Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: markosprawira on 25 August 2009, 12:16:02 PM
-
Hal senada bisa kita lihat dalam Dhammapada :
“Daripada hidup 100 tahun tetapi malas, lebih baik hidup sehari tetapi giat dan penuh semangat”
Yang juga kita bisa lihat dalam artikel Hidup sesuai Dhamma : http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/Hidup%20Sesuai%20Dhamma%20-%20Bhante%20Uttamo.pdf
Berikut sharing artikel dari Ajahn Chah dari a still forest pool :
In my own practice, I did not know or study much. I took the straightforward teachings the Buddha gave and simply began to study my own mind according to nature. When you practice, observe yourself. Then gradually knowledge and vision (ini yg saya maksud pengetahuan tanpa tanda kutip ) will arise of themselves. If you sit in meditation and want it to be this way or that, you had better stop right there. Do not bring ideals or expectations to your practice. Take your studies, your opinions, and store them away.
You must go beyond all words, all symbols, all plans for your practice. Then you can see for yourself the truth, arising right here. If you do not turn inward, you will never know reality. I took the first few years of formal Dharma text study, and when I had the opportunity, I went to hear various scholars and masters teach, until such study became more of a hindrance than a help. I did not know how, to listen to their sermons because I had not looked within.
The great meditation masters spoke about the truth within oneself. Practicing, I began to realize that it existed in my own mind as well. After a long time, I realized that these teachers have really seen the truth and that if we follow their path, we will encounter everything they have spoken about. Then we will be able to say, ''Yes, they were right. What else could there be? Just this." When I practiced diligently, realization unfolded like that.
If you are interested in Dharma, just give up, just let go. Merely thinking about practice is like pouncing on the shadow and missing the substance. You need not study much. If you follow the basics and practice accordingly, you will see the Dharma for yourself. There must be more than merely hearing the words. Speak just with yourself, observe your own mind. If you cut off this verbal, thinking mind, you will have a true standard for judging. Otherwise, your understanding will not penetrate deeply. Practice in this way and the rest will follow.
Terjemahan :
Dalam praktek pribadi, saya tidak banyak tahu atau belajar. Saya langsung mengambil ajaran Buddha dan mulai mempelajari pikiran saya secara alami. Jika anda praktek, selidiki diri anda sendiri. Lalu secara bertahap pengetahuan dan pandangan akan muncul dengan sendirinya. Jika anda duduk bermeditasi dan ingin agar sesuai dengan cara ini dan itu, anda sebaiknya berhenti disana. Jangan membawa harapan dalam praktek anda. Bawa teori anda, opini anda dan simpan jauh-jauh
Anda harus mencapai kondisi diatas semua huruf, simbol dan rencana dari praktek anda. Lalu anda akan bisa melihat kebenaran yg muncul. Jika anda tidak melihat kedalam, anda tidak akan pernah tahu realita. Saya pernah menghabiskan beberapa tahun di sekolah formal Dhamma dan jika saya ada kesempatan, saya pergi mendengar berbagai guru mengajar sampai studi seperti ini menjadi lebih menghalangi ketimbang membantu. Saya tidak tahu bagaimana, mendengar berbagai ceramah karena saya tidak melihat ke dalam
Guru besar mditasi berbicara mengenai kebenaran yg ada dalam diri sendiri. Dengan praktek, saya mulai menyadari bhw itu ada dalam pikiran saya sendiri juga. Setelah waktu yg lama, saya mengadari bahwa para guru itu sudah menyadari kebenaran dan jika kita mengikuti jalan mereka, kita akan menjumpai semua hal sesuai yg sudah mereka katakan. Lalu kita akan bisa berkata ”Ya, mereka benar. Apalagi yang dapat dijumpai? Hanya ini” Sewaktu saya berpraktek dengan rajin, kesadaran terbuka seperti itu
Jika anda tertarik dengan Dhamma, lepaskanlah. Berpikir tentang praktek, seperti memukul bayangan dan kehilangan substansinya. Anda tidak perlu belajar banyak. Jika anda mengikuti bagian dasar dan melakukan prakteknya, anda akan melihat Dhamma dengan sendirinya. Anda akan mendapat lebih banyak ketimbang mendengar kata2. Bicaralah hanya dengan diri anda sendiri, selidiki pikiran anda. Jika anda dapat memutuskan kata2 ini, pikiran yg berpikir, anda akan mendapat standar yg benar untuk menilai. Jika tidak, pengertian anda tidak akan dapat masuk cukup dalam. Latihlah dengan cara ini dan sisanya akan mengikuti.
Kesimpulan :
Kalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit teori saja tapi mempraktekkannya
Tapi bukan berarti harus melepas SEMUA teori loh
Mari diskusi jika ada rekan2 yang berkenan _/\_
-
Dengan tahu banyak maka yang di praktekan pun akan makin sempurna ;D
-
tahu sedikit tapi praktek bukannya Moha?
-
Dengan tahu banyak maka yang di praktekan pun akan makin sempurna ;D
Karena kita masih banyak LDM, biasanya kalo makin banyak tapi ga dipraktekin, akan jadi mana/sombong
karena itu, seyogyanya org setelah tahu sedikit, lalu praktek
dari praktek, akan lebih yakin akan kebenaran dari teori itu, jadi lebih giat cari tahu
karena makin bnyk tahu, makin banyak juga yg bisa dipraktekkan
kalo saya bilang, itu chain reaction dari sutta, cinta dan bhavanamaya panna....... panna yg terus berakumulasi plus LDM yg semakin terkikis
-
tahu sedikit tapi praktek bukannya Moha?
Pengertian moha adalah tidak mengetahui mana yg benar dan mana yg salah secara hakekat sesungguhnya
Moha semakin tebal, bersamaan dengan kebiasaan kita utk tidak sadar akan gerak gerik batin kita.
Itu kenapa moha juga disebut dengan ignorance
nah kayanya pengertian moha beda dengan yg ada di judul nih ,bro ... he3
-
maksudnya...
kita praktek tapi gak tahu hakikat dari praktek tersebut kan sama aja Moha.. :D
-
paling bagus adalah tahu banyak dan banyak pratek....
-
kalo aye... mendingan tahu banyak.. gak usah praktek :))
-
maksudnya...
kita praktek tapi gak tahu hakikat dari praktek tersebut kan sama aja Moha.. :D
khan yg dipraktekkan itu, adalah apa yg ada di teori itu bro......
seperti yg saya sebut diatas:
karena itu, seyogyanya org setelah tahu sedikit, lalu praktek
dari praktek, akan lebih yakin akan kebenaran dari teori itu, jadi lebih giat cari tahu
karena makin bnyk tahu, makin banyak juga yg bisa dipraktekkan
kalo saya bilang, itu chain reaction dari sutta, cinta dan bhavanamaya panna....... panna yg terus berakumulasi plus LDM yg semakin terkikis
Singkatnya Panna bertambah, moha terkikis........ _/\_
-
paling bagus adalah tahu banyak dan banyak pratek....
Ini emang bener........ tapi menuju ke tahu banyak dan praktek banyak, itu berarti anda sudah pernah menjalani banyak "tahu sedikit praktek sedikit"
sama seperti mengapa org bisa bertemu dengan sammasambuddha.
bukan tiba2 bisa bertemu melainkan karena tumpukan paraminya sudah memadai sehingga memungkinkan utk bisa bertemu
kalo aye... mendingan tahu banyak.. gak usah praktek :))
ini baru MOHA, bro...... :))
tapi yg lebih moha : ga usah tahu apa2, ga usah praktek apapun, tapi mencapai Nibbana ^-^
-
wah, dibuka thread baru :)
btw, kata2 saya masih nongol dikutipan inggrisnya hehehe...
sedikit perbaikan (menurut saya):
"Dalam praktek, saya tidak banyak tahu atau belajar. Saya mengambil ajaran Buddha yg (paling) gamblang dan mulai langsung mempelajari batin saya secara alami. saat berpraktik, selidiki diri anda sendiri. Lalu secara bertahap pengetahuan dan penglihatan akan muncul dengan sendirinya. Jika anda duduk bermeditasi dan ingin agar sesuai dengan cara ini dan itu, anda sebaiknya berhenti disana. Jangan membawa ideal ataupun harapan dalam praktek anda. Ambil teori anda, opini anda dan simpan jauh-jauh.
