//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663327 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1155 on: 31 May 2009, 09:25:45 PM »
Begini Sdr. Tan, saya tidak bisa membuktikan kebenaran/ketidak-benaran Tipitaka, jadi saya memilih untuk mengikuti para guru saya untuk mempercayai Tipitaka sampai terbukti salah, dan saya kira anda pun tidak memiliki kualifikasi untuk membantah kebenaran Tipitaka (maaf kalau dugaan saya salah). jadi untuk diskusi kita sebaiknya kita kesampingkan dulu pembahasan benar/salahnya isi Tipitaka.

nah bahwa terdapat banyak rujukan dalam Sutta yang mengatakan bahwa Sang Buddha menyatakan dirinya telah mencapai Pencerahan yang berarti mengkronfontasi statement anda berikut ini:

"Padahal seseorang yang telah mencapai pencerahan tidak akan merasa bahwa dirinya telah mencapai pencerahan."

saya kira akan lebih bijaksana anda mengemukakan rujukan yg sah untuk membantah ini. tidak cukup hanya dengan diplomasi. maksud saya, tolong tunjukkan sutta/sutra di mana Sang Buddha tidak menganggap dirinya tercerahkan.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1156 on: 31 May 2009, 09:26:42 PM »
Tambahan untuk Xuvie:

Di dalam mazhab non Mahayanis ada juga ancaman. Bila tidak percaya silakan baca Ambattha Sutta. Kisah mengenai pemuda Ambattha yang pada mulanya tidak bersedia menjawab pertanyaan Buddha sebanyak dua kali. Buddha berkata bahwa jika seseorang tidak bersedia menjawab pertanyaan seorang Buddha hingga kali ketiga, maka kepala orang itu akan dipecahkan oleh yakkha Vajirapani yang saat itu sudah siap dengan senjata gadanya. Nah, menurut Anda apakah itu ancaman?
Selanjutnya, menurut ajaran Buddha kejahatan-kejahatan besar: melukai Buddha, membunuh ayah, membunuh ibu, dll dapat menjerumuskan seseorang ke neraka Avichi. Nah, apakah itu bukan ancaman?

Amiduofo,


Tan

Menurut saya itu bukan ancaman.
Atau jika menurut Anda itu merupakan ancaman, jadi maksudnya Sang Buddha di Sutta Theravada itu melakukan ancaman ya?

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1157 on: 31 May 2009, 09:44:29 PM »
Terimakasih utk penjelasannya, tp tidak ckp mengenai inti pertanyaan saya.
Saya memakai kata 'ancaman' krn begitulah yg saya lihat.
Baiklah, jika itu bukan ancaman, adakah penjelasan sahih dr sutra yg mengatakan 'mengkopi tindak tanduk orang bijak dpt menjadikan kita laksana badut dan lebih parah lg menjerumuskan ke neraka Avici'?  ???

Itu utk pertanyaan saya sebelumnya yg saya perjelas, sedangkan utk jawaban thdp pertanyaan Pak Ivan,

Utk kejahatan2 besar yg Anda katakan, melukai Buddha, membunuh ayah ibu dll. itu sebuah hal yg rasional. Krn sesuai dg Hukum Kamma, dimana ada aksi maka ada reaksi. apakah maw masuk ke avici atau tidak, ada buah yg dipetik sesuai benih yg ditabur.

Ttg Ambattha Sutta, ya pernah membaca hal tsb. Dan memang sedikit banyak saya pandang sbg sbuah ancaman, krn bbrp hal:
1. Tidak ada contoh kasus sebelumnya dimana kepala ssorg pecah 7 keping krn tidak menjawab pertanyaaan seorang Samma Sambuddha.
2. Bisa saja telah mengalami pergeseran isi sutta, misalnya sedikit banyak telah ditambahkan.
3. Tidak ada alasan kuat yg telah diperbuat Saccaka Niganthaputta yg dpt menghancurkan kepalanya bila tdk dijawab, kembali ke poin 1.
Tp mengenai hal itu lebih bisa saya terima krn bbrp hal yg menyangkut 'belief' saya:
1. Yg mengutarakan adlh seorang Samma Sambuddha
2. Mengikuti 4 mahapadesa, krn tidak terbukti benar atau salahnya, saya hanya bisa bersikap terbuka, tdk setuju pun tdk menentang.

