//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 663176 times)

0 Members and 8 Guests are viewing this topic.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #810 on: 29 April 2009, 11:37:52 PM »
Kaynin:

Api ada karena adanya kondisi mendukung. Dan selama api itu ada, maka timbulnya panas adalah mungkin.
Buddha/mahluk juga ada karena kondisi mendukung (panca skandha). Selama Panca Skandha ada, maka bisa ada Lobha, Dosa, dan Moha, begitu pula Maitri dan Karuna.
Nah, sekarang Maitri dan Karuna bisa terjadi bukan karena panca skandha. Kok makin tidak konsisten yah? Atau Maitri & Karuna itu bisa berasal dari bukan mahluk hidup (mungkin seperti batu Ponari memancarkan Maitri/Karuna sehingga berkhasiat,) atau bagaimana?

TAN:

Hmm. Jadi Anda tetap berpendapat bahwa maitri karuna itu HANYA dapat terpancar karena adanya pancaskandha. Sementara itu, saya berpendapat bahwa maitri karuna yang termurnikan seorang Buddha tak ada kaitannya dengan panca skandha. Kalau mau disebut tidak konsisten itu terserah Anda. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya ajaran Mahayana. Semuanya terserah dan berpulang pada Anda sendiri. Saya kira diskusi topik ini telah mencapai jalan buntu (death end). Pendapat kita tak ada titik temunya. Marilah masing-masing kita jalankan praktik yang kita anggap baik.

Tan

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #811 on: 29 April 2009, 11:48:39 PM »
Quote
Masuk diakal bagi siapa? Dapat dipahami bagi siapa? Masing-masing orang punya pemahamannya sendiri-sendiri. Masing-masing orang punya pandangan tentang apa yang dianggap masuk akal dan tak masuk akal. Apa yang saya anggap masuk akal mungkin bagi Anda tidak masuk akal. Apa yang saya anggap tidak masuk akal, bagi Anda adalah masuk akal. Pada akhirnya, tidak akan ada kesatuan pandangan. Kita hanya bisa menoleransi pandangan pihak lainnya. Akhirnya semua akan berpulang pada “belief” masing-masing, apapun agama dan keyakinannya.

saudara Tan yg bijak,
jika semua teori tanpa kenyataan, semua ajaran bisa mengatakan mereka-lah paling benar.
ketika teori tidak sesuai kenyataan yang manakah yang salah? kenyataan atau teori?

kenyataan tidaklah mungkin salah, dan yang salah pasti adalah teori-nya.
ketika berkata semua itu kembali ke masing-masing, sungguh itu bukanlah pemikiran buddhis.
karena buddhis tidak mengajarkan samuthi saja.

4 kesunyataan mulia yang dibabarkan sang buddha, bukanlah teori tanpa kebenaran...melainkan kenyataan sesungguh-nya.... ( seperti habis makan banyak pasti kenyang ^^ )
baik ajaran percaya atau tidak percaya tetap saja akan terkena imbas dari 4 kenyataan ini...

jadi selama ini apakah ilusi yang ingin di-diskusikan atau kenyataan?
andai membahas kenyataan, maka semua teori menjadi sama....

kalau membahas teori tanpa kenyataan, maka muncul 1001 macam teori atau 84.000 teori.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #812 on: 29 April 2009, 11:55:29 PM »
Kaynin:

Api ada karena adanya kondisi mendukung. Dan selama api itu ada, maka timbulnya panas adalah mungkin.
Buddha/mahluk juga ada karena kondisi mendukung (panca skandha). Selama Panca Skandha ada, maka bisa ada Lobha, Dosa, dan Moha, begitu pula Maitri dan Karuna.
Nah, sekarang Maitri dan Karuna bisa terjadi bukan karena panca skandha. Kok makin tidak konsisten yah? Atau Maitri & Karuna itu bisa berasal dari bukan mahluk hidup (mungkin seperti batu Ponari memancarkan Maitri/Karuna sehingga berkhasiat,) atau bagaimana?

TAN:

Hmm. Jadi Anda tetap berpendapat bahwa maitri karuna itu HANYA dapat terpancar karena adanya pancaskandha. Sementara itu, saya berpendapat bahwa maitri karuna yang termurnikan seorang Buddha tak ada kaitannya dengan panca skandha. Kalau mau disebut tidak konsisten itu terserah Anda. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya ajaran Mahayana. Semuanya terserah dan berpulang pada Anda sendiri. Saya kira diskusi topik ini telah mencapai jalan buntu (death end). Pendapat kita tak ada titik temunya. Marilah masing-masing kita jalankan praktik yang kita anggap baik.

