//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pengertian Nibbana  (Read 64912 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #30 on: 06 January 2015, 09:17:21 PM »
Sy sj yg menjawabnya. Jawabannya tentu tidak. Karena indria perasa tidak bisa merinci detail campuran rasa asam manis pahit dari buah tsb. Tapi nirwana beda.  detailnya terletak pada kesederhanaan pemadaman nirodha. Ciri khasnya nirodha. Ciri khas marga adalah samvara tg dikenal sbg pengendalian indria. Dari cirinya ada beberapa variasi sesuai 6 sifat nama rupa.apapun variasinya marga dan nirwana ini mudah dikenali dari sifat pokoknya yaitu pemadaman dan pengendalian.

Anda benar mengenai rasa manggis, tapi maaf Anda salah mengenai nibbana. Anda hanya menyampaikan pengertian nibbana yang tidak mendetail. Pemadaman dan pengendalian hanyalah pengertian nibbana yang umum , bahkan secara harfiah sendiri nibbana bisa berarti padam. Jadi jelas Anda tidak menjawab secara mendetail seperti yang diinginkan TS. Jika saya teruskan dan kejar pernyataan Anda mengenai nibbana bahwa pokoknya adalah pemadaman dan pengendalian, maka Anda akan kesulitan sendiri. Jadi saya stop mengenai pernyataan Anda itu, biarlah TS yang menjawab.

Quote
Salah
Menurut guru mereka yg berjalan di jalan tengah mengendalikan diri sedemikian rupa sbg batinnya bersih berkilau
Seperti cermin, namun tidak ada kebijaksanaan karena masih terlihat disana loba, dosha, dan moha.
Ketika ketiga akar ini padam,  maka batin yg berkilau itu padam , yg mengamati dan diamati saat vaipasanya turut padam, timbulah kebijaksanaan yg dikenal sbg "mata dharma"
Melihat dunia dan isinya dengan kebijaksanaan.

silahkan yg lain menulis.

Saya yang salah atau Anda yang tidak memperhatikan pertanyaan TS, atau  Anda adalah TS sendiri yang berusaha menganulir pertanyaannya sehingga berkilah?Jika Anda bukan TS, maka  jelas Anda yang tidak memperhatikan pertanyaan TS, karena TS menanyakan kaitannya  antara nibbana dan Jalan Arya Berunsur Delapan maka saya mengaitkan nibbana dengan Jalan Arya Berunsur Delapan, yaitu Jalan Arya Berunsur Delapan sebagai jalan menuju nibana. Mengapa saya mengaitkannya sebagai jalan? Karena memang Jalan Arya Berunsur Delapan adalah jalan atau CARA menuju nibbana  (akhir dari dukkha) seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam Dhammacakkappavattana Sutta dan kotbah-kotbah lainnya. Jadi jangan jauh-jauh memberi jawaban dari Prajnaparamita Hrdaya Sutra untuk memperoleh "mata dharma"  jika Dhammacakkappavattana Sutta tidak paham dalam level harfiah. Dan biarlah TS yang menjawab.

Silahkan TS menjawab.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline kardus

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 24
  • Reputasi: -1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #31 on: 07 January 2015, 08:17:52 AM »
Sebelum dijawab, ada pertanyaan yang perlu dijawab: Dapatkah mendeskripsikan rasa buah manggis secara detail kepada saya?
Anda membold kata detail dari pertanyaan saya. Kalau belum mengerti maksud dr pertanyaan itu, maka saya akan lebih perjelas lg. Yg saya maksud dgn lebih "detail" adalah lebih teknis, spesifik, jgn cuma kulit saja tapi isi/dalamnya.
Deskripsi nibbana yg sudah disampaikan oleh halilintar, padamnya pancakhanda, itu sudah cukup spesifik dan teknis.
Pengertian umum seperti terbebas dr dukkha dan lenyapnya lobha dosa moha, itu hanya definisi lain dr sudut pandang atau konteks yg berbeda, dpt dikatakan hanya sbg alias saja. Karena sang Buddha menjelaskan dgn cara yg berbeda tergantung bicara dr sudut pandang atau konteks mana.
Dan lagipula dgn padamnya pancakhanda maka otomatis dukkha pun tdk ada, dan dgn padamnya pancakhanda jg otomatis lobha dosa moha pun lenyap. Jadi cakupannya lebih luas.