Anda harus melangkah melampaui semua kata2, simbol2 dan rencana2 untuk praktek anda. Lalu anda akan bisa melihat kebenaran, muncul dari sana. Jika anda tidak melihat ke dalam, anda tidak akan pernah tahu realita. Saya pernah menghabiskan beberapa tahun di sekolah formal Dhamma dan jika saya ada kesempatan, saya pergi mendengar berbagai cendikia dan guru mengajar, sampai studi seperti ini lebih menjadi penghalang ketimbang membantu. Saya tidak tahu bagaimana, untuk mendengar berbagai ceramah karena saya tidak melihat ke dalam
Guru besar meditasi berbicara mengenai kebenaran di dalam diri. Berpraktik, saya mulai menyadari bhw itu ada dalam batin saya sendiri juga. Setelah waktu yg lama, saya menyadari bahwa para guru itu sudah benar2 melihat kebenaran dan jika kita mengikuti jalan mereka, kita akan menjumpai semua hal sesuai yg sudah mereka katakan. Lalu kita akan bisa berkata ”Ya, mereka benar. Apalagi yang dapat dijumpai? Hanya ini” Sewaktu saya berpraktek dengan rajin, kesadaran terbuka seperti itu
Jika anda tertarik dengan Dhamma, lepas lah. Hanya berpikir tentang praktek sama seperti halnya memukul bayangan dan kehilangan substansinya. Anda tidak perlu belajar banyak. Jika anda mengikuti bagian dasar dan melakukan prakteknya, anda akan melihat Dhamma itu sendiri. Lebih banyak ketimbang mendengar kata2. Bicaralah hanya dengan diri anda sendiri, selidiki batin anda. Jika anda dapat memotong (menyetop -tr) celoteh2 ini, batin yg berpikir, anda akan memiliki standar yg benar untuk menilai. Jika tidak, pengertian anda tidak akan dapat menembus dalam. Latihlah dengan cara ini dan sisanya akan mengikuti."
-
Menurut saya, tahapan praktek dan pengetahuan teori adalah:
1. Praktekkan seberapapun yang kita ketahui
2. Sambil mempraktekkan yang kita ketahui, coba belajar lagi sehingga pengetahuan bertambah
3. Kembali ke tahap 1
-
Lebih baik tahu sedikit tapi praktek ketimbang tahu banyak tapi tidak praktek
:yes: :yes: :yes:
-
saat sudah mengetahui.. maka tidak ada lagi namanya keinginan atau tidak ingin praktek ;D
makanya itu Sang Buddha baru "praktek" saat brahmana sahampati memanjatkan permohonannya....
-
maksudnya...
kita praktek tapi gak tahu hakikat dari praktek tersebut kan sama aja Moha.. :D
Hakikat hanya dapat diketahui lewat praktek, pengalaman langsung.
Hakikat tidak dapat diketahui hanya lewat kata-kata.
Namun untuk kebutuhan komunikasi, hakikat tersebut mau tidak mau harus digambar dengan kata-kata.
Namun setepat-tepatnya gambar, itu hanyalah gambar, bahkan gambar kata-kata, bukan hakikatnya.
Dapatkah wangi bunga mawar digambarkan dengan kata2?
Dapatkah warna hijau digambarkan dengan kata2?
Yang ada hanyalah label.
Hanya yg pernah mencium bunga mawar dan melihat warna hijau mengetahui hakikatnya.
-
saat sudah mengetahui.. maka tidak ada lagi namanya keinginan atau tidak ingin praktek ;D
makanya itu Sang Buddha baru "praktek" saat brahmana sahampati memanjatkan permohonannya....
Justru sebelum menjadi Buddha, Pangeran Sidartha menjalani praktek.
Setelah menjadi Buddha, praktek telah terakumulasi sebagai pencapaian atau realisasi..."tunai sudah kehidupan suci......"
Pembabaran Dhamma oleh Sammasambuddha bukan sebuah "praktek" lagi, tetapi hal alami sebagai seorang Sammasambuddha.
-
um... ::)
makhluk apa ya, yg berbuatna tidak tau bahwa perbuatannya (praktek) itu baik / buruk (hakikat)
binatang ya :D kan terlahir di alam binatang karena Mohanya yg gede...
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
-
saat sudah mengetahui.. maka tidak ada lagi namanya keinginan atau tidak ingin praktek ;D
makanya itu Sang Buddha baru "praktek" saat brahmana sahampati memanjatkan permohonannya....
Justru sebelum menjadi Buddha, Pangeran Sidartha menjalani praktek.
Setelah menjadi Buddha, praktek telah terakumulasi sebagai pencapaian atau realisasi..."tunai sudah kehidupan suci......"
Pembabaran Dhamma oleh Sammasambuddha bukan sebuah "praktek" lagi, tetapi hal alami sebagai seorang Sammasambuddha.
Praktek kan dijalankan berdasarkan teori...
jadi kalo teori belom ada bagaimana bisa praktek :-?
-
oh... mungkin itu adalah Penelitian
kalo tindak pelaksanaan sebelum muncul teori kan biasanya penelitian \ :D / \ :D /
penelitian dilaksanakan jika sudah ada hipotesa....
-
um... ::)
makhluk apa ya, yg berbuatna tidak tau bahwa perbuatannya (praktek) itu baik / buruk (hakikat)
binatang ya :D kan terlahir di alam binatang karena Mohanya yg gede...
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Yang saya tahu, binatang "tidak mungkin bisa" menyadari pikirannya sendiri.
Berbeda dengan manusia yg "mungkin' untuk menyadari pikirannya sendiri
Saya baru tahu ada gajah yg hampir mencapai kesucian.... bisa tolong referensinya? thanks in advance.
-
oh... mungkin itu adalah Penelitian
kalo tindak pelaksanaan sebelum muncul teori kan biasanya penelitian \ :D / \ :D /
penelitian dilaksanakan jika sudah ada hipotesa....
Penelitian lewat praktek langsung tanpa ada teori sebelumnya > Sammasambuddha
Praktek berdasarkan teori yang diajarkan Sammasambuddha > siswa Sang Buddha
-
saat sudah mengetahui.. maka tidak ada lagi namanya keinginan atau tidak ingin praktek ;D
makanya itu Sang Buddha baru "praktek" saat brahmana sahampati memanjatkan permohonannya....
Justru sebelum menjadi Buddha, Pangeran Sidartha menjalani praktek.
Setelah menjadi Buddha, praktek telah terakumulasi sebagai pencapaian atau realisasi..."tunai sudah kehidupan suci......"
Pembabaran Dhamma oleh Sammasambuddha bukan sebuah "praktek" lagi, tetapi hal alami sebagai seorang Sammasambuddha.
Praktek kan dijalankan berdasarkan teori...
jadi kalo teori belom ada bagaimana bisa praktek :-?
Yah cari2, terjebak disana sini sampe masuk dan menderita dulu dalam banyak kehidupan di alam apaya seperti bodhisatta sebelum menjadi Pangeran Sidhattha
Karena itu, beruntunglah kita semua yg masih bisa mendengar, melihat dan menjalankan Dhamma yg diajarkan oleh guru Buddha
-
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Maksudnya gajah Nalagiri? Gajah Nalagiri yang sedang mabuk dan menjadi buas, setelah mendengar suara Sang Buddha menjadi pulih kembali kesadarannya. Dan setelah Sang Buddha melantunkan dua bait syair kepadanya, gajah itu menjadi sangat gembira. Bila saja dia bukan seekor binatang (tapi manusia) pastilah dia akan menjadi Sotapanna pada saat itu. Jadi gajah itu "hampir" menjadi suci karena mendengar kata-kata Sang Buddha, bukan karena prakteknya. cmiiw
-
um... ::)
makhluk apa ya, yg berbuatna tidak tau bahwa perbuatannya (praktek) itu baik / buruk (hakikat)
binatang ya :D kan terlahir di alam binatang karena Mohanya yg gede...
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Yang saya tahu, binatang "tidak mungkin bisa" menyadari pikirannya sendiri.
Berbeda dengan manusia yg "mungkin' untuk menyadari pikirannya sendiri
Saya baru tahu ada gajah yg hampir mencapai kesucian.... bisa tolong referensinya? thanks in advance.
Kalau saya boleh kasih masukan, mahluk yg bisa mencapai kesucian bukan dilihat dari alamnya melainkan dari jenis mahluknya
misal walau di alam manusia tapi kalau dia terlahir sebagai mahluk dvihetuka, apalagi kalau sugati ahetuka, mustahil dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan itu
tapi jika dia terlahir sebagai mahluk tihetuka maka dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan ini
dan alam binatang termasuk dalam jenis mahluk dugati pugala, yg mustahil utk dapat mencapai kesucian
semoga bs bermanfaat
-
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Maksudnya gajah Nalagiri? Gajah Nalagiri yang sedang mabuk dan menjadi buas, setelah mendengar suara Sang Buddha menjadi pulih kembali kesadarannya. Dan setelah Sang Buddha melantunkan dua bait syair kepadanya, gajah itu menjadi sangat gembira. Bila saja dia bukan seekor binatang (tapi manusia) pastilah dia akan menjadi Sotapanna pada saat itu. Jadi gajah itu "hampir" menjadi suci karena mendengar kata-kata Sang Buddha, bukan karena prakteknya. cmiiw
Kalo saya cenderung untuk mengatakan bahwa,
Gajah Nalagiri "tidak bisa" menjadi suci karena masih berupa binatang.