Tan
saudara Tan yang bijak,
kalau ada sesuatu pasti ada sebab-nya.........

api ada maka ada panas api, asap ada pasti ada sumber-nya, demikian metta ada karena ada pikiran yang memancarkan....
tanpa pikiran dari mana metta?

sama halnya , bisakah cinta kasih dipancarkan dari sebuah kursi?
pelajaran dari mana anda berpendapat bahwa maitri karuna muncul tanpa sebab dan asal?

selama saya belajar meditasi, tidak pernah ada sebuah pikiran tanpa objek...pasti ada objek baru ada kesadaran mental.
objek adalah penyebab dan kesadaran adalah akibat.
tidak percaya? pratek saja sekarang.. ^^

nanti anda akan tahu pendapat bahwa
metta bisa dipancarkan,tanpa pikiran...itu salah besar dan hanya merupakan teori tanpa kenyataan.

salam metta.
« Last Edit: 30 April 2009, 12:10:50 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #813 on: 30 April 2009, 12:07:00 AM »
Quote
Hmm. Jadi Anda tetap berpendapat bahwa maitri karuna itu HANYA dapat terpancar karena adanya pancaskandha. Sementara itu, saya berpendapat bahwa maitri karuna yang termurnikan seorang Buddha tak ada kaitannya dengan panca skandha. Kalau mau disebut tidak konsisten itu terserah Anda. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya ajaran Mahayana. Semuanya terserah dan berpulang pada Anda sendiri. Saya kira diskusi topik ini telah mencapai jalan buntu (death end). Pendapat kita tak ada titik temunya. Marilah masing-masing kita jalankan praktik yang kita anggap baik.

kalau saya berpendapat bahwa "kursi rumah saya adalah seorang buddha" dan anda berpendapat lain....
kemudian ada 2 pendapat berbeda...tanpa di imbangi kenyataan...lalu muncul pendapat bahwa "biarlah yang satu begini dan yang satu begitu"

maka kita semua disini sia-sia belajar agama buddha, dan sia-sia berdiskusi.


nb : kursi tidak memiliki pikiran, apakah bisa memancarkan metta?
( jadi kata "kursi dirumah saya adalah seorang buddha" adalah kiasan" ^^ )

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #814 on: 30 April 2009, 06:01:50 AM »
Manopubbangama dhamma
manosettha manomaya
manasa ce pasannena
bhasati va karoti va
tato nam sukha manveti
chayava anapayini.
_/\_
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #815 on: 30 April 2009, 07:14:52 AM »
Kaynin:

Api ada karena adanya kondisi mendukung. Dan selama api itu ada, maka timbulnya panas adalah mungkin.
Buddha/mahluk juga ada karena kondisi mendukung (panca skandha). Selama Panca Skandha ada, maka bisa ada Lobha, Dosa, dan Moha, begitu pula Maitri dan Karuna.
Nah, sekarang Maitri dan Karuna bisa terjadi bukan karena panca skandha. Kok makin tidak konsisten yah? Atau Maitri & Karuna itu bisa berasal dari bukan mahluk hidup (mungkin seperti batu Ponari memancarkan Maitri/Karuna sehingga berkhasiat,) atau bagaimana?

TAN:

Hmm. Jadi Anda tetap berpendapat bahwa maitri karuna itu HANYA dapat terpancar karena adanya pancaskandha. Sementara itu, saya berpendapat bahwa maitri karuna yang termurnikan seorang Buddha tak ada kaitannya dengan panca skandha. Kalau mau disebut tidak konsisten itu terserah Anda. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya ajaran Mahayana. Semuanya terserah dan berpulang pada Anda sendiri. Saya kira diskusi topik ini telah mencapai jalan buntu (death end). Pendapat kita tak ada titik temunya. Marilah masing-masing kita jalankan praktik yang kita anggap baik.

Tan
saudara Tan yang bijak,
kalau ada sesuatu pasti ada sebab-nya.........

api ada maka ada panas api, asap ada pasti ada sumber-nya, demikian metta ada karena ada pikiran yang memancarkan....
tanpa pikiran dari mana metta?

sama halnya , bisakah cinta kasih dipancarkan dari sebuah kursi?
pelajaran dari mana anda berpendapat bahwa maitri karuna muncul tanpa sebab dan asal?

selama saya belajar meditasi, tidak pernah ada sebuah pikiran tanpa objek...pasti ada objek baru ada kesadaran mental.
objek adalah penyebab dan kesadaran adalah akibat.
tidak percaya? pratek saja sekarang.. ^^

nanti anda akan tahu pendapat bahwa
metta bisa dipancarkan,tanpa pikiran...itu salah besar dan hanya merupakan teori tanpa kenyataan.

salam metta.

quote dari meditasi ala mahayana :
kalau begitu, buktikan donk ^^............kalau pakai teori tanpa kenyataan semua juga bisa.

