Mengembangkan Delapan Manifestasi
Setiap saat Padma tidak berada di kaki para guru duniawinya. Ia berlatih dan mengajar di pekuburan, atau mengunjungi alam surga untuk menerima instruksi dari para guru surgawinya. Selama lima tahun, Padma berdiam di Pekuburan Akhir Tubuh, di negeri Baiddha, di mana ia bertemu dengan Mahapalesvara, Dewa Pelindung Dunia, yang memiliki tubuh seekor yak, kepala singa dan kaki menyerupai ular. Di tempat ini, ia membabarkan dharma kepada para dakini dan menerima nama Nyima Ozer, atau Cahaya Matahari Keemasan.
Kemudian ia pergi ke Surga Akanistha, di mana ia menerima ajaran Kesempurnaan Agung dari Buddha Primordial Samantabhadra, dan disebut Guru Urgyan Dorje Chang, atau Guru Vajradhara dari Uddyiana. Dari sanam ia pindah ke Pekuburan Kebahagiaan Meluas, juga disebut Pekuburan Kebahagiaan Bersinar, terletak di Kashmir, dan selama lima tahun ia mengajarkan Dharma kepada siluman perempuan bernama Gaurima dan para dakini lainnya. Menurut satu kisah, Padma menerima nama Loden Chogsed kali ini karena ia memperlihatkan kebaikan agung, seperti seorang ayah dan ibu, kepada seorang pembunuh yang kemurkaannya menyebabkannya diterkam oleh binatang buas.
Setelah perjalanannya ke alam surga Vajrasattva, di mana ia mempelajari yoga dan ajaran Tantra, Padma mengunjungi Puncak yang tercipta sendirinya, atau Pekuburan Banyak Gundukan yang terbentuk sendiri di Nepal. Ia menetap di tempat yang menakutkan dan menyeramkan ini selama lima tahun, menaklukkan delapan kelompok makhluk cebol, dan mengajar berbagai jenis makhluk spiritual, termasuk siluman. Sejak saat ini ia dipanggil Senge Dradog, atau Guru Bersuara Singa. Kembali di surga Buddha Samantabhadra, Padma memperoleh instruksi lengkap dalam Sembilan Kendaraan berdasarkan pada Lima Kitab Maitreya, Sembilan metode pencapai pencerahan, dan dipanggil Yang Terajarkan Sepenuhnya. Kemudian ia pergi ke Sahor, dan menetap di Pekuburan Lankakuta, di mana ia membabarkan Dharma selama lima tahun, mendisiplinkan banyak siluman menakutkan, dan menerima nama Padmasambhava, Kelahiran-Teratai. Setelah itu, ia pergi ke Pekuburan Puncak Dewa, juga disebut Tumpukan Pekuburan Besar Dunia-dunia, di negeri Khotan. Ia menerima instruksi dari Vajra Yogini mengenai metode Tantric rahasia untuk mencapai kebebasan, dan menetap di pekuburan menyeramkan ini selama lima tahun, memutar Roda Dharma kepada para dakini. Sejak saat ini, ia dikenal sebagai Dorje Drolod, Guru Penghiburan.
Para Guru Utama dan Inisiasi oleh Kungamo
Selagi Padma sedang berlatih di pekuburan, Garab Dorje secara ajaib terlahri dari seorang perawan, puteri Raja Dharmasoka di India, sewaktu ia sedang bepergian dari rumah. Karena tidak memerlukan seorang anak tanpa ayah, ia meninggalkannya dalam sebuah celah yang terbakar, tetapi selama tujuh hari anak itu secara ajaib dapat bertahan hidup. Ia teringat akan mimpinya, sebelum melahirkan anak itu, yang mana ia diramalkan bahwa ia akan melahirkan seorang makhluk surgawi. Ia kembali dan gembira menemukan anak itu hidup, dan memberinya nama Rolang Dewa.
