukti adanya kuda berkaki seribu..

Oh, jadi maksud anda, seharusnya saya membuktikan adanya roh. Membuktikan kepada siapa? Kepada anda atau kepada diri saya sendiri? Kalau untuk diri saya sendiri, sudah terbukti bahwa roh itu ada. Kalau saya harus membuktikan keberadaan roh itu kepada anda, mungkin lain kali saja. Saya membuka thread ini bukan untuk membuktikan kebenaran pengalaman saya kepada anda. Tetapi –maaf saya ulangi lagi- untuk mengetahui apakah ada pembahasan konsep PLB dalam budhisme, baik itu yang menentang atau yang menyetujui, yang penting berdasarkan budhisme yang tercatat dalam suta-suta.

Sebagai contoh, saya sudah menceritakan pengalaman yang sama kepada sekelompok orang dari agama tertentu. Tanpa saya harus menceritakan lebih detail dan tanpa saya harus membuktikan keberadaan roh, mereka langsung dapat memberikan penjelasan tentang PLB berdasarkan teori agamanya yang tercatat dalam kitab suci mereka. Dan begitu saya mengetahui “oh, ternyata ada pembabaran tentang konsep PLB dalam agama ini. ”. Hal yang sama ingin saya cari dalam budhisme. Jika misalnya anda mewakili budhisme, maka dapat saya simpulkan bahwa dalam agama budha, tidak terdapat pembabaran tentang PLB. Artinya Budhisme tidak menentang dan tidak pula menyetujui PLB, alias no comment Dan diskusi ini selesai.

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #37 on: 02 May 2009, 02:04:59 AM »
Quote from: forte
statement anda bertentangan dengan pertanyaan awal.. saya TANYA apa yang MENYEBABKAN ANDA YAKIN TERHADAP SESUATU YANG DISEBUT RUH.. <= DIJAWAB YA.. jangan BERTELE2
Quote from: jhana
Saya ingin mengetahui bagaimana pandangan budhisme terhadap PLB(pengalaman luar tubuh). Pasalnya, saya beberapa kali mengalami PLB  dalam meditasi saya,sehingga membuat saya menyimpulkan dan yakin terhadap sesuatu yang disebut dengan ruh. Sedangkan, yang saya tahu budhisme tidak mengakui sesuatu yang disebut dengan ruh (hindu : atman). Sehingga pertanyaan saya intinya adalah, bagaimana teori budhisme menerangkan pengalaman yang saya alami?

sdr. Forte yang baik,

saya sudah menceritakan tentang sebab saya yakin adanya ruh. tetapi apa yang saya lakukan tersebut, bukanlah untuk membuktikan kepada orang lain tentang kebenaran keberadaan ruh, tetapi sekedar menceritakan kronologi terjadinya keyakinan tersebut dalam diri saya.

dan saya juga mengakui bahwa budhisme itu tidak mengakui adanya ruh. maka saya menyangka, kawan-kawan budhis di sini akan mengutipkan petikan-petikan dari sutta tentang doktrin-doktrin yang menyangkal keberadaan akan ruh/roh/arwah/atman. sesungguhnya hanya inilah yang saya cari.


 [at]  all

maaf ya....
barangkali saya kurang jelas dalam menyusun topik trhead ini, sehingga pembahasan tampak acak-acakan. mungkin saya pertegas sekali lagi, agar tujuan saya membuka thread ini tercapai :
topik thread ini :
Bagaimana pandangan budhisme terhadap PLB yang saya alami.

hal-hal berikut bukanlah bahasan dari thread ini :
1. pembuktian bahwa PLB itu benar
2. pembuktian bahwa roh itu ada
3. mempertanyakan apakah meditasi saya benar atau salah
4. mempertanyakan apakah meditasi saya sesuai dengan buhisme atau tidak.
5. mempertanyakan apakah pengalaman saya tersebut halusinasi atau bukan, kecuali bila tercatat seperti itu dalam sutta.
6. mempertanyakan bagaimana cara meditasi yang benar
7. mempertanyakan kepada siapa saya harus berguru meditasi selanjutnya.

jadi, saya mohon, hindarilah pembahasan tentang 7 point di atas dan hal-hal selain dari topik yang telah saya perjelas tadi.

mudah-mudahan, kali ini penjelasan saya dapat memperjelas topik thread ini. dan tak lupa saya ucapkan terima kasih atas tanggapan teman-teman.

maaf, kalau saya salah dalam cara diskusi di forum ini. saya juga tidak begitu tahu, bagaimana tradisi diskusi umat budhist. saya hanya ingin berdiskusi dengan fokus kepada topik.
« Last Edit: 02 May 2009, 02:16:50 AM by Jhana78 »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #38 on: 02 May 2009, 07:39:09 AM »
Quote from: forte
ok.. back to topic.. roh yang anda maksudkan itu apa..
mengenai kuda berkaki seribu.. saya akan percaya jika ada bukti yang jelas.. misal ada foto tanpa diedit... bukan dengan merengek kepada hedi.. hed.. percayalah pada gw ada kuda berkaki seribu.. itu konyol namanya.. atau merengek pada ilmuwan dan tetap ngotot minta ilmuwan menjalaskan apakah ada kuda berkaki seribu padahal diri sendiri belum bisa memberi bukti adanya kuda berkaki seribu..