Bagi teman-teman pemeraktek jalan  umum,
saya mo beri inspirasi, tapi harap direnungkan baik-baik secara mendalam jangan langsung serang balik.
dorongan-dorongan sifat-sifat keTuhanan/brahma vihara (metta karuna upekha mudita) sebenarnya dilakukan (dimunculkan) oleh pikiran atau bukan?
« Last Edit: 30 April 2009, 07:45:09 AM by coedabgf »
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline coedabgf

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 946
  • Reputasi: -2
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #816 on: 30 April 2009, 08:19:35 AM »
yang jujur yah bukan ego....!  ;D
iKuT NGeRumPI Akh..!

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #817 on: 30 April 2009, 09:05:02 AM »
yang tidak kekal adalah asal-nya dan tidak memiliki sebuah "diri" disitu....brahmavihara adalah brahmavihara.........metta adalah metta, benci adalah benci....
se-rumit itu kah?

salam metta. ^^

Ya, yang tidak kekal adalah kondisinya. Kalau pikiran tidak bergerak, mana ada lagi benci dan metta?
Bagi saya, itu sederhana apa adanya. :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #818 on: 30 April 2009, 09:13:56 AM »
Kaynin:

Api ada karena adanya kondisi mendukung. Dan selama api itu ada, maka timbulnya panas adalah mungkin.
Buddha/mahluk juga ada karena kondisi mendukung (panca skandha). Selama Panca Skandha ada, maka bisa ada Lobha, Dosa, dan Moha, begitu pula Maitri dan Karuna.
Nah, sekarang Maitri dan Karuna bisa terjadi bukan karena panca skandha. Kok makin tidak konsisten yah? Atau Maitri & Karuna itu bisa berasal dari bukan mahluk hidup (mungkin seperti batu Ponari memancarkan Maitri/Karuna sehingga berkhasiat,) atau bagaimana?

TAN:

Hmm. Jadi Anda tetap berpendapat bahwa maitri karuna itu HANYA dapat terpancar karena adanya pancaskandha. Sementara itu, saya berpendapat bahwa maitri karuna yang termurnikan seorang Buddha tak ada kaitannya dengan panca skandha. Kalau mau disebut tidak konsisten itu terserah Anda. Bukan tujuan saya untuk membuat Anda percaya ajaran Mahayana. Semuanya terserah dan berpulang pada Anda sendiri. Saya kira diskusi topik ini telah mencapai jalan buntu (death end). Pendapat kita tak ada titik temunya. Marilah masing-masing kita jalankan praktik yang kita anggap baik.

Tan

OK, kalau gitu saya tidak lanjut. Terima kasih untuk jawabannya.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #819 on: 30 April 2009, 02:08:01 PM »
Quote
TL:

Mas Tan masih tidak nyambung, coba perhatikan yang warna biru. Bedakan bertanya biasa dengan bertanya dengan kritis.

TAN:

Ya sama saja. Bertanya dengan kritis pada akhirnya akan terjadi sanggah menyanggah juga.

Itulah seninya bertanya dengan kritis mas Tan.

Quote
TL:

Apakah bertanya, menyanggah, membandingkan dianggap sama dengan melecehkan? bila memang benar praktik Dharma adalah sesuai kriteria mas Tan maka saya kira saya berpraktek Dharma dengan baik, demikian juga bandit dan kriminal yang tak mengenal Dharma yang tak pernah membantah, menyanggah atau membandingkan dharma, tetapi murah senyum dan kadang-kadang menolong orang lain juga.

TAN:

Murah senyum dan menolong orang lain, siapapun juga yang melakukannya (penjahat atau bukan penjahat) adalah praktik Dharma. Tindakan kriminalitas siapapun yang melakukannya (orang yang mengenal Dharma atau bukan) adalah tetap bukan praktik Dharma. Apakah sikap kritis baik atau buruk? Semua ada baik ada buruknya. Sikap kritis juga ada batasnya. Tujuan saya mengikuti diskusi ini adalah untuk menjelaskan mengenai Mahayana dan sebenarnya saya malas berdebat.

Kan mas Tan tidak perlu menyanggah saya?
 
Quote
Saya jadi timbul pertanyaan: Untuk apa Anda menyanggah dan membandingkan? Apakah Anda masih ragu dengan aliran Anda sendiri? Bila Anda sudah yakin untuk apa menyanggah dan membanding2kan dengan aliran lain? Ada baiknya Anda jalankan sendiri apa yang sudah Anda yakini. Saya sebenarnya hanya ingin memberikan info pada mereka yang dengan tulus ingin mengenal Mahayana.
Setiap orang sejak dilahirkan sudah memiliki persepsi, dalam perjalanannya mencari kebenaran tentu kebenaran yang dipelajarinya dibandingkan dengan peersepsi dan pengalamannya sendiri ini wjar kan?

