//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663296 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1080 on: 13 May 2009, 10:30:01 AM »

Inti ajaran Buddha : perbanyak kebajikan , kurangi kejahatan , sucikan hati & pikiran .

Ada yang salah. Ini terjemahan jadul, sudah tidak berlaku lagi, . ;D

Dhammapada 183.
Tidak melakukan segala bentuk kejahatan, senantiasa mengembangkan kebajikan dan membersihkan batin; inilah Ajaran Para Buddha.

Jadi bukannya mengurangi, tapi tidak melakukan. Kalau mengurangi berarti jika sekarang melakukan 10 kejahatan besok 8, 5 kejahatan maka dianggap cincai, tidak apa-apa, toh berkurang. ;D


GRP buat om Kelana ;D

thank you
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1081 on: 13 May 2009, 10:40:33 AM »
bukan, kalau emang tertulis seperti itu, kenapa tidak dipublikasi keluar
kenapa di simplycity?
why, berarti sudah kebohongan publik?
ato mengikuti perkembangan jaman, tuntutan jaman?

Tidak melakukan segala bentuk kejahatan << emang bisa, loe yakin, selagi loe masi kerja, masi berdagang, masi bercinta, emang bisa?

Jawabannya sudah disampaikan oleh Sdr. Felix.
Tambahan sudah dipublikasi bahwa terjemahan jadul adalah tidak tepat. kok :)


Quote
sori ya, sapa yang tersinggung, emang nya gw pikirin
situ kale yang tersinggung...
gitu j koq freeport, ;D

Nah, sekarang siapakah yang lebay? :))
Saya sebelumnya tidak pernah mengatakan anda atau siappun yang tersinggung, saya hanya bertanya kenapa?? anda tidak bisa menerima masukan??
Please deh jangan lebay… :))
Selanjutnya no commnet. :))
« Last Edit: 13 May 2009, 10:46:26 AM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1082 on: 13 May 2009, 11:07:01 AM »
^
^

weleh2, jd pusink

pdhal kalau mo dibilang jadul sech terjemahan Dhammapada 183 (karena sebelum masehi)
nah terjemahan yang kita dapat yang kita sudah tau secara umum itu
sudah melalui proses simplicity, ato proses mengikuti perkembangan jaman.

toh intinya hampir sama,
jangan lah berbuat jahat, perbanyak lah berbuat baik, sucikan hati dan pikiran

saya rasa, statement diatas lebih umum, tidak dibuat buat, tidak sok suci, lebih bisa diterima oleh orang awam,that's all
tidak semua makhluk sesuci bro kelana and sebijaksana bro kelana loh....  ^-^ CMIIW

that's why i say jangan lebay...

trus mendapat tanggapan bahwa aku tidak bisa menerima kritikan, toh yg dikritik bukan saya
toh klu emang dikritik, klu masuk akal, why not,
gitu j koq freeport... ;D

selanjutnya no comment juga ah.....   :P
« Last Edit: 13 May 2009, 11:10:28 AM by naviscope »
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1083 on: 13 May 2009, 01:48:08 PM »
Kirim ke Aye aja ;D

Sudah terkirim :))
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1084 on: 13 May 2009, 01:51:07 PM »
yang no 4 nya mana cuy ;D

Yang namanya manfaat hanya efek samping dari praktik. Dala praktik samatha bavana manapun ada manfaat sampingan yang bisa didapatkan. Namun jika seseorang terlalu melekat pada pada manfaat  saja tanpa mengejar tujuan sebenarnya (nirvana) maka namanya praktiknya tersesat. Sama dengan orang yang berharap bisa mencapai jhana sekadar untuk mencari kesaktian.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1085 on: 13 May 2009, 03:52:37 PM »
^
^

weleh2, jd pusink

pdhal kalau mo dibilang jadul sech terjemahan Dhammapada 183 (karena sebelum masehi)
nah terjemahan yang kita dapat yang kita sudah tau secara umum itu
sudah melalui proses simplicity, ato proses mengikuti perkembangan jaman.

