//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 561296 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #705 on: 14 January 2011, 08:44:18 AM »
begitulah, logikanya kita bisa ambil dari atas dulu, apabila gurunya berpandangan salah maka ke bawahnya bisa semakin salah, dan kita tidak bisa mengetahui semua pandangan2 orang lain yang begitu banyak, bahkan bisa saja penulis sutta pun berpandangan salah khan ;D

Menulis Sutta bukan kerja satu orang bro... itu adalah kerja kolektif ratusan orang Bhikkhu berdasarkan persetujuan sidang (pada konsili ke-4) di Aluvihara Srilanka.

Saya menerima penulisan di Aluvihara sebagai rujukan syah bentuk pandangan Theravada, terlepas benar atau salah. (Walaupun pengalaman saya pribadi beberapa yang tertulis di Tipitaka sejauh yang saya jalani terbukti sejalan dengan praktek).

Mettacittena,
« Last Edit: 14 January 2011, 08:47:01 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #706 on: 14 January 2011, 09:12:25 AM »
sory udah ketinggalan banyak, baru ga online sehari dah panjang halamannya.

bukankah yg memenuhi kriteria diatas disebut pembunuhan krn adanya consciousness disitu, begitu adanya pembuahan maka si "kesadaran" ini segera menempati rumah baru (pembentukan janin dlm proses).
Betul, Samaneri. Di sini sudah ada persetujuan tentang makhluk. Yang jadi perbedaan adalah 'pana' dalam panatipata ini, menurut saya merujuk pada kehidupan makhluk walaupun tidak bernafas, namun tidak termasuk benda hidup yang tidak memiliki kesadaran, walaupun benda hidup itu bernafas. 


Quote
sory blm mencantumkan suttanya krn barusan buka jadi blm sempat nyari, besok lusa baru sempat nyari stlh mengantarkan teman Singapore ini. sekali lagi sory ya.

mettacittena,
Tidak masalah sama sekali, saya tidak buru-buru kok. :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #707 on: 14 January 2011, 09:37:14 AM »
wah susah juga yah, kalau kita kategorikan ini penghidupan salah, tp ini pun tidak mencangkup semua, mengapa perdagangan mahkluk, minuman keras, senjata tidak disebutkan? dan ini sila pertapa kan? kalau sila pertapa kan dah jelas sebenarnya hidup dg menerima aja (tidak ber-usaha seperti perumah tangga) seperti yg dijelaskan sebelumnya.
Saya rasa memang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Mungkin itu hanyalah yang umum terjadi saja pada saat itu. Soal overlap ini, saya pikir tidak bisa ditentukan karena subjektif pada persepsi orang masing-masing. Misalnya soal sila membunuh itu, bro tesla melihat sebagai 'overlapped' karena 'tidak membunuh' sudah mencakup semua. Saya memang paham juga maksudnya secara logika. Tetapi logika setiap orang pun berbeda. Saya sudah beri contoh ex-member DC dengan pembunuhan sucinya. Contoh lain adalah petapa/brahmana juga menganut sila tidak membunuh, tapi dalam kasus tertentu, seperti upacara korban, mereka punya pengecualian.


Quote
pendapat saya sebenarnya sila di sini tidak simetris... mungkin saja dalam pemikiran Buddha, tanaman bukan mahkluk hidup (breathing things) tetapi menjadi kontradiksi dg Vasetha Sutta (yg mengatakan classification birth of breathing things). mungkin Vasetha Sutta adalah penambahan belakang. saya melihat translate pananam menjadi living thing *bukan living being* karena para penterjemah sudah melihat kontradiksi ini. btw patokan pancasila utk upasaka & upasika di sutta mana yah... coba kita teliti lagi dari sumbernya langsung. awal DN ini kan sila pertapa, bukan sila perumah tangga, cmiiw...
Kalau 'pananam' itu setahu saya menjelaskan hal yang bernafas, tetapi tidak disebut sebagai makhluk atau benda. Jadi itu tidak kontradiktif. Yang bernafas bisa makhluk hidup, bisa juga benda hidup.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #708 on: 14 January 2011, 10:14:11 AM »
ya jadi kembali lagi, kalau pananam ---> cuma melihat sebagai nafas

demikian juga dg  Panatipata...

