//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Majjhima Nikaya (Diskusi)  (Read 86042 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #75 on: 14 November 2012, 09:19:13 AM »
saya liat, MN akan diterbitkan...

Majjhima Nikaya 18 (madhupindika sutta - khotbah bola madu)
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17327.0/message,278450.html

Quote
[...]
15. “Teman-teman, ketika Sang Bhagavā bangkit dari duduknya dan memasuki kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan maknanya secara terperinci, yaitu: ‘Para bhikkhu, sehubungan dengan sumber melalui mana persepsi dan gagasan [yang muncul dari] proliferasi pikiran yang menyerang seseorang: jika tidak ada apapun di sana yang menggembirakan, yang disambut dan digenggam, maka ini adalah akhir dari kecenderungan tersembunyi pada nafsu … ini adalah akhir dari penggunaan tongkat dan senjata … di sini kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat lenyap tanpa sisa,’ aku memahami maknanya secara terperinci sebagai berikut:

Spoiler: ShowHide
16. “Dengan bergantung pada mata dan bentuk-bentuk, maka muncul kesadaran-mata. Pertemuan ketiga ini adalah kontak. Dengan kontak sebagai kondisi maka ada perasaan. Apa yang ia rasakan, itulah yang ia kenali. [112] Apa yang ia kenali, itulah yang ia pikirkan. Apa yang ia pikirkan, itulah yang diproliferasikan oleh pikiran. Dengan apa yang ia proliferasikan secara pikiran sebagai sumber, persepsi dan gagasan [yang muncul dari] proliferasi pikiran menyerang seseorang sehubungan dengan bentuk-bentuk masa lampau, masa depan dan masa sekarang yang dikenali melalui mata.

“Dengan bergantung pada telinga dan suara-suara … Dengan bergantung pada hidung dan bau-bauan … Dengan bergantung pada lidah dan rasa kecapan … Dengan bergantung pada badan dan obyek-obyek sentuhan … Dengan bergantung pada pikiran dan obyek-obyek pikiran, maka muncul kesadaran-pikiran. Pertemuan ketiga ini adalah kontak. Dengan kontak sebagai kondisi maka ada perasaan. Apa yang ia rasakan, itulah yang ia kenali. Apa yang ia kenali, itulah yang ia pikirkan. Apa yang ia pikirkan, itulah yang diproliferasikan oleh pikiran. Dengan apa yang ia proliferasikan secara pikiran sebagai sumber, persepsi dan gagasan yang [muncul dari] proliferasi pikiran menyerang seseorang sehubungan dengan obyek-obyek pikiran masa lampau, masa depan dan masa sekarang yang dikenali melalui pikiran.

17. “Ketika ada mata, bentuk, dan kesadaran-mata, maka adalah mungkin untuk menunjukkan manifestasi kontak.  Ketika ada manifestasi kontak, maka adalah mungkin untuk menunjukkan manifestasi perasaan. Ketika ada manifestasi perasaan, maka adalah mungkin untuk menunjukkan manifestasi persepsi. Ketika ada manifestasi persepsi, maka adalah mungkin untuk menunjukkan manifestasi pemikiran. Ketika ada manifestasi pemikiran, maka adalah mungkin untuk menunjukkan manifestasi penyerangan oleh persepsi dan gagasan [yang muncul dari] proliferasi pikiran.

“Ketika ada telinga, suara, dan kesadaran-telinga … Ketika ada hidung, bau-bauan, dan kesadaran-hidung … Ketika ada lidah, rasa kecapan, dan kesadaran-lidah … Ketika ada badan, obyek sentuhan, dan kesadaran-badan … Ketika ada pikiran, obyek pikiran, dan kesadaran-pikiran … adalah mungkin untuk menunjukkan manifestasi penyerangan oleh persepsi dan gagasan [yang muncul dari] proliferasi pikiran.

18. “Ketika tidak ada mata, tidak ada bentuk, dan tidak ada kesadaran-mata, maka adalah tidak mungkin untuk menunjukkan manifestasi kontak. Ketika tidak ada manifestasi kontak, maka adalah tidak mungkin untuk menunjukkan manifestasi perasaan. Ketika tidak ada manifestasi perasaan, maka adalah tidak mungkin untuk menunjukkan manifestasi persepsi. Ketika tidak ada manifestasi persepsi, maka adalah tidak mungkin untuk menunjukkan manifestasi pemikiran. Ketika tidak ada manifestasi pemikiran, maka adalah tidak mungkin untuk menunjukkan manifestasi penyerangan oleh persepsi dan gagasan [yang muncul dari] proliferasi pikiran.

[...]

kata "proliferasi", tolong dicantumkan pengertiannya menurut KBBI di catatan kaki ya, karena kata itu tidak umum (biar pembaca lebih ngerti).

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #76 on: 14 November 2012, 11:12:16 AM »
saya liat, MN akan diterbitkan...

Majjhima Nikaya 18 (madhupindika sutta - khotbah bola madu)
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17327.0/message,278450.html

kata "proliferasi", tolong dicantumkan pengertiannya menurut KBBI di catatan kaki ya, karena kata itu tidak umum (biar pembaca lebih ngerti).

kata ini memang sudah dijelaskan dalam catatan kaki

169) Proliferasi (papañca), menurut MA, ini adalah aktivitas pikiran yang diatur oleh keinginan dan pandangan. Penjelasan lebih lanjut sehubungan dengan kata penting ini, baca n.229.


229) Interpretasi atas paragraf yang tersamar ini berpusat pada kata papañca dan kata majemuk papañca-saññā-sankhā. Ñm menerjemahkan papañca sebagai “keberagaman” dan papañca-saññā-sankhā sebagai “perhitungan mengenai persepsi keberagaman.” Akan tetapi, sepertinya persoalan utama yang ditunjukkan dengan kata papañca bukanlah “keberagaman,” yang mungkin cukup sesuai jika bidang indria itu sendiri memperlihatkan keragaman, tetapi kecenderungan imajinasi kaum duniawi untuk meledak dalam pencurahan komentar pikiran yang menghalangi pengenalan data. Dalam suatu pembahasan penembusan, Concept and Reality in Early Buddhism, Bhiikhu Ñāṇananda menjelaskan papañca sebagai “proliferasi konseptual,” dan saya mengikutinya dengan menggantikan “keberagaman” dari Ñm menjadi “proliferasi”. Komentar mengidentifikasikan timbulnya proliferasi ini sebagai tiga faktor – keinginan, keangkuhan, dan pandangan – yang karenanya pikiran menjadi “membubuhi” pengalaman dengan meginterpretasikannya dengan sebutan “milikku,” “aku,” dan “diriku.” Papañca dengan demikian adalah berhubungan dekat dengan maññanā, “menganggap,” dalam MN 1 – baca n.6.