toh intinya hampir sama,
jangan lah berbuat jahat, perbanyak lah berbuat baik, sucikan hati dan pikiran

saya rasa, statement diatas lebih umum, tidak dibuat buat, tidak sok suci, lebih bisa diterima oleh orang awam,that's all
tidak semua makhluk sesuci bro kelana and sebijaksana bro kelana loh....  ^-^ CMIIW

that's why i say jangan lebay...

trus mendapat tanggapan bahwa aku tidak bisa menerima kritikan, toh yg dikritik bukan saya
toh klu emang dikritik, klu masuk akal, why not,
gitu j koq freeport... ;D

selanjutnya no comment juga ah.....   :P

sdr.navis... sdr.Kelana hanya memaparkan apa yang tertulis di dalam Dhammapada:183, that's it...

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Satria_Bergincu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 201
  • Reputasi: 14
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1086 on: 13 May 2009, 04:11:45 PM »
 _/\_
« Last Edit: 13 May 2009, 04:16:59 PM by Satria_Bergincu »

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1087 on: 13 May 2009, 04:18:51 PM »
[at] atas n atas-nya lg

ups, bro dilbert

aye tidak ada kamsud begitu juga, hehehe...
aye hanya speak up, my mind
tidak bole ya? y ud, kalau tidak bole.... hehehe....

I AM SORI
I AM KHILAF

sori ya bro kelana, sebagai ganti nya, tak kasi GRP ya, kasi daaaa....  ^-^
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1088 on: 13 May 2009, 04:24:06 PM »
kayaknya navis dan satria_bergincu ini kloningannya??.. soalnya td sempat liat posting yang sama persis...apa saya yang kabur matanya...hehe

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1089 on: 13 May 2009, 04:32:17 PM »
^
^

salah liat kale...  ^-^
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1090 on: 13 May 2009, 05:43:07 PM »
Quote
TL:

Jadi setuju menurut mas Tan 99% Tipitaka Pali ada di Agama sutra?

TAN:

Absolutely Yes. Anda tanyakan 1000 kali juga jawabannya akan sama.


Hayo pada reply sebelumnya nggak ngaku... jadi benar kan Theravada 99% sama dengan Mahayana? 
Tapi sorry... kayaknya Theravada nggak ngerasa sama lho mas...  ^-^

Quote
TL:

Perumpamaannya kok nggak tepat ya?
Perumpamaan yang benar adalah: menghadapi pasien lever dokternya bilang pada ibunya si A sakit lever, pada ayahnya dia mengatakan si A tidak sakit apa-apa.
Pada ayahnya ia bilang sakit lever tidak bisa sembuh, pada ibunya ia mengatakan sakit lever bisa sembuh. Itu namanya plin plan atau tidak ?

TAN:

Ah, itu khan Cuma kata Anda tidak tepat. Ya biasalah dalam debat itu saling menyalahkan pendapat orang lain sangat wajar. Kalau tidak saling menyalahkan bukan debat namanya. Hahahahaahaah ) Bagi saya sih tepat ya. Tapi terserah kata Anda. Baiklah, kalau si ayah sakit jantung atau sedang dalam tekanan batin kronis, lebih baik ia tidak perlu kenyataan sebenarnya. Ini ada dalam psikologi. Dalam hal ini sang dokter tidak plin plan. Menyampaikan sesuatu harus diperhatikan juga kondisi pendengarnya. Itu baru bijaksana.


Iya kan saya hanya mengikuti perumpamaan mas Tan: "(Tan mode: on)" :P
Saya catat pernyataan mas Tan, jadi Buddhanya di Mahayana sah-sah saja berbohong? demi alasan bijaksana? ;D

Quote
TL:

Tidak dilahirkan? apa Beliau muncul begitu saja?  Seperti dewa?   
Atau bersandiwara pura-pura lahir?   

