//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663458 times)

0 Members and 12 Guests are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2100 on: 11 July 2011, 01:54:26 PM »
Mahayana sebagai gerakan baru , antiklimaks dari perpecahan antar sekte   

Pada masa awalnya, sebelum Mahayana muncul, kondisi ajaran Buddha sejak kemangkatan Beliau telah terpecah menjadi belasan sekte. 
Dari berbagai sekte tersebut, masing-masing telah memiiki kanon sendiri, Sutta, Vinaya, dan Abhidhamma. Meskipun garis besar dari isi kanon tersebut sama,tapi masih terdapat perbedaan minor.
Perpecahan antar sekte lebih banyak diseputar perbedaan doktrin ajaran, yang semuanya bergerak di seputar ajaran2 sravakayana. Saat itu Buddhisme yang sarat dengan sektarian seolah-olah telah melemahkan Buddhisme itu sendiri.
Sedangkan dari sekian banyak perbedaan itu, sepertinya masih belum masuk ke polemik mengenai doktrin Mahayana.
Konon Mahayana mulai populer sejak Nagarjuna.  Literatur yg dianggap paling awal adalah prajnaparamita sutra. Meskipun Mahayana mengutamakan doktrin2 Mahayana, tetapi doktrin2 Sravakayana tetap dijadikan sebagai pedoman, tidak peduli dari sekte mana, karena pada saat itu begitu banyak sekte (hinayana) yang sukanya gontok2an, Gerakan Baru Mahayana tidak mau ambil pusing siapa yang benar dan sapa yang salah. Di antara gontok2an sekte2 yg berpegang mati2an pada kanon kendaraan kecil, semuanya di pelajari , didalami.
Jadi sebenarnya bukan karena Mahayana mau campur aduk, tetapi semua itu dianggap utk membuat suatu konsolidasi yang non-diskriminatif pd salah satu sekte pada masa itu. Jadi sebenarnya pd masa awal kemunculan Mahayana , tidak lebih ke arah sebagai aliran, tetapi sebagai gerakan reformasi terhadap perpecahan sekte yg tidak karuan. 

Jadi sesungguhnya Mahayana jangan dipandang sebagai aliran. Mahayana menampung semua doktrin dan dipelajari. Itulah letak spiritualisme Mahayana. Mahayana sebagai suatu aliran adalah proses sejarah  dan utk masa sekarang mungkin saja boleh anggap sudah jadi sebuah aliran. 

Argumen di atas tidak menjawab sama sekali, hanya menukar istilah “menerima semua” dengan kata “konsolidasi”. Problem Arahat yang masih ada adalah bukti tidak adanya konsolidasi. Dan justru sikap tidak ambil pusing inilah membuat campur aduk itu muncul.

Quote
Mahayana memang menampung semua literatur dari berbagai sekte (seperti sdh dijelaskan di atas) , tetapi tujuannya utk menggali isi ajaran itu dan mempelajarinya, itulah sebabnya mengapa berdiri Universitas Nalanda. Mengatakan menyontek adalah kekonyolon dan kepicikan berpikir, karena seolah2 literatur itu dianggap sebagai kepemilikan. "Milik aku, jadi elu nyontek gw punya", itulah ciri khas dari pemikiran sektarian yg terbukti mengapa sampai muncul 18 sekte pd masa awal, karena pemikiran yg suka gontok2an sambil bilang ini ajaran ku ini bukan ajaran mu.   