Mengenai perumpamaan/pengandaian dgn menggunakan rasa buah manggis, saya bisa mendeskripsikannya, namun rasa itu relatif. Kalau saya bilang tdk begitu asam mungkin bagi anda asam sekali, kalau saya bilang kurang manis mungkin bagi anda sudah cukup manis. Utk hal2 yg sifatnya relatif biasanya tdk bs ditemukan kesepakatan, cuma ada satu kesepakatan yaitu sepakat utk tdk sepakat (agree to disagree).
Lagipula dhamma ajaran sang Buddha itu kebenarannya mutlak, bukan relatif seperti rasa buah bagi beberapa orang. Jadi maaf perumpamaan anda itu kurang mengena.

Quote from: Kelana
Ibarat sebuah jalan di hutan rimba yang gelap yang ujungnya ada cahaya. Seseorang harus berjalan  di jalan itu untuk menuju cahaya tersebut. Nibbana diibaratkan cahaya dan jalan di hutan diibaratkan Jalan Suci Beruas 8.

Saya yang salah atau Anda yang tidak memperhatikan pertanyaan TS, atau  Anda adalah TS sendiri yang berusaha menganulir pertanyaannya sehingga berkilah?Jika Anda bukan TS, maka  jelas Anda yang tidak memperhatikan pertanyaan TS, karena TS menanyakan kaitannya  antara nibbana dan Jalan Arya Berunsur Delapan maka saya mengaitkan nibbana dengan Jalan Arya Berunsur Delapan, yaitu Jalan Arya Berunsur Delapan sebagai jalan menuju nibana. Mengapa saya mengaitkannya sebagai jalan? Karena memang Jalan Arya Berunsur Delapan adalah jalan atau CARA menuju nibbana  (akhir dari dukkha) seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam Dhammacakkappavattana Sutta dan kotbah-kotbah lainnya. Jadi jangan jauh-jauh memberi jawaban dari Prajnaparamita Hrdaya Sutra untuk memperoleh "mata dharma"  jika Dhammacakkappavattana Sutta tidak paham dalam level harfiah. Dan biarlah TS yang menjawab.
Umat buddhis pada umumnya sudah tau dan diajarkan di sekolah2 buddhis bahwa Jalan Suci Beruas 8 adalah "jalan" utk mencapai nibbana. Di sini anda hanya "mengulang" kaitannya saja, sedangkan pertanyaan saya adalah bagaimana "menjelaskan" kaitannya. Jadi anda juga belum menjawab pertanyaan.

Offline kardus

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 24
  • Reputasi: -1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #32 on: 07 January 2015, 09:52:56 AM »
Quote from: kutipan Kumarapanha oleh Shinichi
Ketika praktik sang jalan matang sepenuhnya, seluruh 8 faktor menyatu dan menggabungkan kekuatan, memulai penembusan Dhamma yang dengannya sang praktisi secara langsung melihat Empat Kebenaran Mulia dan mencapai tingkat kesucian batin yang pertama dengan melenyapkan pandangan salah tentang aku/diri, keragu-raguan terhadap Sang Guru (Buddha), ajarannya (Dhamma) dan perkumpulan para siswa mulia yang telah mengikuti ajaran-Nya dan mencapai pencerahan batin yang sama (Sangha), serta pandangan salah bahwa dengan ritual atau upacara dapat membawa pada kebahagiaan. Pada tahap ini ia memasuki arus kesucian menuju kebahagiaan sejati dan disebut Sotapanna (pemasuk arus). Dalam tujuh kehidupan berikutnya, ia tidak akan jatuh dari jalan menuju Nibbana dan pasti akan mencapai tujuan akhir tersebut.
Kutipan pak moderator Shinichi Kudo yg diberinya warna biru itu hanya berisi retorika saja, makna dan landasan sutta nya tdklah jelas. "praktik matang sepenuhnya", "8 faktor menyatu dan menggabungkan kekuatan", "penembusan Dhamma",  tdk jelas apa maksudnya. Kalau sudah secara langsung melihat 4 Kebenaran Mulia lantas apa hubungannya dgn padamnya pancakhanda. Apakah dgn melihat 4 Kebenaran Mulia lalu pancakhanda jadi padam, disitu kan tdk jelas hubungannya, ada benang putus disana.

Quote
Akhirnya, dengan melenyapkan kemelekatan pada alam bentuk, kemelekatan pada alam tak berbentuk, kesombongan, kemalasan, dan ketidaktahuan, ia mencapai tingkat kesucian tertinggi, Arahant, yang setara dengan seorang Buddha di mana sebab kelahiran kembali telah diputuskan dan Nibbana telah tercapai dalam kehidupan ini juga.
Faktor jalan yg mana yg berhubungan dgn melenyapkan kemelekatan pd alam rupa dan arupa, lalu apa hubungannya kemelekatan pd alam rupa/arupa dgn nibbana atau padamnya pancakhanda. Ini semua harus bisa dijelaskan dgn disertai landasan atau referensi sutta yg sesuai.