Sedangkan dlm quote Pak Ivan di atas, saya tidak melihat adanya sebuah alasan kuat, terlebih contoh kasus yg diberikan adlh cerita2 Mahaguru Zen. Maaf, saya menangkap pesan moral yg ada pd cerita. Tp bagaimanapun cerita itu, tetaplah sebuah cerita belaka.

Saya hanya bertanya adakah bukti sahih dari sutra, bkn cerita. Secara saya tidak bersentuhan terlalu dlm dg mazhab Mahayana. Jd pertanyaan di atas bukan utk mendiskreditkan.

Jika Anda tidak menjawab scr langsung melainkan berkelit dg cerita, saya pun bisa memberikan sebuah cerita ttg Zen, dari seorang Guru Zen, ketika ditanyakan seseorang, "Guru, setelah ini akan jadi apakah seorang Guru Zen?"
"Akan terlahir jadi seekor keledai atau binatang," dijawab oleh Guru Zen tsb.
"Setelah ini Guru?" kembali ditanyakan orang tsb.
Sang Guru menjawab, "Akan terlahir ke neraka."
Dan orang tsb dg terperanjat bertanya, "Tetapi bukankah Anda seorang Guru Zen?"
Dg tenang Guru tsb menjawab, "Jika bukan saya yg terlahir ke neraka utk menyelamatkan, siapa lagi?"
Apakah ini berarti orang yg mempelajari Buddha Dhamma scr tulus dan mendalam akan terlahir ke neraka? Pertanyaan ini tidak perlu dijawab, krn saya pun tidak menganggap terlalu serius cerita tsb. Saya hanya sekadar menunjukkan kembali pd Pak Ivan ttg 'cerita'.

 _/\_
« Last Edit: 31 May 2009, 09:46:01 PM by xuvie »
appamadena sampadetha

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1158 on: 31 May 2009, 10:39:02 PM »
saudara Tan yg bijak,
anda mengatakan bahwa, ketika seseorang yang tercerahkan begini dan begitu....
apakah anda sudah tercerahkan? jadi tahu persis....
kalau anda merasa belum tercerahkan, saya ingin tahu dasar apa anda mengatakan statment berikut?
"Padahal seseorang yang telah mencapai pencerahan tidak akan merasa bahwa dirinya telah mencapai pencerahan."

saya setuju dengan pandangan saudara indra, terkait benar tidaknya...adakah rujukan tentang itu?
karena,Luanta Mahaboowa juga mengeluarkan statment mengenai pencapaian arahat-nya.
apakah beliau itu belum tercerahkan?mohon petunjuknya saudara Tan.


salam metta.
« Last Edit: 31 May 2009, 10:42:32 PM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1159 on: 31 May 2009, 10:51:15 PM »
INDRA:

Begini Sdr. Tan, saya tidak bisa membuktikan kebenaran/ketidak-benaran Tipitaka, jadi saya memilih untuk mengikuti para guru saya untuk mempercayai Tipitaka sampai terbukti salah, dan saya kira anda pun tidak memiliki kualifikasi untuk membantah kebenaran Tipitaka (maaf kalau dugaan saya salah). jadi untuk diskusi kita sebaiknya kita kesampingkan dulu pembahasan benar/salahnya isi Tipitaka.

nah bahwa terdapat banyak rujukan dalam Sutta yang mengatakan bahwa Sang Buddha menyatakan dirinya telah mencapai Pencerahan yang berarti mengkronfontasi statement anda berikut ini:

"Padahal seseorang yang telah mencapai pencerahan tidak akan merasa bahwa dirinya telah mencapai pencerahan."

saya kira akan lebih bijaksana anda mengemukakan rujukan yg sah untuk membantah ini. tidak cukup hanya dengan diplomasi. maksud saya, tolong tunjukkan sutta/sutra di mana Sang Buddha tidak menganggap dirinya tercerahkan.