Anak itu tumbuh dengan cepat, dan pada usia delapan, ia mengemukakan minat besar untuk menemukan Vajrasattva. Setelah beberapa waktu, pada selang waktu ia dianggap hilang, Rolang Dewa tiba-tiba kembali dan menyatakan: “Aku telah pergi menemui Srivajrasattva untuk mendengarkan Ajarannya, dan apa yang diketahui Vajrasattva, aku juga mengetahui.” Ia melanjutjkan dengan mendemonstrasikan kebenaran yang ia akui dengan cara memenangkan perdebatan dengan lima ratus pandit besar, yang pergi, meyakini bahwa ia adalah seorang Buddha. Garab Dorje bertemu dengan Manjusrimitra di Uddiyana di pulau di Danau Dhanakosa, di mana Manjusrimitra mengajarkan kepadanya kendaraan ke-9, Atiyoga, pada saat ini, Padma mendatangi Garab Dorje, yang mengajarkan kepadanya 17 Tantra dari Dzogchen Nyingtik, dan berbagai ajaran lainnya.
Padma mencari Manjushrimitra di Gunung Malaya untuk memohon ajaran untuk menyempurnakan tingkat umur panjang vidyadhara dan mahamudra, tetapi sang guru menundanya. Sebagai gantinya, ia mengirim Padma kepaad Dakini Kebijaksanaan Kungamo untuk memohon kekuatan pendahuluan yang diperllukan. Padma pergi ke tanah pemakaman Hutan Cendana, atau Pekuburan Puncak Lanka, di mana ia menemukan Kungamo, yang berdiam di istana tengkorak. Ia memohon kekuatan usia panjang, mahamudra, dan kekuasaan atas siluman dan roh. Kungamo mengubah Padma menjadi suku kata Hung. Dengan Hung di bibirnya, ia memberikan kuasa kepada Padma untuk menjadi Buddha Amitabha, memberinya kekuatan untuk mencapai umur panjang. Kemudian ia menelan Hung, dan di dalam perutnya, Padma menerima rahasia kekuatan mahamudra Avalokitesvara. Diam-diam ia menginisiasinya menjadi Hayagriva, dan dengan cara ini memberkahinya dengan kekuatan atas segala mamo, dakini, para dewa duniawi dan roh-roh jahat. Memancarkan Hung melalui teratai rahasianya, ia memurnikan rintangan jasmani, ucapan dan pikirannya. Kungamo memberi Padma nama rahasia Loden Chogsed, Jenius Tertinggi.
Padma kembali ke Manjushrimitra, di mana ia mempelajari semua ajaran Manjushri, dan segera setelahnya, ia memiliki penglihatan Manjushri. Ia juga kembali ke Prabhahasti, dan menerima instruksi mengenai Seratus Ribu Syair Purba Vitatoma, atau Vajra Kilaya.
Salah satu guru duniawi terpenting bagi Padma adalah Pangeran Shri Singha, yang berdiam di sebuah gua di Burma. Menurut pernyataan pribadi Padma, adalah dari instruksi lisan Shri Singha maka pencerahannya tercapai. Merujuk pada instruksi-instruksi ini, Padma menulis:
Aku, Padma dari Uddiyana,
Mengikuti Guru Shri Sibngha.
Ini, instruksi terakhirnya,
Membebaskan aku, Padma.
Walaupun tidak terbebaskan oleh tripitaka atau mantra rahasia,
Aku terbebaskan oleh ajaran rahasia ini.
Semoga semua mereka yang layak juga terbebaskan melalui ini.
Semoga instruksi terakhir dan langsung ini
Dari Guru Shri Singha
Bertemu dengan orang yang layak yang menmiliki latihan sebelumnya!