Bukan suatu hal gegabah atau kepicikan, atau alasan tanpa dasar. Ini bukan hanya sekedar pengakuan literatur semata tetapi juga penerimaan ajaran yang ada di dalamnya. Jika dikatakan menerima semua aliran dan menggunakan literatur tradisi lain, ini berarti seharusnya menerima juga semua ajaran yang terkandung di dalamnya. Jika tidak menerima ajarannya tetapi hanya menggunakan literatur tradisi lain sebagai pemecah masalah yang ia buat sendiri , kata apa yang lebih tepat selain menyontek ooohh atau bahasa sekarang copas a.k.a copy paste. Perilaku copas tersebut sering terjadi dikalangan Mahayanis, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada non-Mahayanis, tetapi sekarang ita dalam konteks Mahayana.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2101 on: 11 July 2011, 02:53:14 PM »
Quote
Argumen di atas tidak menjawab sama sekali, hanya menukar istilah “menerima semua” dengan kata “konsolidasi”. Problem Arahat yang masih ada adalah bukti tidak adanya konsolidasi. Dan justru sikap tidak ambil pusing inilah membuat campur aduk itu muncul.
Faktanya problem arahat sudah jadi polemik antar sekte sejak awal. Saat itu saja belum ada polemik mengenai mahayana kontra hinayana.  Walau doktrin Mahayana jg memiliki pandangan sendiri mengenai Arahat. Tapi dari perbedaan2 itu sangat jelas mengindikasikan bahwa memang ada "sesuatu" yg belum clear mengenai seputar sosok Kearahatan. Sehingga seorang pembelajar tidak boleh terpaku pd salah satu pandangan sekte.
Tidak ambil pusing di sini dimaksudkan tidak ingin terpengaruh pd salah satu pandangan itu. 
Percaya bahwa hanya sekte aku yg paling benar dan yg lain salah adalah yg dihindari gerakan Mahayana. Makanya salah satu ikrar bodhisatva (baca:misi mahayana) : "mempelajari pintu ajaran yg tak terhingga jumlahnya".

Quote
Bukan suatu hal gegabah atau kepicikan, atau alasan tanpa dasar. Ini bukan hanya sekedar pengakuan literatur semata tetapi juga penerimaan ajaran yang ada di dalamnya. Jika dikatakan menerima semua aliran dan menggunakan literatur tradisi lain, ini berarti seharusnya menerima juga semua ajaran yang terkandung di dalamnya. Jika tidak menerima ajarannya tetapi hanya menggunakan literatur tradisi lain sebagai pemecah masalah yang ia buat sendiri , kata apa yang lebih tepat selain menyontek ooohh atau bahasa sekarang copas a.k.a copy paste. Perilaku copas tersebut sering terjadi dikalangan Mahayanis, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada non-Mahayanis, tetapi sekarang ita dalam konteks Mahayana.

Bagi Mahayana, kebenaran universal bukan dimonopoli oleh siapapun, sehingga memetik atau menerima satu kebenaran doktrin tidak perlu ditutupi, apalagi dikatakan copas. Kebelengguan anda bahwa kebenaran hanya milik salah satu tradisi yang anda pegang erat sehinggg terkungkung sendiri padanya.  Ini yang menjadi cermin dari sifat gontok2an antar sekte. 

Pada dasarnya pembelajara Mahayana tidak selalu harus menerima semua ajaran dalam tradisi berbeda itu ataupun menolak. Dikala merasa salah satu ajaran bisa diterima/ditolak, itu hanya proses/tahapan dari pembelajarannya. 
Toh semua doktrin akhirnya harus dilepas juga bagi seorang mahayanis.




Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2102 on: 11 July 2011, 08:15:50 PM »
Makanya salah satu ikrar bodhisatva (baca:misi mahayana) : "mempelajari pintu ajaran yg tak terhingga jumlahnya".

tapi di lain pihak, ada ikar lain yg membawa misi: mengkonversi penganut sravakayana (aka hinayana) menjadi pemeluk mahayana, yg menyiratkan bahwa hanya ajaran mahayana yg benar.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2103 on: 11 July 2011, 10:10:14 PM »
tapi di lain pihak, ada ikar lain yg membawa misi: mengkonversi penganut sravakayana (aka hinayana) menjadi pemeluk mahayana, yg menyiratkan bahwa hanya ajaran mahayana yg benar.

Mahayana dlm konteks sebagai doktrin, tidak pernah ada pernyataan mengkonversi sravakayana menjadi pemeluk mahayana apalagi dalam bentuk ikrar. 
Harap dipahami, dalam mahayana, sravakayana adalah salah satu bagian dari tahapan pelatihan, dan yang dilakukan bukan mengkonversi, tetapi sebagai proses kesinambungan dari tahapan pelatihan.  JIka mengkonversi, berarti seorang mahayanis tidak boleh mempelajari doktrin sravakayana. Tanpa memahami ajaran2 sravakayana ,mana mungkin bisa melanjutkan tahapan2 bodhisatva?
Tetapi tidak demikian, jadi ,ada sravakayana yang tidak ingin melanjutkan jalan bodhisatva dan ada yang mau.  Itu pilihan masing2.