Spoiler: ShowHide


sila-1
Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi

Pānātipātā
pana = Skt. [Sanskrit] prana - life breath
ati + pat = attack
pat from patati - to fly, to fall. (From this, Latin praepes - quick, peto - to go for, impetus, attack, etc.) To fall, jump, fall down on.
Panatipata = to cause prana to fall; to attack life breath.


Panatipata dalam arti lurus adalah to cause breath to fall, sama sekali tidak merujuk ke mahkluk hidup juga...

btw ada yg punya referensi pancasila dari sutta? kemudian kalau tidak salah ada murid Buddha yg tukang jagal ya? hmmm...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #709 on: 14 January 2011, 10:26:37 AM »
ya jadi kembali lagi, kalau pananam ---> cuma melihat sebagai nafas

demikian juga dg  Panatipata...

Spoiler: ShowHide


sila-1
Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi

Pānātipātā
pana = Skt. [Sanskrit] prana - life breath
ati + pat = attack
pat from patati - to fly, to fall. (From this, Latin praepes - quick, peto - to go for, impetus, attack, etc.) To fall, jump, fall down on.
Panatipata = to cause prana to fall; to attack life breath.


Panatipata dalam arti lurus adalah to cause breath to fall, sama sekali tidak merujuk ke mahkluk hidup juga...

btw ada yg punya referensi pancasila dari sutta? kemudian kalau tidak salah ada murid Buddha yg tukang jagal ya? hmmm...

AN 8.39 PTS: A iv 245
Abhisanda Sutta: Rewards
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 1997–2011
"Monks, there are these eight rewards of merit, rewards of skillfulness, nourishments of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing, to welfare & happiness. Which eight?

"There is the case where a disciple of the noble ones has gone to the Buddha for refuge. This is the first reward of merit, reward of skillfulness, nourishment of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing; to welfare & to happiness.

"Furthermore, the disciple of the noble ones has gone to the Dhamma for refuge. This is the second reward of merit...

"Furthermore, the disciple of the noble ones has gone to the Sangha for refuge. This is the third reward of merit...

"Now, there are these five gifts, five great gifts — original, long-standing, traditional, ancient, unadulterated, unadulterated from the beginning — that are not open to suspicion, will never be open to suspicion, and are unfaulted by knowledgeable contemplatives & priests. Which five?

"There is the case where a disciple of the noble ones, abandoning the taking of life, abstains from taking life. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the first gift, the first great gift — original, long-standing, traditional, ancient, unadulterated, unadulterated from the beginning — that is not open to suspicion, will never be open to suspicion, and is unfaulted by knowledgeable contemplatives & priests. And this is the fourth reward of merit...

"Furthermore, abandoning taking what is not given (stealing), the disciple of the noble ones abstains from taking what is not given. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the second gift, the second great gift... and this is the fifth reward of merit...

"Furthermore, abandoning illicit sex, the disciple of the noble ones abstains from illicit sex. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the third gift, the third great gift... and this is the sixth reward of merit...

"Furthermore, abandoning lying, the disciple of the noble ones abstains from lying. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the fourth gift, the fourth great gift... and this is the seventh reward of merit...

"Furthermore, abandoning the use of intoxicants, the disciple of the noble ones abstains from taking intoxicants. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the fifth gift, the fifth great gift — original, long-standing, traditional, ancient, unadulterated, unadulterated from the beginning — that is not open to suspicion, will never be open to suspicion, and is unfaulted by knowledgeable contemplatives & priests. And this is the eighth reward of merit, reward of skillfulness, nourishment of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing; to welfare & to happiness.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #710 on: 14 January 2011, 11:43:35 AM »
ya jadi kembali lagi, kalau pananam ---> cuma melihat sebagai nafas

demikian juga dg  Panatipata...

Spoiler: ShowHide


sila-1
Pānātipātā veramanī sikkhāpadam samādiyāmi

Pānātipātā
pana = Skt. [Sanskrit] prana - life breath
ati + pat = attack
pat from patati - to fly, to fall. (From this, Latin praepes - quick, peto - to go for, impetus, attack, etc.) To fall, jump, fall down on.
Panatipata = to cause prana to fall; to attack life breath.