TAN:

Ya itu, bersandiwara khan cuma kata Anda. Sudah dijelaskan berulang-ulang. Kalau tidak paham-paham ya sudah. Saya kasih penjelasan terakhir ya. “Kelahiran” di sini bukan dalam pengertian “kelahiran” makhluk samsara. Kita tidak punya kosa kata untuk mendefinisikannya, sementara itu Anda dengan semena-mena menerapkan keterbatasan kosa kata manusia yang belum tercerahi untuk membahas mengenai Buddha. Ini jelas mustahil, bagaikan orang primitif yang hendak menjelaskan mengenai pesawat ataupun sistim computer. Jelas diskusi ini tidak akan nyambung walau sampai kapanpun. . Beda dengan ajaran Mahayana yang dengan rendah hati mengakui keterbatasan manusia. Oke. Untuk selanjutnya saya tidak akan membahas lagi masalah ini.

Katanya punya keterbatasan pengetahuan kok tahu Buddha mondar-mandir Nirvana-Samsara?   ^-^

Quote
TL:

Kasihan mas Tan tinggal satu-satunya cara menjawab karena tidak tahu jawabannya 

Anitya bersifat nitya atau Anitya?

Tolong diresapi dan dimengerti jawaban saya berikut ini:

Ada sanskhata Dharma dan asanskhata Dharma (Dharma yang berkondisi dan Dharma yang tidak berkondisi), suatu hal yang berkondisi atau suatu hal yang muncul maka akan lenyap kembali. Inilah yang disebut anitya.

Berbagai hal bisa muncul di alam sengsara disebabkan oleh hukum sebab dan akibat dan akan lenyap kembali (bersifat anitya) selama akarnya tidak dilenyapkan maka kondisi-kondisi akan muncul kembali. Sesuai dengan hukum pratitya sramupatda. (dari Avidya timbullah sankshara, dari sankshara timbullah vinyana, dari vinyana timbullah nama-rupa, dari nama-rupa timbullah salayatana, dstnya)
Akar dari sebab musabab tersebut adalah avidya bila avidya lenyap mungkinkah timbul vinyana/alaya vinyana? Bila tak ada vinyana mungkinkah terjadi pemancaran metta? Bila mungkin dengan apa pemancaran maitri karuna dilakukan bila vinyana tidak timbul?

Pratitya sramupatda yang merupakan lingkaran tumimbal lahir mahluk hidup, saling bergantungan yaitu: bila ini muncul maka muncullah itu. Bila ini lenyap maka lenyaplah itu. Selama ada pemunculan maka akan timbul kondisi-kondisi, bila kondisi-kondisi itu lenyap maka pemunculan juga akan lenyap. Dengan lenyapnya pemunculan maka muncul dan lenyapnya segala sesuatu juga ikut berhenti. Dengan kata lain bila tak ada pemunculan (kelahiran) maka penghentian (kematian) juga tak akan terjadi. jadi bila tak ada pemunculan maka tak ada anitya. Karena anitya adalah konsekuensi logis yang merupakan penghentian dari suatu pemunculan atau dengan kata lain suatu yang muncul akan lenyap kembali.

PERTANYAAN ANEH DARI MAS TAN: APAKAH PENGHENTIAN ITU AKAN BERHENTI JUGA ATAU TIDAK BERHENTI? Ini adalah pertanyaan gaya mas Tan yang tentu saja tidak valid. 

Demikian juga dengan nirvana,
Nirvana adalah termasuk asanskhata Dharma, sedangkan sanskhata Dharma masih masuk dalam alam samsara jika kondisi-kondisi Dharma (sanskhata Dharma) berhenti, maka asanskhata Dharma yang akan menggantikan.
Karena pada Nirvana bersifat asanskhata maka Nirvana tak berkondisi, dan karena tak berkondisi maka tak ada muncul dan lenyap kembali dengan kata lain pada Nirvana tak ada anitya.