Oh, jadi maksud anda, seharusnya saya membuktikan adanya roh. Membuktikan kepada siapa? Kepada anda atau kepada diri saya sendiri? Kalau untuk diri saya sendiri, sudah terbukti bahwa roh itu ada. Kalau saya harus membuktikan keberadaan roh itu kepada anda, mungkin lain kali saja. Saya membuka thread ini bukan untuk membuktikan kebenaran pengalaman saya kepada anda. Tetapi –maaf saya ulangi lagi- untuk mengetahui apakah ada pembahasan konsep PLB dalam budhisme, baik itu yang menentang atau yang menyetujui, yang penting berdasarkan budhisme yang tercatat dalam suta-suta.

Sebagai contoh, saya sudah menceritakan pengalaman yang sama kepada sekelompok orang dari agama tertentu. Tanpa saya harus menceritakan lebih detail dan tanpa saya harus membuktikan keberadaan roh, mereka langsung dapat memberikan penjelasan tentang PLB berdasarkan teori agamanya yang tercatat dalam kitab suci mereka. Dan begitu saya mengetahui “oh, ternyata ada pembabaran tentang konsep PLB dalam agama ini. ”. Hal yang sama ingin saya cari dalam budhisme. Jika misalnya anda mewakili budhisme, maka dapat saya simpulkan bahwa dalam agama budha, tidak terdapat pembabaran tentang PLB. Artinya Budhisme tidak menentang dan tidak pula menyetujui PLB, alias no comment Dan diskusi ini selesai.

Begini, ini Mas CM yak? ;D Roh itu hanya ada dalam istilah agama samawi yang berarti Jiwa, sesuatu yang kekal, yang memberi kehidupan.
Nah dalam Buddhist sudah jelas Jiwa yang kekal itu tidak ada.
Nah dalam meditasi anda mungin dalam sutta ini ada dijelaskan :
SamanaPhala Sutta :
'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada penciptaan 'tubuh-ciptaan-batin' (mano-maya-kaya). Dari tubuh ini, ia menciptakan 'tubuh-ciptaan-batin' melalui pikirannya; yang memiliki bentuk, memiliki anggauta-anggauta dan bagian-bagian tubuh lengkap, tanpa kekurangan sesuatu organ apapun.'

'O Baginda, sama seperti halnya seseorang menarik sebatang ilalang keluar dari pelepahnya. Maka ia akan mengerti : 'Inilah ilalang, inilah pelepah. Ilalang adalah satu hal, pelepah adalah hal yang lain. Adalah dari pelepah bahwasanya ilalang itu telah ditarik keluar.'
'O Baginda, sama seperti halnya seseorang mengeluarkan ular dari selongsongnya. Maka ia akan tahu : 'Inilah ular, inilah selongsong. Ular adalah satu hal, selongsong adalah hal yang lain. Adalah dari selongsong bahwasanya ular itu telah dikeluarkan.'

'O Baginda, sama seperti halnya seseorang menghunus pedang dari sarungnya. Maka ia akan tahu : 'Inilah pedang, inilah sarung pedang. Pedang adalah satu hal, sarung pedang adalah hal yang lain. Adalah dari sarung-pedang bahwasanya pedang itu telah dihunus.'

'Demikian Pula, O Baginda, dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada penciptaan 'wujud-ciptaan-batin' (manomaya-kaya). Dari tubuh ini, ia menciptakan 'tubuh-ciptaan-batin' melalui pikirannya; yang memiliki bentuk, memiliki anggauta-anggauta dan bagian-bagian tubuh lengkap, tanpa kekurangan sesuatu organ apa pun.'

'Inilah, O Baginda, faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini, yang lebih indah dan lebih tinggi daripada yang terdahulu.'


'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan; ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada bentuk-bentuk iddhi (perbuatan-perbuatan gaib). Ia melakukan iddhi dalam aneka ragam bentuknya : dari satu ia menjadi banyak, atau dari banyak kembali menjadi satu; ia menjadikan dirinya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat; tanpa merasa terhalang, ia berjalan menembusi dinding, benteng atau gunung, seolah-olah berjalan melalui ruang kosong; ia menyelam dan timbul melalui tanah, seolah-olah berjalan di atas tanah; dengan duduk bersila ia melayang-layang di udara, seperti seekor burung dengan sayapnya; dengan tangan ia dapat menyentuh dan meraba bulan dan matahari yang begitu dahsyat dan perkasa; ia dapat pergi mengunjungi alam-alam dewa Brahma dengan membawa tubuh kasarnya.'