Coba perhatikan pertanyaan saya, bukankah saya berusaha bertanya dan membandingkan dengan ajaran Mahayana yang diungkapkan antara satu buku dan buku yang lain atau kitab suci Hindu yang saya anggap lebih dekat dengan konsep mas Tan, saya juga membandingkan dengan pernyataan mas Gandalf yang saling bertentangan dengan mas Tan.

Quote
TL:


Hahaha.. mas Tan memang pintar... tetapi sepantasnya mas Tan menjawab lebih dahulu pertanyaan saya baru bertanya balik, bukankah demikian sepantasnya mas Tan?



TAN:

Pertanyaan dapat pula dijawab dengan pertanyaan. Justru pada pertanyaan saya itu sudah terkandung jawaban atau pertanyaan Anda. Kalau Anda masih belum get the point, ya saya menyerah deh. Berarti diskusi sudah berada di jalan buntu (death end). Berarti sampai di sini saja pembicaraan kita mengenai topik ini.

Kalau menyerah ya sudah saya tak akan bertanya lebih jauh.

Quote
TL:

Oh ya? maitri karuna tidak dipancarkan panca skandha? tetapi sifat alami seorang Buddha?. Jadi yang memancarkan apa? Apakah seorang Buddha memiliki sesuatu lain diluar pancaskandha? tolong disebutkan mas namanya apa? termasuk kelompok jasmani apa kelompok batin? atau suatu kelompok tersendiri?

Mas Tan bertanya Anitya sendiri nitya atau anitya, mas Tan yang harus menjawab, karena bila saya menjawab dengan konsep aliran yang berbeda nanti dianggap melecehkan.
Jawaban terhadap karma anitya atau tidak anitya: Tentu saja karma individu bersifat anitya suatu ketika bila mencapai pencerahan karma tak lagi berproduksi, berhenti, stop. Saya harap cukup jelas.
UNTUK KEEMPAT KALINYA SAYA BERTANYA : APAKAH KESADARAN ANITYA ATAU NITYA MAS TAN?

TAN:

Tidak ada yang memancarkan, karena itu disebut sifat alami seorang Buddha. Saya kira ini cukup jelas. Apakah seorang Buddha memiliki sesuatu yang lain di luar pancaskandha? Ini pertanyaan menarik. Mari kita ulas. Sesudah Buddha parinirvana, jika tidak ada sesuatu di luar pancaskandha, itu artinya Buddha akan jadi NIHIL. Apakah bedanya dengan paham nihilisme?


Kalau ada sesuatu diluar pancaskandha apa? sebutin dong mas.

Quote
Mahayana mengajarkan bahwa Buddha tidak musnah begitu saja. Tetapi kondisinya berada di luar jangkauan pemikiran manusia. Itulah arti sesungguhnya: “Buddha berada di luar “ada” dan “tiada.” Mahayana mengajarkan bahwa Buddha tidak “musnah,” namun pada saat yang sama tidak terjerumus pada pandangan eternalisme. Jadi saya melihat Mahayana sungguh berada di Jalan Tengah.


Bener juga ya apa yang dikatakan mas Marcedes.

Quote
Menjawab dengan konsep aliran berbeda sah-sah saja. Yang perlu diingat adalah masing-masing aliran punya konsep yang beda-beda. Kita tidak dapat memaksakan setiap orang memegang konsep yang sama. Tapi sudah wajar bahwa setiap orang akan memandang benar apa yang telah dipegangnya dan memandang salah aliran atau kepercayaan lain.
Berbeda belum tentu salah, sama belum tentu benar.

Quote
Anda menjawab dengan karma individu, tetapi saya untuk kesekian kalinya menanyakan: “HUKUM KARMA itu nitya atau anitya?” Ingat saya tidak menanyakan “karma individu.”

Jadi karma apa selain karma individu mahluk? karma kursi, karma pohon, mungkin batu jadi Sun go Kong akibat karma ?  ^-^


Quote
Untuk keempat kalinya pula saya bertanya: “Anitya itu sendiri nitya atau anitya”? Silakan Anda simpulkan sendiri

Anitya adalah sifat dari kondisi-kondisi. dengan berhentinya kondisi-kondisi maka lenyaplah anitya, sekarang saya ulangi pertanyaan saya kelima kalinya dan jangan menghindar mas Tan:

APAKAH KESADARAN ITU BERSIFAT ANITYA ATAU NITYA?   ^-^

Quote
TL:

Aah rupanya ada sesuatu yang terus-terusan memancarkan maitri karuna, tetapi tidak tahu kok bisa begitu ya? sama ya? saya juga sama nggak tahu mas Tan.