Mungkin mas Tan masih akan bertanya lagi apakah anitya itu nitya atau anitya? Jawabnya Nirvana telah terlepas dari dualisme anitya maupun nitya karena Nirvana tak berkondisi.
Theravada tak akan menjawab Nirvana anitya karena akan muncul pandangan nihilisme, dan juga tidak nitya, karena pandangan nitya akan memunculkan eternalisme.

NIRVANA TAK BERKONDISI JADI BUKAN ANITYA MAUPUN NITYA...

Sesuai dengan kitab Udana: Ajhatam, abhutam dan asankhatam, tidak dikatakan Nirvana bersifat nitya maupun anitya. Jadi Nirvana adalah berhentinya anitya itu sendiri. Paham mas?   

TAN:

Kasihan sekali Anda memberikan jawaban yang berbelit2 dan tidak pernah menjawab permasalahannya dengan jelas. Selama itu pula perdebatan ini tidak akan selesai. Kalau nibanna adalah penghentian anitya, maka bila nibanna nitya (kekal), penghentian anitya itu juga nitya. Bila nibanna itu anitya, maka penghentian anitya itu juga tidak kekal. Jadi kuncinya pada nibanna. Nah mempertanyakan semacam itu, Anda katakan tidak valid. Kalau Anda mengatakan pertanyaan itu tidak valid, saya juga boleh mengatakan bahwa segenap pertanyaan Anda tentang Mahayana juga tidak valid dan bahkan “kurang ajar.” Jadi sama-sama khan? Meskipun ada orang yang telah merealisasi nibanna dan tidak lagi terikat pada hukum anitya, tetapi makhluk lain yang belum, tetap terikat pada anitya bukan? Nah, berarti anitya masih ada bukan? Untuk jelasnya begini, meskipun Anda berada dalam sebuah ruangan dan tidak melihat adanya matahari, tetapi bukan berarti matahari lenyap khan? Sekarang anitya itu nitya atau anitya?  Tolong beri jawaban yang jelas dan tidak berbelit-belit.
Sebagai tambahan, saya mengakui bahwa memang bagi sebagian orang ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid, terutama kalau sudah menyangkut masalah keyakinan. Untuk itulah kita perlu saling menghormati dan toleransi.


Bingung? Wajar karena sudah saya katakan tolong diresapi dan dimengerti, karena saya rasa memang terlalu dalam untuk mas Tan. Penjelasan seperti ini merupakan pelajaran anak SMP dikalangan T lho mas.
Masa iya mas Tan nggak mengerti bahwa bila sebuah rumah, tiang-tiang penopangnya telah hancur, gentingnya telah berserakan, tiang kuda-kudanya telah patah berkeping-keping apakah masih dapat menjadi tempat naungan bagi orang-orang?

Berbicara mengenai pertanyaan spekulatif yang tak keruan juntrungannya, apakah berhentinya fungsi rumah sebagai tempat perlindungan bisa berhenti atau tak bisa berhenti? ^-^

Nih saya kasih tahu lagi, simak yang baik pelajaran SMP ini ya? Berhentinya fungsi rumah tersebut karena bahan-bahan pendukungnya telah tak berfungsi, oleh karena itu fungsi rumah tersebut juga berhenti.

Demikian juga dengan mahluk hidup,
mahluk hidup bertumimbal lahir selama masa yang tak terhitung disebabkan kemelekatan pada panca khandha, kemelekatan ini sendiri merupakan kondisi,  apakah yang menyebabkan kemelekatan pada pancakhandha? akarnya adalah Moha/Avijja.

Bila kemelekatan kepada pancakhandha berakhir maka kita terbebas dari kondisi-kondisi, karena kondisi-kondisi yang tercipta disebabkan oleh kemelekatan kepada pancakhandha ini talah berhenti, itulah yang disebut Nibbana.