TAN:

Oooo.. Anda mau rujukan ya? Oke2.. saya beri. Rujukannya adalah Sutra Hati atau Sutra Prajna Paramita Hrdaya. Silakan simak baik-baik:

"Yang Maha Suci Sang Avalokitasvara sedang melaksanakan Samadhi kebijaksanaan Sempurna untuk mencapai pantai sana (nirvana). Dalam pengamatan bathin dalam samadhinya,Beliatu telah menyaksikan dengan jelas sekali,bahwa lima kelompok kegemaran (Panca Skhanda) itu sebenarnnya kosong/tanpa inti. Dengan menyadari hal itu, maka Sang Avalokitesvara telah dapat terbebas dari sengsara dan derita.

O, Sariputra, wujud (rupa) tiada bedannya dengan kosong (sunya). Dan kosong (Sunya) juga tiada bedannya dengan wujud (rupa), jadi wujud pada hakekatnya sama dengan kosong dan kosong sama dengan wujud. Demikianlah pula halnya dengan perasaan, pikiran, tindak kemauan, dan kesadaran itu.

Sariputra, kekosongan dari semua bendainitidak dilahirkan,tidak termusnakan, tidak kotor, tidak bersih, tidak bertambah pun tidak berkurang.

Oleh karenanya,dengan kekosongan itu tiada berwujud,tiada perasaan, pikiran,tindak kemauan, dan kesadaran; tiada mata, telinga, hidup, lidah,tubuh danakal; tiada wujud, suara, bau rasa, sentuhan dan ide gagasan ; tiada alam penglihatan sampailah tiada alam kemampuan pikiran dan kesadaran (delapan belas alam pengenal)

Tiada ada kebodohan (avijja) pun tiada ada akhir kebodohan, sampai pun usia dan kematian, juga tiada ada akhir usia tua dan kematian. Tiada ada derita (Dukha), timbunan derita (samudaya), penghapusan derita(Nirodha) dan jalan kebenaran (Marga) ; tiada ada kebijaksanaan pun tiada ada yang DICAPAI (DIREALISASI).

Karena tiadayang DICAPAI (DIREALISASI), maka Bodhisattva mengandalkan kebijaksanaan sempurna untuk mencapai pantai sana; oleh karena itu sanubarinya terbebaskan dari segala kemelekatan dan rintangan.

Karena tiada kemelekatan dan rintangan, maka tiada takut dan khwatir, dan mereka dapat bebas dari lamuna dan ketidaklaziman, dengan begitu mencapa Parinirvana.

Para Buddha dari jaman dahulu, sekarang dan yang akan datang mengandalkan pada kebijaksanaan sempurna memperoleh kesadaran tertinggi.

Maka kita tahu bahwa Maha Prajna Paramita adalah Mantra suci yang Agung, Mantra yang terunggul dan Mantra yang tiada taranya; yang benar dan pasti dapa menghapuskan semua derita.

Karena beliau mengucapkan Mantra Prajna Paramita yang berbunyi :
Gate Gate Paragate Parasamgate Boddhi Svaha !
Prajna Paramita Hrdaya Sutra"

Silakan perhatikan kata "DIREALISASI" yang saya tulis dengan huruf besar. Kata itu mengacu pada Penerangan Sempurna.

Sebelumnya, saya selaku umat Mahayana dengan tegas menyatakan bahwa Sutra-sutra Mahayana adalah juga berasal dari Hyang Buddha Sakyamuni. Sama seperti Anda, saya juga mengikuti guru-guru saya berpegang pada Sutra-sutra Mahayana, sampai terbukti bahwa sutra2 tersebut salah.