TAN:

Kita belum mencapai Kebuddhaan mana bisa tahu? Tetapi saya mengetahui demikian adanya berdasarkan ajaran Mahayana. Bagi saya sudah cukup sampai di situ saja. Nanti saya akan tahu sendiri kalau sudah merealisasi Kebuddhaan.

Persis seperti ajaran Hindu:

Kesadaran tak terbatas itu adalah intinya disini. itu meliputi semuanya. itu adalah satu. itulah kesadaran. itulah yang mempersatukan semuanya. Tetapi kita tak dapat mengatakan itu satu karena ketidak hadiran pembagian  atau dualitas. Lebih jauh cukup untuk mengetahui bahwa diri sendiri yang merupakan kebenaran dan jangan biarkan pemikiran mengenai dualitas timbul. Itulah satu-satunya yang ada dimana-mana pada setiap waktu dalam berbagai bentuk. Tidak nampak (tak dapat dialami dengan batin maupun jasmani) atau merupakan objek yang akan dicapai. Lebih jauh bukan sebab juga bukan akibat. Sangat halus. Pengalaman murni saja (bukan yang mengalami atau pengalaman itu sendiri). Walaupun diterangkan demikian, diluar (tak bisa digambarkan ) penggambaran, jadi orang tak dapat mengatakan itu begini atau begitu. Bagaimana mungkin menjadi penyebab dari semua penciptaan ini?

Mirip kan dengan Mahayana? oh ya yang disebut kesadaran tak terbatas menurut Hindu tersebut adalah Brahman.

Quote
TL:

Saya mohon maaf mas Tan, terpaksa harus membantah. Memang di Mahayana ada Abhidharmakosa, tetapi isinya sangat berbeda dengan Abhidhamma. di Mahayana memang ada Dirghagama, Majjhimagama dsbnya tetapi isinya hanya beberapa yang sama dengan Digha Nikaya, Majjhima Nikaya, selebihnya berbeda.
maaf ngomong-ngomong mas Tan pernah melihat buku Abhidharmakosa atau Dirghagama belum? kok segitu yakinnya 99% sama?

TAN:

Tentu pernah donk. Baca saja buku karya Bhikshu Thich Minh Chau: “The Chinese Madhyama agama and the Pali Majjhima nikaya: a comparative study (Buddhist Tradition Series) (Hardcover)


Hardcover: 388 pages
Publisher: Motilal Banarsidass,; 1st Indian ed edition (January 1, 1991)
Language: English
ISBN-10: 8120807944
ISBN-13: 978-8120807945

Saya juga punya Tripitaka kanon Taisho dalam bahasa Mandarin. Tipitaka Pali saya juga punya, baik yang terbitan Wisdom Publication atau PTS (Pali Translation Society). Yang bahasa Indonesia juga   ada.  Tapi kita kembali ke topiknya agar tidak OOT. Anda tidak dapat menuduh saya mengkontraskan antara dua aliran, karena sumber yang saya ungkapkan itu juga ada di kanon Mahayana. Apakah Mahayana tidak boleh memakai apa yang ada di kanonnya sendiri?

Jawab yang jujur mas 99% sama atau tidak?

Quote
TL:

Nah mas Tan bingung sendiri kan? hehehe apakah kambing identik dengan gajah? apakah yang sudah tercerahi sama dengan yang belum tercerahi? coba lihat link berikut:( http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,1884.60.html )reply no 66. kok berbeda dengan pernyataan mas Gandalf, mas Tan? Mana yang benar nih.

TAN:

Sebenarnya tidak berbeda. Masing-masing mencermati dari wawasan yang berlainan. Mengenai topik ini saya kira sudah jelas. Silakan Anda cermati 10 poin jawaban saya terdahulu. Saya kira tidak perlu saya tanggapi lagi.

Satu bilang pencerahan beda dengan non pencerahan, yang satu mengatakan Buddha = Boddhisattva yang mana yang benar nih? Sumbernya?  Atau salah satu memakai pendapat pribadi?  ;D

Quote
TL:

Tolong kutipan yang jelas dong mas, biar lebih ilmiah.

TAN:

Silakan Anda cari sendiri bukunya kalau memang merasa perlu. Saya kira judul dan penerbitnya sudah cukup jelas.

Bukunya kosong sama dengan isi, isi sama dengan kosong ya mas?

Quote
TL:

Hehehe terima kasih   GRP untuk mas Tan. Saya memang tulus menolong mahluk-nahluk, tapi saya tidak menganggap saya Bodhisattva, karena penipu, pencuri, pemeras dlsbnya juga bisa melakukan hal yang sama apakah mereka bodhisattva?