Quote from: Shinichi
Benar, itu dari kitab komentar. Sutta-sutta juga menjelaskan konsentrasi sebagai ekaggata, misalnya dalam MN 44 Culavedalla Sutta:

“Yang Mulia, apakah konsentrasi? Apakah landasan konsentrasi? Apakah perlengkapan konsentrasi? Apakah pengembangan konsentrasi?”
“Keterpusatan pikiran, teman Visākha, adalah konsentrasi; Empat Landasan Perhatian adalah landasan konsentrasi; Empat Usaha Benar adalah perlengkapan konsentrasi; pengulangan, pengembangan, dan pelatihan atas kondisi-kondisi yang sama ini adalah pengembangan konsentrasi di sana.”
Itu kata2 dari seorang bhikkhuni bernama Dhammadinna, bukan perkataan sang Buddha. Namun saya tdk meragukan pemahaman bhikkhuni Dhammadinna, yg salah adalah penafsiran kitab komentar dlm hal ini kitab Visuddhimagga. Kitab itu ditulis oleh Buddhaghosa yg datang dr latar belakang Hinduisme. Konsep "keterpusatan pikiran" ini prinsipnya sama dgn meditasi Hindu. Jadi berhati2lah dlm mengacu kpd kitab komentar, kros-cek dulu dgn 4 nikaya utama.
Yg bisa ditemukan dlm sutta adalah: Passaddho kāyo asāraddho. Samāhitaṃ cittaṃ ekaggaṃ.
Jadi citta itu menjadi ekaggata kalau citta itu samāhitaṃ. Silahkan dicari sendiri artinya, karena saya bukan ahli bahasa pali. Saya cuma tau sedikit dan kurang yakin, passaddho adalah bentuk lain dr passaddhi yg dr kamus pali artinya tenang, dan samāhitaṃ artinya kira2 sama yaitu tenang juga, cuma IMO passadhi utk tubuh (kaya), sedangkan samahita utk pikiran (citta). Barangkali yg lebih tau artinya lebih bs menjelaskan. Jadi kalau dilihat dari sini, penafsiran "keterpusatan pikiran" itu tdk ada hubungannya sama sekali.

Quote from: Shinichi
...dalam teks-teks Buddhis biasanya dikatakan jhana adalah tingkat pemusatan pikiran (penyerapan/absorpsi) yang mendalam dengan faktor-faktor jhana yang menyertainya. Dalam sutta-sutta tidak ditemukan definisi eksak apakah jhana itu ("jhana adalah bla bla bla... dst"), namun kita menemukan rumusan jhana dengan faktor-faktor jhana-nya...
Kalau teks2 kitab kometar iya.
Memang dlm sutta2 tdk ditemukan definisi eksak (jhana adalah blablabla) tapi dpt ditemukan makna yg tersirat jelas, terutama dlm Digha Nikaya nomor 9. Sama sekali tdk mengenal konsep penyerapan/absorpsi (pd satu objek).

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #33 on: 07 January 2015, 11:17:08 AM »
Anda membold kata detail dari pertanyaan saya. Kalau belum mengerti maksud dr pertanyaan itu, maka saya akan lebih perjelas lg. Yg saya maksud dgn lebih "detail" adalah lebih teknis, spesifik, jgn cuma kulit saja tapi isi/dalamnya.
Deskripsi nibbana yg sudah disampaikan oleh halilintar, padamnya pancakhanda, itu sudah cukup spesifik dan teknis.
Pengertian umum seperti terbebas dr dukkha dan lenyapnya lobha dosa moha, itu hanya definisi lain dr sudut pandang atau konteks yg berbeda, dpt dikatakan hanya sbg alias saja. Karena sang Buddha menjelaskan dgn cara yg berbeda tergantung bicara dr sudut pandang atau konteks mana.
Dan lagipula dgn padamnya pancakhanda maka otomatis dukkha pun tdk ada, dan dgn padamnya pancakhanda jg otomatis lobha dosa moha pun lenyap. Jadi cakupannya lebih luas.

Maaf jika demikian sepertinya Anda kurang bisa membuat pertanyaan yang baik.  Anda meminta untuk pengertian yang lebih detail selain pandangan umum, tetapi bahkan anda sendiri nampaknya belum mengetahui secara menyeluruh pandangan umum mengenai nibbana. Ketidaktahuan ini justru akhirnya membuat anda menganggap suatu pandangan umum yang baru anda ketahui sebagai pandangan spesifik. “Nibbana adalah padam”, “padamnya pancaskanda”- ini adalah pandangan umum bahkan secara harfiah berarti padam, ada dalam buku teks, kecuali seseorang malas membacanya. Bagi yang belum tahu pandangan ini akan dianggap sebagai pandangan spesifik.