Mahayana dalam konteks gerakan pembaharuan lebih-lebih sarat dengan pembelajarn terhadap doktrin2 sravakayana. Dari proses pembelajaran, pada akhirnya seorang mahayanis justru tidak boleh terbelenggu oleh pandangan bahwa doktrin yg dia pelajari sebagai kebenaran dan menafikan yang lainnya, sebaliknya ia harus melepaskan kemelekatn pada konsep diri dan dharma.   

 

 














 

   

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2104 on: 12 July 2011, 07:46:20 AM »
anehnya kok ada kata2 ini dalam sutra maha :
Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others

jadi intinya maha mempelajari semua dan mengetahui ya kalau hinayana itu payah =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2105 on: 12 July 2011, 07:54:42 AM »
Mahayana dlm konteks sebagai doktrin, tidak pernah ada pernyataan mengkonversi sravakayana menjadi pemeluk mahayana apalagi dalam bentuk ikrar. 
Harap dipahami, dalam mahayana, sravakayana adalah salah satu bagian dari tahapan pelatihan, dan yang dilakukan bukan mengkonversi, tetapi sebagai proses kesinambungan dari tahapan pelatihan.  JIka mengkonversi, berarti seorang mahayanis tidak boleh mempelajari doktrin sravakayana. Tanpa memahami ajaran2 sravakayana ,mana mungkin bisa melanjutkan tahapan2 bodhisatva?
Tetapi tidak demikian, jadi ,ada sravakayana yang tidak ingin melanjutkan jalan bodhisatva dan ada yang mau.  Itu pilihan masing2.

Mahayana dalam konteks gerakan pembaharuan lebih-lebih sarat dengan pembelajarn terhadap doktrin2 sravakayana. Dari proses pembelajaran, pada akhirnya seorang mahayanis justru tidak boleh terbelenggu oleh pandangan bahwa doktrin yg dia pelajari sebagai kebenaran dan menafikan yang lainnya, sebaliknya ia harus melepaskan kemelekatn pada konsep diri dan dharma.   

jadi apakah anda membantah bahwa ikrar demikian itu memang ada dalam sutra mahayana? saya hanya memiliki sumber dalam versi cetakan jadi susah untuk copas. mungkin member lain ada yg bisa membantu?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2106 on: 12 July 2011, 08:36:25 AM »
apakah ini yang di maksud bro?

Quote
Dasabhumi merupakan tingkatan-tingkatan yang ditempuh oleh Bodhisatva melalui paramita menuju Samyak Sambodhi.


Kesepuluh tingkat dasabhumi ini adalah:

1. Pramudita (kebahagiaan)

Ketika seorang Bodhisatva menyadari bahwa ia telah melaksanakan dana paramita dan juga telah menyadari kekosongan dari Sang Aku (pudgala nairatmya) dan juga kekosongan dari setiap dharma (dharma nairatmya).

2. Vimala (murni bersih)

Ketika seorang Bodhisatva telah terbebas dari karma-karma buruk dengan melaksanakan sila paramita dan telah mengukuhkan kusala-mula (akar baik). Pikirannya telah terbebas dari segala kemelekatan. Dengan giat melaksanakan dhyana samadhi.

3. Prabhakari (cemerlang)

Seorang Bodhisatva memancarkan cahaya di dalam ksanti paramita karena ia telah tidak memiliki rasa marah dan dendam. Ia juga telah melaksanakan keempat dhyana dan hasilnya serta memperoleh Panca Abhijna. Ia telah terlepas dari raga, dvesa dan moha.

4. Arismati (menyala berkobar-kobar)

Seorang Bodhisatva dengan melaksanakan virya paramita akan banyak membantu ia dalam kemajuan batin menuju bodhi (37 bodhipaksiya dharma).

5. Sudurjaya (tak terkalahkan)

Seorang Bodhisatva dengan melaksanakan dhyana paramita mengembangkan prajna dan merealisasikan aryasatya dan menembusi hakekat samvrti satya dan paramartha satya.

6. Abhimukti (menuju bodhi)

Seorang Bodhisatva pada tingkat tersebut menyelami arti dari pratitya samutpada. Prajna telah diperoleh berkat pengertian mengenai sunyata.

