Pertama-tama perlu ada definisi yang jelas tentang apa itu bodhisattva, menurut
tradisi Lamrim (Tahapan Jalan Menuju Pencerahan), bodhisattva adalah makhluk yang telah membangkitkan bodhicitta secara spontan. Berikut ini terjemahan kutipan tentang salah satu manfaat Bodhicitta
Liberation in Ourhands (part three), hal 107-108.
... (sepuluh manfaat bodhicitta).... (manfaat ke-2)
(2) Kita akan disebut sebagai seorang Bodhisattva (Putra Penakluk)(Dari Bodhicaryavatara karya Shantideva:)
Saat bodhicitta dibangkitkan,
Seorang makhluk menderita yang terbelenggu dalam penjara samsara
Disebut sebagai putra atau putri para Sugata.Beberapa kalimat lain juga menyatakan (dari teks yang sama):
Hari ini saya terlahir dalam keluarga Buddha.
Sekarang saya telah menjadi anak dari para Buddha.Seperti yang diindikasikan kalimat-kalimat tersebut, bodhicitta-lah yang
menentukan apakah seseorang menjadi putra para Penakluk (S: Jinaputra) atau tidak. Walaupun seorang individu dapat memperoleh abhijña atau kekuatan supranatural, atau menjadi fasih di dalam kelima pengetahuan, atau bahkan telah mencapai suatu realisasi yang langsung terhadap kesunyataan dan telah sepenuhnya meninggalkan semua gangguan-gangguan mental (klesha-klesha), ia
bukanlah seorang Bodhisattva atau putra para Penakluk jika ia belum mengembangkan bodhicitta. Tidak juga dapat dikatakan bahwa ia telah memasuki jajaran para praktisi Mahayana.
Sebaliknya, suatu makhluk yang berhasil dalam membangkitkan pikiran ini benar-benar memasuki lingkungan para Mahayanis,
walaupun ia mungkin adalah seekor anjing, seekor babi, atau binatang yang lainnya.
Hal ini benar, walaupun ia mungkin sebodoh seekor keledai dan tidak mempunyai pengetahuan lain apapun.
.... (
Liberation in ourhands part three, hal 107-108)
Setelah seseorang membangkitkan bodhicitta spontan, dia yang disebut seorang bodhisattva akan memasuki marga/jalan pertama dari lima marga/jalan. Kelima marga ini adalah marga: marga akumulasi, marga persiapan, marga penglihatan, marga meditasi, dan marga tanpa belajar lagi. Pada saat kapan seorang bodhisattva tidak akan jatuh ke alam rendah lagi?
Berikut ini
kutipan dari ceramah Dagpo Rinpoche pada retret
Liberation in Ourhands thn 2001 di Mont Dore, Perancis (hari pertama, sesi siang):
...
Sebenarnya
tidak ada jaminan bahwa Anda dapat menghindari kelahiran di alam rendah
sampai Anda mencapai tingkat kesabaran (I:
forbearance) dari marga persiapan (I:
preparation, diterjemahkan juga sebagai
applying oleh teks lain, lihat kutipan dibawah juga.) Sebelum tingkat tersebut, Anda mempunyai kemungkinan mengambil kelahiran tersebut (red: alam rendah).
.....
Berikut kutipan dari:
http://www.berzinarchives.com/web/en/archives/sutra/level4_deepening_understanding_path/path/five_pathway_minds_five_paths/five_pathway_minds_five_paths_advan.html(saya hanya mengutip bagian marga persiapan saja, yang disini titulis
The applying pathway mind:
The applying pathway mind has four stages:
1.“Heat” (drod), with which we have joined shamatha and vipashyana on the sixteen aspects of the four noble truths while awake. This stage is called “heat” since the fire of the nonconceptual discriminating awareness of a seeing pathway mind will soon be generated.
2.“Peak” (rtse-mo), with which we have it even when dreaming. This stage is called “peak” since one has reached the endpoint of the stage at which the roots of our constructive force (dge-ba’i rtsa-ba, roots of virtue) are susceptible to being devastated (bcom). Before this stage, anger at a bodhisattva, for instance, can devastate the positive force (merit) we have built up. "Devastate" means that this positive force will never ripen into what it would have otherwise ripened into and that its ripening, instead, into something much weaker will be severely delayed. Such devastating disturbing emotions never arise from this stage onwards.
3.“
Patience” (bzod-pa), with which we have no more fears that our discriminating awareness might
nullify completely any validly knowable “
me.”
Because of this lack of fear, this stage is called “patience.” With the attainment of this stage of pathway mind,
we no longer will be reborn in any of the three worse rebirth states – as a trapped being in a joyless realm (hell being), clutching ghost (hungry ghost), or creeping creature (animal).
4.“Supreme Dharma” (chos-mchog), with which we are able to apply our joined shamatha and vipashyana on the sixteen aspects to the nature of mind itself. This stage is called “supreme Dharma” since it is the highest level of ordinary beings (so-so’i skye-bo). Those who have not yet become aryas are termed “ordinary beings,” even if they have achieved one of the first two pathway minds.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
NB: Kutipan saya adalah dari tradisi Lamrim, saya tidak tahu apakah di tradisi lain berbeda ataukah sama.