Jadi berdasarkan Sutra Hati di atas jelas sekali Buddha menyatakan bahwa setelah seorang merealisasi Penerangan Sempurna maka justru tiada lagi Penerangan Sempurna. Konsep ini bagi saya sudah cukup jelas, tetapi entah bagi Anda.
Kedua, konsep ini sudah jelas sekali bagi umat yang paham filosofi Mahayana dan bagi umat Mahayana tidak akan timbul pertanyaan2 semacam ini. Nah kutipan Sutra di atas sudah dengan jelas membuktikan bahwa Buddha tidak "merasa" dirinya tercerahkan. Saya kira sudah cukup jelas.

Amiduofo,

Tan




Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1160 on: 31 May 2009, 10:52:32 PM »
UPASAKA:

Menurut saya itu bukan ancaman.
Atau jika menurut Anda itu merupakan ancaman, jadi maksudnya Sang Buddha di Sutta Theravada itu melakukan ancaman ya?

TAN:

Kalau begitu apa yang saya ungkapkan itu juga bukan ancaman. Case Closed.

Amiduofo,

Tan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1161 on: 31 May 2009, 10:57:24 PM »
Quote from: Tan
TAN:

Oooo.. Anda mau rujukan ya? Oke2.. saya beri. Rujukannya adalah Sutra Hati atau Sutra Prajna Paramita Hrdaya. Silakan simak baik-baik:

"Yang Maha Suci Sang Avalokitasvara sedang melaksanakan Samadhi kebijaksanaan Sempurna untuk mencapai pantai sana (nirvana). Dalam pengamatan bathin dalam samadhinya,Beliatu telah menyaksikan dengan jelas sekali,bahwa lima kelompok kegemaran (Panca Skhanda) itu sebenarnnya kosong/tanpa inti. Dengan menyadari hal itu, maka Sang Avalokitesvara telah dapat terbebas dari sengsara dan derita.

O, Sariputra, wujud (rupa) tiada bedannya dengan kosong (sunya). Dan kosong (Sunya) juga tiada bedannya dengan wujud (rupa), jadi wujud pada hakekatnya sama dengan kosong dan kosong sama dengan wujud. Demikianlah pula halnya dengan perasaan, pikiran, tindak kemauan, dan kesadaran itu.

Sariputra, kekosongan dari semua bendainitidak dilahirkan,tidak termusnakan, tidak kotor, tidak bersih, tidak bertambah pun tidak berkurang.

Oleh karenanya,dengan kekosongan itu tiada berwujud,tiada perasaan, pikiran,tindak kemauan, dan kesadaran; tiada mata, telinga, hidup, lidah,tubuh danakal; tiada wujud, suara, bau rasa, sentuhan dan ide gagasan ; tiada alam penglihatan sampailah tiada alam kemampuan pikiran dan kesadaran (delapan belas alam pengenal)

Tiada ada kebodohan (avijja) pun tiada ada akhir kebodohan, sampai pun usia dan kematian, juga tiada ada akhir usia tua dan kematian. Tiada ada derita (Dukha), timbunan derita (samudaya), penghapusan derita(Nirodha) dan jalan kebenaran (Marga) ; tiada ada kebijaksanaan pun tiada ada yang DICAPAI (DIREALISASI).

Karena tiadayang DICAPAI (DIREALISASI), maka Bodhisattva mengandalkan kebijaksanaan sempurna untuk mencapai pantai sana; oleh karena itu sanubarinya terbebaskan dari segala kemelekatan dan rintangan.

Karena tiada kemelekatan dan rintangan, maka tiada takut dan khwatir, dan mereka dapat bebas dari lamuna dan ketidaklaziman, dengan begitu mencapa Parinirvana.