7. Durangama (berjalan jauh)

Dalam tingkat ini seorang Bodhisatva mengembangkan karuna, pengetahuan tentang panca skanda, menuju bodhi dan memiliki virya paramita. Dari sravakayana menuju Mahayana dengan upaya kausalya (usaha yang mudah dan sesuai) dan akhirnya bodhi.


8. Acala (teguh/kokoh)

Seorang Bodhisatva membuat kemajuan yang pasti dan mengetahui kapan ia menjadi Budha berkat vyakarana (petunjuk).

9. Sadhumati (pikiran baik)

Seorang Bodhisatva melengkapi perbuatannya di dalam bala paramita yaitu dengan dasabala (sepuluh kekuatan) Sang Budha. Sekarang ia memiliki kebijaksanaan sempurna dan siap membimbing setiap makhluk menuju Nirvana.

10. Dharmamegha (mega dharma)

Pada tingkat ini seorang Bodhisatva mencapai dhyana paramita dan pengetahuan sempurna. Ia telah sampai pada tingkat calon Budha. Ia juga telah menerimaabhiseka dari para Budha mengenai Kebuddhaan. Tubuh dharmakayanya sekarang telah sempurna dan ia dapat menunjukkan kemukjizatan. Dengan demikian selesailah karya seorang Bodhisatva dalam dasabhumi.


(Kutipan dari karya Prof. Nalinaksha Dutt "Mahayana Buddhism")

Quote
Menurut cara pembagian klasifikasi filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada tingkat motifasi spiritual[1] (yang dikenal juga dengan sebutan Bodhisattvayana [2]) Berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau Shravakayana. Hal ini juga dikenal dalam Ajaran Theravada, tetapi tidak dianggap sebagai pendekatan yang sesuai.[3]

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2107 on: 12 July 2011, 08:37:31 AM »
Mahayana dlm konteks sebagai doktrin, tidak pernah ada pernyataan mengkonversi sravakayana menjadi pemeluk mahayana apalagi dalam bentuk ikrar. 
Harap dipahami, dalam mahayana, sravakayana adalah salah satu bagian dari tahapan pelatihan, dan yang dilakukan bukan mengkonversi, tetapi sebagai proses kesinambungan dari tahapan pelatihan.
JIka mengkonversi, berarti seorang mahayanis tidak boleh mempelajari doktrin sravakayana. Tanpa memahami ajaran2 sravakayana ,mana mungkin bisa melanjutkan tahapan2 bodhisatva?
Saya tertarik paham bahwa sravakayana adalah bagian dari Mahayana dan bukan jalan berbeda. Saya kutip dari Bhaisajyaguru Buddha Sutra:
"Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang. Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan Penerangan.
Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pratyekabuddha, mereka akan berangsur-angsur dibimbing ke Jalan Mahayana."


Jika memang sravaka (dan Pratyeka) itu adalah tahapan, mengapa harus dibimbing untuk keluar dari sana?


Quote
Tetapi tidak demikian, jadi ,ada sravakayana yang tidak ingin melanjutkan jalan bodhisatva dan ada yang mau.  Itu pilihan masing2.
Menurut Mahayana pun, sravaka yang tidak melanjutkan adalah pandangan keliru. Dari Saddharmapundarika Sutra Bab III:
"Owing to the mighty will of the Bodhisattva thou, Sâriputra, hast no recollection of thy former vow to observe the (religious) course; of the counsel of the Bodhisattva, the decree of the Bodhisattva. Thou thinkest that thou hast reached final rest. I, wishing to revive and renew in thee the knowledge of thy former vow to observe the (religious) course, will reveal to the disciples the Dharmaparyaya called 'the Lotus of the True Law,' ..."

Kisahnya di sini adalah Sariputra dibuat 'hilang ingatan' akan tekad Bodhisatva sehingga ia berpikir perjalanannya telah selesai (karena mencapai sravaka). Tapi di sini Buddha Sakyamuni membangkitkan kembali pengetahuan sejatinya, dan kemudian dikatakan bahwa di masa depan, Sariputra akan menjadi Tathagata bernama Padmaprabha. 

