Saya rasa itu sudah tidak benar pemikirannya dan bukan ajaran Buddha.
Tapi mengunjungi tempat bersejarah si boleh2 saja sejauh gunanya untuk menghormati dan
Bukan untuk "Naik Arahat"
(hehehe kalau di agama I**** ada naik Haji)
Mungkin solusinya, kita sebagai umat Buddhism ya memberitahukan bahwa relic itu bukan media "mesias". Dan bila dia tetap bersikeras ya mau gimana lagi..
Wah soal keaslian, saya juga kurang begitu tahu.. Mungkin rekan lain bisa menyumbangkan pikiran..