Jika seseorang makan kebanyakan, perutnya bisa sakit, itu namanya "Kelebihan" atau berlebihan.
Saya sungguh tertarik dengan kata "Theravada", indah katanya, kalau orang bule mungkin bacanya: "Thera-weda", kata "a" kan bacanya jadi "e", dalam bahasa Inggris. ("e, bi, si, di, i, ef, ji".)
Sebelumnya mungkin dihitung mundur sudah 2 tahun didoktrin karena kitab suci di sini yang lengkap, otomatis logika menyebrang ke sini, kayak sapi-sapi diseberangkan oleh penggembala sapi. Namun, setelah diskusi kemarin (di sini) kemudian saya, malam harinya mengunjungi website:
Buddhayana Indonesia, saya membaca:
"Logika tersendiri belum cukup akurat," itu intinya, seperti halnya seseorang memberikan sepotong daging kepada lelaki miskin kemudian memintanya untuk membayar daging itu tanpa persetujuan lelaki miskin itu, yang mungkin tidak memiliki uang untuk membelinya, demikianlah logika tersendiri, hanya diterima ia sendiri atau kelompoknya, tidak sesuai apa adanya, "berlebihan", terlalu dipaksakan.
Vicikicca sama Theravada (english [read]: Thera-weda)1. Setelah saya baca di forum ini, ternyata Sang Buddha pilih kasih, ajarin abhidhamma ke surga Tavatimsa, trus gak diajarkan menyeluruh ke semua bhikkhu,
di kisah komentar Dhammapada. Dikatakan Beliau ke surga Tavatimsa, ibu Beliau dari surga Tusita datang ke Tavatimsa (cuman satu makhluk dari Tusita, mungkin surga Tusita belum banyak pengunjung kali ya.) kemudian Yang Mulia Sariputta ke
surga Tusita, saat hampir 3 bulan khotbah, menjemput Sang Buddha. Sebenarnya Sang Buddha di mana sih,
Tavatimsa atau Tusita, trus Panglima Dhamma ketemu Buddha apa di Tusita?
Kemudian sebelumnya Sang Buddha sebelum naik ke tavatimsa, ketika melangkahkan satu kaki, gunung merapat, kaki ke dua, gunung ke dua merapat ke kaki Beliau? Apa gak hancur kota atau desa di sana? Gunungnya bergeser atau setidaknya makhluk lain jadi terganggu?
Trus setelah turun, tiba-tiba Suyama (Deva Yama) turun bersama mengipasi Beliau dengan kipas ekor sapi? Lah,
kog ada deva Yama, pas khotbah kog gak datang? Trus Ratu Maya dari Tusita kan hadir, Raja Santusita (raja surga Tusita) kog gak hadir? Belum ada yang jadi raja kali ya saat itu.
2. Kitab Buddhavamsa
Jujur saja, dari awal hingga sekarang, saya ragu 20 lebih Buddha muncul di kitab Buddhavamsa. Sementara di Sutta, hanya (kalau gak salah) ada 6 atau 7 Buddha yang dijelaskan Sang Buddha. Mengapa Sang Buddha tidak menjelaskan atau sekadar menyinggung Buddha lainnya lagi? Sepuluh atau sebelas gitu.
3. Komentar Jataka
Di Sutta, khotbah-khotbah, Sang Buddha begitu piawai, kata-kata-Nya begitu indah, tetapi di jataka, Sang Buddha terlihat kayak orang biasa, dari kata-kata. Misalnya ada Sang Buddha kecewa, cara berbicara begitu biasa, tidak istimewa. Beberapa kisah juga meragukan.
4. Kitab Abhidhamma, saya gak bisa komentar lebih karena belum pernah baca, paling sekilas saja namun di sini judulnya
vicikiccha, mungkin sudah dapat dipahami.
5. Kisah Sang Buddha dimulai dari lahir hingga Parinibbana. Dikatakan Raja Suddhodana menjadi Arahat namun di sutta, tidak pernah ada kisah raja Suddhodana, anggap saja benar. Trus, setelah mencapai Pencerahan Sempurna setelah memutar roda Dhamma, Beliau mengokohkan bhikkhu Yasa, tidak ada kisah bhikkhu Yasa di Sutta, trus kepada 3 Kassapa, Uruvelakassapa tidak mau Sang Buddha hadir dalam suatu acara kemudian dikatakan Sang Buddha ke Kuru (mungkin barat India, katakan saja kiri) untuk pindapatta, padahal Uruvelakassapa berada di Uruvela atau Neranjara atau dimana ra, yang jelas jaraknya dengan negri Kuru, cukup jauh, mungkin Medan ke Binjai, atau Jakarta ke Surabaya. Yang anehnya lagi, dikatakan Sang Buddha ke Sri Lanka. Sri Lanka kan di bagian bawah (utara atau tenggara), dikatakan Sang Buddha menaklukkan (mengalihyakinkan) sesosok yakkha di Sri Lanka.