Bagaimana menurut bro chingik?
« Last Edit: 12 July 2011, 08:43:37 AM by Kainyn_Kutho »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2108 on: 12 July 2011, 10:23:16 AM »
Faktanya problem arahat sudah jadi polemik antar sekte sejak awal. Saat itu saja belum ada polemik mengenai mahayana kontra hinayana.  Walau doktrin Mahayana jg memiliki pandangan sendiri mengenai Arahat. Tapi dari perbedaan2 itu sangat jelas mengindikasikan bahwa memang ada "sesuatu" yg belum clear mengenai seputar sosok Kearahatan. Sehingga seorang pembelajar tidak boleh terpaku pd salah satu pandangan sekte.
Tidak ambil pusing di sini dimaksudkan tidak ingin terpengaruh pd salah satu pandangan itu. 
Percaya bahwa hanya sekte aku yg paling benar dan yg lain salah adalah yg dihindari gerakan Mahayana. Makanya salah satu ikrar bodhisatva (baca:misi mahayana) : "mempelajari pintu ajaran yg tak terhingga jumlahnya".

Dari “menerima semua”, “konsolidasi” kemudian kini menjadi “mempelajari
Sdr. Chingik, jika Mahayana menerima semua aliran Sravakayana, maka berarti menerima Arahat sebagai pencapaian yang tertinggi. Jika tidak, ini berarti Mahayana tidak menerima semua. Opsi ini perlu dipilih.

Masalah Arahat bukan saja masalah mengenai posisinya dalam tingkat spiritual tetapi juga cara-cara pencapaiannya. Jika dikatakan mengenai Arahat ini adalah sesuatu yang belum clear dan masih dipelajari, maka ini sama saja Mahayana belum menerima semua ajaran aliran Sravakayana. Ajaran Sravakayana hanya dijadikan pajangan, koleksi yang kalau dibutuhkan baru dicopy literaturnya untuk memberi jawaban atas masalah yang ditimbulkan dan yang tidak bisa diselesaikan oleh Mahayanis dengan literatur Mahayana-nya.

Selain itu, jika masalah Arahat masih dipelajari, maka ini berarti selama kemunculannya, Mahayana sendiri masih mempertanyakan kebenaran sutranya sendiri, seperti Saddharmapundarika Sutra yang di dalamnya jelas membahas mengenai tingkat spiritual dari Arahat Sariputra yang masih bisa di-upgrade lagi. Ini berarti pernyataan dalam sutra ini masih diragukan. Padahal Saddharmapundarika Sutra konon adalah sutra penting dalam Mahayana sehingga bahkan menjadi pondasi berdirinya salah satu aliran Mahayana, bahkan mungkin Mahayana itu sendiri karena sutra ini yang konon pertama kali menerbitkan istilah Mahayana dan Hinayana.

Sdr. Chingik, kita tidak bisa menepis adanya “campur aduk” pada Mahayana karena faktanya demikian, dan fakta tersebut ada dalam literatur-literatur Mahayana itu sendiri. Semakin kita menepis, semakin kuat mencekik.

Quote
Bagi Mahayana, kebenaran universal bukan dimonopoli oleh siapapun, sehingga memetik atau menerima satu kebenaran doktrin tidak perlu ditutupi, apalagi dikatakan copas. Kebelengguan anda bahwa kebenaran hanya milik salah satu tradisi yang anda pegang erat sehinggg terkungkung sendiri padanya.  Ini yang menjadi cermin dari sifat gontok2an antar sekte. 

Pada dasarnya pembelajara Mahayana tidak selalu harus menerima semua ajaran dalam tradisi berbeda itu ataupun menolak. Dikala merasa salah satu ajaran bisa diterima/ditolak, itu hanya proses/tahapan dari pembelajarannya. 
Toh semua doktrin akhirnya harus dilepas juga bagi seorang mahayanis.