Jadi Nibbana (anupadisesa Nibbana) adalah keadaan yang tak berkondisi, bedakan dengan Saupadisesa Nibbana yang masih memiliki kondisi karena masih adanya pancakhandha. (maksudnya Saupadisesa Nibbana adalah mencapai Nibbana selama masih memiliki bentuk sebagai manusia, dewa, maupun Brahma dengan kata lain masih hidup belum meninggal)

Oleh sebab itu dikatakan dalam Dhammanussati: Sanditthiko, akaliko, opanayiko paccatam veditabbo vinnuhiti...
Dhamma berada sangat dekat, tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh orang bijaksana dalam batin masing-masing.

Perhatikan terjemahan kata diselami, yang tepat adalah dialami. Dhamma adalah jalan hingga tercapainya Nibbana itu sendiri (baca: Dhammacakkapavattana sutta)

Dhamma disini bukan berarti teori spekulasi macam-macam. Dhamma berarti pembersihan batin dari macam-macam noda, dengan kata lain mencapai Magga/Phala yaitu: mencapai dan mengalami Nibbana sewaktu kita masih hidup, bukan sudah meninggal.

Bagaimanakah caranya agar kita terbebas dari kondisi-kondisi tersebut? Dengan melatih Dhamma dan menembus Dhamma atau mencapai kesucian/ mengalami Nibbana seseorang pada akhirnya akan mampu melepaskan kemelekatan pada pancakhandha. Seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha ketika Beliau mencapai Penerangan Sempurna di bawah pohon Bodhi, "wahai pembuat rumah.... dstnya"  baca sendiri deh di RAPB.

Mengenai mahluk lain masih diliputi oleh anicca, oleh karena mereka belum terbebas dari kondisi-kondisi.

Mengenai Anitya itu nitya atau tidak anitya maksudnya apa? MAS TAN SENDIRI BISA MENJAWAB ATAU TIDAK?
Saya telah menjawab dengan jelas!!!  Dan sekarang MAS TAN, TERUS MEMAKAI JURUS BERKELIT KARENA MAS TAN SENDIRI TAK BISA MENJAWAB KAN? jawaban saya tak memuaskan mas Tan, itu jelas karena memaksakan pendapat bahwa T nihilis padahal sudah dikatakan bahwa Sang Buddha menolak bila dikatakan Beliau ada setelah Parinibbana, Beliau juga tidak setuju bila dikatakan Beliau tak ada setelah Parinibbana, maupun pandangan Buddha ada dan tidak ada, Buddha bukan tidak ada dan bukan ada, karena semua hal itu merupakan spekulasi. ^-^

Hayo ngaku, mas Tan bingung terhadap pertanyaan mas Tan sendiri kan? Makanya dikasih tahu bagaimanapun juga tetap nggak mudeng.  ;D

makanya kalo kagak ngerti mengenai Nirvana jangan berspekulasi.


Quote
Quote
Jadi tulisan saya tidak dipercaya juga tidak mengapa. Dipercaya atau tidak, bagi saya tidak ada untungnya apa2. Kecuali kalau tulisan dipercaya, terus saya dapat hadiah 500.000 USD. Nah baru ceritanya lain.
Kalau ada yang mau bayar tulisan saya setengah atau sepersepuluhnya saja dari 500.000 USD tolong kasih tahu saya ya mas Tan? nanti saya bagi separoh, makasih sebelumnya lho mas.

Sudah dapat belum yang mau membeli tulisan saya mas?    ;D

Quote
TL:

Loh? di Theravada jelas tidak, emangnya di Mahayana percaya?

