^ ^ ^ jadi menurutmu, tidak masalah jika pembaca 'hanya' mengira bahwa seorang bhikkhu seharusnya vegetarian?
Pertanyaan ini singkat tapi berimplikasi luas.
Keterangan dan tanggapan saya:
1. Dalam cerita itu tidak diilustrasikan bahwa bhikkhu bervegetarian. Malah bila pembaca paham, kata yang bergaris bawah itu justru menunjukkan bahwa bhikkhu menerima persembahan daging hasil sembelihan (penjagalan).
2. Kalaupun dampaknya sampai membuat
orang berpikir bahwa bhikkhu bervegetarian, lalu dimana efek negatif yang signifikan?
Yang saya garis bawahi di atas dapat diinterpretasikan sebagai orang awam, bukan bhikkhu atau umat senior. Dalam hal ini, saya kira bila terjadi salah mengerti atau menyimpulkan, paling buruk saya kira hanya umat awam memberi persembahan masakan vegetarian.
Efek yang paling signifikan dan beresiko, justru bila dalam kalangan bhikkhu yang salah mengartikan peraturan, karena dengan begitu ia (mereka) jadi hanya menerima persembahan vegetarian, yang bisa berpotensi mengurangi kapasitas dan varian yang seharusnya ia terima.
Jadi tergantung audiens (pembaca) 'kan? Dan saya rasa kemungkinan yang dikhawatirkan itu sangat kecil. Bila ini dibaca bhikkhu pun, tidak mungkin humor dijadikan patokan dalam menerima persembahan.
Silakan koreksi bila dalam pemikiran dan kata-kata saya ada kekeliruan.