Benar, kebenaran universal bukan dimonopoli oleh siapapun, namun ketika disodorkan, disajikan 2 klaiman kebenaran, maka seseorang perlu menentukannya mana yang benar, contohnya masalah Arahat. Kebenaran itu hanya 1.  Kecuali ingin menegaskan lebih kuat bahwa Mahayana itu aliran campur aduk sekaligus linglung karena kedua kebenaran ada padanya dan tidak tahu mana yang benar.
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2109 on: 12 July 2011, 11:39:34 AM »
mungkin ceritanya mahayana mau menampung semua sehingga sutra2 palsu pun di anggap berharga dan berguna, sehingga ya gado2 lah jadinya. mau tujuan ke ancol, ke nibana, ke surga mana, semua di tampung, akhirnya umat pada bingung :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2110 on: 12 July 2011, 12:38:34 PM »
 
anehnya kok ada kata2 ini dalam sutra maha :
Subhuti, To Sum up, the merits resulting from this Sutra are inconceivable, inestimable and without limit. The Tathagata expounds it to those initiated into the Mahayana and the Supreme Yana. If they are able to receive, hold (in mind), read and recite it and expound it widely to others, the Tathagata will know and will see that they will achieve inexpressible and inconceivable merits that are without measure or limit. They will bear (responsibility for) the Tathagata's supreme Enlightenment (Anuttara-samyak-sambodhi) Why? Because, Subhuti, those who take delight in the Hinayana and hold the view of an ego, a personality, a being and a life, cannot listen to, receive, hold (in mind), read and recite this Sutra and explain it to others

jadi intinya maha mempelajari semua dan mengetahui ya kalau hinayana itu payah =))
Dalam doktrin Mahayana, hinayana tidak dipandang sbg sebuah aliran. 
Jadi hinayana menurut Sutra Mahayana itu ditujukan pada siapa? Ada beberapa bhikkhu sebagai siswa sravaka yang hanya merasa pencapaiannya sudah final dan tidak mau melanjutkan nasihat Buddha. Merekalah yang disebut hinayana. Tidaklah aneh bila Buddha mengkritisi mereka, sama seperti ketika Buddha mengkritisi para pertapa yg berbeda pandangan dengan Buddha.
Sariputta , Mahakasyapa, Moggallana sbg siswa sravaka utama tidak dipandang sebagai hinayana, karena akhirnya mereka juga diramalkan akan menjadi Buddha.
Jadi menjadi hinayana atau tidak, itu tergantung pd aspirasi batin. Bukan berarti seseorang melatih ajaran sravaka lalu disebut hinayana.

Sebagai contoh, Master Yinshun adalah bhiksu Mahayana yang sangat menjunjung tinggi kitab Agama Sutra.
Master Zhiyi (pendiri tradisi Tientai di China) juga mengajar teknik samatha vipasyana kepada kakaknya.
Jadi tidak benar bila semua hal yg berhubungan dengan jalan sravaka dianggap sebagai hinayana.
     

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2111 on: 12 July 2011, 01:22:24 PM »
Quote
Saya tertarik paham bahwa sravakayana adalah bagian dari Mahayana dan bukan jalan berbeda. Saya kutip dari Bhaisajyaguru Buddha Sutra:
"Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang. Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan Penerangan.
Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pratyekabuddha, mereka akan berangsur-angsur dibimbing ke Jalan Mahayana."


Jika memang sravaka (dan Pratyeka) itu adalah tahapan, mengapa harus dibimbing untuk keluar dari sana?
Yang namanya tahapan tentu saja harus keluar dari tahap a baru masuk ke tahap b.  Terus camkan dengan kata "berangsur-angsur" di atas, jika sravaka dianggap kekeliruan fatal, sdh tidak seharusnya doktrin Mahayana selalu menjelaskan bahwa beberapa Buddha muncul di dunia mengajar dengan sistem 3 kendaraan, beberapa Buddha dengan sistem 1 kendaraan tunggal (bodhisatvayana. Atau dgn kata lain, lebih baik Buddha tidak mengajar jalan sravaka sejak awal.
 Jadi sravaka merupakan keniscayaan yg tidak bisa diabaikan dalam doktrin mahayana, hanya saja mereka akan dibimbing ke tahapan lanjutan bergantung pada bagaimana seorang Buddha melakukannya.   
 
Quote
Menurut Mahayana pun, sravaka yang tidak melanjutkan adalah pandangan keliru. Dari Saddharmapundarika Sutra Bab III:
"Owing to the mighty will of the Bodhisattva thou, Sâriputra, hast no recollection of thy former vow to observe the (religious) course; of the counsel of the Bodhisattva, the decree of the Bodhisattva. Thou thinkest that thou hast reached final rest. I, wishing to revive and renew in thee the knowledge of thy former vow to observe the (religious) course, will reveal to the disciples the Dharmaparyaya called 'the Lotus of the True Law,' ..."

