//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663601 times)

0 Members and 10 Guests are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1410 on: 03 June 2009, 12:00:02 PM »
INDRA:

dutiyampi saya mencoba meluruskan, bahwa ADA LARANGAN dalam Buddhism dan ada sanksi jika larangan itu dilakukan, baca Vinaya Pitaka

TAN:

Anda sudah ngomong itu berulang kali. Saya tentu tahu, karena sebagai informasi saya yang menerjemahkan buku Vinaya Mukha jilid 1 (bahasa Indonesianya dibagi jadi 1A dan 1B). Jilid 2-nya baru jadi separuh. Masih belum ada waktu nerusin. Vinaya itu berlaku bagi Sangha. Ingat Sangha di sini sebagai suatu organisasi. Ini kasusnya beda. Kita ngomong agama Buddha secara global dan bukan sebagai kasus khusus (organisatoris). Tentu saja sebagai suatu organisasi, Sangha punya serangkaian aturannya sendiri (baca: Vinaya).
Semoga ini dapat dibedakan.
Kedua, kalau umat awam (baca: Upasaka/ Upasika) berbuat "salah" misalnya membunuh nyamuk. Bagi seorang bhikkhu itu merupakan pelanggaran dukkhata. Nah apakah umat awam juga dianggap melakukan pelanggaran dukkhata? Bhikkhu tidak boleh punya rambut panjang (melebihi kalau tidak salah 2 jari). Nah apakah umat awam juga berlaku hal yang sama?
Kalau umat Buddha membunuh, apakah sanggha yang menjatuhkan "hukuman." Jawabnya TIDAK. Pemerintah yang menjatuhkan hukuman.
Jadi jelas sekali kasusnya beda. Apa yang beda jangan disama2kan, dan apa yang sama jangan dibeda2kan.
Umat Buddha hanya "dianjurkan" untuk tidak membunuh. Kalau dia bandel dan tetap membunuh risikonya ditanggung penumpang. Kalau dia sudah keluar dari penjara dan selanjutnya tetap mengikuti peribadatan Buddha, siapakah yang melarang?
Semoga penjelasan saya ini cukup jelas.

Amiduofo,

Tan

Sdr Tan. saya berusaha agar tidak ada penyelewengan informasi di sini, jadi ada atau tidak ada larangan dalam agama buddha? kalo dijawab "hanya untuk bhikkhu", lantas apakah para bhikkhu tidak beragama buddha?

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1411 on: 03 June 2009, 12:01:51 PM »
RYU:

Ok, back to pertanyaan untuk Mahayana, jangan ke ajaran lain, Ajaran Buddha paling Utama apa? untuk lepas dari Dukkha? Untuk terlahir kembali di surga...?

TAN:

Lepas dari dukkha tentunya. But. Tidak semua orang bisa begitu. Saya punya teman, Buddhis juga. Tetapi pikirannya hanya bisnis, bisnis, dan bisnis. Sudah saya beri buku2 Dhamma, tetapi ga dibaca. Bagi dia tujuan hidupnya adalah menjadi orang sukses dalam bisnis. Tujuan orang tidak sama. Itulah masalahnya. Ada yang berpraktik agar lepas dari dukkha. Ada yang bertujuan mencapai kehidupan yang lebih baik. Ada yang ingin masuk surga saja sudah cukup.
Tetapi kalau kita yakin Dhamma itu baik, tidak ada salahnya memberikan saran atau masukan dengan cara damai, misalnya memberikan/ meminjamkan buku2 Dharma. Masalah dibaca atau tidak, itu di luar hak kita. Kalau Dhamma itu baik, mengapa kita tidak bagikan kepada orang lain. Selanjutnya Dhamma, itu tidak harus dilabeli "Buddha."
Saya sering memberikan saran pada orang lain yang didasari Dhamma, tetapi saya tidak pernah bilang itu ajaran "Buddha." Dan ternyata mereka bisa menerimanya.

Amiduofo,

Tan

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1412 on: 03 June 2009, 12:03:34 PM »
Quote
Begini, Ko Tan selalu membandingkan dengan ajaran non Mahayana dan juga agama lain, mari kita lihat ajaran lain.....
Bagi ajaran lain ada yang di sebut pandangan salah contohnya adalah menyembah Patung atau Ilah lain, nah apakah pemuka agama, yang mengajar, dan doktrin2 nya melakukan hal itu dan memperbolehkan umatnya atau menghindarinya?