Kata majemuk papañca-saññā-sankhā lebih rumit. YM Ñāṇananda menginterpretasikannya sebagai “konsep-konsep yang dikarakteristikkan oleh pikiran yang cenderung berkembang,” tetapi penjelasan ini masih belum memasukkan kata saññā. MA mengemas sankhā dengan koṭṭhāsa, “bagian,” dan mengatakan bahwa saññā adalah persepsi yang berhubungan dengan papañca ataupun papañca itu sendiri. Saya sependapat dengan Ñāṇananda dalam menganggap sankhā lebih sebagai berarti konsep atau gagasan (“Perhitungan” dari Ñm adalah terlalu literal) daripada bagian. Keputusan saya memperlakukan saññā-sankhā sebagai kata majemuk dvanda, “persepsi dan gagasan,” mungkin akan dipertanyakan, tetapi karena ungkapan saññā-sankhā jarang muncul dalam Kanon dan tidak pernah dianalisa secara verbal, maka tidak ada terjemahan yang benar-benar melampaui keragu-raguan. Pada Interpretasi alternatif dari komponennya, ungkapan itu mungkin dapat diterjemahkan “gagasan-gagasan [yang muncul dari] proliferasi persepsi” atau “gagagasan-gagasan persepsi [yang muncul dari] proliferasi.”

Lanjutannya akan menjelaskan bahwa proses kognisi itu sendiri adalah “sumber yang melaluinya persepsi dan gagasan [yang timbul dari] proliferasi pikiran menyerang seseorang.” Jika dalam proses kognisi tersebut tidak ada yang disenangi, disambut, atau digenggam, maka kecenderungan tersembunyi pada kekotoran-kekotoran akan berakhir.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #77 on: 14 November 2012, 01:04:49 PM »
^ ^ ^ oo uda ada toh... detil banget... Dulu saya cari arti kata "proliferasi" di KBBI:
 
pro·li·fe·ra·si n Bio 1 pembiakan yg subur; 2 perbanyakan bentuk yg sama, terutama sel dan kista yg abnormal; 3 pertumbuhan dan pertambahan sel yg sangat cepat (dl keadaan abnormal)

yang saya tangkap, ya artinya berkembangnya pemikiran (dengan sangat cepat dan banyak). Kalo baca catatan kaki di atas, saya malah agak bingung, mungkin karena saking detilnya. Kening sampe agak berkerut bacanya ;D

Dan saya tetap mengusulkan untuk mencantumkan catetan kaki tambahan (dari KBBI) di bagian bawah halaman tersebut (selain catatan kaki di belakang buku seperti biasa)..
« Last Edit: 14 November 2012, 01:18:44 PM by dhammadinna »

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #78 on: 14 November 2012, 02:17:13 PM »
kalo terjemahannya diambil dari KBBI, nanti pembaca malah makin bingung,, "Pembiakan yang subur???" ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #79 on: 20 January 2013, 07:42:56 PM »
Sepertinya sebelumnya udah ada beberapa perbaikan yang sama, entah belum di update lagi atau bagaimana.
Teksnya saya ambil dari http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17327.0.html.

Kelompok Khotbah Tentang Akar (Mūlapariyāyavagga)

3  Dhammadāyāda Sutta - Pewaris dalam Dhamma
Spoiler: ShowHide
Quote
2. “Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi. Demi belas kasihKu kepada kalian Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswaKu dapat menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi?’ Jika kalian menjadi pewarisKu dalam benda-benda materi, bukan menjadi pemwarisKu dalam Dhamma, maka kalian akan dicela sebagai berikut: ‘para siswa Sang Guru hidup sebagai pewarisNya dalam benda-benda materi, bukan sebagai pewaris dalam Dhamma’; dan Aku akan dicela sebagai berikut: ‘para siswa Sang Guru hidup sebagai pewarisNya dalam benda-benda materi, bukan sebagai pewarisNya dalam Dhamma.’
"P" kapital, kelebihan huruf 'm'.

Quote
3. “Sekarang, para bhikkhu, misalkan aku telah makan, menolak makanan tambahan, sudah kenyang, selesai, sudah cukup, telah memakan apa yang Kubutuhkan, dan ada makanan tersisa dan akan dibuang. Kemudian dua orang bhikkhu tiba [13] lapar dan lemah, dan Aku berkata kepada mereka: ‘Para bhikkhu, aku telah makan … telah memakan apa yang Kubutuhkan, tetapi masih ada makanan tersisa dan akan dibuang. ....
"A" kapital.

Quote
5. “Teman-teman, dalam cara bagaimanakah para siswa Sang Guru yang hidup terasing tidak berlatih dalam keterasingan? Dan dalam cara bagaimanakah para siswa Sang Guru yang hidup terasing berlatih dalam keterasingan?”

“Sesungguhnya, teman, kami datang dari jauh untuk mempelajari makna pernyataan ini dari Yang Mulia Sāriputta. Baik sekali jika Yang Mulia Sāriputta sudi menjelaskan makna pernyataan ini. Setelah mendengarkannya darinya para bhikkhu akan mengingatnya.”

“Maka, teman-teman, dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan kukatakan.”
lebih enak bacanya kalo tanpa kata 'pada'.


4  Bhayabherava Sutta - Kekhawatiran dan Ketakutan
Spoiler: ShowHide
Quote
2. Kemudian Brahmana Jāṇussoṇi  mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi dan berkata: “Guru Gotama, ketika para anggota keluarga meninggalkan kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah karena berkeyakinan pada Guru Gotama, apakah mereka mereka menjadikan Guru Gotama sebagai pemimpin mereka, penolong mereka, dan penuntun mereka? Dan apakah orang-orang ini mengikuti teladan Guru Gotama?”

Quote
35. “Tentu saja, adalah karena Guru Gotama adalah seorang yang sempurna, seorang Yang Tercerahkan Sepenuhnya, maka Beliau berbelas kasihan pada generasi mendatang. [24] Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah menjelaskan Dhamma dalam berbagai cara, bagaikan menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan pada mereka yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Gotama dan ,pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini sudilah Guru Gotama mengingatku sebagai seorang pengikut awam yang telah menerima perlindungan dari Beliau seumur hidupku.”
kalo bisa kata "dan" nya diganti dengan tanda "koma" aja.


5  Anangaṇa Sutta - Tanpa Noda
Spoiler: ShowHide
Quote
11. “Adalah mungkin bahwa seorang bhikkhu di sini berkehendak: ‘Jika aku melakukan pelanggaran. Para bhikkhu sebaiknya menegurku secara pribadi, bukan di tengah-tengah Saṅgha.’ Dan adalah mungkin bahwa para bhikkhu menegur bhikkhu itu di tengah-tengah Saṅgha, dan bukan secara pribadi. Sehingga ia menjadi marah dan tidak senang: ‘Para bhikkhu menegurku di tengah-tengah Saṅgha, bukan secara pribadi’(.) Kemarahan dan ketidak-senangan itu keduanya adalah noda.
tanda titiknya kurang.

Quote
31. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Mahā Moggallāna berkata kepada Yang Mulia Sāriputta: “Sebuah perumpamaan terpikirkan olehku, Sahabat Sāriputta.” – “Katakanlah, Sahabat Moggallāna.” – “Pada suatu ketika, Sahabat, aku sedang menetap di Bukit Benteng di Rājagaha. Pada suatu pagi, Aku merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarku, Aku memasuki Rājagaha untuk menerima dana makanan. Pada saat itu Samīti si putera pembuat kereta sedang menghaluskan bagian lingkaran roda dan Ājīvaka Paṇḍuputta, putera pembuat kereta sebelumnya, berdiri di dekat sana. kemudian pemikiran ini muncul dalam pikiran Ājīvaka Paṇḍuputta: .....
"K" kapital.