TAN:

O jelas tidak. Mahayana juga tidak percaya kok. Tetapi ada suatu aliran non Mahayana yang percaya nihilisme lho. Ehm..ehm.. aliran apa ya? Tauk ah gelapppp…..!

yang mana ya? saya juga gelap tuh! siapa yang menjadi nihil ya? tolong kasih tahu dimana mahluk yang menjadi nihil tersebut, oh ya tolong kasih tahu mas Tan, bagaimana caranya mahluk tersebut menjadi nihil.
ngomong-ngomong ada yang mengajarkan eternalisme lho mas, hayo ngaku siapa ::)

Mau lapor kepada moderator nih, mas Tan menghina dan merendahkan ajaran lain yang tidak sesuai dengan pandangannya  dengan mengatakan bahwa ajaran tersebut nihilis... hayo buktikan mas Tan, dimana di Tipitaka maupun komentarnya yang mengatakan bahwa SANG BUDDHA MENGAJARKAN UNTUK MENGHANCURKAN DIRI SENDIRI (NIHILISME?)


Quote
TL:

Manakah yang lebih mungkin memancarkan maitri karuna:
jiwa roh yang kekal abadi seperti paham alaya vinyana abadi yang terus-terusan kerja memancarkan maitri-karuna setelah memasuki Nirvana atau
 
keadaan yang tak berkondisi?   

metta

TAN:

Walah..walah…! Pertanyaan ini lagi. Muter-muter ae. Mana yang paling mungkin? Bila nirvana disebut tak berkondisi, maka “kemustahilan untuk memancarkan maitri karuna” adalah juga kondisi. Akibatnya nirvana jadi berkondisi donk. Bagaimana dengan Mahayana? Apakah nirvana Mahayaan jadi berkondisi dengan pemancaran maitri karuna? Oo jelas tidak donk. Mengapa? Karena “pemancaran maitri karuna di sini beda dengan pemancaran maitri karuna makhluk yang belum dicerahi!” Mengapa digunakan istilah “pemancaran maitri karuna”? Karena keterbatasan kosa kata dan pemahaman kita yang belum tercerahi, dipergunakan istilah “pemancaran maitri karuna.” Nah, karena “pemancaran maitri karuna” itu hendaknya tidak dipahami dalam pengertian awam, nirvana menurut Mahayana jadi tak berkondisi. Karena yang dimaksud “kondisi” sebenarnya hanyalah jargon-jargon yang diterapkan oleh umat awam yang belum tercerahi. Semoga ini cukup jelas.

Amiduofo,

Tan


sesuatu memancarkan sesuatu, yang kita tidak tahu apa sesuatu itu karena berbeda dengan apa yang kita tahu, kita punya keterbatasan, tetapi kita tahu akan sesuatu yang kita tidak tahu.  ^-^

Ada sesuatu tak berkondisi, dari yang tak berkondisi ini ada suatu kondisi yang timbul, tak tahu apa itu, tetapi itu jangan disebut kondisi, oleh karena kita umat awam tak mengerti, oleh karena itu, sesuatu itu tak berkondisi  ;D

semoga cukup jelas  =))

Mana yang berbelit-belit ya?

metta
« Last Edit: 13 May 2009, 06:03:45 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1091 on: 13 May 2009, 05:52:37 PM »
TL:

Bagus, lebih keren pakai kacamata kuda mas Tan, Saya bukan mencari kebenaran sejati tetapi saya memihak  pada kebenaran sejati, dimanapun itu berada. Sesuai slogan saya: The truth and nothing but the truth....

TAN:

Orang K juga menganggap agamanya sebagai kebenaran sejati. God is truth... etc...etc... Hm lalu mana yang benar-benar "truth" ya. Hahahaahahah
The highest truth is NO TRUTH.

Amiduofo,

Tan

Pantesan begitu ya?

Filosofinya tinggi banget ya? T memang kurang pintar berfilosofi, jadi straight to the point, Kalau menurut T: the highest truth is PENETRATING THE TRUTH.

Metta
The truth, and nothing but the truth...

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1092 on: 13 May 2009, 05:57:25 PM »
.
Sobat dharma:

Bukankah sutta yang kukutip juga berkata demikian, pembebasan sejati justru terjadi ketika seseorang dapat berpindah dari kondis satu ke kondisi lainnya

TAN:

Very good! Jawaban yang sangat mantap. Salut untuk Anda.