Kisahnya di sini adalah Sariputra dibuat 'hilang ingatan' akan tekad Bodhisatva sehingga ia berpikir perjalanannya telah selesai (karena mencapai sravaka). Tapi di sini Buddha Sakyamuni membangkitkan kembali pengetahuan sejatinya, dan kemudian dikatakan bahwa di masa depan, Sariputra akan menjadi Tathagata bernama Padmaprabha. 

Bagaimana menurut bro chingik?

Sravaka yang tidak melanjutkan memang dianggap keliru dalam konteks bahwa ada pengetahuan lanjutan yang terlalu sayang utk diabaikan.
Tetapi harap dicatat juga bahwa kekeliruan itu bukan dalam arti belajar jalan sravaka adalah kekeliruan fatal yg harus dihentikan sebelum memulai.Karena memang Buddha sendiri yang mengajarkannya.  Ini merupakan metode dari seorang Buddha dalam membimbing siswanya. 
Contohnya orang membangun rumah diawali dari fondasi, jika anda hanya bangun fondasi lalu tidak melanjutkan bangun kerangka hingga bangunan itu selesai, apa tidak dianggap keliru? Tetapi saat anda membangun fondasi , anda tidak pernah dianggap keliru, karena memang itu tahapannya.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2112 on: 12 July 2011, 01:31:20 PM »
Inti-nya memang doktrin Mahayana berbeda dengan doktrin Theravada...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2113 on: 12 July 2011, 02:15:36 PM »
Yang namanya tahapan tentu saja harus keluar dari tahap a baru masuk ke tahap b.  Terus camkan dengan kata "berangsur-angsur" di atas, jika sravaka dianggap kekeliruan fatal, sdh tidak seharusnya doktrin Mahayana selalu menjelaskan bahwa beberapa Buddha muncul di dunia mengajar dengan sistem 3 kendaraan, beberapa Buddha dengan sistem 1 kendaraan tunggal (bodhisatvayana. Atau dgn kata lain, lebih baik Buddha tidak mengajar jalan sravaka sejak awal.
 Jadi sravaka merupakan keniscayaan yg tidak bisa diabaikan dalam doktrin mahayana, hanya saja mereka akan dibimbing ke tahapan lanjutan bergantung pada bagaimana seorang Buddha melakukannya. 
Betul, saya sangat setuju sekali bahwa memang dalam Mahayana, tidak ada tiga kendaraan. Saddharmapundarika Sutra sendiri menyatakannya:

"I do firmly establish the teaching of Tathâgata-knowledge, Sâriputra; I do lead the teaching of Tathâgata-knowledge on the right path, Sâriputra. By means of one sole vehicle, to wit, the Buddha-vehicle, Sâriputra, do I teach creatures the law; there is no second vehicle, nor a third."


Quote
Sravaka yang tidak melanjutkan memang dianggap keliru dalam konteks bahwa ada pengetahuan lanjutan yang terlalu sayang utk diabaikan.
Tetapi harap dicatat juga bahwa kekeliruan itu bukan dalam arti belajar jalan sravaka adalah kekeliruan fatal yg harus dihentikan sebelum memulai.Karena memang Buddha sendiri yang mengajarkannya.  Ini merupakan metode dari seorang Buddha dalam membimbing siswanya. 
Contohnya orang membangun rumah diawali dari fondasi, jika anda hanya bangun fondasi lalu tidak melanjutkan bangun kerangka hingga bangunan itu selesai, apa tidak dianggap keliru? Tetapi saat anda membangun fondasi , anda tidak pernah dianggap keliru, karena memang itu tahapannya.
Membangun fondasi adalah keliru jika tidak dilanjutkan ke tahapan lebih lanjut. Bahkan pondasi tersebut tidak bisa disebut sebagai pondasi yang benar.