Mari kita lihat Buddhis, mereka melakukan pembenaran2 bahwa toleransi lah, tidak masalah lah dll hal2 pandangan salah yang apa Buddha katakan, bisa lihat bedanya?
pembenaran seprti dalam hal apa ? contoh konkrit nya apa ya, tolong lebih jelas dulu ..:)

bisa dilihat dari upacara2 yang sering di adakan dalam "mahayana mungkin ya" seperti pemujaan dewa? ;D
Memberi persembahan pada dewa bukan hal yg salah lho dalam pandangan agama Buddha.  
Kecuali dilakukan dengan sikap batin yg salah , itu lain cerita lagi dong..
Kenyataannya tidak sedikit yg bahkan memberi persembahan pada Buddha dengan sikap batin yg tidak benar juga. Tidak melulu dalam lingkup mahayana.
Tapi ada satu hal yg harus diakui bahwa kekentalan ritual pemujaan dewa dalam mahayana tidak terlepas dari pengaruh Taoisme. Namun tetap harus dibedakan, karena mahayana memang telah menjadi satu aliran yg telah diadopsi ke dalam tradisi /budaya Tiongkok. Ini fakta sejarah yg tidak bisa ditampik. Tapi perlu ditekankan, bahwa dalam tingkat skolar Mahayana, hal2 pemujaan tetaplah dianggap sekedar pemujaan, sedangkan pemahaman benar tetap disajikan dengan proporsional.  


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1413 on: 03 June 2009, 12:04:32 PM »
RYU:

bisa dilihat dari upacara2 yang sering di adakan dalam "mahayana mungkin ya" seperti pemujaan dewa?

TAN:

Perlu Sdr. Ryu cari tahu, apakah benar "upacara pemujaan dewa2" dalam Mahayana itu sama dengan "pemujaan dewa2 dari agama lain." Soalnya selama saya ikut Mahayana kok ga ada ya upacara seperti itu. Lagipula selama ini saya ikut Mahayana ga pernah ikut acara "puja dewa2." Saya juga ga gitu suka upacara2 ritual. Apakah kalo gitu saya bukan Mahayana ya? But btw saya menghormati dewa2 dan orang yang melakukan ritual semacam itu; asalkan dia mengetahui makna apa yang dilakukannya dan bukan cuma ikut2an.
Btw. Anda pernah baca literatur Mahayana seperti Cheng Wei Shi Lun atau Mo He Chi Kuan (Jepang: Mahashikan). Ada ga di situ tentang puja dewa2? Kalau ada saya dikasih tahu ya. Nanti saya juga adain puja dewa gede2an. Ma kasih.

Amiduofo,

Tan
Jadi kalau tidak mengerti makna memuja dewa bagaimana? bisa terjerumus ke pandangan salah khan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1414 on: 03 June 2009, 12:05:17 PM »
INDRA:

Sdr Tan. saya berusaha agar tidak ada penyelewengan informasi di sini, jadi ada atau tidak ada larangan dalam agama buddha? kalo dijawab "hanya untuk bhikkhu", lantas apakah para bhikkhu tidak beragama buddha?

TAN:

Sangha tentu beragama Buddha. Kalau tidak beragama Buddha untuk apa mereka masuk Sangha. Pertanyaannya juga bisa saya balik: Apakah Vinaya berlaku bagi umat awam (baca: Upasaka/ Upasika)? Apakah Upasaka dan Upasika itu beragama Buddha atau tidak?
Justru di sini informasi yang saya berikan sudah obyektif dan apa adanya, serta menjelaskan bagaimana kedudukan Vinaya dalam agama Buddha. Informasi saya sudah tidak sepotong2.

Amiduofo,

Tan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1415 on: 03 June 2009, 12:08:46 PM »
informasi yg tidak sepotong2 menurut saya seharusnya begini:
larangan memang ada dalam agama buddha tetapi ditujukan kepada Sangha, bagi umat awam yg ada hanyalah himbauan/anjuran.

dan saya mendesak anda adalah agar para pengunjung dari luar tidak mendapatkan informasi yg salah dalam forum ini, saya tidak tertarik untuk MENYERANG anda.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1416 on: 03 June 2009, 12:14:40 PM »
RYU:

Ok, back to pertanyaan untuk Mahayana, jangan ke ajaran lain, Ajaran Buddha paling Utama apa? untuk lepas dari Dukkha? Untuk terlahir kembali di surga...?