Quote
32. “Demikian pula, Sahabat, ada orang-orang yang tidak berkeyakinan dan telah meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah bukan karena keyakinan melainkan untuk mencari penghidupan, yang curang, pendusta, pengkhianat, angkuh, kosong, pongah, berbicara kasar, berbicara lepas, indria-indria yang tidak terjaga, makan berlebihan, tidak menekuni keawasan, mengabaikan pertapaan, tidak menghargai latihan, hidup mewah, lengah, pemimpin dalam kemunduran, melalaikan keterasingan, malas, kekurangan kegigihan, tidak penuh perhatian, tidak penuh kewaspadaan, tanpa kebijaksanaan, bodoh dengan air liur menetes. Yang Mulia Sāriputta dengan khotbahnya tentang Dhamma menghaluskan cacat-cacat mereka seolah-oleh ia mengetahui pikiranku dengan pikirannya!
salah ketik "seolah-olah".


6  Ākankheyya Sutta - Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki
Spoiler: ShowHide
Quote
14. “Jika seorang bhikkhu menghendaki:  ‘Semoga aku mampu mengerahkan berbagai jenis kekuatan batin: dari satu menjadi banyak; dari banyak menjadi satu, semoga aku muncul dan lenyap; semoga aku mampu bepergian tanpa terhalangi oleh dinding, menembus tembok, menembus gunung seolah-olah menembus ruang kosong; semoga aku mampu menyelam masuk dan keluar dari tanah seolah-olah di dalam air; semoga aku mampu berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; duduk bersila, semoga aku mampu bepergian di angkasa seperti burung; dengan tanganku semoga aku mampu menyentuh dan menepuk bulan dan matahari begitu kuat dan perkasa; semoga aku mampu mengerahkan kekuatan jasmani, hingga sejauh alam-Brahma,’ maka ia harus memenuhi aturan-aturan …
Sepertinya "Alam Brahma", tapi agak ragu.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.


7  Vatthūpama Sutta - Perumpamaan Kain
Spoiler: ShowHide
Quote
14-16. “Ia berdiam dengan melingkupi satu arah dengan pikiran belas kasihan … dengan pikiran kegembiraan altruistis … dengan pikiran seimbang,  demikian pula  arah ke dua, demikian pula arah ke tiga, demikian pula arah ke empat; demikian pula ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada dirinya sendiri, ia berdiam dengan melingkupi seluruh dunia dengan pikiran seimbang, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa permusuhan dan tanpa niat buruk.
Awalan "ke-" tidak dipisah pada bilangan yang menyatakan jumlah dan pada bilangan ordinal. Misalnya: Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang. Ia adalah anak kesatu.


8  Sallekha Sutta - Pemurnian
Spoiler: ShowHide
Quote
4. “Adalah mungkin di sini, Cunda, bahwa dengan cukup terasing dari kenikmatan-kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ia mungkin berpikir bahwa: ‘Aku berdiam dalam pemurnian.’ Tetapi bukan pencapaian-pencapaian ini yang disebut ‘pemurnian’ dalam Disiplin Yang Mulia: ini disebut ‘kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini’ [41] dalam Disiplin Yang Mulia.
imo, "Disiplin yang Mulia"
kalo "Disiplin Yang Mulia" pas baca kesannya seperti Disiplin Sang Buddha. Yang Mulia = panggilan untuk Sang Buddha oleh para bhikkhu.

Quote
13. “Cunda, Aku katakan bahwa bahkan kecondongan pikiran pada kondisi-kondisi bermanfaat adalah bermanfaat besar, apalagi tindakan-tindakan perbuatan dan ucapan yang selaras [dengan keadaan pikiran demikian]?  Oleh Karena itu, Cunda:
"k" tidak kapital.

Quote
14. “Cunda, misalkan terdapat jalan setapak yang tidak rata dan ada jalan setapak lainnya yang rata untuk menghindari jalan setapak yang tidak rata; dan misalkan terdapat penyeberangan yang tidak rata dan ada penyeberangan lain yang rata untuk menghindari penyeberangan yang tidak rata. [44] demikian pula:
"D" kapital.

Quote
16. “Cunda, bahwa seseorang yang tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur adalah tidak mungkin; bahwa seseorang yang tidak tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur adalah mungkin. Bahwa seorang yang tidak jinak, tidak disiplin, [dengan kekotoran] belum padam, harus menjinakkan orang lain, mendisiplinkannya, dan membantunya memadamkan [kekotorannya] adalah tidak mungkin; Bahwa seorang yang jinak,  disiplin, [dengan kekotoran] telah padam, harus menjinakkan orang lain, mendisiplinkannya, dan membantunya memadamkan [kekotorannya] adalah mungkin.  Demikian pula:
struktur kalimatnya lebih enak kalau begini:
"Cunda, adalah tidak mungkin bahwa seseorang yang tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur; adalah mungkin bahwa .... "


9  Sammādiṭṭhi Sutta - Pandangan Benar
Spoiler: ShowHide
Quote
2. “’Seorang yang berpandangan benar, seorang yang berpandangan benar,’ dikatakan, teman-teman. Dalam cara bagaimanakah seorang siswa mulia berpandangan benar, yang pandangannya lurus, yang memiliki keyakinan sempurna dalam Dhamma, dan telah sampai pada Dhamma sejati?”

“Sesungguhnya, teman, kami datang dari jauh untuk mempelajari makna pernyataan ini dari Yang Mulia Sāriputta. Baik sekali jika Yang Mulia Sāriputta sudi menjelaskan makna pernyataan ini. Setelah mendengarkannya darinya para bhikkhu akan mengingatnya.”
jika "nya" menunjuk pada Yang Mulia Sāriputta, maka penggunaan kata ganti "nya" tersebut kurang cocok.
karna seolah-olah menunjuk pada orang lain diluar percakapan itu.
lebih baik jika tetap ditulis "Setelah mendengarnya dari Yang Mulia Sāriputta, para bhikkhu akan mengingatnya."

Quote
11. “Dan apakah makanan, apakah asal-mula makanan, apakah lenyapnya makanan, apakah jalan menuju lenyapnya makanan? Ada empat jenis makanan untuk memelihara makhluk-makhluk yang telah terlahir dan untuk menyokong mereka yang mencari kehidupan baru. Apakah empat ini? Yaitu: makanan fisik sebagai makanan, kasar atau halus; kontak sebagai yang ke dua; kehendak pikiran sebagai yang ke tiga; dan kesadaran sebagai yang ke empat.  Dengan munculnya keinginan maka muncul pula makanan. Dengan lenyapnya keinginan maka lenyap pula makanan. Jalan menuju lenyapnya makanan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.
"kedua", "ketiga", "keempat", disambung.
« Last Edit: 20 January 2013, 07:52:55 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #80 on: 21 January 2013, 09:37:39 PM »
Kelompok Khotbah Tentang Akar (Mūlapariyāyavagga)

tentang penulisan judulnya
Quote
1  Mūlapariyāya Sutta  - Akar Segala Sesuatu
2  Sabbāsava Sutta  -  Segala Noda
3  Dhammadāyāda Sutta  -  Pewaris dalam Dhamma
4  Bhayabherava Sutta  -  Kekhawatiran dan Ketakutan
5  Anangaṇa Sutta  -  Tanpa Noda
6  Ākankheyya Sutta  -  Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki
7  Vatthūpama Sutta  -  Perumpamaan Kain
8  Sallekha Sutta  -  Pemurnian
9  Sammādiṭṭhi Sutta  -  Pandangan Benar
10  Satipaṭṭhāna Sutta  -  Landasan-landasan Perhatian
Spoiler: ShowHide
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #81 on: 25 January 2013, 06:41:02 PM »
3  Dhammadāyāda Sutta - Pewaris dalam Dhamma
Spoiler: ShowHide
"P" kapital, kelebihan huruf 'm'.
"A" kapital.
lebih enak bacanya kalo tanpa kata 'pada'.