-
um... ::)
makhluk apa ya, yg berbuatna tidak tau bahwa perbuatannya (praktek) itu baik / buruk (hakikat)
binatang ya :D kan terlahir di alam binatang karena Mohanya yg gede...
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Yang saya tahu, binatang "tidak mungkin bisa" menyadari pikirannya sendiri.
Berbeda dengan manusia yg "mungkin' untuk menyadari pikirannya sendiri
Saya baru tahu ada gajah yg hampir mencapai kesucian.... bisa tolong referensinya? thanks in advance.
Kalau saya boleh kasih masukan, mahluk yg bisa mencapai kesucian bukan dilihat dari alamnya melainkan dari jenis mahluknya
misal walau di alam manusia tapi kalau dia terlahir sebagai mahluk dvihetuka, apalagi kalau sugati ahetuka, mustahil dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan itu
tapi jika dia terlahir sebagai mahluk tihetuka maka dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan ini
dan alam binatang termasuk dalam jenis mahluk dugati pugala, yg mustahil utk dapat mencapai kesucian
semoga bs bermanfaat
Thanks atas info-nya bro Markos _/\_
-
oh... mungkin itu adalah Penelitian
kalo tindak pelaksanaan sebelum muncul teori kan biasanya penelitian \ :D / \ :D /
penelitian dilaksanakan jika sudah ada hipotesa....
Penelitian lewat praktek langsung tanpa ada teori sebelumnya > Sammasambuddha
Praktek berdasarkan teori yang diajarkan Sammasambuddha > siswa Sang Buddha
nah berarti kalo mo praktek yg banyak dan benar...
maka perlu banyak tahu dulu donk... :D
-
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Maksudnya gajah Nalagiri? Gajah Nalagiri yang sedang mabuk dan menjadi buas, setelah mendengar suara Sang Buddha menjadi pulih kembali kesadarannya. Dan setelah Sang Buddha melantunkan dua bait syair kepadanya, gajah itu menjadi sangat gembira. Bila saja dia bukan seekor binatang (tapi manusia) pastilah dia akan menjadi Sotapanna pada saat itu. Jadi gajah itu "hampir" menjadi suci karena mendengar kata-kata Sang Buddha, bukan karena prakteknya. cmiiw
karena binatang.. gak tau apa itu praktek... jadi cuman just do it (iklan nike) :))
-
um... ::)
makhluk apa ya, yg berbuatna tidak tau bahwa perbuatannya (praktek) itu baik / buruk (hakikat)
binatang ya :D kan terlahir di alam binatang karena Mohanya yg gede...
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Yang saya tahu, binatang "tidak mungkin bisa" menyadari pikirannya sendiri.
Berbeda dengan manusia yg "mungkin' untuk menyadari pikirannya sendiri
Saya baru tahu ada gajah yg hampir mencapai kesucian.... bisa tolong referensinya? thanks in advance.
Kalau saya boleh kasih masukan, mahluk yg bisa mencapai kesucian bukan dilihat dari alamnya melainkan dari jenis mahluknya
misal walau di alam manusia tapi kalau dia terlahir sebagai mahluk dvihetuka, apalagi kalau sugati ahetuka, mustahil dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan itu
tapi jika dia terlahir sebagai mahluk tihetuka maka dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan ini
dan alam binatang termasuk dalam jenis mahluk dugati pugala, yg mustahil utk dapat mencapai kesucian
semoga bs bermanfaat
dwihetuka, tihetuka,sama ahetuka apa ya?
-
Bagaimana dengan banyak tahu teori juga banyak praktek...teori benar dan praktek benar tentunya hasilnya?
-
oh... mungkin itu adalah Penelitian
kalo tindak pelaksanaan sebelum muncul teori kan biasanya penelitian \ :D / \ :D /
penelitian dilaksanakan jika sudah ada hipotesa....
Penelitian lewat praktek langsung tanpa ada teori sebelumnya > Sammasambuddha
Praktek berdasarkan teori yang diajarkan Sammasambuddha > siswa Sang Buddha
nah berarti kalo mo praktek yg banyak dan benar...
maka perlu banyak tahu dulu donk... :D
Perlu tahu, tapi "tidak harus" banyak.
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
-
um... ::)
makhluk apa ya, yg berbuatna tidak tau bahwa perbuatannya (praktek) itu baik / buruk (hakikat)
binatang ya :D kan terlahir di alam binatang karena Mohanya yg gede...
kan ada juga tuh yg cerita si gajah yg harusnya mencapai kesucian... karena prakteknya... cuman karena dia binatang yg Moha jadi gak tau hakikat prakteknya.. makanya sama aja bodong.. gak bisa mencapai kesucian... :D
Yang saya tahu, binatang "tidak mungkin bisa" menyadari pikirannya sendiri.
Berbeda dengan manusia yg "mungkin' untuk menyadari pikirannya sendiri
Saya baru tahu ada gajah yg hampir mencapai kesucian.... bisa tolong referensinya? thanks in advance.
Kalau saya boleh kasih masukan, mahluk yg bisa mencapai kesucian bukan dilihat dari alamnya melainkan dari jenis mahluknya
misal walau di alam manusia tapi kalau dia terlahir sebagai mahluk dvihetuka, apalagi kalau sugati ahetuka, mustahil dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan itu
tapi jika dia terlahir sebagai mahluk tihetuka maka dia bisa mencapai kesucian dalam kehidupan ini
dan alam binatang termasuk dalam jenis mahluk dugati pugala, yg mustahil utk dapat mencapai kesucian
semoga bs bermanfaat
dwihetuka, tihetuka,sama ahetuka apa ya?
Hetu berarti akar..... disini berkaitan dengan akar yg membuat kelahiran suatu mahluk
jika akarnya adalah Akusala maka menjadi duggati Puggala dan terlahir di alam apaya
jika akarnya sudah sugati tapi karena terbiasa meng-upekkha-kan (menetral2kan dalam keseharian), akan menjadi Sugati Ahetuka Puggala
Memang sudah terhindar dari alam apaya namun menjadi mahluk yg "cacat" misal terlahir di alam manusia tapi mempunyai salah satu atau beberapa dari 10 cacat fisik bawaan (5 cacat indera, terbelakang dan kelainan seksual)
Jadi Brahma pun, brahma yg cacat yaitu asannasatta (brahma tanpa batin, hanya rupa saja)
Selanjutnya sugati dvihetuka puggala dimana mahluk ini sudah terlahir dgn akar Alobha dan Adosa
Sudah menjadi mahluk yg tidak cacat namun tidak bisa mencapai kesucian dalam kehidupan saat ini karena tidak didorong oleh 1 hetu lainnya yaitu Amoha (baca : Panna)
dan terakhir sugati tihetuka puggala dimana sudah lengkap yaitu Alobha, Adosa dan Amoha
Disini kita bisa lihat bhw yg berperan utk dapat mencapai kesucian adalah adanya hetu/akar Amoha
semoga bermanfaat yah
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
Hmm.....
"Praktek" yg dimaksud adalah "praktek" untuk mendapatkan "wisdom".
"Teori" bukan "wisdom", ia hanyalah petunjuk praktek mendapatkan "wisdom".
Pada saat "praktek" membuahkan "wisdom".
Maka "wisdom" tersebut dapat mengembangkan "praktek" tanpa harus menambah "teori" (dan tentu saja dapat dengan menambah teori lagi juga dan apabila hasil dari praktek sejalan dengan teori, maka teori tersebut akan sangat membantu untuk menjelaskan)
-
[at] om markos
ooo... baru tau... dicatet dulu.. ;)
[at] om hendrako
hehe.... ane cuman memakai perbendaharaan kata sesuai kbbi ;D
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
Hmm.....
"Praktek" yg dimaksud adalah "praktek" untuk mendapatkan "wisdom".
"Teori" bukan "wisdom", ia hanyalah petunjuk praktek mendapatkan "wisdom".
Pada saat "praktek" membuahkan "wisdom".