'O Baginda, sama seperti halnya seorang pembuat barang-barang tembikar atau pembantunya, dapat membuat, berhasil menciptakan berbagai bentuk barang tembikar yang mengkilap menurut keinginannya.'
'O Baginda, sama seperti halnya pemahat gading atau pembantunya, dapat memilih gading serta berhasil memahatnya menjadi berbagai bentuk pahatan-gading menurut keinginannya.'

'O Baginda, sama seperti halnya tukang emas atau pembantunya, dapat menjadikan, berhasil membuat berbagai bentuk barang dari emas menurut keinginannya.'

'Demikian pula, O Baginda, dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada bentuk-bentuk iddhi (perbuatan gaib). Demikianlah ia melakukan iddhi dalam aneka ragam bentuknya : dari satu ia menjadi banyak, atau dari banyak kembali menjadi satu; ia menjadikan dirinya dapat dilihat atau tidak dapat dilihat; tanpa merasa terhalang, ia berjalan menembusi dinding, benteng atau gunung, seolah-olah berjalan melalui ruang kosong; ia menyelam dan timbul melalui tanah, seolah-olah berenang dalam air; ia berjalan di atas air tanpa tenggelam, seolah-olah berjalan di atas tanah; dengan duduk bersila ia melayang-layang di udara, seperti seekor burung dengan sayapnya; dengan tangan ia dapat menyentuh dan meraba bulan dan matahari yang begitu dahsyat dan perkasa; ia pergi mengunjungi alam-alam dewa Brahma dengan membawa tubuh kasarnya.'

'Inilah, O Baginda, faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini, yang lebih indah dan lebih tinggi dari pada yang terdahulu.'


'Dengan pikirannya yang terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada kemampuan-kemampuan dibbasota (telinga-dewa). Dengan kemampuan-kemampuan dibba-sota yang jernih, yang melebihi telinga manusia, ia mendengar suara-suara manusia dan dewa, yang jauh atau yang dekat.'

'O Baginda, sama seperti halnya seseorang yang sedang berada di jalan raya, dapat mendengar suara genderang-besar, suara tambur, suara tiupan terompet kulit-kerang, suara genderang-kecil. Maka ia akan tahu : 'Ini suara genderang besar, ini suara tambur, ini suara tiupan terompet kulit-kerang, ini suara genderang kecil.'
'Demikian pula, O Baginda, dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada kemampuan-kemampuan dibba-sota (telinga dewa). Dan dengan kemampuan-kemampuan dibba-sota yang jernih, yang melebihi telinga manusia, ia mendengar suara-suara manusia dan dewa yang jauh atau yang dekat.'

'Inilah, O Baginda, faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini, yang lebih indah dan lebih tinggi daripada yang terdahulu.'


'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada ceto-pariyanana (pengetahuan untuk membaca pikiran orang lain). Dengan menembus melalui pikirannya sendiri, ia mengetahui pikiran-pikiran mahluk lain, pikiran orang-orang lain.
Ia mengetahui:

Pikiran yang disertai nafsu sebagai pikiran yang disertai nafsu.
Pikiran tanpa-nafsu sebagai pikiran tanpa nafsu.
Pikiran yang disertai kebencian sebagai pikiran yang disertai kebencian.
Pikiran tanpa-kebencian sebagai pikiran tanpa kebencian.
Pikiran yang disertai ketidak tahuan sebagai pikiran yang disertai ketidaktahuan.
Pikiran tanpa-ketidaktahuan sebagai pikiran tanpa ketidaktahuan.
Pikiran yang teguh sebagai pikiran yang teguh.
Pikiran yang ragu-ragu sebagai pikiran yang raga-ragu.
Pikiran yang berkembang sebagai pikiran yang berkembang.
Pikiran yang tidak berkembang sebagai pikiran yang tidak berkembang.
Pikiran yang rendah sebagai pikiran yang rendah.
Pikiran yang luhur sebagai pikiran yang luhur.
Pikiran yang terpusat sebagai pikiran yang terpusat.
Pikiran yang berhamburan (kacau) sebagai pikiran yang berhamburan (kacau).
Pikiran yang bebas sebagai pikiran yang bebas.
Pikiran yang tidak bebas sebagai pikiran yang tidak bebas.'