Memang tidak mengubah makna, tapi menggunakan 'pada' agar lebih konsisten dengan buku aslinya.

Quote
4  Bhayabherava Sutta - Kekhawatiran dan Ketakutan
Spoiler: ShowHide
kalo bisa kata "dan" nya diganti dengan tanda "koma" aja.

Sama juga, buku asli memakai "Buddha ... and Dhamma ... and Sangha ..."

Quote
6  Ākankheyya Sutta - Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki
Spoiler: ShowHide
Sepertinya "Alam Brahma", tapi agak ragu.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.

Bukan "Alam-Brahma" karena "Brahma" di sini bukan tempat spesifik, sama seperti misalnya 'sarang macan' juga bisa menunjukkan letak geografis tertentu tapi bukan nama spesifik. "Brahma" sendiri pakai kapital karena memang merujuk pada sosok yang dimuliakan.

Quote
7  Vatthūpama Sutta - Perumpamaan Kain
Spoiler: ShowHide
Awalan "ke-" tidak dipisah pada bilangan yang menyatakan jumlah dan pada bilangan ordinal. Misalnya: Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang. Ia adalah anak kesatu.

"Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang." < benar
"Ia adalah anak ke satu." < seharusnya


Quote
8  Sallekha Sutta - Pemurnian
Spoiler: ShowHide
imo, "Disiplin yang Mulia"
kalo "Disiplin Yang Mulia" pas baca kesannya seperti Disiplin Sang Buddha. Yang Mulia = panggilan untuk Sang Buddha oleh para bhikkhu.
[/quote]
Di sini memang tidak bermakna "Mulia" menjelaskan "Disiplin" ("Disiplin yang Mulia"), namun merujuk pada "Disiplin" yang dijalankan oleh "Yang Mulia" (para ariya), jadi memang dibiarkan "Disiplin Yang Mulia".


Quote
struktur kalimatnya lebih enak kalau begini:
"Cunda, adalah tidak mungkin bahwa seseorang yang tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur; adalah mungkin bahwa .... "

Kasus yang sama, penerjemahan ini berusaha 'setia' pada gaya bahasa yang digunakan oleh buku asli, jadi meminimalisasi perubahan struktur kecuali jika memang keterbatasan tata bahasa berpotensi pada pergeseran makna.

Quote
9  Sammādiṭṭhi Sutta - Pandangan Benar
[spoiler]jika "nya" menunjuk pada Yang Mulia Sāriputta, maka penggunaan kata ganti "nya" tersebut kurang cocok.
karna seolah-olah menunjuk pada orang lain diluar percakapan itu.
lebih baik jika tetap ditulis "Setelah mendengarnya dari Yang Mulia Sāriputta, para bhikkhu akan mengingatnya."
Sama seperti kasus di atas. "Having heard it from him ..."

:jempol:

Terusin yah, sis hema. Lumayan nih tambahan 'mata'. ;D


3  Dhammadāyāda Sutta  -  Pewaris dalam Dhamma
"Dalam" di sini juga diterjemahkan dari "in", jadi termasuk kata depan.
« Last Edit: 25 January 2013, 06:43:54 PM by Kainyn_Kutho »

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #82 on: 25 January 2013, 07:29:52 PM »
"Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang." < benar
"Ia adalah anak ke satu." < seharusnya
nah yang ini jujur saya juga masih ragu om, tapi dari referensi hasil googling kemarin ketemunya begitu.  ;D
mungkin om kainyn punya referensi lain yang bisa dijadikan acuan. :)

Quote
Sama seperti kasus di atas. "Having heard it from him ..."
tapi "him" disini kan mengacu pada YM. Sariputta om, jadi IMO gak ada salahnya kalo diganti jadi YM. Sariputta. :)

Quote
3  Dhammadāyāda Sutta  -  Pewaris dalam Dhamma
"Dalam" di sini juga diterjemahkan dari "in", jadi termasuk kata depan.
nah ini juga, direferensi hanya tertulis:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

saya biasanya lihat disini om : http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #83 on: 25 January 2013, 08:35:31 PM »
Kelompok Auman Singa (Sīhanādavagga)

11  Cūḷasīhanāda Sutta (Khotbah pendek tentang Auman Singa)
Spoiler: ShowHide
Quote
2. “Para bhikkhu, hanya di sini terdapat seorang petapa, hanya di sini terdapat petapa ke dua, hanya di sini terdapat petapa ke tiga, hanya di sini terdapat petapa ke empat. Doktrin-doktrin dari yang lain adalah kosong [64] dari petapa: itu adalah bagaimana kalian dapat dengan benar mengaumkan auman singa kalian.

3. “Adalah mungkin, para bhikkhu, bahwa para pengembara sekte lain menanyakan: ‘Tetapi atas kekuatan [argumen] apakah atau dengan dukungan [otoritas] apakah Yang Mulia berkata demikian?’ Para petapa sekte lain yang bertanya demikian dapat dijawab dengan cara ini: ‘Teman-teman, empat hal telah dinyatakan kepada kami oleh Sang Bhagavā yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna; setelah melihat hal ini dalam diri kami, kami mengatakan: “hanya di sini terdapat seorang petapa, hanya di sini terdapat petapa ke dua, hanya di sini terdapat petapa ke tiga, hanya di sini terdapat petapa ke empat. Doktrin-doktrin dari yang lain adalah kosong dari petapa.”  .....
disimpan dulu sebelum dapat referensi yang baru.

Quote
5. “Para pengembara dari sekte lain yang bertanya demikian dapat dijawab seperti ini: ‘Bagaimanakah, teman-teman, apakah tujuannya satu atau banyak?’ jika menjawab dengan benar, maka para pengembara dari sekte lain akan menjawab: ‘Teman-teman, tujuannya adalah satu bukan banyak.’ .....
‘Tetapi, teman-teman, apakah tujuan itu untuk seorang yang bergembira dan menikmati proliferasi, atau untuk seorang yang tidak bergembira dalam dan tidak menikmati proliferasi?’ Jika menjawab dengan benar, maka para pengembara dari sekte lain akan menjawab: ‘Teman-teman, tujuan itu adalah untuk seorang yang tidak bergembira dalam dan tidak menikmati proliferasi, bukan untuk seorang yang menyenangi dan menikmati proliferasi.’
lebih enak kalau :
‘Tetapi, teman-teman, apakah tujuan itu untuk seorang yang bergembira dan menikmati proliferasi, atau untuk seorang yang tidak bergembira dalam proliferasi dan tidak menikmatinya?’ Jika menjawab dengan benar, maka para pengembara dari sekte lain akan menjawab: ‘Teman-teman, tujuan itu adalah untuk seorang yang tidak bergembira dalam proliferasi dan tidak menikmatinya, bukan untuk seorang yang menyenangi dan menikmatinya.’
kecuali jika tetap ingin mempertahankan sesuai teks aslinya, tapi selama tidak mengubah makna menurutku sih gpp. ;D

Quote
14. “Para bhikkhu, ketika seorang Tathāgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, mengaku mampu mengemukakan pemahaman penuh atas segala jenis kemelekatan, Beliau secara lengkap menggambarkan pemahaman penuh atas segala jenis kemelekatan: beliau menggambarkan pemahaman penuh atas kemelekatan pada kenikmatan indria, kemelekatan pada pandangan, kemelekatan pada ritual dan upacara, dan kemelekatan pada doktrin diri.