Selama tahun-tahun belajar dan mengajar ini, Padma memperoleh seluruh pengetahuan sihir, kelahiran kembali, harta tersembunyi, usia panjang, dan kekuatan atas dunia fisik.ia memperlajari bagaimana menyadap inti sari dari berbagai benda untuk mencegah penyakit, menawarkan racun, mendapatkan penglihatan jernih, berjalan di atas air, dan memperpanjang kehidupan. Ia mengembangkan kekuatan supernormal dari indria-indria dengan hanya meminum air dan tidak makan. Ia mampu tetap hangat tanpa pakaian. Ia mengembangkan kejernihan pikiran, keringanan tubuh, dan ketangkasan kaki hanya melalui pengendalian nafas, dan ia memperoleh pembelajaran luas melalui puasa dan memahami kekosongan. Ia menguasai keterampilan menyadap obat dari pasir, dan mengubah kotoran dan daging dari mayat menjadi makanan murni. Ia bertemu dengan Buddha Obat dan para Rishi, yang memberikan kepadanya sekendi amrita yang ia minum dan itu membantunya memperpenjang hidupnya.
Mengembangkan Ajaran Tertinggi dan Melestarikan Dharma di berbagai Negeri
Setelah menyelesaikan latihannya dalam seni dan pengetahuan, menuntaskan kemahiran meditatifnya di pekuburan, menghancurkan segala keraguan dengan permohonan Sila dari semua guru-guru penting dan kontemporer, dan setelah belajar mengendalikan kekuatan kejahatan dengan melepaskan, Padma siap untuk mempraktikkan ajaran-ajaran yang lebih tinggi, khususnya ajaran panjang usia dan mahamudra, dan membangkitkan kembali dan melestarikan Ajaran Buddhisme di India, China, Uddyiana dan banyak negeri lainnya.
Akan tetapi, sebelum menyebarkan Ajaran, Padma ingin menghancurkan kekuatan jahat yang masih ada di dunia. Ia kembali ke Pekuburan Cendana Dingin di dekat Bodhgaya, mendirikan rumah tengkorak berpintu delapan, dan duduk bermeditasi di atas singgasana di dalam rumah itu. Dengan mengadopsi bentuk murka dengan Sembilan kepala dan delapan belas lengan, ia menari dalam perasaan murka. Dalam samaran ini dan lainnya, ia menaklukkan para siluman, katai dan roh jahat, membunuh mereka, memakan jantung mereka dan meminum darah mereka, dan mengirim kesadaran mereka ke tanah suci. Ia juga menaklukkan para naga ketika mengambil bentuk Hayagriva, menari di atas danau beracun. Dalam bentuk dewa murka lainnya ia menaklukkan berbagai jenis siluman, seperti yang menyebabkan wabah, penyakit, hujan es dan bencana kelaparan. Ia mengendalikan para dewa dalam samaran Manjushri Merah dan ia menaklukkan para dewa yang dipimpin oleh Brahma dengan mengucapkan mantra-mantra mereka.
Setelah menaklukkan kejahatan dengan cara-cara ini, Padma kembali ke Bodhgaya untuk melenyapkan segala pandangan keliru, menggunakan kekuatan Sutra-sutra. Melalui penggunaan mantra-mantra, ia menyadarkan semua roh-roh jahat, para naga dan para siluman yang telah ia bunuh, mengajarkan Dharma kepada mereka, menginisiasi mereka, dan membuat mereka melayani penyebab agama. Dalam Vajrasana, tempat paling suci di India, para Tirthika Hitam menimbulkan ketakutan, dan Padma menaklukkan mereka dengan kekuatan gaib. 500 terpelajar Vajrasana memohon agar Padma menjadi guru mereka. Vimalamitra, seorang terpelajar terkenal, tetap menjadi wakil Padma dan membantu melestarikan Ajaran selama 100 tahun setelah kepergian Padma.