Para Buddha dari jaman dahulu, sekarang dan yang akan datang mengandalkan pada kebijaksanaan sempurna memperoleh kesadaran tertinggi.

Maka kita tahu bahwa Maha Prajna Paramita adalah Mantra suci yang Agung, Mantra yang terunggul dan Mantra yang tiada taranya; yang benar dan pasti dapa menghapuskan semua derita.

Karena beliau mengucapkan Mantra Prajna Paramita yang berbunyi :
Gate Gate Paragate Parasamgate Boddhi Svaha !
Prajna Paramita Hrdaya Sutra"

Silakan perhatikan kata "DIREALISASI" yang saya tulis dengan huruf besar. Kata itu mengacu pada Penerangan Sempurna.

Sebelumnya, saya selaku umat Mahayana dengan tegas menyatakan bahwa Sutra-sutra Mahayana adalah juga berasal dari Hyang Buddha Sakyamuni. Sama seperti Anda, saya juga mengikuti guru-guru saya berpegang pada Sutra-sutra Mahayana, sampai terbukti bahwa sutra2 tersebut salah.

Jadi berdasarkan Sutra Hati di atas jelas sekali Buddha menyatakan bahwa setelah seorang merealisasi Penerangan Sempurna maka justru tiada lagi Penerangan Sempurna. Konsep ini bagi saya sudah cukup jelas, tetapi entah bagi Anda.
Kedua, konsep ini sudah jelas sekali bagi umat yang paham filosofi Mahayana dan bagi umat Mahayana tidak akan timbul pertanyaan2 semacam ini. Nah kutipan Sutra di atas sudah dengan jelas membuktikan bahwa Buddha tidak "merasa" dirinya tercerahkan. Saya kira sudah cukup jelas.

Amiduofo,

Tan

Jadi maksudnya Bodhisattva Avalokitesvara sudah merealisasi Pencerahan ya?

Kok bisa sudah mencapai Nirvana (baca : menjadi Buddha) tapi masih bergelar Boddhisattva (baca : masih menderita)...?

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1162 on: 31 May 2009, 10:58:17 PM »
MARCEDES:

saudara Tan yg bijak,
anda mengatakan bahwa, ketika seseorang yang tercerahkan begini dan begitu....
apakah anda sudah tercerahkan? jadi tahu persis....
kalau anda merasa belum tercerahkan, saya ingin tahu dasar apa anda mengatakan statment berikut?
"Padahal seseorang yang telah mencapai pencerahan tidak akan merasa bahwa dirinya telah mencapai pencerahan."

saya setuju dengan pandangan saudara indra, terkait benar tidaknya...adakah rujukan tentang itu?
karena,Luanta Mahaboowa juga mengeluarkan statment mengenai pencapaian arahat-nya.
apakah beliau itu belum tercerahkan?mohon petunjuknya saudara Tan.

TAN:

Apa yang saya ungkapkan itu dari penelaahan Sutra-sutra beserta doktrin Mahayana. Sumber sutranya sudah saya kutipkan di atas yaitu Sutra Hati. Saya kira sudah cukup jelas. Hmmm jadi Anda setuju ungkapan saya bahwa "anda mengatakan bahwa, ketika seseorang yang tercerahkan begini dan begitu...." Lalu bagaimana dengan posting2 rekan-rekan non Mahayanis yang dengan yakin menyatakan bahwa:

1)Tidak ada apa2 setelah parinirvana, karena pancaskandha sudah padam - ini nihilisme
2)Buddha merasa yakin bahwa dirinya telah mencapai pencerahan

Apakah mereka juga sudah tercerahi?
Mengenai pencerahan Luanta Mahaboowa saya tidak mau komentar apa2.
Dia adalah guru dari aliran non Mahayana dan selain itu saya tidak kenal Beliau. Bukan kapasitas saya untuk mengomentarinya.