TAN:

Lepas dari dukkha tentunya. But. Tidak semua orang bisa begitu. Saya punya teman, Buddhis juga. Tetapi pikirannya hanya bisnis, bisnis, dan bisnis. Sudah saya beri buku2 Dhamma, tetapi ga dibaca. Bagi dia tujuan hidupnya adalah menjadi orang sukses dalam bisnis. Tujuan orang tidak sama. Itulah masalahnya. Ada yang berpraktik agar lepas dari dukkha. Ada yang bertujuan mencapai kehidupan yang lebih baik. Ada yang ingin masuk surga saja sudah cukup.
Tetapi kalau kita yakin Dhamma itu baik, tidak ada salahnya memberikan saran atau masukan dengan cara damai, misalnya memberikan/ meminjamkan buku2 Dharma. Masalah dibaca atau tidak, itu di luar hak kita. Kalau Dhamma itu baik, mengapa kita tidak bagikan kepada orang lain. Selanjutnya Dhamma, itu tidak harus dilabeli "Buddha."
Saya sering memberikan saran pada orang lain yang didasari Dhamma, tetapi saya tidak pernah bilang itu ajaran "Buddha." Dan ternyata mereka bisa menerimanya.

Amiduofo,

Tan
Ok nah kenapa ajaran Buddha tidak bisa masuk ke orang tersebut? apa mungkin karena ada alternatif lain contohnya bisa ke alam surga lain?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1417 on: 03 June 2009, 12:19:03 PM »
RYU:

Jadi kalau tidak mengerti makna memuja dewa bagaimana? bisa terjerumus ke pandangan salah khan

TAN:

Anda benar! Bukan hanya memuja dewa saja. Dalam setiap aspek kehidupan bila orang tidak mengetahui maknanya bisa saja terjerumus ke pandangan salah. Sebagai contoh dalam bermain saham, valas, atau forex. Bila tidak tahu maknanya bisa saja dia akan terjerumus pada kerugian besar. Sekedar sharing. Saya sudah sering memberikan masukan pada orang2 yang melakukan pemujaan yang membuta. Sering saya adakan dialog dengan teman yang beragama Buddha. Ini adalah salah satu contohnya yang saya ingat.

Tan: Wah hari ini sembahyang apa Oom (O)? Kok sibuk. Wah enak tuh makanannya.
O: Oooo ini sembahyang biasa ceit - capgo
Tan: [pura-pura ga tahu] Wah apaan tuh Oom ceit-capgo?
O: Kamu anak muda sekarang banyak yang ga tahu tradisi ya? Itu sembahyang supaya pheng an (selamat) banyak hokkie (rejeki) ama sehat.
Tan: Ooo gitu ya Oom. Maaf Oom jadi pengen nanya nih. Semoga Oom ga keberatan. Jadi phengan, hokkie, ama sehat itu bisa didapet dengan sembahyang ya?
O : .............. ya...ya setidak2nya kita memohon pada para dewa.
Tan: Lho tapi kok pake segala macam makanan ini, Oom? Wah itu ada babi kecap segala. Nanti kalau sudah selesai sembahyang bungkusin buwat saya ya (becanda).
O: Lho iya supaya dewanya seneng. Kalau mereka seneng makan khan nanti jadi baek sama kita.
Tan: Sori Oom boleh tanya lagi. Kalau dewanya memang bisa kasih kita phengan, hokkie, sehat, dll. Kok masih perlu kita kasih makan. Jangan2 nanti malah kita yang kasih mereka phengan (dapet makanan), sehat (sesudah makan), hokkie (karena kita kasih makan) ke mereka?

Si Oom mungkin agak kesal, terbaca dari raut wajahnya. Jadi saya alihkan ke topik lain.  Jadi dalam menjelaskan sesuatu kita mesti liat sikonnya dulu. Prinsipnya adalah jangan menggurui dan tidak memaksa. Kedua, karena dia (si Oom) mengaku beragama Buddha, maka saya merasa tidak masalah bila saya mengadakan dialog di atas. Kalau dia beragama Vestorisme, tentu saya tidak akan memulai dialog di atas.