Sebuah kespesifikan yang mendetail mengenai nibbana hanya bisa dipahami , dialami Mereka Yang Tercerahkan, dan itu tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata, seperti anda tidak bisa mendeskripsikan rasa manggis tapi malah menjelaskan tingkat kemanisan.  Dan apa yang Sang Buddha dan Mereka Yang Tercerahkan sabdakan mengenai nibbana dalam hanyalah bentuk penyesuaian dan penyederhanaan.
Quote

[quoteMengenai perumpamaan/pengandaian dgn menggunakan rasa buah manggis, saya bisa mendeskripsikannya, namun rasa itu relatif. Kalau saya bilang tdk begitu asam mungkin bagi anda asam sekali, kalau saya bilang kurang manis mungkin bagi anda sudah cukup manis. Utk hal2 yg sifatnya relatif biasanya tdk bs ditemukan kesepakatan, cuma ada satu kesepakatan yaitu sepakat utk tdk sepakat (agree to disagree).


Lagipula dhamma ajaran sang Buddha itu kebenarannya mutlak, bukan relatif seperti rasa buah bagi beberapa orang. Jadi maaf perumpamaan anda itu kurang mengena.

Perumpamaan saya yang tidak mengena atau Anda terlalu jauh dan gegabah menyimpulkan ? Jelas anda yang gegabah menyimpulkan karena saya tidak menutut kurang manis atau cukup manis pada rasa manggis, tapi saya meminta mendeskripsikan rasa manggis secara  mendetail.

Bagi semua orang yang normal rasa manggis adalah rasa manggis apapun tingkat keasaman, kemanisannya, tidak mungkin jadi rasa apel atau durian. Untuk itu perumpamaan ini sesuai dan mengena dan jawaban anda mengenai tingkat kemanisan adalah salah. Silahkan dicoba lagi.

Quote
Umat buddhis pada umumnya sudah tau dan diajarkan di sekolah2 buddhis bahwa Jalan Suci Beruas 8 adalah "jalan" utk mencapai nibbana. Di sini anda hanya "mengulang" kaitannya saja, sedangkan pertanyaan saya adalah bagaimana "menjelaskan" kaitannya. Jadi anda juga belum menjawab pertanyaan.

Siapa bilang saya belum menjawab? Menjelaskan sesuatu itu bisa panjang bisa pendek. Pendek, panjang atau mengulang adalah juga bentuk jawaban. Berhubung pada pertanyaan kedua anda tidak meminta menjelaskan secara panjang atau detail, maka bukanlah kesalahan orang lain atau saya jika jawaban yang diberikan adalah yang singkat. Jadi berikanlah pertanyaan yang baik sehingga jawabannya sesuai. :)
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #34 on: 07 January 2015, 07:03:53 PM »
Kutipan pak moderator Shinichi Kudo yg diberinya warna biru itu hanya berisi retorika saja, makna dan landasan sutta nya tdklah jelas. "praktik matang sepenuhnya", "8 faktor menyatu dan menggabungkan kekuatan", "penembusan Dhamma",  tdk jelas apa maksudnya. Kalau sudah secara langsung melihat 4 Kebenaran Mulia lantas apa hubungannya dgn padamnya pancakhanda. Apakah dgn melihat 4 Kebenaran Mulia lalu pancakhanda jadi padam, disitu kan tdk jelas hubungannya, ada benang putus disana.

Istilah2 tsb berasal dari komentar dan semuanya menunjuk pada matangnya pelatihan JMB8 yang menghasilkan pencapaian Nibbana. Kalo anda bertanya makna eksaknya, saya sendiri tidak dapat menjelaskannya karena belum mencapainya. ;D

Quote
Faktor jalan yg mana yg berhubungan dgn melenyapkan kemelekatan pd alam rupa dan arupa,

IMO, semua faktor JMB8 jika telah matang dalam prakteknya akan melenyapkan semua kekotoran batin, termasuk kedua jenis kemelekatan tsb.

Quote
lalu apa hubungannya kemelekatan pd alam rupa/arupa dgn nibbana atau padamnya pancakhanda.

Jika masih ada kemelekatan pada alam rupa/arupa, maka akan terlahir kembali di alam rupa/arupa tsb sehingga tidak dapat mencapai Nibbana.