TAN:

Pada MOMEN mereka melakukan itu dengan tulus, mereka adalah bodhisattva. Saat seorang yang bahkan rajin membabarkan Dharma sekalipun melakukan kejahatan pada makhluk lain, mereka adalah penjahat. Bodhisattva dan tidak letaknya adalah di pikiran.

Maaf disinilah letaknya seni bertanya dengan kritis mas. Bodhisattva letaknya pada pikiran, ucapan dan perbuatan mas, bukan pada pikiran saja.

Quote
TL:

Sebaiknya kita jangan melekat dan jangan menuduh orang lain melekat, bener nggak mas?

TAN:

Ooo jangan melekat ya?  Yup bagus sekali. Setuju. Hahahahaha

Hayo mas Tan masih melekat pada bodhisattva letaknya di pikiran?

Quote
TL:

Semoga bila orang lain mengemukakan sanggahan, bantahan atau  perbandingan tidak saya anggap sebagai pintar berdebat, atau lidah setajam silet, tetapi berusaha mencerna, apakah yang dikatakannya bermanfaat, masuk diakal dan dan dapat dipahami.

TAN:

Masuk diakal bagi siapa? Dapat dipahami bagi siapa? Masing-masing orang punya pemahamannya sendiri-sendiri. Masing-masing orang punya pandangan tentang apa yang dianggap masuk akal dan tak masuk akal. Apa yang saya anggap masuk akal mungkin bagi Anda tidak masuk akal. Apa yang saya anggap tidak masuk akal, bagi Anda adalah masuk akal. Pada akhirnya, tidak akan ada kesatuan pandangan. Kita hanya bisa menoleransi pandangan pihak lainnya. Akhirnya semua akan berpulang pada “belief” masing-masing, apapun agama dan keyakinannya.

Amiduofo,

Tan

Baik sekali mas, semoga mas Tan sering-sering nien fo agar imannya selalu bertambah kuat.

metta,
The truth, and nothing but the truth...

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #820 on: 30 April 2009, 03:20:28 PM »
TL:



Kan mas Tan tidak perlu menyanggah saya?




TAN:

Ooo saya tidak menyanggah, hanya memberikan penjelasan mengenai Mahayana sejauh yang saya ketahui. :P hahahaha

TL:



Kalau ada sesuatu diluar pancaskandha apa? sebutin dong mas.




TAN:

Nama itu hanya sebutan yang diberikan oleh manusia. Apalah arti sebuah nama? Apa namanya tidak penting. Saya bisa beri sebutan apa saja dan sekaligus tidak bisa beri sebutan apa saja. Yang pasti itu “ada”sesuatu. Kalau tidak berarti sama saja dengan nihilisme donk? Anda mau disebut kaum nihilis? Seperti yang telah saya katakan berkali-kali Mahayana lebih konsisten dan masuk akal dengan hal ini. Mari saya terangkan dengan alur logika.

Kalau bagi Anda, hanya ada lima skandha penyusun makhluk hidup DAN tak ada yang lainnya lagi, maka begitu seorang Buddha memasuki nirvana tanpa sisa, dimana panca skandha musnah; artinya semuanya ikut MUSNAH. Bila begitu apa bedanya dengan nihilisme? Bisakah Anda menjelaskan hal ini? Untuk kesekian kalinya saya mengungkapkan hal ini.

Di sini letak bedanya dengan ajaran Mahayana. Mahayana bukan eternalisme karena menganggap bahwa sesuatu yang kekal itu dipandang dari konsepsi adanya “aku” atau tidak. Bila “aku” telah padam, maka tidak ada lagi bias-bias kesalahan. Tidak ada lagi keinginan untuk melanggengkan sang “aku.” Itulah sebabnya meskipun mengajarkan bahwa seorang Buddha masih dapat memancarkan maitri karuna hal itu tidak dapat disamakan etenalisme ataupun disamakan dengan pandangan Brahmanisme. Saya kira sudah cukup jelas ya. Terserah mau diterima atau tidak.

TL:



Jadi karma apa selain karma individu mahluk? karma kursi, karma pohon, mungkin batu jadi Sun go Kong akibat karma ?




TAN:

Hukum karma alias karma niyama. Itu nitya atau anitya? Apakah hukum karma masih merupakan obyek perubahan?

TL:



Anitya adalah sifat dari kondisi-kondisi. dengan berhentinya kondisi-kondisi maka lenyaplah anitya, sekarang saya ulangi pertanyaan saya kelima kalinya dan jangan menghindar mas Tan:

APAKAH KESADARAN ITU BERSIFAT ANITYA ATAU NITYA? 