Untuk melaksanakan niatnya untuk menyempurnakan tingkat panjang umur vidyadhara yang mana ia telah menerima kekuatan dari Kungamo, dan instruksi dari Manjushrimitra, Padma membutuhkan seorang istri spiritual yang asli. Ia pergi ke negeri Sahor, di mana Raja Arshadhara berkuasa. Padma membuat sinar memasuki rahim sang ratu ketika ia sedang menyatu dengan Raja. Seorang puteri, yang memiliki 32 tanda-tanda Buddha, terlahir dari mereka dan diberi nama Mandarava. Diramalkan bahwa ia akan meninggalkan keduniawian dan menjadi orang suci. Mandarava tumbuh dengan cepat, tumbuh dalam sehari seperti anak-anak normal tumbuh dalam sebulan. Pada usia 13, semua orang menganggapnya sebagai penjelmaan dewi. Banyak pelamar datang dari berbagai negeri, tetapi karena ia tidak menerima siapapun, Raja menjadi marah. Madarava, yang mampu melihat kehidupan lampaunya, menjelaskan bahwa ia ingin memasuki praktik religius. Sebagai akibatnya, ia dikurung dan dijaga oleh 500 pelayan dan dilarang keluar dari istana. Mandarava mampu membebaskan diri melalui jalan rahasia menuju hutan. Ia memotong rambutnya dan merusak wajahnya untuk menghilangkan kecantikannya. Raja akhirnya mengijinkan penahbisannya bersama dengan 500 pelayannya, dan ia membangunkan vihara mewah untuk mereka. Padma memutuskan bahwa saatnya telah tiba untuk memberikan instruksi kepada Mandarava, maka ia muncul di hadapannya dan para pengikutnya di taman, dalam wujud seroang pemuda tersenyum yang duduk di atas pelangi. Semua bhikshuni membungkuk di hadapannya dan bertanya kepadanya mengenai asal-usulnya. Kemudian mereka mengundangnya masuk ke dalam vihara di mana ia mengajarkan tiga yoga kepada mereka. Seorang penggembala, yang mengamati Padma bersama para bhikshuni, dan yang telah mendengarkan di pintu vihara, melaporkan kepada Raja bahwa para bhikshuni tidak bermoral. Raja mengutus bala tentara yang secara paksa masuk dan menangkap Padma. Ia memerintahkan agar Padma di bakar pada sebuah pancang dan agar Mandarava diletakkan di sebuah celah berduri selama 25 tahun. Para tentara menelanjangi Padma, memukuli dan melemparinya dengan batu, dan mengikatnya dengan tali pada sebuah pancang. Ribuan orang diperintahkan untuk membawa seikat kayu dan sedikit minyak wijen. Sehelai kain panjang direndalm dalam minyak dan dililitkan ke sekujur tubuh Padma. Dedaunan kering diletakkan di atasnya dan kayu di paling atas. Tumpukan kayu yang nmenggunung dinyalakan dari empat penjuru dan asap menutupi matahari. Banyak orang puas dan bubar kembali ke rumah mereka masing-masing. Tiba-tiba, terdengar gemuruh seperti gempa. Para dewa dan para Buddha menolong Padma.
Raja mulai curiga bahwa pengemis itu adalah seorang jelmaan penting, tujuh hari kemudian ia melihat asap terus-menerus muncul dari tumpukan kayu bakar itu. Ia menyelidiki, dan menemukan di tempat pembakaran itu, sebuah danau besar di bawah pelangi dikelilingi oleh kayu-kayu yang terus-menerus terbakar. Di tengah danau di atas sekuntum teratai duduk seorang anak berumur delapan tahun, seorang anak yang bersinar dengan aura agung, dilayani oleh delapan gadis, semuanya menyerupai Mandarava. Berkata kepada Raja, anak itu menunjukkan cara-cara jahatnya dan berhati-hati akan karma masa depannya. Raja menyesali perbuatannya. Mengenali Padma sebagai Buddha, ia mempersembahkan dirinya, kerajaannya, dan Mandarava. Padma menerima Puteri Mandarava sebagai istri spiritualnya, dan tetap menjadi guru bagi Raja, memberikan kepadanya dan 21 pengikutnya pelatihan yoga dan inisiasi. Raja menjadi seorang guru Dharrma, “negeri Sahor menjadi bertatahkan dengan yogi, dan Ajaran Buddha lestari di sana selama dua ratus tahun.”