Panatipata dalam arti lurus adalah to cause breath to fall, sama sekali tidak merujuk ke mahkluk hidup juga...

btw ada yg punya referensi pancasila dari sutta? kemudian kalau tidak salah ada murid Buddha yg tukang jagal ya? hmmm...
Baru saja saya terpikir beberapa konsekwensi, jadi saya mau tanya bro tesla sebelum melanjutkan. Apa sebetulnya tujuan bro tesla mengatakan panatipata mencakup tumbuhan?


Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #711 on: 14 January 2011, 11:45:24 AM »
AN 8.39 PTS: A iv 245
Abhisanda Sutta: Rewards
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 1997–2011

Spoiler: ShowHide

"Monks, there are these eight rewards of merit, rewards of skillfulness, nourishments of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing, to welfare & happiness. Which eight?

"There is the case where a disciple of the noble ones has gone to the Buddha for refuge. This is the first reward of merit, reward of skillfulness, nourishment of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing; to welfare & to happiness.

"Furthermore, the disciple of the noble ones has gone to the Dhamma for refuge. This is the second reward of merit...

"Furthermore, the disciple of the noble ones has gone to the Sangha for refuge. This is the third reward of merit...

"Now, there are these five gifts, five great gifts — original, long-standing, traditional, ancient, unadulterated, unadulterated from the beginning — that are not open to suspicion, will never be open to suspicion, and are unfaulted by knowledgeable contemplatives & priests. Which five?

"There is the case where a disciple of the noble ones, abandoning the taking of life, abstains from taking life. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the first gift, the first great gift — original, long-standing, traditional, ancient, unadulterated, unadulterated from the beginning — that is not open to suspicion, will never be open to suspicion, and is unfaulted by knowledgeable contemplatives & priests. And this is the fourth reward of merit...

"Furthermore, abandoning taking what is not given (stealing), the disciple of the noble ones abstains from taking what is not given. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the second gift, the second great gift... and this is the fifth reward of merit...

"Furthermore, abandoning illicit sex, the disciple of the noble ones abstains from illicit sex. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the third gift, the third great gift... and this is the sixth reward of merit...

"Furthermore, abandoning lying, the disciple of the noble ones abstains from lying. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the fourth gift, the fourth great gift... and this is the seventh reward of merit...

"Furthermore, abandoning the use of intoxicants, the disciple of the noble ones abstains from taking intoxicants. In doing so, he gives freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings. In giving freedom from danger, freedom from animosity, freedom from oppression to limitless numbers of beings, he gains a share in limitless freedom from danger, freedom from animosity, and freedom from oppression. This is the fifth gift, the fifth great gift — original, long-standing, traditional, ancient, unadulterated, unadulterated from the beginning — that is not open to suspicion, will never be open to suspicion, and is unfaulted by knowledgeable contemplatives & priests. And this is the eighth reward of merit, reward of skillfulness, nourishment of happiness, celestial, resulting in happiness, leading to heaven, leading to what is desirable, pleasurable, & appealing; to welfare & to happiness.


thanks bro, content-nya sama dengan pancasila, tapi pointnya berbeda, disini dijelaskan manfaat dari moralitas, tp ga ditemukan tuntutan kepada upasaka/upasika utk melaksanakannya... hmmm...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #712 on: 14 January 2011, 11:49:58 AM »
thanks bro, content-nya sama dengan pancasila, tapi pointnya berbeda, disini dijelaskan manfaat dari moralitas, tp ga ditemukan tuntutan kepada upasaka/upasika utk melaksanakannya... hmmm...
Perumahtangga tidak 'dituntut' menjalankan semua sila karena keperluan rumahtangga tersebut, tetapi sebatas sila uposatha. Jika tidak mampu berselibat, maka hanya melakukan hubungan seksual dengan istrinya. Tambahannya, menyokong orang tua, dan berlaku jujur dalam berusaha/berdagang. (Sutta Nipata, Dhammika Sutta).