Maka "wisdom" tersebut dapat mengembangkan "praktek" tanpa harus menambah "teori" (dan tentu saja dapat dengan menambah teori lagi juga dan apabila hasil dari praktek sejalan dengan teori, maka teori tersebut akan sangat membantu untuk menjelaskan)
Betul sekali bro.......
memang secara logika, apa yg dimaksud oleh bro hat adalah benar
namun secara batin, ada tumpukan parami yg membuat batin berkecenderungan tertentu. Itu kenapa wkt jaman buddha, banyak yg menjadi arahat hanya karena "sepercik" teori saja
namun utk kebanyakan org seperti saya, walau udah banyak cari teori dan mencoba praktek yg sekiranya sesuai pun, masih tetep aja kaga suci2 :-[
GRP sent......... ;D
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
Hmm.....
"Praktek" yg dimaksud adalah "praktek" untuk mendapatkan "wisdom".
"Teori" bukan "wisdom", ia hanyalah petunjuk praktek mendapatkan "wisdom".
Pada saat "praktek" membuahkan "wisdom".
Maka "wisdom" tersebut dapat mengembangkan "praktek" tanpa harus menambah "teori" (dan tentu saja dapat dengan menambah teori lagi juga dan apabila hasil dari praktek sejalan dengan teori, maka teori tersebut akan sangat membantu untuk menjelaskan)
Betul sekali bro.......
memang secara logika, apa yg dimaksud oleh bro hat adalah benar
namun secara batin, ada tumpukan parami yg membuat batin berkecenderungan tertentu. Itu kenapa wkt jaman buddha, banyak yg menjadi arahat hanya karena "sepercik" teori saja
namun utk kebanyakan org seperti saya, walau udah banyak cari teori dan mencoba praktek yg sekiranya sesuai pun, masih tetep aja kaga suci2 :-[
GRP sent......... ;D
Mungkin di situlah yg kurang pasnya,
Mungkin teori udah cukup banyak bahkan bisa jadi terlalu banyak.
Mungkin udah waktunya berhenti mengisi "cangkir"
Mungkin udah waktunya memperbanyak praktek
Yang udah pasti jelas, kebijaksanaan (batin) tidak dapat ditemukan dalam teori harus terjun ke "praktek".
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
Hmm.....
"Praktek" yg dimaksud adalah "praktek" untuk mendapatkan "wisdom".
"Teori" bukan "wisdom", ia hanyalah petunjuk praktek mendapatkan "wisdom".
Pada saat "praktek" membuahkan "wisdom".
Maka "wisdom" tersebut dapat mengembangkan "praktek" tanpa harus menambah "teori" (dan tentu saja dapat dengan menambah teori lagi juga dan apabila hasil dari praktek sejalan dengan teori, maka teori tersebut akan sangat membantu untuk menjelaskan)
Betul sekali bro.......
memang secara logika, apa yg dimaksud oleh bro hat adalah benar
namun secara batin, ada tumpukan parami yg membuat batin berkecenderungan tertentu. Itu kenapa wkt jaman buddha, banyak yg menjadi arahat hanya karena "sepercik" teori saja
namun utk kebanyakan org seperti saya, walau udah banyak cari teori dan mencoba praktek yg sekiranya sesuai pun, masih tetep aja kaga suci2 :-[
GRP sent......... ;D
Setuju, hanya saja kebanyakan orang jaman sekarang menganggap seperti para ariya dijaman Buddha sepercik teori lsg jadi arahat. Hingga banyak menjadi takabur.
Padahal banyak yg lupa bahwa para ariya yg menerima sepercik lalu menjadi arahat dijaman Buddha adalah dan pasti punya parami besar, yaitu bisa BERTEMU Buddha..yg merupakan parami juga. Bandingkan dengan parami yang tidak pernah ketemu Buddha. Yg ketemu saja masih ada yg meleset...apalagi tidak pernah ;D
-
^
^
jadi kesimpulannya?
perbanyak parami agar praktek bisa berjalan mulus? ;D
jika ada "sesepuh" bilang gak perlu parami tapi langsung praktek bersama beliau
dijamin dpt "mencicipi Nibbana sejenak" ;)
-
^
^
jadi kesimpulannya?
perbanyak parami agar praktek bisa berjalan mulus? ;D
jika ada "sesepuh" bilang gak perlu parami tapi langsung praktek bersama beliau
dijamin dpt "mencicipi Nibbana sejenak" ;)
Ya parami dan latihan/praktek harus seiring dan sejalan yg teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau ada yg bilang ngak perlu parami, itu artinya mendirikan bangunan tanpa pondasi. Sekali ditoel lsg rubuh...
-
dalam konteks meditasi, sikap yg mikir2 parami bisa menjadi penghalang mental bahkan dijadikan alasan untuk gak bermeditasi...
ada yg bilang ke saya, meditasinya gak bisa berhasil, mungkin gak bakat, mungkin karmanya gak cukup, trus brenti.
just do it...
-
saya cuman pakai pepatah dari Konfisius.
Orang yang terlalu banyak teori ngak tau kearah jalannya kemana.
Orang yang terlalu banyak pratek ngak tau apa yang harus di bicarakan.
artinya pepatah ini jangan teralu banyak teori dan juga jangan banyak pratek semua harus dilandais dengan seimbang
-
saya cuman pakai pepatah dari Konfisius.
Orang yang terlalu banyak teori ngak tau kearah jalannya kemana.
Orang yang terlalu banyak pratek ngak tau apa yang harus di bicarakan.
artinya pepatah ini jangan teralu banyak teori dan juga jangan banyak pratek semua harus dilandais dengan seimbang
Begitu pengemis nodong minta recehan,...
maka gw bilang, minggu depan aja... soalnya belum seimbang.
=))
koq gw kurang yakin itu yg dikatakan konfisius ya....
Orang yang terlalu banyak pratek ngak tau apa yang harus di bicarakan.
bagaimana kalau orang yg praktek/latihan menjadi public speaker (pembicara didepan umum),
bukankah dia selalu berlatih/praktek berbicara? ;D
-
saya cuman pakai pepatah dari Konfisius.
Orang yang terlalu banyak teori ngak tau kearah jalannya kemana.
Orang yang terlalu banyak pratek ngak tau apa yang harus di bicarakan.
artinya pepatah ini jangan teralu banyak teori dan juga jangan banyak pratek semua harus dilandais dengan seimbang
Begitu pengemis nodong minta recehan,...
maka gw bilang, minggu depan aja... soalnya belum seimbang.
=))
koq gw kurang yakin itu yg dikatakan konfisius ya....
Orang yang terlalu banyak pratek ngak tau apa yang harus di bicarakan.
bagaimana kalau orang yg praktek/latihan menjadi public speaker (pembicara didepan umum),
bukankah dia selalu berlatih/praktek berbicara? ;D
Orang yang terlalu banyak teori ngak tau kearah jalannya kemana.
ikut pola pikir bro johan. bagaimana dengan orang NASA yg mau ke bulan tanpa teori? :))
-
saya cuman pakai pepatah dari Konfisius.
Orang yang terlalu banyak teori ngak tau kearah jalannya kemana.
Orang yang terlalu banyak pratek ngak tau apa yang harus di bicarakan.
artinya pepatah ini jangan teralu banyak teori dan juga jangan banyak pratek semua harus dilandais dengan seimbang
Begitu pengemis nodong minta recehan,...
maka gw bilang, minggu depan aja... soalnya belum seimbang.
=))
koq gw kurang yakin itu yg dikatakan konfisius ya....
Orang yang terlalu banyak pratek ngak tau apa yang harus di bicarakan.
bagaimana kalau orang yg praktek/latihan menjadi public speaker (pembicara didepan umum),
bukankah dia selalu berlatih/praktek berbicara? ;D
ada lagi kalo u baca buku analect konficius. wa dapet kalimat itu dari baca analect konficius, gampang u cari tuh buku ada di gramed, malah analectnya begambar pula kayak komik
yah ampunn publik speaker tuh siapa. orang yang sudah mencoba teorinya dulu sebelum bebicara, tetap aja dia bicara ada teori dasarnya, kagak asal bunyi, kalo asal bunyi kagak laku dia jadi publik speaker.
Yang ke Nasa teori kan, pas ke bulan nekad cobain teorinya bener ngak. itu arti pepatah ini, kalo berteori ngak dilandasi pratek ngak bakalan tau, kalo berpratek ngak tau teori sama aja Asbun
-
bro purnama,
ada koq gw buku tsb, cuma gak tau bagian yg mana ya ?
(teridir dari 20 buku/bagian)
-
bro purnama,
ada koq gw buku tsb, cuma gak tau bagian yg mana ya ?
(teridir dari 20 buku/bagian)
G lupa bagian yang mana sangking banyaknya tuh tulisan dia (bukan pengingat yang baek), so seperti g ini juga baca buku ngak diapalin banget sedetail mungkin, yang penting baca tuh buku terus jalanin deh.
-
I have been impressed with the urgency of doing.
Knowing is not enough; we must apply. Being willing is not enough; we must do.