'O Baginda, sama halnya seperti seorang wanita, lelaki atau anak kecil, yang ingin memperindah diri dengan melihat wajahnya pada permukaan sebuah kaca yang bersih dan jernih atau pada sebuah tempayan yang berisikan air jernih; maka apabila wajahnya memiliki tahi-lalat, ia tahu bahwa wajahnya memiliki tahi-lalat; apabila wajahnya tidak memiliki tahi-lalat, ia tahu bahwa wajahnya tidak memiliki tahi-lalat.'
'Demikian pula, O Baginda, dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada ceto-pariyanana (pengetahuan untuk membaca pikiran orang lain). Dengan menembus melalui pikirannya sendiri, ia mengetahui pikiran-pikiran mahluk lain, pikiran orang-orang lain. Dan ia mengetahui :

Pikiran yang disertai nafsu sebagai pikiran yang disertai nafsu.
Pikiran tanpa-nafsu sebagai pikiran tanpa-nafsu.
Pikiran yang disertai kebencian sebagai pikiran yang disertai kebencian.
Pikiran tanpa-kebencian sebagai pikiran tanpa kebencian.
Pikiran yang disertai ketidaktahuan sebagai pikiran yang disertai ketidaktahuan.
Pikiran tanpa-ketidaktahuan sebagai pikiran tanpa-ketidaktahuan.
Pikiran yang teguh sebagai pikiran yang teguh.
Pikiran yang ragu-ragu sebagai pikiran yang ragu-ragu.
Pikiran yang berkembang sebagai pikiran yang berkembang.
Pikiran yang tidak berkembang sebagai pikiran yang tidak berkembang.
Pikiran yang rendah sebagai pikiran yang rendah.
Pikiran yang luhur sebagai pikiran yang luhur.
Pikiran yang terpusat sebagai pikiran yang terpusat.
Pikiran yang berhamburan (kacau) sebagai pikiran yang berhamburan (kacau).
Pikiran yang bebas sebagai pikiran yang bebas.
Pikiran yang tidak-bebas sebagai pikiran yang tidak-bebas.

'Inilah, OBaginda, faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini, yang lebih indah dan lebih tinggi dari pada yang terdahulu.'

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #39 on: 02 May 2009, 07:39:21 AM »
'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang pubbenivasanussati (ingatan terhadap kelahiran-kelahiran lampau). Demikianlah ia ingat tentang bermacam-macam kelahirannya yang lampau, seperti : satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, melalui banyak masa-perkembangan (samvatta-kappa), melalui banyak masa kehancuran (vivatta-kappa), melalui banyak masa-perkembangan-kehancuran (samvatta-vivatta-kappa). 'Di suatu tempat demikian, namaku adalah demikian, makananku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku-bangsaku adalah demikian aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, aku lahir kembali di suatu tempat demikian; di sana, namaku adalah demikian, makananku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku-bangsaku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini.' Demikianlah ia mengingat kembali tentang bermacam-macam kelahirannya di masa lampau, dalam seluruh seluk-beluknya, dalam seluruh macamnya.'

'O Baginda, sama halnya seperti seseorang yang pergi dari desanya menuju ke lain desa, dan dari desa itu ia pergi ke desa lainnya lagi, serta dari desa itu ia pulang kembali ke desanya sendiri; maka ia akan tahu : 'Dari desaku sendiri, aku pergi ke lain desa. Di sana aku berdiri di tempat-tempat demikian, duduk demikian, berbicara demikian, berdiam diri demikian. Dari tempat itu aku datang ke desa lainnya; di sana aku berdiri di tempat-tempat demikian, duduk demikian, berbicara demikian, berdiam diri demikian. Dan sekarang, dari desa itu aku pulang ke desaku sendiri !
'Demikian pula, O Baginda, dengan pikirannya yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang pubbenivasanussati (ingatan terhadap kelahiran-kelahiran lampau). Demikianlah ia ingat tentang bermacam-macam kelahirannya yang lampau, seperti : satu kelahiran, dua kelahiran, tiga kelahiran, empat kelahiran, lima kelahiran, sepuluh kelahiran, dua puluh kelahiran, tiga puluh kelahiran, empat puluh kelahiran, lima puluh kelahiran, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran, melalui banyak masa perkembangan (samvatta kappa), melalui banyak masa-kehancuran (vivatta-kehancuran), dan melalui banyak masa-perkembangan-kehancuran (samvatta-vivatta-kappa). 'Di suatu tempat kelahiran, namaku adalah demikian, makananku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Kemudian, setelah aku berlalu dari keadaan itu, aku lahir kembali di suatu tempat demikian; di sana, namaku adalah demikian, makananku adalah demikian, keluargaku adalah demikian, suku bangsaku adalah demikian, aku mengalami kebahagiaan dan penderitaan yang demikian, batas umurku adalah demikian. Setelah aku berlalu dari keadaan itu, kemudian aku lahir kembali di sini.' Demikianlah ia mengingat kembali tentang bermacam-macam kelahirannya di masa lampau, dalam seluruh seluk-beluknya, dalam seluruh macamnya.'