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #713 on: 14 January 2011, 11:57:51 AM »
Baru saja saya terpikir beberapa konsekwensi, jadi saya mau tanya bro tesla sebelum melanjutkan. Apa sebetulnya tujuan bro tesla mengatakan panatipata mencakup tumbuhan?

kan disini membahas dari sudut pandang berbeda (kritis) bro... jadi melanjutkan dari umpan yg diberi samaneri pannadevi, fondasi bahwa sila upasaka & upasika itu harus mencangkup lebih luas... (kemudian saya mencari pondasi/rujukan sila bagi upasaka-upasika krn saya pikir rujukannya harus dilihat juga, selama ini saya tidak pernah teliti, cuma ikut2an aja)

selain itu juga ada satu hal yg saya ragukan dalam Vasettha Sutta, yaitu bagaimana tumbuhan bisa dikategorikan sebagai "breathing". saya kira di zaman itu, breathing (pana/prana) hanya diketahui dari adanya keluar masuknya gas/udara. ilmu pengetahuan sekarang juga membedakan "breathing" & "respiration" loh... karena "breathing" itu lebih spesifik ke pernafasan dg sistem organ. sedang "respiration" bersifat lebih micro...

tapi dalam pikiran saya kemudian dan arah berkembangnya diskusi, ini berlanjut jadi dilema bagi upasaka/upasika utk melaksanakan penghidupan benar, dalam pemikiran saya garis batas antara pembunuhan langsung & tidak langsung semakin tidak jelas... ini topik nanti aja...

Perumahtangga tidak 'dituntut' menjalankan semua sila karena keperluan rumahtangga tersebut, tetapi sebatas sila uposatha. Jika tidak mampu berselibat, maka hanya melakukan hubungan seksual dengan istrinya. Tambahannya, menyokong orang tua, dan berlaku jujur dalam berusaha/berdagang. (Sutta Nipata, Dhammika Sutta).

meluncur ke TKP dulu...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #714 on: 14 January 2011, 02:16:56 PM »
kan disini membahas dari sudut pandang berbeda (kritis) bro... jadi melanjutkan dari umpan yg diberi samaneri pannadevi, fondasi bahwa sila upasaka & upasika itu harus mencangkup lebih luas... (kemudian saya mencari pondasi/rujukan sila bagi upasaka-upasika krn saya pikir rujukannya harus dilihat juga, selama ini saya tidak pernah teliti, cuma ikut2an aja)

selain itu juga ada satu hal yg saya ragukan dalam Vasettha Sutta, yaitu bagaimana tumbuhan bisa dikategorikan sebagai "breathing". saya kira di zaman itu, breathing (pana/prana) hanya diketahui dari adanya keluar masuknya gas/udara. ilmu pengetahuan sekarang juga membedakan "breathing" & "respiration" loh... karena "breathing" itu lebih spesifik ke pernafasan dg sistem organ. sedang "respiration" bersifat lebih micro...

tapi dalam pikiran saya kemudian dan arah berkembangnya diskusi, ini berlanjut jadi dilema bagi upasaka/upasika utk melaksanakan penghidupan benar, dalam pemikiran saya garis batas antara pembunuhan langsung & tidak langsung semakin tidak jelas... ini topik nanti aja...
OK, berarti tidak 'berbahaya'. Hal yang saya khawatirkan adalah pandangan 'tanaman adalah makhluk, ada kesadaran di sana' di satu sisi, dan satu sisi lain adalah 'tanaman tidak apa dibunuh, karena bukan makhluk'.

Kalau kita lihat ke pana/prana di vassetha sutta, tidak semata-mata 'breathing', tetapi semua yang memiliki energi hidup. Tanaman juga memiliki prana ini. Sedangkan kalau pana yang berarti 'nafas' seharusnya seperti dalam anapanasati, yaitu keluar-masuknya udara. Dalam konteks ini, bahkan tidak semua binatang mengalaminya, misalnya ikan jelas tidak menarik & menghembus, apalagi tumbuhan, jamur, dan lainnya. (Klas pycnogonid dari athropoda {hewan berbuku-buku} bahkan tidak punya sistem respirasi sama sekali.)