Setelah membuat seluruh negeri memeluk Buddhisme, Padma ingin melakukan hal yang sama pada tanah kelahirannya. Pergi bersama Mandarava menuju Uddiyana, Padma dikenali oleh menteri yang anaknya ia bunuh, yang mencoba untuk membakarnya hidup-hidup sekali lagi. Sekali lagi Padma mengubah api itu menjadi danau, yang di tengahnya ia dan Mandarava duduk di atas sekuntum teratai besar. Raja dan para pengikutnya takjub. Mereka bersujud, mengelilinginya, dan melantunkan puji-pujian. Raja Indrabhuti tercerahkan ketika Padma memberikan instruksi kepadanya yang menyebabkan ia mengenali sifat pikirannya. Raja dan semua pengikutnya menjadi para pengikut, dan Padma menetap selama 13 tahun sebagai pemimpin spiritual di istana.
Padma kembali kepada persoalan spiritual yang belum selesai. Ia bepergian bersama dengan Mandarava menuju Gua Maratika di Nepal, yang dikatakan terletak di dekat Potala di mana Avalokitesvara berdiam, untuk menyempurnakan tingkat umur panjang vidyadhara dengan melatih Sadhana kehidupan Abadi. Bersama-sama mereka berdoa kepada Buddha panjang umur, Amitayius, selama 3 bulan 7 hari. Setelah itu, Amitayis muncul di hadapan mereka dalam suatu penglihatan, dan memberikan kepada mereka naskah ritual yang memberikan keabadian. Dengan membawa vas-berisi-nectar kehidupan abadi, ia menuangkan nectar itu ke mulut mereka dan mengubah tubuh mereka menjadi tubuh vajra, menganugerahkan kepada mereka kekebalan sejak lahir dan kematian hingga akhir kalpa. Mereka juga menerima siddhi transformasi menjadi pelangi, dan siddhi menjadi tidak terlihat. Padma dan Mandarava kembali ke alam manusia and bermeditasi di dalam gua barisan gunung tinggi, di negeri Kotala, mempraktikkan yoga mereka selama 12 tahun, sementara Raja Kotala, Nubsarupa, menyediakan semua kebutuhan mereka.
Selama masa ini, Padma melihat bahwa Raja Arshadhara, ayah Mandarava, telah terlahir kembali sebagai Mandhebhadra, puteri Nubsarupa. Ia juga melihat bahwa di pekuburan besar yang disebut Tawa Hinaan Keras, sejumlah besar binatang buas kelaparan karena kekuarangan mayat. Padma merasa kasihan pada binatang buas ini, tetapi ia gagal memuaskan rasa lapar mereka dengan memberikan tubuhnya sendiri, karena tubuh vajra tidak dapat dimakan. Ia menyusun rencana untuk membuat Mandhebhadra mempersembahkan dirinya kepada binatang-binatang itu dengan membangkitkan rasa kasihan kepada binatang-binatang buas itu. Ia berkata kepadanya bahwa dengan mempersembahkan dirinya kepada binatang-binatang itu, mereka akan terlahir kembali sebagai manusia dan bukan turun ke neraka, dan ia akhirnya akan terlahir kembali sebagai Raja Tongsten Ganmpo di Tibet. Sebagai Tongsten Gampo, ia akan bekerja sama dengan binatang-binatang buas yang terlahir kembali sebagai manusia untuk menyebarkan Dharma demi manfaat semua makhluk. Gadis itu memberikan dirinya kepada binatang-binatang itu, dan masa depan terungkap seperti yang diramalkan oleh Padma. Raja Nubsarupa, yang bersedih atas kehilangan puterinya, berpaling pada Dharma setelah ia memahanmi manfaat dari peristiwa ini.