Om Mani Padme Hum,

Tan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1163 on: 31 May 2009, 10:59:27 PM »
Sdr. Tan, terus terang saya terlalu bodoh untuk memahami sutra yg anda tampilkan, baiklah (anggap) saya menerima validitas sutra rujukan anda, sekarang bagaimana menurut anda dengan statement sebaliknya oleh Sang Buddha mengenai Pencerahan diriNya spt yg telah dikutip oleh rekan2 lainnya di sini? karena kalau ada dua statement yang saling berlawanan, tidak mungkin dua2nya benar

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1164 on: 31 May 2009, 11:00:23 PM »
UPASAKA:

Jadi maksudnya Bodhisattva Avalokitesvara sudah merealisasi Pencerahan ya?

Kok bisa sudah mencapai Nirvana (baca : menjadi Buddha) tapi masih bergelar Boddhisattva (baca : masih menderita)...?

TAN:

Ini pertanyaan OOT. Kita tidak sedang membahas Bodhisattva Avalokitesvara. Mohon maaf. Saya tidak mau terpancing membahas masalah ini, karena pembicaraan akan melebar. Silakan buka thread lain tentang Avalokitesvara, saya akan menanggapinya kalau ada waktu.

Amiduofo,

Tan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1165 on: 31 May 2009, 11:02:00 PM »
UPASAKA:

Jadi maksudnya Bodhisattva Avalokitesvara sudah merealisasi Pencerahan ya?

Kok bisa sudah mencapai Nirvana (baca : menjadi Buddha) tapi masih bergelar Boddhisattva (baca : masih menderita)...?

TAN:

Ini pertanyaan OOT. Kita tidak sedang membahas Bodhisattva Avalokitesvara. Mohon maaf. Saya tidak mau terpancing membahas masalah ini, karena pembicaraan akan melebar. Silakan buka thread lain tentang Avalokitesvara, saya akan menanggapinya kalau ada waktu.

Amiduofo,

Tan


Saya masih bertanya dalam koridor "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda..."

Harap jawab di sini saja.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1166 on: 31 May 2009, 11:06:22 PM »
INDRA:

Sdr. Tan, terus terang saya terlalu bodoh untuk memahami sutra yg anda tampilkan, baiklah (anggap) saya menerima validitas sutra rujukan anda, sekarang bagaimana menurut anda dengan statement sebaliknya oleh Sang Buddha mengenai Pencerahan diriNya spt yg telah dikutip oleh rekan2 lainnya di sini? karena kalau ada dua statement yang saling berlawanan, tidak mungkin dua2nya benar

TAN:

Kenapa tidak bisa dua-duanya benar? Penafsiran dari sisi Mahayana mengenai Sang Buddha mencapai pencerahannya sudah saya ulas di atas. Baik, akan saya kupas lagi:

1.Sang Buddha menyatakan demikian, bukan karena "merasa" bahwa diriNya telah mencapai Pencerahan, tetapi demi memperlihatkan para makhluk bahwa ada yang namanya Penerangan Sempurna, sehingga para makhluk terdorong untuk ikut menapaki jalan Dharma yang dibawakanNya.

2.Jika benar bahwa Sang Buddha "merasa" telah mencapai Penerangan Sempurna, maka ini akan kontradiksi dengan pernyataan rekan-rekan non Mahayanis di milis ini bahwa bila pancaskandha sebagai pendukung adanya atta telah padam, maka tidak ada lagi atta. Jika tidak ada lagi atta, bagaimana mungkin ada perasaan ada suatu "atta" yang telah mencapai pencerahan (dalam hal ini "diri" Sang Buddha sendiri). Justru kaum non Mahayanis yang harus menjawab pertanyaan ini. Bila Sang Buddha memang "merasa" telah mencapai Pencerahan, maka tentunya ia akan merasa bahwa ada "sesuatu" yang telah mencapai pencerahan. Nah, sekali lagi ini kontradiksi dengan pandangan rekan non Mahayanis pada posting2 sebelumnya.