Menurut saya itu hanya penggunaan istilah yang berbeda konteks saja. Mempertahankan makna satu ke dalam konteks lainnya, pasti berakhir keliru. Kalau dari sila, bagi umat awam tidak begitu lengkap jadi susah juga melihatnya. Bagi bhikkhu larangan pembunuhan ada 2 konsekwensi yaitu parajika jika manusia, pacittiya jika hewan. Dikatakan membunuh kalau makhluknya mengalami kematian (marana). Sedangkan untuk tanaman, setahu saya istilahnya adalah merusak/menghancurkan (samarambha) yaitu kalau merobek, memisahkan (memetik) atau mencabut.

Bagaimanapun masing-masing memandangnya, memang lebih baik tidak merusak tanaman karena sebetulnya kita juga yang terkena akibatnya.
« Last Edit: 14 January 2011, 02:18:37 PM by Kainyn_Kutho »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #715 on: 14 January 2011, 03:10:37 PM »
OK, berarti tidak 'berbahaya'. Hal yang saya khawatirkan adalah pandangan 'tanaman adalah makhluk, ada kesadaran di sana' di satu sisi, dan satu sisi lain adalah 'tanaman tidak apa dibunuh, karena bukan makhluk'.
sama sekali tidak ada tolak ukur "kesadaran" (vinnana) di sila.

Quote
Kalau kita lihat ke pana/prana di vassetha sutta, tidak semata-mata 'breathing', tetapi semua yang memiliki energi hidup. Tanaman juga memiliki prana ini. Sedangkan kalau pana yang berarti 'nafas' seharusnya seperti dalam anapanasati, yaitu keluar-masuknya udara. Dalam konteks ini, bahkan tidak semua binatang mengalaminya, misalnya ikan jelas tidak menarik & menghembus, apalagi tumbuhan, jamur, dan lainnya. (Klas pycnogonid dari athropoda {hewan berbuku-buku} bahkan tidak punya sistem respirasi sama sekali.)
pana = prana = nafas = energi = live (= cakra = chi = ki :hammer: jgn terlalu percaya yg bagian ini)
prana bahasa sansekerta, sedang pana pali, jadi kalau mahayana, dalam agama akan dibilang ana-prana-sati (cmiiw). kata prana identik dg energi / live krn org dulu pikir nafas = live. tidak bernafas = tidak live = mati... hehe... simple.

Quote
Menurut saya itu hanya penggunaan istilah yang berbeda konteks saja. Mempertahankan makna satu ke dalam konteks lainnya, pasti berakhir keliru. Kalau dari sila, bagi umat awam tidak begitu lengkap jadi susah juga melihatnya. Bagi bhikkhu larangan pembunuhan ada 2 konsekwensi yaitu parajika jika manusia, pacittiya jika hewan. Dikatakan membunuh kalau makhluknya mengalami kematian (marana). Sedangkan untuk tanaman, setahu saya istilahnya adalah merusak/menghancurkan (samarambha) yaitu kalau merobek, memisahkan (memetik) atau mencabut.
ya ya ya... permasalahannya sebenarnya adalah mana yg disebut mahkluk hidup (& mana yg bukan)? ini juga membingungkan science sampai saat ini loh. dari sini baru kita bisa tau mana yg harus kita hindari (pembunuhannya). sejauh yg saya lihat sih semua mengartikan sendiri2. cmiiw, saya pernah mendengar bahwa ada aliran Buddhisme Tantra yg menganggap tumbuhan adalah mahkluk hidup sih.

Quote
Bagaimanapun masing-masing memandangnya, memang lebih baik tidak merusak tanaman karena sebetulnya kita juga yang terkena akibatnya.
setuju, dalam praktek nyata, kita memang naturally bukan perusak  8)




next topic,

Quote
"Now I will tell you the layman's duty. Following it a lay-disciple would be virtuous; for it is not possible for one occupied with the household life to realize the complete bhikkhu practice (dhamma).