12  Mahāsīhanāda Sutta (Khotbah panjang tentang Auman Singa)
Spoiler: ShowHide
Quote
2. Pada saat itu Sunakkhatta, putera Licchavi, baru saja meninggalkan Dhamma dan Disiplin ini.  Ia mengemukakan pernyataan di hadapan sekumpulan penduduk Vesālī: “Petapa Gotama tidak memiliki kondisi yang melampaui manusia, tidak memiliki keluhuran dalam hal pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia.  Petapa Gotama mengajarkan Dhamma [hanya sekadar] menggunakan logika, mengikuti jalur pencarianNya sendiri saat muncul dalam diriNya, dan ketika Beliau mengajarkan Dhamma kepada orang lain, Dhamma itu menuntunnya ,jika ia mempraktikkannya, menuju kehancuran total penderitaan.”

3. Kemudian, pada pagi harinya, Yang Mulia Sāriputta merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, memasuki Vesālī untuk menerima dana makanan. Kemudian ia mendengar Sunakkhatta, putera Licchavi, mengemukakan pernyataan di hadapan sekumpulan penduduk Vesālī. Ketika ia telah menerima dana makanan dan telah kembali dari perjalanan itu, setelah makan, ia menghadap Sang Bhagavā, dan setelah bersujud, ia duduk di satu sisi dan memberitahu Sang Bhagavā tentang apa yang dikatakan oleh Sunakkhatta.
seharusnya "putra" bukan "putera.
put·ra n 1 anak laki-laki raja; 2 anak kandung; 3 anak laki-laki; 4 khusus (untuk) laki-laki: ia menjadi juara untuk lomba lari 100 m --;
tanda komanya salah posisi. ;D


Quote
4. [Sang Bhagavā berkata:] “Sāriputta, orang sesat Sunakkhatta sedang marah dan kata-katanya diucapkan karena marah. Dengan berniat untuk mendiskreditkan Sang Tathāgata, sebaliknya ia malah memuji Beliau; [69] karena adalah pujian terhadap Sang Tathāgata dengan mengatakan tentang Beliau: ‘Ketika Beliau mengajarkan Dhamma kepada orang lain, Dhamma itu menuntunnya, jika ia mempraktikkannya, menuju kehancuran total penderitaan.’
kata yang tidak umum, kecuali ada tambahan catatan kakinya.

Quote
6. “Dan ia tidak akan pernah berpendapat tentangKu sesuai dengan Dhamma: ‘Bahwa Sang Bhagavā menikmati berbagai jenis kekuatan batin: dari satu Beliau menjadi banyak; dari banyak Beliau menjadi satu, Beliau muncul dan lenyap; Beliau bepergian tanpa terhalangi oleh dinding, menembus tembok, menembus gunung seolah-olah menembus ruang kosong; Beliau menyelam masuk dan keluar dari tanah seolah-olah di dalam air; Beliau berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; duduk bersila, Beliau bepergian di angkasa seperti burung; dengan tanganNya Beliau menyentuh dan menepuk bulan dan matahari begitu kuat dan perkasa; Beliau mengerahkan kekuatan jasmani, hingga sejauh
.....

30. “Aku ingat pernah mendekati ratusan kelompok para mulia … ratusan kelompok para brahmana … ratusan kelompok para perumah tangga … ratusan kelompok para petapa … ratusan kelompok para dewa di alam surga Empat Raja Dewa … ratusan kelompok para dewa di alam surga Tiga Puluh Tiga, … ratusan kelompok para pengikut Māra … ratusan  kelompok para Brahmā. Dan Aku pernah duduk bersama mereka di sana dan berbicara dengan mereka dan berbincang-bincang dengan mereka, namun Aku melihat tidak ada dasar untuk berpikir bahwa ketakutan atau rasa segan akan menghampiriKu. Dan melihat tidak adanya dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan berani. [73]alam-Brahma.’
sama seperti penjelasan dibagian 1, jika memang surga termasuk nama geografi.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.

Quote
36. (2) “Aku memahami alam binatang, dan jalan dan cara yang mengarah menuju alam binatang. Dan Aku juga memahami bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di alam binatang.
"akan" nya pindah kebelakang aja:
(2) “Aku memahami alam binatang, dan jalan dan cara yang mengarah menuju alam binatang. Dan Aku juga memahami bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini, setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali di alam binatang.

Quote
36. (6) “Aku memahami Nibbāna, dan jalan dan cara yang mengarah menuju NIbbāna. [74] Dan Aku juga memahami bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda
tanda titik diakhir kalimatnya hilang.

posisi kata "akan" disana terlihat menggantung.
sama seperti yang sebelumnya, mungkin lebih baik:
(6) “Aku memahami Nibbāna, dan jalan dan cara yang mengarah menuju NIbbāna. [74] Dan Aku juga memahami bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini akan masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.
tapi "akan masuk" juma kedengaran agak rancu.  :-?
terserah deh, mana bagusnya.

Quote
45. “Beginilah pertapaanKu, Sāriputta, bahwa Aku bepergian dengan telanjang, menolak kebiasaan-kebiasaan, menjilat tanganKu, tidak datang ketika dipanggil, tidak berhenti ketika diminta; Aku tidak menerima makanan yang dibawa atau makanan yang secara khusus dipersiapkan atau suatu undangan makan; Aku tidak menerima dari kendi, dari mangkuk, melintasi ambang pintu, terhalang tongkat kayu, terhalang alat penumbuk, dari dua orang yang sedang makan bersama, dari perempuan hamil, dari perempuan yang sedang menyusui, dari perempuan yang sedang berbaring bersama laki-laki, dari mana terdapat pengumuman pembagian makanan, dari mana seekor anjing sedang menunggu, dari mana lalat beterbangan; Aku tidak menerima ikan atau daging, Aku tidak meminum minuman keras, anggur, atau minuman fermentasi. Aku mendatangi satu rumah, satu suap; aku mendatangi dua [78] rumah, dua suap; … Aku mendatangi tujuh rumah, tujuh suap. Aku makan satu mangkuk sehari, dua mangkuk sehari … tujuh mangkuk sehari; Aku makan sekali dalam sehari, sekali dalam  dua hari … sekali dalam tujuh hari, dan seterusnya hingga sekali setiap dua minggu; aku berdiam menjalani praktik makan pada interval waktu yang telah ditentukan.
kalo mau, kata "interval" bisa diganti dengan "jangka".