Demikian tanggapan saya. Semoga cukup jelas.

Om Svabhava Suddha Sarva Dharma Svabhava Suddho Ham,


Tan

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1167 on: 31 May 2009, 11:08:50 PM »
UPASAKA:

Saya masih bertanya dalam koridor "Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda..."

Harap jawab di sini saja.

TAN:

Kalau begitu saya mohon maaf. Saya pada kesempatan kali ini tidak bersedia menjawab pertanyaan Anda. Pada suatu milis, peserta diskusi juga punya hak untuk tidak menjawab atau menanggapi suatu pertanyaan. Anda mungkin mengira saya bodoh atau tidak mampu menjawab pertanyaan Anda. Tetapi saya tidak keberatan sama sekali dianggap bodoh atau dungu. Mungkin di lain kesempatan saya akan menjawabnya bila saya rasa waktunya tepat. Saya ingin menuntaskan dulu masalah-masalah dari rekan non Mahayanis di posting2 sebelumnya. Terima kasih.

Amiduofo,

Tan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1168 on: 31 May 2009, 11:09:13 PM »
Tambahan untuk Xuvie:

Di dalam mazhab non Mahayanis ada juga ancaman. Bila tidak percaya silakan baca Ambattha Sutta. Kisah mengenai pemuda Ambattha yang pada mulanya tidak bersedia menjawab pertanyaan Buddha sebanyak dua kali. Buddha berkata bahwa jika seseorang tidak bersedia menjawab pertanyaan seorang Buddha hingga kali ketiga, maka kepala orang itu akan dipecahkan oleh yakkha Vajirapani yang saat itu sudah siap dengan senjata gadanya. Nah, menurut Anda apakah itu ancaman?
Selanjutnya, menurut ajaran Buddha kejahatan-kejahatan besar: melukai Buddha, membunuh ayah, membunuh ibu, dll dapat menjerumuskan seseorang ke neraka Avichi. Nah, apakah itu bukan ancaman?

Amiduofo,


Tan

Saya ingin coba memperjelas maksud dari Bro Xuvie...

Apakah yang menjadi referensi Anda untuk menyatakan :

Quote from: Tan
Meniru atau mengkopi segenap tindak tanduk orang bijaksana bukanlah tindakan yang bijaksana, malahan dapat menjadikan diri kita laksana badut atau lebih parah lagi menjerumuskan ke neraka Avichi.

Itu statement yang berasal darimana? Apakah dari Sutra Mahayana, Sutta Theravada, atau dari isi buku-buku karya Ivan Taniputera?

Itu yang dipertanyakan oleh Bro Xuvie. Karena selintas jika dibaca, gaya bahasa statement itu mirip dengan gaya bahasa 10 Tulah.
« Last Edit: 31 May 2009, 11:13:03 PM by upasaka »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1169 on: 31 May 2009, 11:12:06 PM »
Quote from: Tan
TAN:

Kalau begitu saya mohon maaf. Saya pada kesempatan kali ini tidak bersedia menjawab pertanyaan Anda. Pada suatu milis, peserta diskusi juga punya hak untuk tidak menjawab atau menanggapi suatu pertanyaan. Anda mungkin mengira saya bodoh atau tidak mampu menjawab pertanyaan Anda. Tetapi saya tidak keberatan sama sekali dianggap bodoh atau dungu. Mungkin di lain kesempatan saya akan menjawabnya bila saya rasa waktunya tepat. Saya ingin menuntaskan dulu masalah-masalah dari rekan non Mahayanis di posting2 sebelumnya. Terima kasih.

Amiduofo,

Tan

Anda terlalu cerdas bagi saya untuk dikatakan sebagai orang bodoh. :)

Karena Anda tidak ingin menjawabnya sekarang, maka saya tidak memaksa Anda.
Tapi saya ingin mengetahui jelas apa penyebab Anda tidak ingin menjawab pertanyaan saya itu.

 

anything