Amiduofo,

Tan


Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1418 on: 03 June 2009, 12:21:36 PM »
RYU:

Ok nah kenapa ajaran Buddha tidak bisa masuk ke orang tersebut? apa mungkin karena ada alternatif lain contohnya bisa ke alam surga lain?

TAN:

Saya tidak tahu. Karena memang saya tidak ingin mengubahnya jadi umat "Buddha." Saya lebih suka kalau orang jadi hidup sesuai Dhamma, ketimbang jadi umat "Buddha." Dhamma itu tidak perlu label bukan? Ibaratnya seperti mata air yang tiap orang boleh minum dari sana.

Amiduofo,

Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1419 on: 03 June 2009, 12:24:56 PM »
INDRA:

informasi yg tidak sepotong2 menurut saya seharusnya begini:
larangan memang ada dalam agama buddha tetapi ditujukan kepada Sangha, bagi umat awam yg ada hanyalah himbauan/anjuran.

dan saya mendesak anda adalah agar para pengunjung dari luar tidak mendapatkan informasi yg salah dalam forum ini, saya tidak tertarik untuk MENYERANG anda.

TAN:

Tetapi pada informasi saya terakhir sehubungan dengan topik terkait sudah saya jelaskan seperti itu, bukan? Jadi sudah ga ada masalah lagi khan?

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1420 on: 03 June 2009, 12:25:09 PM »
RYU:

Jadi kalau tidak mengerti makna memuja dewa bagaimana? bisa terjerumus ke pandangan salah khan

TAN:

Anda benar! Bukan hanya memuja dewa saja. Dalam setiap aspek kehidupan bila orang tidak mengetahui maknanya bisa saja terjerumus ke pandangan salah. Sebagai contoh dalam bermain saham, valas, atau forex. Bila tidak tahu maknanya bisa saja dia akan terjerumus pada kerugian besar. Sekedar sharing. Saya sudah sering memberikan masukan pada orang2 yang melakukan pemujaan yang membuta. Sering saya adakan dialog dengan teman yang beragama Buddha. Ini adalah salah satu contohnya yang saya ingat.

Tan: Wah hari ini sembahyang apa Oom (O)? Kok sibuk. Wah enak tuh makanannya.
O: Oooo ini sembahyang biasa ceit - capgo
Tan: [pura-pura ga tahu] Wah apaan tuh Oom ceit-capgo?
O: Kamu anak muda sekarang banyak yang ga tahu tradisi ya? Itu sembahyang supaya pheng an (selamat) banyak hokkie (rejeki) ama sehat.
Tan: Ooo gitu ya Oom. Maaf Oom jadi pengen nanya nih. Semoga Oom ga keberatan. Jadi phengan, hokkie, ama sehat itu bisa didapet dengan sembahyang ya?
O : .............. ya...ya setidak2nya kita memohon pada para dewa.
Tan: Lho tapi kok pake segala macam makanan ini, Oom? Wah itu ada babi kecap segala. Nanti kalau sudah selesai sembahyang bungkusin buwat saya ya (becanda).
O: Lho iya supaya dewanya seneng. Kalau mereka seneng makan khan nanti jadi baek sama kita.
Tan: Sori Oom boleh tanya lagi. Kalau dewanya memang bisa kasih kita phengan, hokkie, sehat, dll. Kok masih perlu kita kasih makan. Jangan2 nanti malah kita yang kasih mereka phengan (dapet makanan), sehat (sesudah makan), hokkie (karena kita kasih makan) ke mereka?

Si Oom mungkin agak kesal, terbaca dari raut wajahnya. Jadi saya alihkan ke topik lain.  Jadi dalam menjelaskan sesuatu kita mesti liat sikonnya dulu. Prinsipnya adalah jangan menggurui dan tidak memaksa. Kedua, karena dia (si Oom) mengaku beragama Buddha, maka saya merasa tidak masalah bila saya mengadakan dialog di atas. Kalau dia beragama Vestorisme, tentu saya tidak akan memulai dialog di atas.

Amiduofo,

Tan


Apakah yang telah dilakukan oleh Mahayana untuk menghindari dari pandangan salah tersebut, apakah pandangan salah tersebut di biarkan dan dikembangkan ke arah yang lain, atau melarang umatnya untuk tidak melakukannya, atau membiarkan umatnya melakukan pandangan salah tersebut.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1421 on: 03 June 2009, 12:26:34 PM »
RYU:

Ok nah kenapa ajaran Buddha tidak bisa masuk ke orang tersebut? apa mungkin karena ada alternatif lain contohnya bisa ke alam surga lain?