Btw, apakah ada landasan sutta atau referensi lain yang mendukung kesimpulan anda bahwa Nibbana = padamnya pancakkhanda?

Quote
Ini semua harus bisa dijelaskan dgn disertai landasan atau referensi sutta yg sesuai.

Maaf, ini semuanya dari komentar....

Quote
Itu kata2 dari seorang bhikkhuni bernama Dhammadinna, bukan perkataan sang Buddha. Namun saya tdk meragukan pemahaman bhikkhuni Dhammadinna, yg salah adalah penafsiran kitab komentar dlm hal ini kitab Visuddhimagga. Kitab itu ditulis oleh Buddhaghosa yg datang dr latar belakang Hinduisme. Konsep "keterpusatan pikiran" ini prinsipnya sama dgn meditasi Hindu. Jadi berhati2lah dlm mengacu kpd kitab komentar, kros-cek dulu dgn 4 nikaya utama.
Yg bisa ditemukan dlm sutta adalah: Passaddho kāyo asāraddho. Samāhitaṃ cittaṃ ekaggaṃ.
Jadi citta itu menjadi ekaggata kalau citta itu samāhitaṃ. Silahkan dicari sendiri artinya, karena saya bukan ahli bahasa pali. Saya cuma tau sedikit dan kurang yakin, passaddho adalah bentuk lain dr passaddhi yg dr kamus pali artinya tenang, dan samāhitaṃ artinya kira2 sama yaitu tenang juga, cuma IMO passadhi utk tubuh (kaya), sedangkan samahita utk pikiran (citta). Barangkali yg lebih tau artinya lebih bs menjelaskan. Jadi kalau dilihat dari sini, penafsiran "keterpusatan pikiran" itu tdk ada hubungannya sama sekali.
Kalau teks2 kitab kometar iya.
Memang dlm sutta2 tdk ditemukan definisi eksak (jhana adalah blablabla) tapi dpt ditemukan makna yg tersirat jelas, terutama dlm Digha Nikaya nomor 9. Sama sekali tdk mengenal konsep penyerapan/absorpsi (pd satu objek).


Ok, terima kasih atas infonya, bisa menjadi bahan kajian tersendiri bagi saya. :)
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #35 on: 07 January 2015, 07:35:44 PM »
pertanyaannya sederhana, tapi justru ini yg ribet. numpang urung, siapa tahu nyenggol

Nibbāna seperti apa yah definisinya... in other words kali nibbāna itu berakhirnya keberadaan, yang menyebabkan penderitaan/ketidakpuasan itu sendiri.

hubungan JMB8 yah untuk supaya kita dapat menyelesaikan kelahiran itu. yah untuk mendapatkan "pengetahuan" yg benar yg lalu tentunya kita setelah mendapatkan atau mungkin mengalami(?) kita terbebaskan. apa yah contohnya, mungkin seperti orang yg abis ngeh, lalu sikapnya berubah. yah membuat kita melepas semua ikatan pada dunia ini.

justru saya gimana mikir gimana jelasin dengan bahasa yang sederhananya, tapi kalo bro kardus mau cari yg semakin teknisnya, saya nyerah hehehe
There is no place like 127.0.0.1

Offline halilintar

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: -4
  • seribu
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #36 on: 07 January 2015, 11:21:15 PM »
Istilah2 tsb berasal dari komentar dan semuanya menunjuk pada matangnya pelatihan JMB8 yang menghasilkan pencapaian Nibbana. Kalo anda bertanya makna eksaknya, saya sendiri tidak dapat menjelaskannya karena belum mencapainya. ;D

IMO, semua faktor JMB8 jika telah matang dalam prakteknya akan melenyapkan semua kekotoran batin, termasuk kedua jenis kemelekatan tsb.

Jika masih ada kemelekatan pada alam rupa/arupa, maka akan terlahir kembali di alam rupa/arupa tsb sehingga tidak dapat mencapai Nibbana.

Btw, apakah ada landasan sutta atau referensi lain yang mendukung kesimpulan anda bahwa Nibbana = padamnya pancakkhanda?

Maaf, ini semuanya dari komentar....

Ok, terima kasih atas infonya, bisa menjadi bahan kajian tersendiri bagi saya. :)
At sinichi

mengakui komentar orang lain dari buku u berdiskusi bukanlahseorang dharmaduta.
Mengakui sesuatu yg belum dikerjakan
 dengan menghubung hubungkan kata kata di kitab suci
Anda sudah berbohong sinichi.
Mulut anda berisi pisau
Apapun yg anda ucapkan
Akan menimbulkan luka
Bagi orang lain yg sudah mengerjakan apa yg harus dikerjakan.

apapun yg ingin anda capai
berkenaan dengan ekagatta, samadhi, apalagijhana
Anda Tidak akan pernah bisa.