Quote
52.  “Sāriputta, ada petapa dan brahmana tertentu yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui makanan.’  Mereka mengatakan: ‘Ayo kita hidup dari memakan buah kola,’ dan mereka memakan buah kola, mereka memakan tepung kola, mereka meminum air buah kola, dan mereka membuat berbagai jenis ramuan buah kola. Sekarang Aku ingat pernah memakan satu buah kola sehari. Sāriputta, engkau mungkin berpikir bahwa buah kola pada masa itu lebih besar, namun engkau tidak boleh menganggapnya demikian; buah kola pada masa itu berukuran sama seperti sekarang. Karena memakan satu buah kola sehari, tubuhKu menjadi sangat kurus. Karena makan begitu sedikit anggota-anggota tubuhku menjadi seperti tanaman merambat atau batang bambu. Karena makan begitu sedikit punggungku menjadi seperti kuku unta. Karena makan begitu sedikit tonjolan tulang punggungku menonjol bagaikan untaian tasbih. Karena makan begitu sedikit tulang rusukKu menonjol karena kurus seperti kasau dari sebuah lumbung tanpa atap. Karena makan begitu sedikit bola mataKu masuk jauh ke dalam lubang mata, terlihat seperti kilauan air yang jauh di dalam sumur yang dalam. Karena makan begitu sedikit kulit kepalaKu mengerut dan layu bagaikan buah labu pahit yang mengerut dan layu oleh angin dan matahari. Karena makan begitu sedikit kulit perutku menempel pada tulang punggungKu;

Quote
61. “Ada petapa dan brahmana tertentu yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui pemujaan api.’ Tetapi adalah tidak mungkin menemukan jenis api yang belum pernah Kusembah dalam perjalanan yang panjang ini, ketika aku menjadi seorang raja mulia atau seorang brahmana yang makmur.

62. “Sāriputta, ada petapa dan brahmana tertentu yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Selama orang baik ini masih muda, seorang pemuda berambut hitam dengan berkah kemudaannya, dalam tahap utama kehidupannya, maka selama itu ia sempurna dalam kebijaksanaan cerahnya. Tetapi ketika orang baik ini tua, berusia lanjut, terbebani tahun demi tahun, jompo, dan sampai pada tahap akhir, berumur delapan puluh, Sembilan puluh,


13  Mahādukkhakkhandha Sutta (Khotbah Panjang tentang Kumpulan Penderitaan)
Spoiler: ShowHide
Quote
4. kemudian para bhikkhu itu tidak menyetujui juga tidak membantah kata-kata para pengembara itu. Dengan tanpa melakukan kedua hal itu mereka bangkit dari duduk dan pergi, dengan berpikir: “Kami akan memahami makna dari kata-kata ini di hadapan Sang Bhagavā.”

Quote
11. “Kemudian lagi, dengan kenikmatan indria sebagai penyebab, kenikmatan indria sebagai sumber, kenikmatan indria sebagai dasar, penyebabnya hanyalah kenikmatan indria, raja berselisih dengan raja, para mulia berselisih dengan para mulia, brahmana berselisih dengan brahmana, perumah tangga berselisih dengan perumah tangga, ibu berselisih dengan anak, anak berselisih dengan ibu, ayah berselisih dengan anak, anak berselisih dengan ayah, saudara laki-laki berselisih dengan saudara laki-laki, saudara laki-laki berselisih dengan saudara perempuan, saudara perempuan berselisih dengan saudara laki-laki, teman berselisih dengan teman. Dan di sini dalam perselisihan, percekcokan, pertengkaran, mereka saling menyerang satu sama lain dengan tinju, bongkahan tanah, tongkat kayu, atau pisau, yang mana mereka menimbulkan kematian atau penderitaan mematikan. Ini juga adalah bahaya sehubungan dengan kenikmatan indria, kumpulan penderitaan yang terlihat di sini dan saat ini ... penyebabnya hanyalah kenikmatan indria.
kata "tinju" mungkin bisa diganti dengan "pukulan"

Quote
18. (i) “Dan apakah, para bhikkhu, kepuasan sehubungan dengan bentuk materi? Misalkan terdapat seorang gadis dari kasta ksatria atau kasta brahmana atau perumah tangga, berusia lima belas atau enam belas tahun, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tidak terlalu kurus juga tidak terlalu gemuk, kulitnya tidak terlalu gelap juga tidak terlalu cerah. Apakah kecantikan dan kemenarikannya sedang berada pada puncaknya?” – “Benar, Yang Mulia.” – “kenikmatan dan kegembiraan yang bergantung pada kecantikan dan kemenarikan itu adalah kepuasan sehubungan dengan bentuk materi.
seharusnya "kesatria" bukan "ksatria"
ke·sat·ria n 1 orang (prajurit, perwira) yg gagah berani; pemberani; 2 kasta kedua dl masyarakat Hindu; kasta bangsawan atau kasta prajurit

Quote
19. (ii) “Dan apakah, para bhikkhu, bahaya sehubungan dengan bentuk materi? Kemudian seseorang melihat perempuan yang sama di sini pada usia delapan puluh, Sembilan puluh, atau seratus tahun, tua, bungkuk seperti kerangka atap, terlipat, ditopang oleh tongkat, berjalan terhuyung-huyung, lemah, kemudaannya sirna, giginya tanggal, rambutnya memutih, rambutnya rontok, gundul, keriput, dengan seluruh tubuh berbisulan. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Apakah kecantikan dan kemenarikannya sebelumnya lenyap dan bahayanya menjadi nyata?” – “Benar, Yang Mulia.” – “Para bhikkhu, ini adalah bahaya sehubungan dengan bentuk materi.
tambahan kata "yang" untuk menjelaskan yang sebelumnya.
jadi "kemenarikan yang sebelumnya".

Quote
32. (i) “Dan apakah, para bhikkhu, kepuasan sehubungan dengan perasaan? Di sini, para bhikkhu, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan.  Pada saat itu ia tidak menghendaki  penderitaannya sendiri, atau penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya. [90] pada saat itu ia hanya merasakan perasaan yang bebas dari penderitaan. Kepuasan tertinggi sehubungan dengan perasaan adalah kebebasan dari penderitaan, Aku katakan.


14  Cūḷadukkhakkhandha Sutta (Khotbah Pendek tentang Kumpulan Penderitaan)
Spoiler: ShowHide
Quote
6-14. “Dan apakah kepuasan sehubungan dengan kenikmatan indria? Mahānāma, ada lima utas kenikmatan indria ini ... (seperti Sutta 13, §§7-15) ... Ini adalah juga bahaya sehubungan dengan kenikmatan indria, kumpulan penderitaan dalam kehidupan mendatang, dengan kenikmatan indria sebagai penyebab, kenikmatan indria sebagai sumber, kenikmatan indria sebagai dasar, penyebabnya hanyalah kenikmatan indria.
seharusnya "Ini juga adalah", seperti Sutta 13, §§7-15.

Quote
15. “Sekarang, Mahānāma, pada suatu ketika Aku sedang menetap di Rājagaha di Gunung Puncak Nasar. Pada saat itu sejumlah Nigaṇṭha yang sedang menetap di Batu Hitam di lereng Isigili sedang mempraktikkan latihan berdiri terus-menerus, menolak tempat duduk, dan mengalami perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk karena usaha itu.
"L" kapital pada lereng Isigili.