Leonardo da Vinci
jadi utk melengkapin topik TS, maka ;D
mengetahui teori aja belum cukup, kita harus melakukan dan mempraktekan.
_/\_
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
Hmm.....
"Praktek" yg dimaksud adalah "praktek" untuk mendapatkan "wisdom".
"Teori" bukan "wisdom", ia hanyalah petunjuk praktek mendapatkan "wisdom".
Pada saat "praktek" membuahkan "wisdom".
Maka "wisdom" tersebut dapat mengembangkan "praktek" tanpa harus menambah "teori" (dan tentu saja dapat dengan menambah teori lagi juga dan apabila hasil dari praktek sejalan dengan teori, maka teori tersebut akan sangat membantu untuk menjelaskan)
Betul sekali bro.......
memang secara logika, apa yg dimaksud oleh bro hat adalah benar
namun secara batin, ada tumpukan parami yg membuat batin berkecenderungan tertentu. Itu kenapa wkt jaman buddha, banyak yg menjadi arahat hanya karena "sepercik" teori saja
namun utk kebanyakan org seperti saya, walau udah banyak cari teori dan mencoba praktek yg sekiranya sesuai pun, masih tetep aja kaga suci2 :-[
GRP sent......... ;D
Mungkin di situlah yg kurang pasnya,
Mungkin teori udah cukup banyak bahkan bisa jadi terlalu banyak.
Mungkin udah waktunya berhenti mengisi "cangkir"
Mungkin udah waktunya memperbanyak praktek
Yang udah pasti jelas, kebijaksanaan (batin) tidak dapat ditemukan dalam teori harus terjun ke "praktek".
sori kalo saya boleh ralat yah bro.....
dari baca buku, literatur, diskusi, ceramah, sesungguhnya ada kebijaksanaan yg didapat yaitu suttamaya panna
namun jika yg dimaksud adalah kebijaksanaan secara penembusan batin dalam "mengetahui langsung" hakekat sesungguhnya tilakkhana, nama rupa maka untuk itu harus praktek
Praktek pun dibagi menjadi praktek dalam hidup keseharian (cintamaya panna) dan secara perenungan (bhavanamaya panna)
demikianlah sesungguhnya panna itu sangatlah rumit, terlihat mudah diperoleh namun sulit dalam kenyataannya
tapi jika kita selalu berusaha dengan semangat (viriya, chandha), otomatis akan mempermudah
disinilah baru terlihat bagaimana gunanya pengetahuan mengenai batin
-
I have been impressed with the urgency of doing.
Knowing is not enough; we must apply. Being willing is not enough; we must do.
Leonardo da Vinci
jadi utk melengkapin topik TS, maka ;D
mengetahui teori aja belum cukup, kita harus melakukan dan mempraktekan.
_/\_
belum cukup jika utk mencapai kesucian secara total.....
tapi sudah memadai utk bisa menjadi "baik" (sementara) dalam keseharian..... itu yg sering diceletukin "abis dari vihara, jadi alim sesaat" ^-^
-
^
^
jadi kesimpulannya?
perbanyak parami agar praktek bisa berjalan mulus? ;D
jika ada "sesepuh" bilang gak perlu parami tapi langsung praktek bersama beliau
dijamin dpt "mencicipi Nibbana sejenak" ;)
itu sikap salah kaprah yg sering hinggap juga bro...... konsep melepas, bener2 "melepas" bahkan ada yg bilang "jangan buat kamma baru apapun lagi, kamma baik maupun kamma buruk"
sekedar info bhw Parami adalah sikap, trend batin karena melakukan hal2 yg kusala, yg semakin lama semakin banyak, yang otomatis mengikis akusala (lobha, dosa dan moha)
Saat org menghitung2, memikirkan melakukan parami, sesungguhnya saat itu, dalam batinnya sedang menumpuk "lobha", alias menjauh dari melakukan perbuatan memupuk parami itu sendiri
Tapi saat org tahu bagaimana sikap batin yg baik, melakukan hal2 yg bermanfaat utk batin seperti bersemangat dalam hal yg baik (viriya, chandha), membaca hal2 yg baik (panna), melakukan pekerjaan yg benar, sesungguhnya saat itu secara otomatis dia sudah memupuk parami dalam batinnya
Perbedaan yg tipis namun tetap banyak terjadi salah kaprah pada sebagian orang.......
Salah kaprah yg sama seperti yg saya tulis di : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12639.0.html,
terjadi juga pada berbagai konsep lain seperti "sunyata", yg secara buddhism seharusnya diartikan sebagai kondisi yg bebas dari kemelekatan, tapi krn salah kaprah, diartikan sebagai "nothingness"
krn itu : waspadalah.... waspadalah...... ;D
-
aku mau coba hidup tanpa bermeditasi. bisa enggak ya?
-
ada satu teori bagus lagi.
belajar mengenai parami (10 parami, dll) tapi gak mikir2 melakuin dan menumpuk parami (karena itu lobha dan menjauhkan dari memupuk parami), lalu otomatis menumpuk parami dengan melakukan pekerjaan yg benar, bersemangat, dll...
hmmm... :-?
-
aku mau coba hidup tanpa bermeditasi. bisa enggak ya?
bisa saja, itu adalah pilihan. banyak yg hidup tanpa meditasi. tapi utk mencapai pencerahan/nibbana maka harus melalui meditasi yg benar
-
wah, dibuka thread baru :)
btw, kata2 saya masih nongol dikutipan inggrisnya hehehe...
sedikit perbaikan (menurut saya):
"Dalam praktek, saya tidak banyak tahu atau belajar. Saya mengambil ajaran Buddha yg (paling) gamblang dan mulai langsung mempelajari batin saya secara alami. saat berpraktik, selidiki diri anda sendiri. Lalu secara bertahap pengetahuan dan penglihatan akan muncul dengan sendirinya. Jika anda duduk bermeditasi dan ingin agar sesuai dengan cara ini dan itu, anda sebaiknya berhenti disana. Jangan membawa ideal ataupun harapan dalam praktek anda. Ambil teori anda, opini anda dan simpan jauh-jauh.
Anda harus melangkah melampaui semua kata2, simbol2 dan rencana2 untuk praktek anda. Lalu anda akan bisa melihat kebenaran, muncul dari sana. Jika anda tidak melihat ke dalam, anda tidak akan pernah tahu realita. Saya pernah menghabiskan beberapa tahun di sekolah formal Dhamma dan jika saya ada kesempatan, saya pergi mendengar berbagai cendikia dan guru mengajar, sampai studi seperti ini lebih menjadi penghalang ketimbang membantu. Saya tidak tahu bagaimana, untuk mendengar berbagai ceramah karena saya tidak melihat ke dalam
Guru besar meditasi berbicara mengenai kebenaran di dalam diri. Berpraktik, saya mulai menyadari bhw itu ada dalam batin saya sendiri juga. Setelah waktu yg lama, saya menyadari bahwa para guru itu sudah benar2 melihat kebenaran dan jika kita mengikuti jalan mereka, kita akan menjumpai semua hal sesuai yg sudah mereka katakan. Lalu kita akan bisa berkata ”Ya, mereka benar. Apalagi yang dapat dijumpai? Hanya ini” Sewaktu saya berpraktek dengan rajin, kesadaran terbuka seperti itu
Jika anda tertarik dengan Dhamma, lepas lah. Hanya berpikir tentang praktek sama seperti halnya memukul bayangan dan kehilangan substansinya. Anda tidak perlu belajar banyak. Jika anda mengikuti bagian dasar dan melakukan prakteknya, anda akan melihat Dhamma itu sendiri. Lebih banyak ketimbang mendengar kata2. Bicaralah hanya dengan diri anda sendiri, selidiki batin anda. Jika anda dapat memotong (menyetop -tr) celoteh2 ini, batin yg berpikir, anda akan memiliki standar yg benar untuk menilai. Jika tidak, pengertian anda tidak akan dapat menembus dalam. Latihlah dengan cara ini dan sisanya akan mengikuti."
Tadinya sy pikir ini kata2 / testimoni anda Bro Morph :))
Saya agak bingung dan melihat2 lagi ke postingan atas2nya dan baru tau ini kutipan ajahn Chah yg anda sempurnakan lagi kata2nya...