Setelah ini, Padma mengungkapkan dirinya di kota Pataliputra, di Kusumapura, India, di mana Ashoka, raja agama ini, memicu perpecahan dalam Ajaran. Adalah perselisihan antara Mahasanghika, para bhikkhu muda, dan Sthavira, kelompok kecil para bhikkhu tua. Ashoka memerintahkan untuk membunuh bhikkhu yang lebih muda, dan para bhikkhu tua dipukul dan dibiarkan mati. Padma mendekati Raja dalam wujud seorang bhikkhu peminta-minta. Ashoka curiga dan merasa bahwa ia sedang melihat sesuatu yang menjijikkan. Ia memerintahkan agar Padma direbus dalam sebuah kuali minyak hingga lenyap. Akan tetapi, bhikkhu itu muncul tanpa terluka, duduk di atas kuntum teratai yang tumbuh dalam minyak di kuali dan menjulang ke udara. Raja Ashoka segera menyadari kesalahannya dan menjadi dikuasai oleh penyesalan. Ia berziarah ke Pohon Bodhi, memberikan dana, dan bekerja untuk menyebarkan ajaran. Ia menjadi dikenal sebagai Ashoka yang Adil.
Padma mengunjungi banyak negeri lainnya untuk menegakkan Dharma. Raja Singala menjadi penyokong dan siswanya. Padma menetap di Singala selama hampir 200 tahun dan mengalih-yakinkan penduduk menjadi Buddhisme Mahayana. Di Bengal, ia menegakkan Buddhisne setelah mengalahkan raja dan menaklukkan kerajaan dengan bala tentara ciptaan yang berjumlah 81000 prajurit bersenjatakan busur dan anak panah. Ia mengalih-yakinkan non-Buddhis di Bodhgaya dengan memenangkan perdebatan panjang, dan mendapat nama Guru Senge Dradog, Guru Auman Singa. Ia pergi ke Jambumala, Parpata, Nagapota, dan Kashakamala dan banyak tempat berbeda, dan di setiap tempat ia mendukung dan meningkatkan praktik Buddhis yang telah ada atau memperkenalkan yang baru.
Untuk menyempurnakan tingkat vidyadhara dari mahamudra, Padma pergi ke Gua Yangelsho, sekarang dikenal sebagai Palphing, antara India dan Nepal. Pada saat ini, Shkayadevi, puteri raja Nepal, menjadi istrinya dan menyertainya ke gua ini. Padma menulis: “Dalam ketinggian gua meditasi di Yangleysho, aku memulai proses menjadi sadar akan keluhuran Kenyataan Heruka dari Pikiran untuk memperoleh kekuatan relative emosi dan belas kasihan tertinggi dari mahamudra.” Ia berlatih bersama dengan sang puteri dan mencapai pencapaian tertinggi melalui sadhana yang mendalam dari dewa Vajraheruka dan Vajrakilaya, yang ia gabungkan dalam satu latihan tunggal. Latihan Padma terhenti karena Naga Gyongpo, Yaksha Gomakha dan Logmadrin, siluman alam gaib, menghentikan hujan selama tiga tahun. Ini menyebabkan kekeringan, kelaparan dan penyakit yang menimbulkan penderitaan bagi rakyat India dan Nepal. Padma mengetahui bahwa para dewa lokal menghalangi pencapaiannya akan mahamudra. Oleh karena itu ia memohon kepada gurunya Prabahasti untuk memberikan kepadanya sebuah alat untuk mengatasi halangan ini. Prabahasti mengirimkan naskah Purba Vitotama yang tidak dapat diangkat oleh satu orang. Ketika naskah besar itu datang, para siluman teratasi hanya dengan kehadirannya. Demikianlah rintangan kemajuan sadhana Padma dilenyapkan, dan ia mencapai penembusan mahamudra.