15  Anumāna Sutta (Kesimpulan)
Spoiler: ShowHide
Quote
7. “sekarang, teman-teman, seorang bhikkhu harus memeriksa dirinya sebagai berikut:
(1) ‘Apakah aku memiliki keinginan jahat dan apakah aku dikuasai oleh keinginan jahat?’ jika, ketika ia memeriksa dirinya, ia mengetahui: ‘Aku memiliki keinginan jahat, aku dikuasai oleh keinginan jahat,’ maka ia harus berusaha untuk meninggalkan kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat itu. Tetapi jika, ketika ia memeriksa dirinya, ia mengetahui: ‘Aku tidak memiliki keinginan jahat, aku tidak dikuasai oleh keinginan jahat,’ maka ia dapat berdiam dengan bahagia dan gembira, berlatih siang dan malam dalam kondisi-kondisi bermanfaat.


16  Cetokhila Sutta (Belantara dalam Batin)
Spoiler: ShowHide
Quote
7. “Kemudian, seorang bhikkhu marah dan tidak senang dengan teman-temannya dalam kehidupan suci, penuh kekesalan dan tidak berperasaan terhadap mereka, dan dan dengan demikian pikirannya tidak condong pada semangat, ketekunan, kegigihan, dan usaha. Ketika pikirannya tidak condong pada semangat, ketekunan, kegigihan, dan usaha, itu adalah belantara ke lima dalam pikiran yang belum ia tinggalkan.
kata "dan" double.
termasuk kata ke dua, ke tiga, ke empat, dst. tapi ditangguhkan dulu.

Quote
18. “Kemudian, seorang bhikkhu adalah tanpa keraguan, tanpa ketidak-pastian, tanpa kebimbangan, dan tanpa ketidak-yakinan pada latihan … Ketika pikirannya condong pada semangat … itu adalah belantara ke empat dalam pikiarn yang telah ia tinggalkan.

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #84 on: 25 January 2013, 08:48:15 PM »
lanjutan....

17  Vanapattha Sutta (Hutan Belantara)
Spoiler: ShowHide
Quote
4. “Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menetap di hutan belantara. Sewaktu menetap di sana perhatiannya yang belum kokoh tidak menjadi kokoh, pikirannya yang tidak terkonsentrasi tidak menjadi terkonsentrasi, noda-nodanya yang belum dihancurkan juga tidak terhancurkan, ia tidak mencapai keamanan tertinggi dari belenggu yang belum dicapai; namun kebutuhan hidup yang harus diperoleh oleh seseorang yang meninggalkan keduniawian … mudah diperoleh. Bhikkhu itu harus mempertimbangkan: ‘Aku menetap di hutan belantara ini. Sewaktu menetap di sini perhatianku yang belum kokoh tidak menjadi kokoh … aku tidak mencapai keamanan tertinggi dari belenggu yang belum dicapai; namun  kebutuhan hidup yang harus diperoleh oleh seseorang yang meninggalkan keduniawian … mudah diperoleh. Akan tetapi, aku tidak meninggalkan kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah demi jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Terlebih lagi, Sewaktu menetap di sini perhatianku yang belum kokoh tidak menjadi kokoh … aku tidak mencapai keamanan tertinggi dari belenggu yang belum dicapai.’ Setelah merenungkan demikian bhikkhu itu harus pergi dari hutan belantara itu; ia seharusnya tidak terus menetap di sana.

5. “Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menetap di hutan belantara. Sewaktu menetap di sana perhatiannya yang belum kokoh menjadi kokoh, pikirannya yang tidak terkonsentrasi menjadi terkonsentrasi, noda-nodanya yang belum dihancurkan menjadi terhancurkan, ia mencapai keamanan tertinggi dari belenggu; namun kebutuhan hidup yang harus diperoleh oleh seseorang yang meninggalkan keduniawian … sulit diperoleh. Bhikkhu itu harus mempertimbangkan: [106] ‘Aku menetap di hutan belantara ini. Sewaktu menetap di sini perhatianku yang belum kokoh menjadi kokoh … aku mencapai keamanan tertinggi dari belenggu; namun  kebutuhan hidup yang harus diperoleh oleh seseorang yang meninggalkan keduniawian … sulit diperoleh. Akan tetapi, aku tidak meninggalkan kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah demi jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Terlebih lagi, Sewaktu menetap di sini perhatianku yang belum kokoh menjadi kokoh … aku mencapai keamanan tertinggi dari belenggu yang belum dicapai.’ Bhikkhu itu harus terus menetap di hutan belantara itu; ia seharusnya tidak pergi.


18  Madhupiṇḍika Sutta (Bola Madu)
Spoiler: ShowHide
Quote
6. kemudian, pada malam harinya, Sang Bhagavā bangkit dari meditasi dan berjalan menuju Taman Nigrodha, di mana Beliau duduk di tempat yang telah disediakan untukNya dan memberitahukan kepada para bhikkhu tentang apa yang telah terjadi. Kemudian seorang bhikkhu bertanya kepada Sang Bhagavā:

Quote
12. [Yang Mulia Mahā Kaccāna menjawab:] “Teman-teman, ini seperti seseorang yang memerlukan inti kayu, mencari inti kayu, berkeliling mencari inti kayu, berpikir bahwa inti kayu harus dicari di antara dahan dan dedaunan dari sebatang pohon besar yang memiliki inti kayu, setelah ia melewatkan akar dan batang. Dan demikian pula dengan kalian, para mulia, bahwa kalian berpikir bahwa aku dapat ditanya tentang makna dari hal ini, setelah kalian melewati Sang Bhagavā ketika kalian berhadapan dengan Sang Guru. Dalam hal mengetahui, Sang Bhagavā tahu; dalam hal melihat, Beliau melihat; Beliau adalah penglihatan, Beliau adalah pengetahuan, Beliau adalah Dhamma, Beliau adalah yang suci;  Beliau adalah yang mengucapkan, yang menyatakan, pembabar makna, pemberi Keabadian, Raja Dhamma, Sang Tathāgata. Itu adalah waktunya ketika kalian seharusnya menanyakan maknanya kepada Sang Bhagavā. Sebagaimana Beliau menjelaskan, demikianlah kalian harus mengingatnya.”
memang kapital yah? mengacu pada Nibbana?

Quote
22. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, bagaikan seseorang yang keletihan dan lemah karena lapar dan menemukan bola madu,  pada saat memakannya ia akan menemukan rasa yang manis dan lezat; demikian pula, Yang Mulia, bhikkhu manapun yang penuh perhatian, pada saat menyelidiki dengan kebijaksanaan atas makna dari khotbah Dhamma ini, akan merasa puas dan berkeyakinan dalam batin. Yang mulia, apakah nama dari khotbah Dhamma ini?


19  Dvedhāvitakka Sutta (Dua Jenis Pikiran)
Spoiler: ShowHide
Quote
12. “Bagaikan pada bulan terakhir musim panas, ketika semua hasil panen telah dibawa ke dalam desa-desa, [117] seorang penggembala sapi menjaga sapi-sapinya sambil duduk di bawah sebatang pohon atau di ruang terbuka, karena ia hanya perlu memperhatikan bahwa sapi-sapinya ada di sana; demikian pula, aku hanya perlu memperhatikan bahwa kondisi-kondisi itu ada di sana.