"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2114 on: 12 July 2011, 02:21:15 PM »
 
Quote
Dari “menerima semua”, “konsolidasi” kemudian kini menjadi “mempelajari
Sdr. Chingik, jika Mahayana menerima semua aliran Sravakayana, maka berarti menerima Arahat sebagai pencapaian yang tertinggi. Jika tidak, ini berarti Mahayana tidak menerima semua. Opsi ini perlu dipilih.
Mahayana sebagai sebuah gerakan, menerima semua aliran Sravakayana sebagai cerminan bahwa mahayana tidak mengabaikan fondasi ajaran. Tetapi Mahayana sendiri memiliki tahapan lanjutan, sehingga tidak mungkin harus menganggap jalan sravaka sebagai final. Seperti yg saya jelaskan ke bro Kainyn, selama membangun fondasi, fondasi itu bukan suatu kekeliruan, tetapi jika hanya berhenti pada fondasi, itu bukan tujuan mahayana.

Quote
Masalah Arahat bukan saja masalah mengenai posisinya dalam tingkat spiritual tetapi juga cara-cara pencapaiannya. Jika dikatakan mengenai Arahat ini adalah sesuatu yang belum clear dan masih dipelajari, maka ini sama saja Mahayana belum menerima semua ajaran aliran Sravakayana. Ajaran Sravakayana hanya dijadikan pajangan, koleksi yang kalau dibutuhkan baru dicopy literaturnya untuk memberi jawaban atas masalah yang ditimbulkan dan yang tidak bisa diselesaikan oleh Mahayanis dengan literatur Mahayana-nya.
Selain itu, jika masalah Arahat masih dipelajari, maka ini berarti selama kemunculannya, Mahayana sendiri masih mempertanyakan kebenaran sutranya sendiri, seperti Saddharmapundarika Sutra yang di dalamnya jelas membahas mengenai tingkat spiritual dari Arahat Sariputra yang masih bisa di-upgrade lagi. Ini berarti pernyataan dalam sutra ini masih diragukan. Padahal Saddharmapundarika Sutra konon adalah sutra penting dalam Mahayana sehingga bahkan menjadi pondasi berdirinya salah satu aliran Mahayana, bahkan mungkin Mahayana itu sendiri karena sutra ini yang konon pertama kali menerbitkan istilah Mahayana dan Hinayana.

Saya rasa anda salah menangkap maksud "masalah arahat belum clear" di sini. Yg saya maksudkan adalah polemik status kearahatan itu sudah terjadi di dalam tubuh 18 sekte yg notabene adalah sekte jalan sravaka. Seharusnya anda tanyakan atau gali sendiri mengapa bisa terjadi polemik antar sekte itu, tanpa perlu melibatkan mahayana dulu.  Terus, berdasarkan apa bro merasa yakin sekte yg bro anut sebagai yg paling benar, pdhal 18 sekte itu memiliki pandngan berbeda-beda. Tidak jauh2 dari masalah kepercayaan belaka juga bukan?. 


Quote
Sdr. Chingik, kita tidak bisa menepis adanya “campur aduk” pada Mahayana karena faktanya demikian, dan fakta tersebut ada dalam literatur-literatur Mahayana itu sendiri. Semakin kita menepis, semakin kuat mencekik.
campur aduk itu kan berdasarkan pemikiran bro yg tidak bisa melihat sistem mahayana secara utuh. Wajar sajalah.
Faktanya, para sesepuh mahayana tidak merasa tercekik, bahkan bisa belajar melepas juga, salah satunya tradisi Zen bahkan secara khusus menekankan utk melepaskan kemelekatan pd persepsi kata-kata dan kitab suci.   

Quote
Benar, kebenaran universal bukan dimonopoli oleh siapapun, namun ketika disodorkan, disajikan 2 klaiman kebenaran, maka seseorang perlu menentukannya mana yang benar, contohnya masalah Arahat. Kebenaran itu hanya 1.  Kecuali ingin menegaskan lebih kuat bahwa Mahayana itu aliran campur aduk sekaligus linglung karena kedua kebenaran ada padanya dan tidak tahu mana yang benar.
Karena anda melihat dari kacamata sektarian, makanya berpikir demikian. 2 klaim kebenaran itu kan dari sudut pandang anda karena terlanjur memposisikan mindset  : "pandangan yg saya pegang ini sdh benar dan yg lain pasti salah".     
seperti telah sy jelaskan ke bro Kainyn, membangun fondasi bukanlah kekeliruan (dlm hal ini mempelajari jalan sravaka), tetapi membangun fondasi tanpa melanjutkan tahapan berikut, apakah bisa dianggap benar? (ini bicara dalam konteks bagi seorang siswa mahayana)

 

anything