Mungkin ada baiknya menambahkan sedikit keterangan dibawah terjemahan ini agar peserta baru (seperti sy) gak bingung ;D
::
-
aku mau coba hidup tanpa bermeditasi. bisa enggak ya?
bisa saja, itu adalah pilihan. banyak yg hidup tanpa meditasi. tapi utk mencapai pencerahan/nibbana maka harus melalui meditasi yg benar
menekankan aja yg dibold diatas ;D
banyak yg bilang ngajar meditasi, bahkan di jaman buddha aja, banyak master meditasi yg udah bisa sampai ke arupa jhana tertinggi tapi tetap bukan merupakan meditasi yg benar, yg membimbing ke arah nibbana
penampilan meditasinya mungkin sama, mirip tapi isi meditasi itu bisa keliatan dari "hasilnya" _/\_
-
Tadinya sy pikir ini kata2 / testimoni anda Bro Morph :))
Saya agak bingung dan melihat2 lagi ke postingan atas2nya dan baru tau ini kutipan ajahn Chah yg anda sempurnakan lagi kata2nya...
Mungkin ada baiknya menambahkan sedikit keterangan dibawah terjemahan ini agar peserta baru (seperti sy) gak bingung ;D
bener juga ya... tapi saya udah gak bisa edit, om...
-
aku mau coba hidup tanpa bermeditasi. bisa enggak ya?
bisa saja, itu adalah pilihan. banyak yg hidup tanpa meditasi. tapi utk mencapai pencerahan/nibbana maka harus melalui meditasi yg benar
masa sih mencapai nibbana mesti meditasi melulu. apa gak ada orang yang mencapai nibbana, tapi tidak melalui meditasi?
-
aku mau coba hidup tanpa bermeditasi. bisa enggak ya?
bisa saja, itu adalah pilihan. banyak yg hidup tanpa meditasi. tapi utk mencapai pencerahan/nibbana maka harus melalui meditasi yg benar
menekankan aja yg dibold diatas ;D
banyak yg bilang ngajar meditasi, bahkan di jaman buddha aja, banyak master meditasi yg udah bisa sampai ke arupa jhana tertinggi tapi tetap bukan merupakan meditasi yg benar, yg membimbing ke arah nibbana
penampilan meditasinya mungkin sama, mirip tapi isi meditasi itu bisa keliatan dari "hasilnya" _/\_
akhirnya, tidak ada yang meditasi dengan benar, kecuali sang budha sendiri.
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
Hmm.....
"Praktek" yg dimaksud adalah "praktek" untuk mendapatkan "wisdom".
"Teori" bukan "wisdom", ia hanyalah petunjuk praktek mendapatkan "wisdom".
Pada saat "praktek" membuahkan "wisdom".
Maka "wisdom" tersebut dapat mengembangkan "praktek" tanpa harus menambah "teori" (dan tentu saja dapat dengan menambah teori lagi juga dan apabila hasil dari praktek sejalan dengan teori, maka teori tersebut akan sangat membantu untuk menjelaskan)
Betul sekali bro.......
memang secara logika, apa yg dimaksud oleh bro hat adalah benar
namun secara batin, ada tumpukan parami yg membuat batin berkecenderungan tertentu. Itu kenapa wkt jaman buddha, banyak yg menjadi arahat hanya karena "sepercik" teori saja
namun utk kebanyakan org seperti saya, walau udah banyak cari teori dan mencoba praktek yg sekiranya sesuai pun, masih tetep aja kaga suci2 :-[
GRP sent......... ;D
Mungkin di situlah yg kurang pasnya,
Mungkin teori udah cukup banyak bahkan bisa jadi terlalu banyak.
Mungkin udah waktunya berhenti mengisi "cangkir"
Mungkin udah waktunya memperbanyak praktek
Yang udah pasti jelas, kebijaksanaan (batin) tidak dapat ditemukan dalam teori harus terjun ke "praktek".
sori kalo saya boleh ralat yah bro.....
dari baca buku, literatur, diskusi, ceramah, sesungguhnya ada kebijaksanaan yg didapat yaitu suttamaya panna
namun jika yg dimaksud adalah kebijaksanaan secara penembusan batin dalam "mengetahui langsung" hakekat sesungguhnya tilakkhana, nama rupa maka untuk itu harus praktek
Praktek pun dibagi menjadi praktek dalam hidup keseharian (cintamaya panna) dan secara perenungan (bhavanamaya panna)
demikianlah sesungguhnya panna itu sangatlah rumit, terlihat mudah diperoleh namun sulit dalam kenyataannya
tapi jika kita selalu berusaha dengan semangat (viriya, chandha), otomatis akan mempermudah
disinilah baru terlihat bagaimana gunanya pengetahuan mengenai batin
Soal ralat.....liat yg dibold biru di atas ^
Sutamaya-panna adalah kebijaksanaan yg didapat dalam belajar (teori), jadi masih dalam taraf duniawi/intelektual, kurang lebih sama dengan kebijaksanaan yg didapat dalam pendidikan formal.
Apabila guna dari pengetahuan mengenai batin adalah untuk mengetahui bahwa panna itu rumit dengan segala klasifikasinya sebagaimana ilmu taksonomi maka hal tersebut adalah hambatan dalam praktek.
-
aku mau coba hidup tanpa bermeditasi. bisa enggak ya?
bisa saja, itu adalah pilihan. banyak yg hidup tanpa meditasi. tapi utk mencapai pencerahan/nibbana maka harus melalui meditasi yg benar
menekankan aja yg dibold diatas ;D
banyak yg bilang ngajar meditasi, bahkan di jaman buddha aja, banyak master meditasi yg udah bisa sampai ke arupa jhana tertinggi tapi tetap bukan merupakan meditasi yg benar, yg membimbing ke arah nibbana
penampilan meditasinya mungkin sama, mirip tapi isi meditasi itu bisa keliatan dari "hasilnya" _/\_
akhirnya, tidak ada yang meditasi dengan benar, kecuali sang budha sendiri.
Menurut konvensi penulisan, biasanya ditulis/diketik sebagai Buddha, bukan budha.
-
:)) kkenya cuman masalah pengguanaan kata2 aja deh yg kurang sreg.....
Praktek : Tindakan berdasarkan Teori
Teori : Fakta, Pendapat, Konsep yg didapat dari hasil Penelitian...
jadi Teori pasti selalu benar...
jadi Tahu teori sedikit tapi bisa praktek banyak adalah tidak mungkin...
Teori bisa lebih banyak daripada praktek, tetapi praktek gak mungkin lebih banyak dari teori...
Hmm.....
"Praktek" yg dimaksud adalah "praktek" untuk mendapatkan "wisdom".
"Teori" bukan "wisdom", ia hanyalah petunjuk praktek mendapatkan "wisdom".
Pada saat "praktek" membuahkan "wisdom".
Maka "wisdom" tersebut dapat mengembangkan "praktek" tanpa harus menambah "teori" (dan tentu saja dapat dengan menambah teori lagi juga dan apabila hasil dari praktek sejalan dengan teori, maka teori tersebut akan sangat membantu untuk menjelaskan)
Betul sekali bro.......
memang secara logika, apa yg dimaksud oleh bro hat adalah benar
namun secara batin, ada tumpukan parami yg membuat batin berkecenderungan tertentu. Itu kenapa wkt jaman buddha, banyak yg menjadi arahat hanya karena "sepercik" teori saja
namun utk kebanyakan org seperti saya, walau udah banyak cari teori dan mencoba praktek yg sekiranya sesuai pun, masih tetep aja kaga suci2 :-[
GRP sent......... ;D
Mungkin di situlah yg kurang pasnya,
Mungkin teori udah cukup banyak bahkan bisa jadi terlalu banyak.
Mungkin udah waktunya berhenti mengisi "cangkir"
Mungkin udah waktunya memperbanyak praktek
Yang udah pasti jelas, kebijaksanaan (batin) tidak dapat ditemukan dalam teori harus terjun ke "praktek".
sori kalo saya boleh ralat yah bro.....
dari baca buku, literatur, diskusi, ceramah, sesungguhnya ada kebijaksanaan yg didapat yaitu suttamaya panna
namun jika yg dimaksud adalah kebijaksanaan secara penembusan batin dalam "mengetahui langsung" hakekat sesungguhnya tilakkhana, nama rupa maka untuk itu harus praktek
Praktek pun dibagi menjadi praktek dalam hidup keseharian (cintamaya panna) dan secara perenungan (bhavanamaya panna)
demikianlah sesungguhnya panna itu sangatlah rumit, terlihat mudah diperoleh namun sulit dalam kenyataannya
tapi jika kita selalu berusaha dengan semangat (viriya, chandha), otomatis akan mempermudah
disinilah baru terlihat bagaimana gunanya pengetahuan mengenai batin
Soal ralat.....liat yg dibold biru di atas ^
Sutamaya-panna adalah kebijaksanaan yg didapat dalam belajar (teori), jadi masih dalam taraf duniawi/intelektual, kurang lebih sama dengan kebijaksanaan yg didapat dalam pendidikan formal.