"He should not kill a living being, nor cause it to be killed, nor should he incite another to kill. Do not injure any being, either strong or weak, in the world.

di mana batasannya cause it to be killed. cmiiw, kita termasuk Buddha bukan vegetarian, tetapi masih makan bangkai. nah di zaman ini, bukankah kita tau bangkai tsb emg disiapkan dari lahir, besar, gemuk utk kita makan... hmmm... noted: sampai saat ini saya masih makan daging, jd ga ada kampanye vegetarian di sini
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #716 on: 14 January 2011, 03:31:48 PM »
Anda perlu lebih banyak belajar Vipassana sebelum memberi komentar menyama-nyamakan Vipassana dengan meditasi Zen, menurut saya anda belum banyak mengerti mengenai Vipassana.
Nah, sekarang saya ingin bertanya apakah pandangan terang / vipassana khusus untuk buddhist atau bisa diikuti non buddhist? Yang saya tahu sih orang yang non Buddhist juga boleh vipassana.
Apa tujuan vipassana bagi Bro Fabian sendiri? Untuk mencapai keterbebasan? Nibbana?
Sepanjang yang saya tahu dalam vipassana juga ada yang dinamakan pengendalian tindakan-ucapan-pikiran. Kalau nggak ada pengendalian tindakan-ucapan-pikiran dengan SSP (sila, samadhi dan prajna) ya berarti saya ngaku saya selama ini telah SALAH mengerti mengenai vipassana.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #717 on: 14 January 2011, 03:55:13 PM »
om sutarman, apa yg anda terangkan dan praktikan pada post2 yg di atas, menurut saya sejalan dengan vipassana dan meditasi yang diajarkan Sang Buddha. wajar saja kalo masing2 aliran memiliki teknik yg berbeda2. sekolah2 vipassana yg berbeda saja memiliki perbedaan teknik yg sangat beragam.

santai aja sama perbedaan pendapat.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #718 on: 14 January 2011, 04:09:56 PM »
Menulis Sutta bukan kerja satu orang bro... itu adalah kerja kolektif ratusan orang Bhikkhu berdasarkan persetujuan sidang (pada konsili ke-4) di Aluvihara Srilanka.

Saya menerima penulisan di Aluvihara sebagai rujukan syah bentuk pandangan Theravada, terlepas benar atau salah. (Walaupun pengalaman saya pribadi beberapa yang tertulis di Tipitaka sejauh yang saya jalani terbukti sejalan dengan praktek).

Mettacittena,

Bro Fabian yang baik,

Apakah kerja kolektif ratusan Bhikkhu bisa menjamin KEBENARAN isinya? Tanpa salah sedikitpun?
Bila Bro mengakui BUKAN BUDDHA sendiri yang menulis Tipitaka, lalu apakah Bro menganggap apa yang DISADARI BUDDHA setara dan sama persis dengan apa yang disadari ratusan Bhikkhu itu?
Zen tetap menjaga sikap skeptis, karena itu Zen disebut ajaran di luar kitab yang berusaha mentransmisikan PIKIRAN BUDDHA yang tidak dapat ditemukan dalam rangkaian kata-kata. Karena kata-kata memiliki keterbatasan mengungkapkan maksud sebenarnya.
Saya berikan contoh: coba Anda deskrispsikan keharuman mawar dan melati dan juga perbedaannya kepada orang yang belum pernah membaui keharuman kedua bunga itu.
Karena itu Zen berusaha menemukan makna sebenarnya dalam praktek meditasi secara langsung. Tipitaka/Tripitaka dan konsep-konsep yang ada di dalamnya hanya semacam pengantar saja untuk tahap yang lebih lanjut yang ditemukan dalam meditasi dan HIDUP itu sendiri.
 
 _/\_
« Last Edit: 14 January 2011, 04:16:17 PM by sutarman »

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #719 on: 14 January 2011, 04:15:37 PM »
om sutarman, apa yg anda terangkan dan praktikan pada post2 yg di atas, menurut saya sejalan dengan vipassana dan meditasi yang diajarkan Sang Buddha. wajar saja kalo masing2 aliran memiliki teknik yg berbeda2. sekolah2 vipassana yg berbeda saja memiliki perbedaan teknik yg sangat beragam.

santai aja sama perbedaan pendapat.

 _/\_

 

anything