'Inilah, O Baginda, faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini, yang lebih indah dan lebih tinggi daripada yang terdahulu.'

'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang timbul dan mahluk-mahluk (cutupapata-nana). Dan dengan kemampuan dibba-cakkhu (mata-dewa) yang jernih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah mahluk-mahluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain; rendah, mulia, indah, jelek, bahagia dan menderita. Ia melihat bagaimana mahluk-mahluk itu muncul sesuai dengan perbuatan-perbuatannya: 'Mahluk-mahluk ini, saudara, memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang jahat, penghina para Suci, pengikut pandangan-pandangan keliru, dan melakukan perbuatan menurut pandangan keliru. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam celaka, alam sengsara, alam neraka. Tetapi, mahluk-mahluk yang lain, saudara, memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang baik, bukan penghina para Suci, pengikut pandangan-pandangan benar, dan melakukan perbuatan menurut pandangan benar. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.' Demikianlah, dengan kemampuan dibba cakkhu (mata dewa) yang jernih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah mahluk-mahluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain; rendah, mulia, indah, jelek, bahagia dan menderita.'

'O Baginda, sama halnya seperti di sana terdapat sebuah rumah bertingkat, terletak di suatu tempat yang menghadap ke perempatan jalan; dan seandainya seseorang yang memiliki mata berdiri di atasnya, mengamati orang-orang memasuki rumah, keluar dari rumah, berjalan hilir mudik sepanjang jalan, duduk di tengah perempatan jalan; maka ia akan tahu: 'Orang-orang itu memasuki rumah; orang-orang itu keluar dari rumah; orang-orang itu berjalan hilir mudik sepanjang jalan; orang-orang itu duduk di tengah perempatan jalan.'
'Demikian pula, O Baginda, dengan pikirannya yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang timbul dan lenyapnya mahluk-mahluk (cutupapata nana). Dan dengan kemampuan dibba-cakkhu (mata dewa) yang jernih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah mahluk-mahluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain; rendah, mulia, indah, jelek, bahagia dan menderita. Ia melihat bagaimana mahluk-mahluk itu muncul sesuai dengan perbuatan-perbuatannya: 'Mahluk-mahluk ini, saudara memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang jahat, penghina Para Suci, pengikut pandangan-pandangan keliru, dan melakukan perbuatan menurut pandangan-pandangan keliru. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam celaka, alam sengsara, alam neraka. Tetapi, mahluk-mahluk lain, saudara, memiliki perbuatan, ucapan dan pikiran yang baik, bukan penghina Para Suci, pengikut pandangan-pandangan benar, dan melakukan perbuatan menurut pandangan benar. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, mereka terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.'

Demikianlah, dengan kemampuan dibba-cakkhu (mata dewa) yang jernih, yang melebihi mata manusia, ia melihat bagaimana setelah mahluk-mahluk berlalu dari satu perwujudan, muncul dalam perwujudan lain; rendah, mulia, indah, jelek, bahagia dan menderita.'

'Inilah, O Baginda, faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini, yang lebih indah dan lebih tinggi daripada yang terdahulu.'

'Dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, ia mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang penghancuran noda-noda batin (asava). Demikianlah, ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah dukkha'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah sebab dukkha'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah akhir dukkha'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah jalan yang menuju pada lenyapnya dukkha'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah asava'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah sebab asava'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah akhir asava'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah Jalan yang menuju pada lenyapnya asava'. Dengan mengetahui, melihat demikian, maka pikirannya terbebas dari noda-noda nafsu (kamasava), noda-noda perwujudan (bhavasava), noda-noda ketidaktahuan (avijjasava). Dengan terbebas demikian, maka timbullah pengetahuan tentang kebebasannya, dan ia mengetahui: 'Berakhirlah kelahiran kembali, terjalani kehidupan suci, selesailah apa yang harus dikerjakan, tiada lagi kehidupan sesudah ini'.