Apabila guna dari pengetahuan mengenai batin adalah untuk mengetahui bahwa panna itu rumit dengan segala klasifikasinya sebagaimana ilmu taksonomi maka hal tersebut adalah hambatan dalam praktek.
dear bro.....
mgkn beberapa yg perlu disepakati dulu yah yaitu :
- mahluk terdiri dari nama dan rupa dimana nama/batin itu terdiri dari berbagai unsur/khandha yaitu :
1. Sanna khandha : pencerapan
2. Vinnana khandha : pikiran/citta
3. Vedana khandha : perasaan
4. Sankhara Khandha : bentuk2 pikiran, yg notabene merupakan 50 cetasika selain vedana dan sanna
Jadi sesungguhnya ke-4 khandha ini yg selalu bercampur baur dalam batin kita.
Panna sesungguhnya termasuk salah satu cetasika yg ada dalam sankhara khandha, tidak masalah apakah itu suttamaya, cintamaya ataupun bhavanamaya panna
Jadi saat inipun, setiap mahluk sudah mempunyai panna cetasika dalam diri masing2 walau dalam kadar yg berbeda2
Dengan demikian panna tidaklah berhubungan dengan duniawi - surgawi melainkan pada pada mengenai berbagai hal yg berhubungan dengan benar - salah, walau benar-salah itu sendiri masih dalam konteks relativitas
(info Panna merupakan lawan dari Moha, Moha adalah tidak mengetahui baik - salah sehingga membuat kita merasa terdelusi, yg baik dianggap sebagai salah dan yg salah dianggap yg baik)
Pengetahuan mengenai batin adalah untuk memberitahukan mengenai kondisi sebenarnya batin menurut bahasa sesuai konvensi/kesepakatan yg ada saat ini
Jadi mirip seperti peta yg menunjukkan jalan.
Peta itu yg menunjukkan tapi kalau org berjalan sambil baca peta di depan mukanya, bisa kebayang apa yg terjadi?
Mirip seperti buku belajar berenang.
Mengilustrasikan bagaimana cara berenang tapi jika org itu berenang sambil terus membaca buku, bisa kebayang apa yg terjadi juga?
Jadi kalau dirasa menjadi hambatan dalam praktek, bukan salah si pengetahuannya melainkan orang itu sendiri yg melekati pengetahuan itu
itu yg saya sering sebut kalau hanya teori melulu tanpa praktek, akan membuat jadi mana/sombong -> mana termasuk dalam lobha cetasika
praktek langsung tanpa teori sama sekali, biasanya masuk jadi ditthi -> salah satu lobha cetasika juga dimana moha-nya dilekati krn dia tidak tahu teori, tidak tahu mana yg benar dan salah
Demikianlah sekilas contoh bagaimana dengan pengetahuan tentang batin, membuat kita bisa berlatih utk mengurangi akusala begitu mulai timbul, bagaimana cara memperbanyak kusala dan bagaimana manage batin agar setidaknya kualitasnya tidak merosot
senang diskusi dengan anda.........
diskusi mode : ON ;)
-
Kembali ke topik,
Lebih baik tahu sedikit tapi praktek ketimbang tahu banyak tapi tidak praktek.
Sekali lagi jawaban saya adalah: YA
Sebuah bacaan yg bagus sekali yg ada hubungan dengan topik:
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/meditasi/Damai%20Tak%20Tergoyahkan.pdf
Yang apabila dibaca dengan penuh perhatian dan niat untuk memahami serta dibuktikan via praktek kemungkinan besar akan membawa manfaat.
-
kebanyakan teori, malah bisa bikin linglung ketika meditasi.
-
^makanya jgn melekat pada teori...agar waktu meditasi tidak ingat2 teori lagi dan tidak akan bikin linglung... ;D
_/\_ :lotus:
-
teori/pengetahuan tujuannya utk dipraktekkan. dan praktek tujuannya utk direalisasikan. Akhirnya tidak ada lg pembedaan mana teori mana praktek. Apalagi jika menyangkut hal2 bersifat batiniah. yg jelas, saling mendukung dan membangun koq. teori itu juga sari dari praktek toh? saling mendukung aja lah.. kalo praktek dijadikan alasan utk menolak teori, bukannya hanya sbuah pembenaran pribadi dan jadi sebuah kondisi batin 'dosa' juga?
-
setau saya .. kalo orang habis belajar teori .. dan menurut nya teori itu baik dan bermanfaat, orang akan melanjutkan dengan mempraktekan teori tersebut .... dan sebaliknya ....
tp ada jg orang yg setelah mempelari teori dan tau teori itu baik dan bermanfaat tp ya uda berhenti disitu, cari teori lagi cari teori lagi ....
termasuk dimanakah kita2 ?
-
semoga semua yg di DC (kite kite) tidak yg ke-2. aminn.. _/\_
-
Bagaimana kalau teorinya untuk kejahatan, apa harus di praktekan juga :))
-
Itu dah relatif. Apalagi konon katanya objek itu netral.. harus atau tidak tergantung, kalo andai tau juga gpp kali, tapi tidak utk dipraktekkan. inget2 kata Bang Napi, "Kejahatan terjadi bukan hanya adanya niat pelaku, tetapi juga adanya kesempatan. WASPADALAH WASPADALAH!!"
(http://tbn3.google.com/images?q=tbn:ggJjggiCpZpNmM:.jpg)
-
Bagaimana kalau teorinya untuk kejahatan, apa harus di praktekan juga :))
Kalao niat dan tujuan nya mencari yg baik dan bermanfaat (bagi mereka) .. maka yg di pelajari adalah yg baik dan bermanfaat, begitu pulalah yg akan di praktekannya.
kalo niat dan tujuan nya mencari yg GA baik dan bermanfaat (bagi mereka) .. maka yg di pelajari adalah yg GA baik dan bermanfaat (bagi mereka), begitu pulalah yg akan di praktekannya.
-
Tau 'crime profiling'? Cara kerja detektif dan crime profiler, terkadang menelusuri kembali jejak pembunuh dg cara berpikir dari sudut si pembunuh. Sehingga dia bisa membuat teori2 tentang kasus pembunuhan tsb dan menyimpulkan siapa pembunuhnya. Tapi tidak berarti dia mempraktekkan secara real. :)
-
Kalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit teori saja tapi mempraktekkannya
Bisa memberi batasan antara teori dan praktek bro ?
Timbulnya teori juga kan 'hasil dari praktek pikiran' yang menganalisa dan menyimpulkan sebuah obyek ... :)
Nah kalau begitu jadi timbul pertanyaan nih, apa dalam berpraktek pikiran berhenti ?? :-?
_/\_
-
Tau 'crime profiling'? Cara kerja detektif dan crime profiler, terkadang menelusuri kembali jejak pembunuh dg cara berpikir dari sudut si pembunuh. Sehingga dia bisa membuat teori2 tentang kasus pembunuhan tsb dan menyimpulkan siapa pembunuhnya. Tapi tidak berarti dia mempraktekkan secara real. :)
niat n tujuan dari detektif itu utk apa ? utk jadi penjahat or memecahkan kasus penjahat tersebut ?
meskipun dia berusaha berpikir seperti penjahat tersebut tp tidak berniat dan bertujuan utk menjadi penjahat malah tujuanna kebalikannya ...
mungkin seperti VMWARE gitu kali kalo di bahasain ke IT ? jadi berusaha mensimulasikan OS lain di dalam OS nya sendiri ... ga masuk ya analogi nya ? ^-^ :hammer:
-
wkwkwkw.. ga masuk. ga ngerti dah ^:)^
niat n tujuannya ya memecahkan kasus, tp dia berpikir dari sudut pandang penjahat dan memakai teori kejahatan kan? Kan masih soal seputar pertanyaan "Bagaimana kalau teorinya untuk kejahatan, apa harus di praktekan juga"
-
nah untuk itulah teori kebaikan diajarkan oleh Buddha karena begitu besar kasih Buddha pada Dunia ini sehingga beliau mengaruniakan Dhammanya yang Tunggal sehingga barangsiapa yang mengikuti dhammanya akan beroleh hidup yang kekal (nibbana) ;D
-
[-o<
-
Di dunia ini ada hal yang membutuhkan banyak teori terlebih dulu, ada hal yang butuh sedikit teori dan ada hal yang tidak perlu teori.
Tidak perlu teori bagi seseorang untuk nyemplung ke dalam air, tapi ia butuh cukup teori untuk menjadi peloncat indah.
Tidak perlu teori bagi seseorang untuk mengeluarkan suara, tapi ia butuh cukup teori untuk bisa menjadi penyanyi profesional.
-
Di dunia ini ada hal yang membutuhkan banyak teori terlebih dulu, ada hal yang butuh sedikit teori dan ada hal yang tidak perlu teori.
