membabarkan ajaran orang lain juga bisa berarti membabarkan dhamma, bisa jadi bukan. tergantung ajaran orang lain yang mana?
apakah sang Buddha disebut "ngerjain orang lain" atau tidak, tergantung kehendak bebas seseorang dalam cara menafsirkan perbuatan beliau. seperti perginya sang Buddha dari istana, bisa saja disebut "lari dari tanggung jawab" bisa juga disebut "mencari obat bagi umat manusia". jadi, anda memilih sebutan yang mana?
tuduhan "lari dari tanggung jawab" terhadap anak istri sudah "di-netralisir" dengan "kisah jaman lampau" kehidupan Siddharta dan Yasodhara, bahkan sampai pada kehidupan mereka pada jaman Buddha Dipankara, dimana Sumitta (bakal Yasodhara) sendiri di hadapan Buddha Dipankara sudah menyampaikan keinginannya, "selama waktu yang akan engkau (Petapa Sumedha) jalani dalam mencapai ke-BUDDHA-an, semoga aku (Sumitta) dapa selalu menjadi pendampingmu."
dan Buddha Dipankara membuat ramalam setelah melihat apa yang terjadi di antara Sumedha dan Sumitta yaitu
" O.. Sumedha, perempuan ini Sumitta (bakal Yasodhara), akan menjadi pendampingmu dalam berbagi hidup, membantu dengan semangat dan perbuatan yang sama dalam usahamu menacpai kebuddhaan, ia akan membahagiakanmu dalam setiap pikiran, perkataan dan perbuatannya, ia kaan berpenampilan cantik dan menyenangkan, manis tutur katanya dan baik hati. Dalam usahamu mencapai ke-BUDDHA-an, dalam kelahiranmu yang terakhir, ia akan menjadi murid perempuan yang akan menerima warisan spiritual darimu, menjadi seorang Arahant, lengkap dengan kemampuan bathin."
---
Jadi kalau melihat dari kisah Siddharta dan Yasodhara ( yang konon mencapai 500 episode ). ide dan tuduhan "lari dari tanggung jawab" menjadi tidak relevan...