Amiduofo,

Tan

Mantafff sekali.   Sumbernya?


AKU TERTAWA

Membaca pesan Waisak kemarin bahwa agama Buddha adalah agama yang membawa pesan damai, toleransi, dan saling menghormati, saya jadi ingin tertawa. Rasanya kalau mencermati diskusi yang ada di milis2 Buddhis, terutama masalah sekte, rasanya kok agama Buddha jauh dari itu ya? Apakah kita tidak maul mengklaim sebagai agama yang pesan damai, toleransi, dan saling menghormati?

Amiduofo,

Tan

Apakah maksud mas Tan sebaiknya umat umat agama Buddha kalau nggak setuju diam aja? dibohongin diam aja, belajar nggak ngerti diam aja, kalau orang lain nggak benar ? kita benar-benarkan atau setuju saja.

Hayo mas Edward, mas Edward sih menyediakan ruang ini, hayo tuh gara-gara mas Edward kita dianggap tidak saling menghormati, tidak saling toleransi, dan tidak damai.

Mas-mas sekalian jangan mengemukakan pandangan yang berbeda dengan mas Tan ya? karena kalau mas-mas sekalian mengemukakan pandangan yang berbeda dengan mas Tan, termasuk tidak toleran, tidak menghormati dan tidak damai.

selamat Waisak Mas Tan dan mas-mas yang lain, maaf saya lebih lambat lagi daripada mas Tan.

metta
« Last Edit: 13 May 2009, 06:16:59 PM by truth lover »
The truth, and nothing but the truth...

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1093 on: 13 May 2009, 08:19:06 PM »
 :)
Berasa dipanggil, jadi nongol deh....
 :outoftopic: bentar yahh...
Apakah mas truth lover ada masalah dengan keberadaan thread ini? Jika ada, sudah tersedia fasilitas untuk mengajukan saran maupun kritik secara terbuka di thread masukan , tidak perlu bermain kata-kata dengan sarkasme anda.

Tujuan awal dan ketentuan dari thread ini rasanya sudah dituliskan, dan para moderator pun sudah berusaha untuk menjaga agar diskusi tetap berjalan secara kondusif, tetapi karena para moderator masih seorang puthujana, tidak terlepas dari kesalahan, terbawa emosi, maupun kekurangan kebijaksanaan . Jadi jika anda merasa ada masukan bagaimana thread ini dapat berjalan secara lebih kondusif , dapat disampaikan ke kita semua.

Ow iya, kalo dari saya pribadi sih, terkadang masih sangat sulit menafsirkan kalimat-kalimat sarkasme halus dari suatu kalimat diskusi, ada yg bermain dengan sangat halus, baik dengan disengaja maupun tidak.

Ok,  :backtotopic:
Reply atas post saya yang ini akan saya kumpulkan dalam thread tersendiri, agar diskusi tidak melenceng..
 _/\_
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #1094 on: 15 May 2009, 11:51:54 AM »
kalau yg dicari merupakan pembenaran bukan kebenaran semua nya menjadi sulit.....
belum lagi berjumpa dengan kata-kata tidak berdasar....
dhamma tidak memiliki inti, atau tidak berkondisi adalah sesuatu yang berkondisi atau sebaliknya...
paling baik belajar bahasa kata (sankhara) terlebih dahulu ^^

analogi nya..
C timbul, karena ada nya A+B...maka C disebut berkondisi.
karena di kondisikan oleh A dan B
apabila A+B tidak ada, maka C tidak ada....

jadi kalau teori nya disebut sesuatu yang tidak-berkondisi adalah berkondisi...itu bagaimana ya?
saya bingung...ada yang bisa jelaskan pada sy... ^^
maklum bahasa indo saya cuma dapat 6 saja di rapor

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!