Tidak perlu teori bagi seseorang untuk nyemplung ke dalam air, tapi ia butuh cukup teori untuk menjadi peloncat indah.
Tidak perlu teori bagi seseorang untuk mengeluarkan suara, tapi ia butuh cukup teori untuk bisa menjadi penyanyi profesional.
mau jadi penyanyi professional ya melihat org professional bernyanyi dan berlatihlah setiap saat bernyanyi. curahkan segenap hati dan cintanya pada bernyanyi tsb. maka bisa jadi penyanyi professional. Teori ? ya dikit2 boleh deh. lebih penting praktek/latihannya.
Apakah spt steven wonder belajar teori bernyanyi ?
mohon masukkannya!
-
apakah anak kecil belajar berjalan pakai teori ?
nahhh tuhhh tolong dijawab!
-
Sekedar sharing cerita saja
TEORI JENDELA DAN CERMIN
Nasihat tentang hidup dalam solusi tercermin dalam teori jendela dan cermin. Kedua benda tersebut memiliki makna tersendiri sebagai solusi kehidupan yang luar biasa. Keduanya merupakan cara untuk menghadapi manis dan pahit getir kehidupan menjadi solusi mendapatkan dan menikmati keindahannya.
Contoh, kita sedang memiliki penghasilan besar, posisi dalam pekerjaan cukup kuat dan mapan, keluarga yang menyenangkan, memiliki investasi besar dan menguntungkan, dan lain sebagainya. Terlebih pada saat yang sama, semua kendali bisnis berjalan cukup baik dan lancar. Tak hanya itu, kita juga menerima pujian dan tepukan kekaguman dari orang-orang di sekeliling kehidupan kita.
Semua itu benar-benar menempatkan kita di puncak kesuksesan, dimana kita diperlakukan seakan-akan seorang raja dan memiliki segala yang diinginkan sebagian besar manusia di muka bumi ini. Tetapi tak jarang pada posisi demikian kita menjadi sombong dan merasa paling hebat. Kita mulai melupakan asal-usul dan peran orang-orang yang selama ini sangat berjasa.
Padahal menyombongkan diri hanyalah membuat kita kehilangan makna hidup. Sebelum hal itu terjadi pada kita, cepat-cepatlah membuka pintu jendela. Dari jendela tersebut kita akan segera melihat alam yang terbentang luas atau bintang yang terlihat gemerlap meski letaknya jauh di angkasa. Sedangkan diri kita begitu kecil dibandingkan dengan keberadaan mereka.
Itulah saat yang paling tepat untuk menyadari tak satu pun dalam diri kita yang layak untuk disombongkan. Tindakan tersebut setidaknya akan membantu kita merendahkan hati dan segera bersyukur serta menghargai orang-orang yang telah berjasa atas segala kesuksesan yang kita miliki entah dalam bentuk bantuan, nasehat, saran bahkan kritik dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, langkah tersebut juga akan mendorong kita untuk lebih memperluas wawasan hidup.
Sebaliknya, bila kita sedang tak bersemangat, karena semua usaha gagal atau tantangannya terlalu sulit, maka kita melihat kehidupan ini gelap tak berarti dan sangat menyakitkan. Kita mulai menyalahkan orang lain. Bukannya sibuk berusaha lebih keras, tetapi kita akan cenderung sibuk mencari kesalahan orang lain.
Sebelum bersikap negatif saat kita menghadapi kenyataan hidup yang pahit, segeralah mengambil sebuah cermin dan memandang sesosok manusia di dalamnya. Bila kita memandangnya lebih seksama, dialah orang yang paling penting dalam kehidupan kita. Dialah orang yang paling bertanggung jawab menciptakan segala kebaikan maupun keburukan, suka maupun duka dalam kehidupan kita.
Dengan bercermin selain melihat kelebihan, diri kita juga akan melihat kesalahan dan kebodohan yang selama ini kita lakukan. Bila kita mampu menertawakan kesalahan dan kebodohan diri sendiri, maka hal itu akan menjadi semangat hidup. "It is a great art to laught at your own misfortune. – Seni yang paling bernilai adalah menertawakan ketidakberuntungan diri sendiri," sebut sebuah pepatah bijak.
Contoh ketika kita berkaca, lalu melihat ada yang tidak beres dengan letak kancing pakaian yang kita kenakan, rambut yang awutan, mungkin jerawat ( biasanya dipencet ) ha,ha,ha.... :)) :)) :)) Maka kita akan segera membetulkan posisi tersebut di depan cermin. Sama seperti bila kita `berkaca' dalam arti introspeksi diri, tindakan tersebut akan memberikan manfaat yang luar biasa jika diikuti dengan upaya nyata memperbaiki kualitas dan sikap diri.
Teori jendela dan cermin mengungkap bagaimana menjadikan faktor kelebihan maupun kekurangan sebagai sesuatu yang bermanfaat untuk mendapatkan pelajaran kehidupan. Konsep dalam teori jendela dan cermin mengajari kita bertindak konstruktif dan berpikir positif atas berbagai macam situasi yang kita harus hadapi. Teori tersebut menginspirasi kita mulai menghitung efektifitas waktu yang telah kita gunakan untuk berbuat kebaikan atau kebajikan dan mulai menentukan skala prioritas serta menciptakan kebiasaan yang positif. Karena kehidupan ini terlalu indah dan berharga untuk kita salah gunakan atau bahkan kita sia-siakan.
Pesan Moral :
Artikel ini adalah TEORI yang tidak ada manfaatnya, Cuma sebagai penghibur atau selingan. Bagaimana TEORI ini dapat memberikan manfaat, JIKA KITA DITANTANG, APAKAH KITA SANGGUP MENJAWABNYA, atau kita hanya membiarkan saja tetap sebagai TEORI YANG INDAH? :-?
Semoga Bermanfaat
-
semoga isi dhammapada / artikel2 yang telah disebutkan sebelumnya tidak kita jadikan suatu pembenaran atas (maaf) kurangnya pengetahuan kita. mari kita perdalam pengetahuan, dan terapkan ajaran buddha (dp. 183)..
-
Hal senada bisa kita lihat dalam Dhammapada :
“Daripada hidup 100 tahun tetapi malas, lebih baik hidup sehari tetapi giat dan penuh semangat”
Kesimpulan :
Kalau saya lihat diatas, poin penting yg didapat adalah yaitu Jangan terlalu banyak berteori.
Lebih baik jika tahu sedikit teori saja tapi mempraktekkannya
Tapi bukan berarti harus melepas SEMUA teori loh
Mari diskusi jika ada rekan2 yang berkenan _/\_
ikut nimbrung akh.....
Kesungguhan, kemurnian motivasi
lebih baik mengerti (tahu kebenaran) sedikit dan mempraktekannya (sehinggga mengandung kebenaran yang dijadikan nyata), seperti perumpamaan perjalanan jauh dimulai satu langkah (benar).
daripada banyak berpengetahuan (sebatas untuk kebanggaan) sebatas teori. (jadi sembarang pukul (omong) dah)
-
nimbrung jg akh.. ^-^
nanya nih bro coecoe.. kenapa demen amit pake tanda kurung? emang ga bisa kalo ga pake tanda kurung utk memperjelas satu hal?
misalnya nih:
lebih baik mengerti atau tahu kebenaran sedikit dan mempraktekannya. sehinggga mengandung kebenaran yang dijadikan nyata, seperti perumpamaan perjalanan jauh dimulai satu langkah yg benar.
daripada banyak berpengetahuan sebatas teori sebatas untuk kebanggan. jadi sembarang omong dah.
-
^
^ atass,
:)) :)) :))
klo anak sekolah sering baca tanda kurung, sebagai atauu... :))
kyk perenungannya master cheng yen,
lebih baik sehari yg penuh makna, dibandingkan bertahun2 yg tdk bermakna (sia2) ^^/
teori itu tergantung/relatif, bisa jadi suatu teori itu akan sia2 ataupun tdknya tergantung pada msg2 orgnya...\;D/\;D/\;D/
tergantung prakteknya juga yaa... :)) :)) :))
tapi itu semua tergantung pada diri kita, mau mempraktekkannya ataupun tdk...
Pada dasarnya setiap teori itu berguna...
spt kata perenungan master cheng yen di atas,
menjelaskan kpd kita bahwa, hidup kita itu tdk tergantung pada berapa lama kita hidup, walau hanya sehari, tapi penuh makna, itu akan lebih berarti...^^/
artinya, hidup kita harus kita maknai...^^/
skrg prakteknyaa... prakteknyaa.... \;D/\;D/\;D/
Metta cittena,
Citta _/\_
-
mantapp banget ceramah nya ajahn chah ;D
anumodana sharingnya _/\_