Kemudian Yang Mulia Sariputta thera hanya mendengar syair dari Yang Mulia Assaji, yang isinya beberapa patah kata biasa, eng ing eng, jadi pemasuk-arus? Mungkin Yang Mulia Sariputta memang hebat karena Siswa Utama. Biasanya doktrin Theravada kayak gini, langsung memasuki-arus. Dst.
6. Mungkin ada banyak lagi yang bisa saya katakan, tetapi mungkin sudah cukuplah mendapat gambarannya, minimal sedikit, kalau masih cinta sama Thera-veda.
Dari hsil doktrin Theravada, memang tidak diajarkan, tidak dikatakan, tetapi hasilnya yang saya dapat seperti ini (kesimpulan dari hasil pelajaran):
1. Yang paling benar karna kitabnya lengkap,
2. Promosi Arahat karena Arahat tidak mungkin bohong,
3. Meraih tingkat kesucian
4. Magic magic dari para Arahat,
5. Menjauhi debat, mendekati diskusi (saya pikir ini nilai plus, itu pun tergantung orangnya yang mungkin akan segera move)
6. Kelompok "Buddhayana" (maaf, kesimpulan pribadi) acuh tak acuh, karna gak peduli
aliran; mereka kosong karena tidak tahu tingkat kesucian; mereka tidak tahu apa-apa. (Saya tidak bermaksud menghina siapa pun, inilah hasil doktrin yang saya dapat.)
Maaf yang nomor enam, saat ini justru saya ingin mempelajari yang nomor ini melalui pertanyaan di bawah.
Klo kelompok Maitreya saya masih kurang tahu. Saya hanya pernah menginjakkan kaki di Vihara Mahayana, saat nenek saya KO, itupun hanya berlalu lalang, saat itu, mungkin 16 tahunan (SMA). Saya belum pernah ke Vihara Theravada atau Buddhayana atau yang manapun. Saya mempelajari Ajaran Buddha hanya dari web dan intinya yang lebih terpercaya dari karya Dhammacitta (5 Nikaya) namun doktrin Theravada cukup sata kejar, sebelumnya.
Pertanyaan, baik sekali jika ada yang ingin menjawab:
1. Apa yang disembah di Buddhayana? Saya menolak menyembah deva, jika orang lain mau, silakan, saya hanya mau menyembah Sang Buddha (belum pernah sebenarnya) karena di Theravada hanya Sang Buddha yang disembah, apa tanggapannya? (Mohon untuk tidak dinilai negatif)
2. Dikatakan Buddhayana campuran Konghucu, menyembah deva (agama) Konghucu, fitnah atau kekeliruan? Apa tanggapannya?
3. Apakah Buddhayana dan Vihara Triratna sama atau berbeda?
4. Apakah hanya lebih khusus kelompok Cina? Karena kebanyakan budaya etnis China yang terlihat, Apa tanggapannya?
5. Ada juga patung deva yang berwarna merah dengan janggut panjang, apakah itu ada di Buddhaya, apa tanggapannya?
6. Apakah acuan Ajaran Buddha di Buddhayana, juga berdasarkan Kanon Pali? Dhamma dan Vinaya? Atau ada yang khusus atau berbeda, kayak Sutta Theravada dan Sutra Mahayana kan ada yang beda, ada yang sama?
7. Di Buddhayana biasanya memakai kata Dhamma atau Dharma, Nibbana atau Nirvana? (Sanskrit atau Pali)
8. Bagaimana cara menanggapi, jika seseorang mengaku dari Buddhayana, tetapi menipu?
9. Apakah acuannya ke bahasa Mandarin? Kitabnya lebih mengacu ke yang terjemahan mandarin?
10. Apakah boleh menyembah keluarga yang telah meninggal dengan sembahyang, di Theravada, orang mati ya sudah, dikenang jasanya karena anicca
11. Kebanyakan mengatakan di Buddhayana, banyak habisin uang, meminta umatnya menyumbang banyak-banyak, karena kelompok Chinese katanya banyak hamburin uang, mahal-mahal, apakah fitnah atau kekliruan, apa tanggapannya? (Saya bertanya dari sudut pandang Buddhayana, bukan pribadi dari karakter orang tertentu)
12. Mungkin ada saran.
Terimakasih.