TAN:

Saya ulangi pula pertanyaan SEKALIGUS JAWABAN saya untuk kelima kalinya:

APAKAH ANITYA ITU BERSIFAT NITYA ATAU ANITYA?
Coba direnungkan. Apakah cukup jelas? Nah itulah jawaban saya. Saya sudah menjawab untuk kali ke-5. Andalah yang menghindar dari jawaban saya. Hahahahahahaahaha.......

TL:



Jawab yang jujur mas 99% sama atau tidak?




TAN:

Sama. Silakan ehipassiko saja sendiri.

TL:



Baik sekali mas, semoga mas Tan sering-sering nien fo agar imannya selalu bertambah kuat.





TAN:

Baik sekali, semoga Bung TL sering-sering baca paritta Pali saja biar tambah pinter berdebat.

Amiduofo,

Tan


Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #821 on: 30 April 2009, 03:28:38 PM »
Mercedes:

saudara Tan yang bijak,
kalau ada sesuatu pasti ada sebab-nya.........

api ada maka ada panas api, asap ada pasti ada sumber-nya, demikian metta ada karena ada pikiran yang memancarkan....
tanpa pikiran dari mana metta?

sama halnya , bisakah cinta kasih dipancarkan dari sebuah kursi?
pelajaran dari mana anda berpendapat bahwa maitri karuna muncul tanpa sebab dan asal?

selama saya belajar meditasi, tidak pernah ada sebuah pikiran tanpa objek...pasti ada objek baru ada kesadaran mental.
objek adalah penyebab dan kesadaran adalah akibat.
tidak percaya? pratek saja sekarang.. ^^

nanti anda akan tahu pendapat bahwa
metta bisa dipancarkan,tanpa pikiran...itu salah besar dan hanya merupakan teori tanpa kenyataan.

TAN:

Oke. Kalau dipaksa memberikan sebuah nama, maka sebut saja sumbernya adalah Pikiran Termurnikan Seorang Buddha. Mungkin sebagian ada yang menuduh ini adalah eternalisme, mirip Brahmanisme lah, atau what ever deh, tetapi bagi saya ini jauh sekali dari eternalisme. Sifat alami pikiran yang termurnikan adalah metta karuna. Oleh karena itu, tidak mustahil ada pemancaran metta karuna oleh seorang Buddha. Saya kira cukup jelas.

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #822 on: 30 April 2009, 03:40:48 PM »
Mercedes:

saudara Tan yang bijak,
kalau ada sesuatu pasti ada sebab-nya.........

api ada maka ada panas api, asap ada pasti ada sumber-nya, demikian metta ada karena ada pikiran yang memancarkan....
tanpa pikiran dari mana metta?

sama halnya , bisakah cinta kasih dipancarkan dari sebuah kursi?
pelajaran dari mana anda berpendapat bahwa maitri karuna muncul tanpa sebab dan asal?

selama saya belajar meditasi, tidak pernah ada sebuah pikiran tanpa objek...pasti ada objek baru ada kesadaran mental.
objek adalah penyebab dan kesadaran adalah akibat.
tidak percaya? pratek saja sekarang.. ^^

nanti anda akan tahu pendapat bahwa
metta bisa dipancarkan,tanpa pikiran...itu salah besar dan hanya merupakan teori tanpa kenyataan.

TAN:

Oke. Kalau dipaksa memberikan sebuah nama, maka sebut saja sumbernya adalah Pikiran Termurnikan Seorang Buddha. Mungkin sebagian ada yang menuduh ini adalah eternalisme, mirip Brahmanisme lah, atau what ever deh, tetapi bagi saya ini jauh sekali dari eternalisme. Sifat alami pikiran yang termurnikan adalah metta karuna. Oleh karena itu, tidak mustahil ada pemancaran metta karuna oleh seorang Buddha. Saya kira cukup jelas.

Amiduofo,

Tan
Ko Tan :
Berarti kalau Buddha itu skarang masih ada atau tidak?
Yang bertumibal lahir itu apa kalau dalam Mahayana?
Ketika Buddha parinibbana, apakah yang berpindah ketika parinibbana, tetap Buddha (Sidhharta Gautama) atau menjadi Buddha yang lain?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #823 on: 30 April 2009, 03:45:04 PM »
Mercedes:

saudara Tan yg bijak,
jika semua teori tanpa kenyataan, semua ajaran bisa mengatakan mereka-lah paling benar.
ketika teori tidak sesuai kenyataan yang manakah yang salah? kenyataan atau teori?

kenyataan tidaklah mungkin salah, dan yang salah pasti adalah teori-nya.
ketika berkata semua itu kembali ke masing-masing, sungguh itu bukanlah pemikiran buddhis.
karena buddhis tidak mengajarkan samuthi saja.