'O Baginda, sama halnya seperti dalam satu lekukan gunung terdapat sebuah kolam yang bersih, jernih dan terang airnya; dan seandainya seseorang yang memiliki mata berdiri pada tepinya, melihat di dalam kolam itu terdapat tiram-tiram, kerang-kerang, batu-batu kerikil, pasir dan sekawanan ikan yang berenang kian-kemari; maka ia akan tahu: 'Kolam ini bersih,' jernih dan tenang airnya. Di dalamnya terdapat tiram-tiram, kerang-kerang, batu-batu kerikil, pasir dan sekawanan ikan yang berenang kian-kemari'.
'Demikian pula, O Baginda, dengan pikiran yang telah terpusat, bersih, jernih, bebas dari nafsu, bebas dari noda, lunak, siap untuk dipergunakan, teguh dan tidak dapat digoncangkan, bhikkhu itu mempergunakan dan mengarahkan pikirannya pada pengetahuan tentang penghancuran noda-noda batin (asava). Demikianlah, ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah dukkha.' Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah sebab dukkha'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah akhir dukkha'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah Jalan yang menuju pada lenyapnya dukkha'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah asava'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah sebab asava'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah akhir asava'. Ia mengetahui sebagaimana adanya: 'Inilah Jalan yang menuju pada lenyapnya asava.' Dengan mengetahui, melihat demikian, maka pikirannya terbebas dari noda-noda nafsu (kamasava), noda-noda perwujudan (bhavasava), noda-noda ketidaktahuan (avijjasava). Dengan terbebas demikian, maka timbullah pengetahuan tentang kebebasannya, dan ia mengetahui: 'Berakhirlah kelahiran kembali, terjalani kehidupan suci, selesailah apa yang harus dikerjakan, tiada lagi kehidupan sesudah ini.'

'Inilah, O Baginda, faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini, yang lebih indah dan lebih tinggi daripada yang terdahulu. Tidak ada faedah nyata dari kehidupan seorang petapa dalam masa sekarang ini yang lebih mulia dan lebih tinggi daripada ini.'
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #40 on: 02 May 2009, 09:57:34 AM »
Quote from: CM
Bagaimana pandangan budhisme terhadap PLB yang saya alami.

hal-hal berikut bukanlah bahasan dari thread ini :
1. pembuktian bahwa PLB itu benar
2. pembuktian bahwa roh itu ada
3. mempertanyakan apakah meditasi saya benar atau salah
4. mempertanyakan apakah meditasi saya sesuai dengan buhisme atau tidak.
5. mempertanyakan apakah pengalaman saya tersebut halusinasi atau bukan, kecuali bila tercatat seperti itu dalam sutta.
6. mempertanyakan bagaimana cara meditasi yang benar
7. mempertanyakan kepada siapa saya harus berguru meditasi selanjutnya.

Bro CM yang baik..

Sekarang Anda ingin mendapatkan jawaban yang pasti dari Pandangan Buddhism mengenai PLB..
Bisakah dijawab dengan PASTI, jika KAMI DILARANG untuk MENANYAKAN apakah PLB itu BENAR ?

Itu alasannya mengapa saya mengilustrasikan anak kecil yang merengek2 minta dijelaskan taxonomi manakah kuda berkaki seribu. Tapi ketika pakar biologi menanyakan buktinya, anak kecil itu melarang untuk menanyakannya..
Anda sudah dewasa bro.. seharusnya bisa BERDISKUSI dengan BENAR.. jangan pakai cara anak kecil lagi YAK.. :))

Singkat kata thread ini seperti persamaan matematika yang aneh..

PLB itu adalah variable A
Buddhism adalah  variable B

CM menanyakan hasil A + B = ... ?

Diket B = 2
tapi CM tidak bisa menjelaskan PLB itu berapa nilainya ?

jadi ... + 2 = ? ? ? <= bisakah dijawab ?

« Last Edit: 02 May 2009, 10:04:29 AM by Forte »
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #41 on: 02 May 2009, 10:06:39 AM »
Quote from: forte
ok.. back to topic.. roh yang anda maksudkan itu apa..
mengenai kuda berkaki seribu.. saya akan percaya jika ada bukti yang jelas.. misal ada foto tanpa diedit... bukan dengan merengek kepada hedi.. hed.. percayalah pada gw ada kuda berkaki seribu.. itu konyol namanya.. atau merengek pada ilmuwan dan tetap ngotot minta ilmuwan menjalaskan apakah ada kuda berkaki seribu padahal diri sendiri belum bisa memberi bukti adanya kuda berkaki seribu..

Oh, jadi maksud anda, seharusnya saya membuktikan adanya roh. Membuktikan kepada siapa? Kepada anda atau kepada diri saya sendiri? Kalau untuk diri saya sendiri, sudah terbukti bahwa roh itu ada. Kalau saya harus membuktikan keberadaan roh itu kepada anda, mungkin lain kali saja. Saya membuka thread ini bukan untuk membuktikan kebenaran pengalaman saya kepada anda. Tetapi –maaf saya ulangi lagi- untuk mengetahui apakah ada pembahasan konsep PLB dalam budhisme, baik itu yang menentang atau yang menyetujui, yang penting berdasarkan budhisme yang tercatat dalam suta-suta.