Offline halilintar

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: -4
  • seribu
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #37 on: 07 January 2015, 11:36:25 PM »
Anda benar mengenai rasa manggis, tapi maaf Anda salah mengenai nibbana. Anda hanya menyampaikan pengertian nibbana yang tidak mendetail. Pemadaman dan pengendalian hanyalah pengertian nibbana yang umum , bahkan secara harfiah sendiri nibbana bisa berarti padam. Jadi jelas Anda tidak menjawab secara mendetail seperti yang diinginkan TS. Jika saya teruskan dan kejar pernyataan Anda mengenai nibbana bahwa pokoknya adalah pemadaman dan pengendalian, maka Anda akan kesulitan sendiri. Jadi saya stop mengenai pernyataan Anda itu, biarlah TS yang menjawab.

Saya yang salah atau Anda yang tidak memperhatikan pertanyaan TS, atau  Anda adalah TS sendiri yang berusaha menganulir pertanyaannya sehingga berkilah?Jika Anda bukan TS, maka  jelas Anda yang tidak memperhatikan pertanyaan TS, karena TS menanyakan kaitannya  antara nibbana dan Jalan Arya Berunsur Delapan maka saya mengaitkan nibbana dengan Jalan Arya Berunsur Delapan, yaitu Jalan Arya Berunsur Delapan sebagai jalan menuju nibana. Mengapa saya mengaitkannya sebagai jalan? Karena memang Jalan Arya Berunsur Delapan adalah jalan atau CARA menuju nibbana  (akhir dari dukkha) seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam Dhammacakkappavattana Sutta dan kotbah-kotbah lainnya. Jadi jangan jauh-jauh memberi jawaban dari Prajnaparamita Hrdaya Sutra untuk memperoleh "mata dharma"  jika Dhammacakkappavattana Sutta tidak paham dalam level harfiah. Dan biarlah TS yang menjawab.

Silahkan TS menjawab.

At kelana
Sutra hati itu lebih mudah dipahami.
Lebih sederhana.


Offline halilintar

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: -4
  • seribu
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #38 on: 08 January 2015, 12:10:28 AM »
At krdus

Bagaimana penjelasan sang jalan dan buahnya nibana.
1. Melepas atha lokiya dhamma
2. Mampu memutuskan rupa jhana
3  mampu memutuskan arupa jhana jika
    sebelumnya memiliki arupajhana
4 adanya keputusan u mencapainya. Tidak dibalik.
    Tahu nibana dahulu baru memutuskan.
5. Memiliki samvega dan nibida yg cukup.
6. Menerima nibana sebagaimana adanya.
    Pokok yg sederhana, detailnya sederhana.
    Karena nibana itu sendiri bersifat
    mengurangi bukan menambah
     Puas dgn yg ada, bukan ketidakpuasan
    Semangat, tidak lamban.

Mengenai padamnya panca khanda, itu hanya bisa direalisasikan
oleh beberapa orang saja. Bukannya membedakan, namun hal ini
disebabkan orang itu memiliki paramitha diatas standar.
Hal spt ini tidak bisa dikejar dalam satu kehidupan saja.
namun bisa diusahakan dengan cara giat dalam samadi
Apa yg dikejar dalam samadi
Kemampuan memisahkan indria dan obyeknya.
tentu harus bisa mematahkan jembatan antara keduanya.






     

