Pertama, harus dicek dulu sumber otentik dari yang menceritakan bahwa Suddhodhana mencapai arahat sebagai perumah tangga.
kisah ini terdapat dalam RAPB, tapi saya menemukan "sumber otentik" itu
Sumber otentik selain RAPB? Di Sutta-Vinaya berdasarkan kalimat Sang Buddha sendiri? Tolong dong dikasih bocorannya.
mohon agar jangan menganggap bahwa TS berkewajiban memberikan semua referensi, TS membuka suatu topik tentu karena membutuhkan jawaban. jadi kalau anda punya bukti sebaliknya, mohon anda sudi mengungkapkan di sini.
Well, saya tadi hanya berpendapat alangkah baiknya bila dipaparkan dan dikaji bersama member forum bila ada sumber otentiknya.
Kalau menurut saya, seorang perumah tangga memiliki kewajiban: kewajiban terhadap anak, kewajiban terhadap orang tua, kewajiban terhadap pasangan, kewajiban terhadap orang-orang di sekeliling, kewajiban mempertahankan aset, dan kewajiban2 lain yang semuanya ini melibatkan 'bhava-tanha' 'vibhava-tanha' & 'mana' secara mutlak tanpa dapat dihindari.
Hanya ketika perumah tangga melepas belenggu rumah tangga, maka kadar dari belenggu-belenggu ini lebih berkurang kadarnya atau lebih melemah dibanding yang ada pada perumah tangga lainnya.
Jawaban Sang Buddha adalah tidak ada perumah tangga yang tanpa meninggalkan belenggu rumah tangga, pada saat meninggal mengakhiri penderitaan. Tetapi bagaimana
apabila ditanyakan "Apakah ada perumah tangga yang meninggalkan belenggu rumah tangga, pada saat meninggal telah mengakhiri penderitaan?" Menurut saya jawaban untuk ini adalah mungkin-mungkin saja. Karena ada belenggu atau tidak, adalah tergantung pada pikiran kita.
Jika Raja Suddhodhana setelah mendengar khotbah dan merealisasi kesucian lalu dalam pikirannya menyerahkan dan melepaskan semua kepemilikan dan status beliau maka mungkin saja beliau meninggal tanpa menjadi bhikkhu.