Sebagai contoh, saya sudah menceritakan pengalaman yang sama kepada sekelompok orang dari agama tertentu. Tanpa saya harus menceritakan lebih detail dan tanpa saya harus membuktikan keberadaan roh, mereka langsung dapat memberikan penjelasan tentang PLB berdasarkan teori agamanya yang tercatat dalam kitab suci mereka. Dan begitu saya mengetahui “oh, ternyata ada pembabaran tentang konsep PLB dalam agama ini. ”. Hal yang sama ingin saya cari dalam budhisme. Jika misalnya anda mewakili budhisme, maka dapat saya simpulkan bahwa dalam agama budha, tidak terdapat pembabaran tentang PLB. Artinya Budhisme tidak menentang dan tidak pula menyetujui PLB, alias no comment Dan diskusi ini selesai.


Sekarang begini PLB itu istilah Anda.. di Buddhism tidak ada kata2 PLB.. tapi bisa jadi ada penjelasan mengenai PLB berdasarkan uraian Anda dengan PLB, namun dikemas dalam istilah lain dalam Buddhism.. Untuk itu KAMI PERLU PENJELASAN ANDA mengenai PLB.

Ibarat obat, Si A bersikukuh obat analgetik yang dia makan itu ASETAMINOFEN. Si A menanyakan pada si B, apakah sama ASETAMINOFEN dengan PARACETAMOL ? Si B menanyakan apa itu ASETAMINOFEN, bagaimana RUMUS STRUKTURnya . Si A tidak mau menjawabnya..
Pertanyaannya ? Bisakah si B menjawab ASETAMINOFEN = PARACETAMOL kalau TIDAK TAHU STRUKTURNYA ?
 
Makanya boss.. Jangan bertele2 boss.. just answer it.. and u will get the answer from us..
Ini forum diskusi.. jadi ada pertanyaan dan jawaban dari 2 arah.. bukan 1 arah..
kami berhak BERTANYA apa yang KAMI TIDAK JELAS dengan MAKSUD ANDA..
« Last Edit: 02 May 2009, 10:12:29 AM by Forte »
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #42 on: 02 May 2009, 10:46:18 AM »
Berbelit-belit sekali sampai ke "roh" segala.
Buddhisme memang tidak pernah mengatakan bahwa bathin itu letaknya di "dalam" jasmani. Itu yang utama.
Jadi kalau menurut Buddhisme, tidak ada pengalaman "dalam" dan "luar" tubuh. Jika mengembangkan meditasi tertentu, memang bathin bisa "menyadari" sesuatu yang lebih dari sekadar kesadaran yang diterima oleh keterbatasan tubuh. Tidak ada suatu keanehan yang bisa dirujuk sebagai "roh".

Out of Body Experience hanyalah suatu istilah bagi orang yang mempunyai konsep bathin ada di dalam tubuh. OBE yang sejati biasanya disertai bukti yang benar, misalnya ia "keluar" dari tubuh dan berada di satu tempat lain pada suatu waktu, dan menangkap informasi persepsi di sana yang ketika dibandingkan dengan kenyataan (sudah bangun dari meditasi, pergi ke tempat itu) adalah sama.

Jika hanya ada pengalaman persepi yang di luar tubuh (biasanya keluar dan melayang, melihat tubuh sendiri) lalu malang melintang ga jelas juntrungannya, kemungkinan besar itu memang hanya halusinasi saja karena masih ada gambaran kuat mengenai tubuh dan sekitarnya pada saat meditasi, dan sangat umum terjadi.


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #43 on: 02 May 2009, 11:17:02 AM »
Sebenarnya yg dimaksud OBE itu ada.  Dan dalam Buddhism itu juga ada. Dalam bahasa umum dikatakan roh yg keluar melihat tubuh. Tetapi menurut pandangan buddhism tidaklah demikian tetapi akibat konsentrasi yg kuat maka kesadaran dapat melihat tubuhnya sendiri . Dan dapat melewati dimensi waktu dan ruang dan kesadaran itu sendiri tidak terkungkung atau didominasi oleh kesadaran jasmaninya.

Jadi disini hanya masalah penggunaan bahasa yg mengacu pada pengalaman yg sama. Oleh karena itu disinilah letaknya pengertian benar dan pandangan benar dalam melihat fenomena didalam meditasi. Apabila pada pengalaman yg sama tetapi pengertian dan pandangan berdasarkan kesimpulan yg terburu-buru atau tidak di lakukan penyelidikan terhadap pengalaman itu maka yg didapat hanya kebenaran relatif bukan yg hakiki atau yang tertinggi sehingga hasil yg dicapai bukanlah kebijaksanaan tetapi ilusi dan abinna. Tetapi bila pengertian dan pandangan benar ada maka selain fakta, abinna juga ada kebijaksanaan.

Disinilah sering kali banyak meditator terjebak dalam pengalaman2 yg dianggap suatu kebenaran sehingga mengalami stagnasi dalam kemajuannya bahkan menambah kesombongan.