4 kesunyataan mulia yang dibabarkan sang buddha, bukanlah teori tanpa kebenaran...melainkan kenyataan sesungguh-nya.... ( seperti habis makan banyak pasti kenyang ^^ )
baik ajaran percaya atau tidak percaya tetap saja akan terkena imbas dari 4 kenyataan ini...

jadi selama ini apakah ilusi yang ingin di-diskusikan atau kenyataan?
andai membahas kenyataan, maka semua teori menjadi sama....

kalau membahas teori tanpa kenyataan, maka muncul 1001 macam teori atau 84.000 teori.

TAN:

Saya akan beri analogi sebagai berikut. Ada sekelompok orang yang belum pernah pergi ke Paris. Suatu kali masing-masing dari mereka mendengar penuturan rekan atau kerabatnya masing-masing yang pernah pergi ke Paris. Ada di antara mereka yang mengagumi menara Eifel, sehingga dalam ceriteranya mereka banyak menceritakan tentang menara tersebut, umpamanya konstruksi bajanya yang luar biasa, keindahan kota Paris dilihat dari puncaknya dan lain sebagainya. Ada yang memusatkan ceritanya pada Istana Louvre dengan tamannya yang indah. Ada lagi yang bercerita tentang Gereja Notre Dame dan lain sebagainya. Ada lagi orang yang belum pernah ke Paris, tetapi membaca tentang Paris dari buku perjalanan.
Nah, suatu kali orang-orang yang belum pernah ke Paris ini berkumpul menjadi satu dan berdialog ramai tentang Paris, bahkan mereka membuat forum atau milis di internet untuk mendiskusikan Paris. Ada yang bilang dan bersikeras bahwa Eifel adalah bangunan terindah di Paris. Yang lain tidak mau kalah dan mengatakan Louvre adalah yang terindah. Yang lagi berteriak bahwa Notre Dame yang terindah. Bahkan yang lebih ekstrem ada yang mengatakan bahwa satu2nya bangunan terkenal di Paris adalah Eifel, Louvre, atau Notre Dame. Ingat! Tak seorangpun dari mereka pernah ke Paris. Tapi dengan lihainya mereka bercerita dan berteori tentang Paris, bahkan melebihi orang yang pernah ke Paris sendiri.
Analogi tadi mungkin tepat...mungkin juga tidak. Tetapi intinya adalah pertanyaan: Adakah di antara kita yang sudah jadi Buddha? Apakah teori kita hanya dari buku, penuturan guru-guru agama, atau dengar dari orang lain?
Semua yang diperdebatkan di sini hanya dari KITAB...hanya dari BUKU....!
Mana yang benar? Tanyalah pada rumput yang bergoyang.
Hanya saja saya merasa selama teori itu bermanfaat bagi saya, saya merasa berhak memegangnya.

"jadi selama ini apakah ilusi yang ingin di-diskusikan atau kenyataan?
andai membahas kenyataan, maka semua teori menjadi sama...."

What is "kenyataan" and what is "illusion"? Semua orang hanya "melihat apa yang mereka ingin lihat" (mengutip dari film Knowing). Anda ingin melihat "ilusi" menjadi "kenyataan" maka saat itu jadilah "kenyataan" itu. Anda ingin melihat "kenyataan" menjadi "ilusi" maka saat itu pula jadilah "ilusi" itu. Semua makhluk dalam samsara masih ditutupi oleh debu kebodohan tak dapat membedakan antara "ilusi" dan "kenyataan." Tak ada yang tahu siapa benar siapa salah. Karena itu jangan harap ada teori yang "sama." Teori yang "sama" hanya ada di kalangan orang yang berpendapat sama. Tapi dalam tataran majemuk jangan harap ada teori yang "sama."

Amiduofo,

Tan

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #824 on: 30 April 2009, 03:49:58 PM »
Quote from: Tan
TAN:

Oke. Kalau dipaksa memberikan sebuah nama, maka sebut saja sumbernya adalah Pikiran Termurnikan Seorang Buddha. Mungkin sebagian ada yang menuduh ini adalah eternalisme, mirip Brahmanisme lah, atau what ever deh, tetapi bagi saya ini jauh sekali dari eternalisme. Sifat alami pikiran yang termurnikan adalah metta karuna. Oleh karena itu, tidak mustahil ada pemancaran metta karuna oleh seorang Buddha. Saya kira cukup jelas.

Amiduofo,

Tan

Bro Tan, saya mau tanya sedikit neh.
Cuma tanya aja kok... ;D

Berulang kali Bro Tan menyatakan bahwa seorang Buddha memiliki sifat alamiah, yakni memancarkan maitri-karuna; baik saat masih memiliki pancaskhandha maupun tidak.

Pertanyaannya : Kalau seorang Samyaksambuddha sudah memasuki Mahaparinirvana, apakah berarti Beliau masih ada pikiran?