Offline halilintar

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: -4
  • seribu
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #39 on: 08 January 2015, 12:25:05 AM »
Kutipan pak moderator Shinichi Kudo yg diberinya warna biru itu hanya berisi retorika saja, makna dan landasan sutta nya tdklah jelas. "praktik matang sepenuhnya", "8 faktor menyatu dan menggabungkan kekuatan", "penembusan Dhamma",  tdk jelas apa maksudnya. Kalau sudah secara langsung melihat 4 Kebenaran Mulia lantas apa hubungannya dgn padamnya pancakhanda. Apakah dgn melihat 4 Kebenaran Mulia lalu pancakhanda jadi padam, disitu kan tdk jelas hubungannya, ada benang putus disana.
Faktor jalan yg mana yg berhubungan dgn melenyapkan kemelekatan pd alam rupa dan arupa, lalu apa hubungannya kemelekatan pd alam rupa/arupa dgn nibbana atau padamnya pancakhanda. Ini semua harus bisa dijelaskan dgn disertai landasan atau referensi sutta yg sesuai.
Itu kata2 dari seorang bhikkhuni bernama Dhammadinna, bukan perkataan sang Buddha. Namun saya tdk meragukan pemahaman bhikkhuni Dhammadinna, yg salah adalah penafsiran kitab komentar dlm hal ini kitab Visuddhimagga. Kitab itu ditulis oleh Buddhaghosa yg datang dr latar belakang Hinduisme. Konsep "keterpusatan pikiran" ini prinsipnya sama dgn meditasi Hindu. Jadi berhati2lah dlm mengacu kpd kitab komentar, kros-cek dulu dgn 4 nikaya utama.
Yg bisa ditemukan dlm sutta adalah: Passaddho kāyo asāraddho. Samāhitaṃ cittaṃ ekaggaṃ.
Jadi citta itu menjadi ekaggata kalau citta itu samāhitaṃ. Silahkan dicari sendiri artinya, karena saya bukan ahli bahasa pali. Saya cuma tau sedikit dan kurang yakin, passaddho adalah bentuk lain dr passaddhi yg dr kamus pali artinya tenang, dan samāhitaṃ artinya kira2 sama yaitu tenang juga, cuma IMO passadhi utk tubuh (kaya), sedangkan samahita utk pikiran (citta). Barangkali yg lebih tau artinya lebih bs menjelaskan. Jadi kalau dilihat dari sini, penafsiran "keterpusatan pikiran" itu tdk ada hubungannya sama sekali.
Kalau teks2 kitab kometar iya.
Memang dlm sutta2 tdk ditemukan definisi eksak (jhana adalah blablabla) tapi dpt ditemukan makna yg tersirat jelas, terutama dlm Digha Nikaya nomor 9. Sama sekali tdk mengenal konsep penyerapan/absorpsi (pd satu objek).

At krdus
Apa yg disampaikan memang seperti itu adanya
Ekagata  berarti timbulnya ketenangan.
Ada yg timbul di pikiran, ada juga di jasmani.
Sifatnya meniadakan, sehingga tidak bisa dilacak seperti orang yang mempelajari 4 unsur
Sikap terbaik jika menjumpai ini adalah
Biarkan saja berproses.
biasanya semakin besar kekuatannya
Semakin kokoh samadinya

Yg dalam bahasa "lain"
orang itu sepertinya terpusat samadinya.
namun ini adalah pengertian keliru.



Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #40 on: 08 January 2015, 08:55:38 AM »
At kelana
Sutra hati itu lebih mudah dipahami.
Lebih sederhana.



Sah saja anda mengklaim demikian meskipun kedengarannya agak lucu karena janggal. Dan jika nanti kita berkesempatan membahas prajnaparamita hrdaya sutra, semoga nanti anda bukan orang selanjutnya yang saya minta untuk bertelanjang bulat di publik karena akibat kesalahan sendiri dalam memahami prajnaparamita hrdaya sutra.

OK. Thanks.
« Last Edit: 08 January 2015, 08:58:33 AM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline halilintar

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: -4
  • seribu
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #41 on: 08 January 2015, 06:02:47 PM »
Sah saja anda mengklaim demikian meskipun kedengarannya agak lucu karena janggal. Dan jika nanti kita berkesempatan membahas prajnaparamita hrdaya sutra, semoga nanti anda bukan orang selanjutnya yang saya minta untuk bertelanjang bulat di publik karena akibat kesalahan sendiri dalam memahami prajnaparamita hrdaya sutra.

OK. Thanks.

At kelana
Tidak satu orangpun yg bicara spt ini kepada saya sebanyak 3kali
Bisa meloloskan diri dari kepala pecah tujuh bagian
Akibat halilintar dewa vajira.

Pikirkan baik baik pernyataan diatas. jika setia kawan
Hendaknya anda bisa menjaga diri sendiri juga.

Offline halilintar

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: -4
  • seribu
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #42 on: 08 January 2015, 07:53:37 PM »
At krdus

Bagaimana penjelasan sang jalan dan buahnya nibana.
1. Melepas atha lokiya dhamma
2. Mampu memutuskan rupa jhana
3  mampu memutuskan arupa jhana jika
    sebelumnya memiliki arupajhana
4 adanya keputusan u mencapainya. Tidak dibalik.
    Tahu nibana dahulu baru memutuskan.
5. Memiliki samvega dan nibida yg cukup.
6. Menerima nibana sebagaimana adanya.
    Pokok yg sederhana, detailnya sederhana.
    Karena nibana itu sendiri bersifat
    mengurangi bukan menambah
     Puas dgn yg ada, bukan ketidakpuasan
    Semangat, tidak lamban.