Maka dari itu dalam  menyikapi pengalaman meditasi ini seseorang harus senantiasa rendah hati dan tidak melekat pada pandangan awal yg tercipta dan terus menyelidiki. Apabila mengalami kebuntuan ia harus mencari Guru yg benar2 bisa membimbing.

Khusus untuk menembus pemahaman ini seseorang harus berlatih vipasana, tidak melulu samatha. Jadi samatha vipasana itu harus sinambung dan melengkapi.  Ibarat Anda memerlukan senter didalam kegelapan, itulah disebut pandangan terang._/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Jhana78

  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 4
Re: Pengalaman Luar Tubuh (PLB)
« Reply #44 on: 02 May 2009, 02:24:00 PM »
Quote from: forte
Sekarang begini PLB itu istilah Anda.. di Buddhism tidak ada kata2 PLB.. tapi bisa jadi ada penjelasan mengenai PLB berdasarkan uraian Anda dengan PLB, namun dikemas dalam istilah lain dalam Buddhism.. Untuk itu KAMI PERLU PENJELASAN ANDA mengenai PLB.

Ibarat obat, Si A bersikukuh obat analgetik yang dia makan itu ASETAMINOFEN. Si A menanyakan pada si B, apakah sama ASETAMINOFEN dengan PARACETAMOL ? Si B menanyakan apa itu ASETAMINOFEN, bagaimana RUMUS STRUKTURnya . Si A tidak mau menjawabnya..
Pertanyaannya ? Bisakah si B menjawab ASETAMINOFEN = PARACETAMOL kalau TIDAK TAHU STRUKTURNYA ?
 
Makanya boss.. Jangan bertele2 boss.. just answer it.. and u will get the answer from us..
Ini forum diskusi.. jadi ada pertanyaan dan jawaban dari 2 arah.. bukan 1 arah..
kami berhak BERTANYA apa yang KAMI TIDAK JELAS dengan MAKSUD ANDA..

jika anda mempertanyakan, apa itu ruh atau apa itu PLB, maka pertanyaan ini relevan dengan topik thread ini. tapi kalau anda mempertanyakan apa bukti kebenaran adanya ruh, dinyatakan saya mendesak orang lain untuk percaya, ngotot minta pejelasan dari anda, dan menganggap saya sendiri belum dapat memberikan bukti adanya roh, merupakan pertanyaan dan pernyataan yang menyimpang dari thread.  Seperti perumpamaan yang anda posting berikut :

Quote from: forte
ok.. back to topic.. roh yang anda maksudkan itu apa..
mengenai kuda berkaki seribu.. saya akan percaya jika ada bukti yang jelas.. misal ada foto tanpa diedit... bukan dengan merengek kepada hedi.. hed.. percayalah pada gw ada kuda berkaki seribu.. itu konyol namanya.. atau merengek pada ilmuwan dan tetap ngotot minta ilmuwan menjalaskan apakah ada kuda berkaki seribu padahal diri sendiri belum bisa memberi bukti adanya kuda berkaki seribu..

Quote from: forte
Makanya boss.. Jangan bertele2 boss.. just answer it.. and u will get the answer from us..
Ini forum diskusi.. jadi ada pertanyaan dan jawaban dari 2 arah.. bukan 1 arah..
kami berhak BERTANYA apa yang KAMI TIDAK JELAS dengan MAKSUD ANDA..

mohon maaf yang sebesar-besarnya, bukan saya hendak menggurui dan mengatur, tapi hanya menjelaksan prinsip dan tradisi saya dalam berdiskusi.

dan saya enggan menjawab pertanyaan anda tentang roh,  selama saya belum melihat bahwa anda sudah focus kepada topiknya. Biasanya, jika dalam diskusi awal tidak tertib, sampai keujungpun tidak bisa tertib. Maka saya berharap bisa diskusi dengan tertib dulu, baru saya akan menjawab apa yang anda tanyakan tersebut kepada saya.

Mohon perhatikan pula postingan anda berikut :
Quote from: forte
sama seperti Anda.. sebelum bertele2 meminta bukti pada pandangan Buddhism. Buktikan dulu apakah Anda yakin bahwa itu bukan halusinasi dan adalah roh. Jangan seperti anak kecil yang merengek.. Simpel bukan ?

terima kasih atas semua tanggapannya. Dari cara anda berdiskusi, maka saya simpulkan bahwa anda bukanlah orang yang tepat untuk bisa saya ajak diskusi. Biarlah anda mendapatkan teman diskusi yang selera diskusinya sesuai dengan selera anda. Biarkan pula saya menemukan kawan diskusi yang sesuai dengan karakter diskusi saya. Diskusi saya dengan anda, cukuplah sampai di sini saja.