TAN:

Saya tidak tahu. Karena memang saya tidak ingin mengubahnya jadi umat "Buddha." Saya lebih suka kalau orang jadi hidup sesuai Dhamma, ketimbang jadi umat "Buddha." Dhamma itu tidak perlu label bukan? Ibaratnya seperti mata air yang tiap orang boleh minum dari sana.

Amiduofo,

Tan
Ya saya setuju hal tersebut, tapi bukankah lebih baik orang itu berlabel buddhis dan hidup sesuai dhamma, dari pada orang itu berlabel buddhis tapi menyimpangkan ajaran Buddha.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1422 on: 03 June 2009, 12:27:41 PM »
CHINGIK:

Memberi persembahan pada dewa bukan hal yg salah lho dalam pandangan agama Buddha.  
Kecuali dilakukan dengan sikap batin yg salah , itu lain cerita lagi dong..
Kenyataannya tidak sedikit yg bahkan memberi persembahan pada Buddha dengan sikap batin yg tidak benar juga. Tidak melulu dalam lingkup mahayana.
Tapi ada satu hal yg harus diakui bahwa kekentalan ritual pemujaan dewa dalam mahayana tidak terlepas dari pengaruh Taoisme. Namun tetap harus dibedakan, karena mahayana memang telah menjadi satu aliran yg telah diadopsi ke dalam tradisi /budaya Tiongkok. Ini fakta sejarah yg tidak bisa ditampik. Tapi perlu ditekankan, bahwa dalam tingkat skolar Mahayana, hal2 pemujaan tetaplah dianggap sekedar pemujaan, sedangkan pemahaman benar tetap disajikan dengan proporsional.  

TAN:

Ya tepat sekali. Saya sangat setuju dengan Bro Chingik. Memang semuanya berpulang pada sikap batin. Setuju sekali! Sangat mengena.

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1423 on: 03 June 2009, 12:30:37 PM »
CHINGIK:

Memberi persembahan pada dewa bukan hal yg salah lho dalam pandangan agama Buddha. 
Kecuali dilakukan dengan sikap batin yg salah , itu lain cerita lagi dong..
Kenyataannya tidak sedikit yg bahkan memberi persembahan pada Buddha dengan sikap batin yg tidak benar juga. Tidak melulu dalam lingkup mahayana.
Tapi ada satu hal yg harus diakui bahwa kekentalan ritual pemujaan dewa dalam mahayana tidak terlepas dari pengaruh Taoisme. Namun tetap harus dibedakan, karena mahayana memang telah menjadi satu aliran yg telah diadopsi ke dalam tradisi /budaya Tiongkok. Ini fakta sejarah yg tidak bisa ditampik. Tapi perlu ditekankan, bahwa dalam tingkat skolar Mahayana, hal2 pemujaan tetaplah dianggap sekedar pemujaan, sedangkan pemahaman benar tetap disajikan dengan proporsional. 

TAN:

Ya tepat sekali. Saya sangat setuju dengan Bro Chingik. Memang semuanya berpulang pada sikap batin. Setuju sekali! Sangat mengena.

Amiduofo,

Tan
Sikap bathin yang benar seperti apakah dalam pemujaan terhadap dewa?

Buddha mengajarkan untuk tidak melekat dan melepas, dalam hal pemujaan dewa "saya rasa" malah menambah kemelekatan lho ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1424 on: 03 June 2009, 12:30:52 PM »
RYU:

Apakah yang telah dilakukan oleh Mahayana untuk menghindari dari pandangan salah tersebut, apakah pandangan salah tersebut di biarkan dan dikembangkan ke arah yang lain, atau melarang umatnya untuk tidak melakukannya, atau membiarkan umatnya melakukan pandangan salah tersebut.

TAN:

Pertanyaan menarik. Anda perlu membedakan Mahayana sebagai individu atau organisatoris? Kalau sebagai individu (setidaknya saya), saya telah berupaya memberikan penjelasan yang baik. Kalau sebagai organisatoris itu di luar hak dan wewenang saya. Lha wong saya ini tidak bergabung dengan organisasi apapun. Ke vihara iya. Tapi tidak ikut organisasi apapun.

Amiduofo,

Tan