Mengenai padamnya panca khanda, itu hanya bisa direalisasikan
oleh beberapa orang saja. Bukannya membedakan, namun hal ini
disebabkan orang itu memiliki paramitha diatas standar.
Hal spt ini tidak bisa dikejar dalam satu kehidupan saja.
namun bisa diusahakan dengan cara giat dalam samadi
Apa yg dikejar dalam samadi
Kemampuan memisahkan indria dan obyeknya.
tentu harus bisa mematahkan jembatan antara keduanya.



At krdus
Apa yg disampaikan mengenai sutra hati
Mungkin menyinggung banyak orang di sini.
beberapa dari mereka malah menilai sutra hati
Dengan latar belakang dan semangat ajaran kendaraan kecil
Padahal sutra hati itu mesti dilandasi dengan semangat ajaran kendaraan besar

Namun dengan meniadakan perbedaan yg tidak pokok mengenai nirwana
Kami mengharapkan anda bisa menerima sutra hati secara utuh
dalam pengertian dan dasar ajaran kendaraan besar
Dalam menjelaskan padamnya panca skanda sebagai pokok penting nirwana
Banyak hal yg mesti dikerjakan
Namun sedikit sekali yg mau ke pantai sebelah sini.
kegelisahan yg meragukan , halus sekali
Menyebabkan jalan yg dilatih bertahun tahun
tidak pernah bisa memadamkan secara lengkap.

Ini yg menyebabkan beberapa orang mesti melanjutkan usahanya
Di alam atas berikutnya, yg disebut sbg alam anagami.

Detail yg ada hanya tampak spt itu.
adapun sebabnya, tentu subyek yg mengetahui.
biasanya ada pada ikatan keluarga.




Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #43 on: 08 January 2015, 09:49:50 PM »
At kelana
Tidak satu orangpun yg bicara spt ini kepada saya sebanyak 3kali
Bisa meloloskan diri dari kepala pecah tujuh bagian
Akibat halilintar dewa vajira.

Pikirkan baik baik pernyataan diatas. jika setia kawan
Hendaknya anda bisa menjaga diri sendiri juga.


Pernyataan anda seperti ini pernah  saya baca. Nampaknya sepertinya anda orang yang sama. Jika benar ada Dewa Vajira, maka beliau tidak akan segegabah itu untuk memecahkan kepala seseorang yang justru berharap orang lain tidak mempermalukan dirinya sendiri karena kesalahan yang akan ia buat. Untuk itu saya mengatakan : semoga nanti anda bukan orang selanjutnya yang saya minta untuk bertelanjang bulat di publik karena salah memahami prajnaparamita hrdaya sutra.

Jadi kalau anda tidak salah dalam memahami prajnaparamita hrdaya sutra maka tentu saja saya tidak akan meminta anda untuk telanjang bulat.  Dan perlu dicatat bukan karena tanpa sebab atau kebencian permintaan itu muncul, tapi merupakan konsekuensi yang timbul dari pemahaman yang salah. Saya yakin jika benar ada Dewa Vajira, beliau akan bertindak bijak dan tidak terbawa emosi semata. :)

« Last Edit: 08 January 2015, 10:06:12 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline halilintar

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 30
  • Reputasi: -4
  • seribu
Re: Pengertian Nibbana
« Reply #44 on: 09 January 2015, 03:50:39 AM »
Pernyataan anda seperti ini pernah  saya baca. Nampaknya sepertinya anda orang yang sama. Jika benar ada Dewa Vajira, maka beliau tidak akan segegabah itu untuk memecahkan kepala seseorang yang justru berharap orang lain tidak mempermalukan dirinya sendiri karena kesalahan yang akan ia buat. Untuk itu saya mengatakan : semoga nanti anda bukan orang selanjutnya yang saya minta untuk bertelanjang bulat di publik karena salah memahami prajnaparamita hrdaya sutra.

Jadi kalau anda tidak salah dalam memahami prajnaparamita hrdaya sutra maka tentu saja saya tidak akan meminta anda untuk telanjang bulat.  Dan perlu dicatat bukan karena tanpa sebab atau kebencian permintaan itu muncul, tapi merupakan konsekuensi yang timbul dari pemahaman yang salah. Saya yakin jika benar ada Dewa Vajira, beliau akan bertindak bijak dan tidak terbawa emosi semata. :)

At kelana

Untuk kedua kalinya
tidak ada satu orang pun yg bicara seperti itu kepada saya sebanyak 3kali
Bisa meloloskan diri dari kepala pecah tujuh bagian
Akibat halilintar dewa vajira.

Pikirkanlah baik baik pernyataan diatas.

Setiakawan, diskusi, striptease adalah bagian yg terpisah.