Quote
24. “Ini adalah pengetahuan sejati ke tiga yang Kucapai pada jaga ke tiga malam itu. Kebodohan tersingkir dan pengetahuan sejati muncul, kegelapan tersingkir dan cahaya muncul, seperti yang terjadi dalam diri seorang yang berdiam dengan tekun, rajin dan bersungguh-sungguh.
sama seperti sebelumnya, maaf diulang-ulang, masih ragu.


20  Vitakkasaṇṭhāna Sutta (Pelenyapan Pikiran-pikiran Kacau)
Spoiler: ShowHide
Quote
3. (i) “Di sini, para bhikkhu, ketika seorang bhikkhu sedang memperhatikan beberapa gambaran, dan karena gambaran itu muncul dalam dirinya pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan kebodohan, maka ia harus memperhatikan gambaran lain yang berhubungan dengan apa yang bermanfaat.
......
8. “Para bhikkhu,  ketika seorang bhikkhu sedang memperhatikan beberapa gambaran, dan karena gambaran itu muncul dalam dirinya pikiran jahat yang tidak bermanfaat yang berhubungan dengan keinginan, dengan kebencian, dan dengan kebodohan, kemudian ketika ia memperhatikan gambaran lain yang bermanfaat, maka pikiran jahat yang tidak bermanfaat ditinggalkan dalam dirinya dan mereda, dan dengan ditinggalkannya pikiran-pikiran itu maka pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menjadi terpusat, dan terkonsentrasi. .....
pertama kali baca dibagian itu sempat salah paham, bisa bermakna ganda (ambigu):
1. karena gambaran itu muncul dalam dirinya
2. karena gambaran itu, muncul dalam dirinya
menurut pemahamanku, makna yang sebenarnya adalah yang kedua, jadi bolehlah kalo ditambahkan tanda koma (,) disana.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #85 on: 25 January 2013, 08:58:01 PM »

kata yang tidak umum, kecuali ada tambahan catatan kakinya.

dis·kre·dit /diskrédit/ v, men·dis·kre·dit·kan v (berusaha untuk) menjelekkan atau memperlemah kewibawaan seseorang atau satu pihak tertentu: selebaran berupa pamflet gelap itu bertujuan ~ Pemerintah

kata itu sah terdapat dalam KBBI, kenapa harus diberikan penjelasan? kami tidak bermaksud untuk memproduksi buku pelajaran Bahasa Indonesia di sini.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #86 on: 25 January 2013, 10:03:17 PM »
dis·kre·dit /diskrédit/ v, men·dis·kre·dit·kan v (berusaha untuk) menjelekkan atau memperlemah kewibawaan seseorang atau satu pihak tertentu: selebaran berupa pamflet gelap itu bertujuan ~ Pemerintah

kata itu sah terdapat dalam KBBI, kenapa harus diberikan penjelasan? kami tidak bermaksud untuk memproduksi buku pelajaran Bahasa Indonesia di sini.
^:)^
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #87 on: 26 January 2013, 09:40:29 AM »
Spoiler: ShowHide

Sepertinya sebelumnya udah ada beberapa perbaikan yang sama, entah belum di update lagi atau bagaimana.
Teksnya saya ambil dari http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17327.0.html.

Kelompok Khotbah Tentang Akar (Mūlapariyāyavagga)

3  Dhammadāyāda Sutta - Pewaris dalam Dhamma
[spoiler]"P" kapital, kelebihan huruf 'm'.
"A" kapital.
lebih enak bacanya kalo tanpa kata 'pada'.


4  Bhayabherava Sutta - Kekhawatiran dan Ketakutan
Spoiler: ShowHide
kalo bisa kata "dan" nya diganti dengan tanda "koma" aja.


5  Anangaṇa Sutta - Tanpa Noda
Spoiler: ShowHide
tanda titiknya kurang.
"K" kapital.
salah ketik "seolah-olah".


6  Ākankheyya Sutta - Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki
Spoiler: ShowHide
Sepertinya "Alam Brahma", tapi agak ragu.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.


7  Vatthūpama Sutta - Perumpamaan Kain
Spoiler: ShowHide
Awalan "ke-" tidak dipisah pada bilangan yang menyatakan jumlah dan pada bilangan ordinal. Misalnya: Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang. Ia adalah anak kesatu.


8  Sallekha Sutta - Pemurnian
Spoiler: ShowHide
imo, "Disiplin yang Mulia"
kalo "Disiplin Yang Mulia" pas baca kesannya seperti Disiplin Sang Buddha. Yang Mulia = panggilan untuk Sang Buddha oleh para bhikkhu.
"k" tidak kapital.
"D" kapital.
struktur kalimatnya lebih enak kalau begini:
"Cunda, adalah tidak mungkin bahwa seseorang yang tenggelam dalam lumpur harus menarik seorang lainnya yang tenggelam dalam lumpur; adalah mungkin bahwa .... "


9  Sammādiṭṭhi Sutta - Pandangan Benar
Spoiler: ShowHide
jika "nya" menunjuk pada Yang Mulia Sāriputta, maka penggunaan kata ganti "nya" tersebut kurang cocok.
karna seolah-olah menunjuk pada orang lain diluar percakapan itu.
lebih baik jika tetap ditulis "Setelah mendengarnya dari Yang Mulia Sāriputta, para bhikkhu akan mengingatnya."
"kedua", "ketiga", "keempat", disambung.



boleh nih diperbantukan
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #88 on: 26 January 2013, 10:31:26 AM »
nah yang ini jujur saya juga masih ragu om, tapi dari referensi hasil googling kemarin ketemunya begitu.  ;D
mungkin om kainyn punya referensi lain yang bisa dijadikan acuan. :)
Ga ada. Ini bagian dari pelajaran sekolah yang selalu saya aplikasikan sampai sekarang. ;D


Quote
tapi "him" disini kan mengacu pada YM. Sariputta om, jadi IMO gak ada salahnya kalo diganti jadi YM. Sariputta. :)
Betul, seperti saya bilang, itu tidak mengubah makna, tapi sebisa mungkin disamakan dengan teks aslinya.


Quote
nah ini juga, direferensi hanya tertulis:
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

saya biasanya lihat disini om : http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan
Kata tugas tidak terbatas pada enam kata di atas saja, tapi termasuk preposisi yang menunjukkan tempat, waktu, maksud, atau sebab. "Heirs in Dhamma" diterjemahkan menjadi "Pewaris dalam Dhamma" di mana "dalam" ini sebagai preposisi penunjuk tempat (abstrak) yaitu 'Dhamma', bukan "dalam" dalam artian kata sifat ("laut dalam") atau lainnya, jadi tetap tidak kapital.


Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #89 on: 26 January 2013, 12:46:02 PM »

7  Vatthūpama Sutta - Perumpamaan Kain
Spoiler: ShowHide
Awalan "ke-" tidak dipisah pada bilangan yang menyatakan jumlah dan pada bilangan ordinal. Misalnya: Keempat anak tersebut sedang bersenang-senang. Ia adalah anak kesatu.


Saya kebiasaan menulis kedua, ketiga atau ke-2, ke-3. Tapi baru tahu alasannya tadi bahwa penulisan ke- juga bisa terpisah jika menujuk pada tempat atau arah, cth:  ia pergi ke dua arah yang berbeda. Kalau menunjukkan jumlah baru disambung atau pakai tanda sambung (-)
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -