Kata dukkha biasanya diterjemahkan sebagai penderitaan, hal ini tidak sesederhana seperti rasa sakit.
Kalau saya pribadi lebih senang menggunakan kata "tidak memuaskan".
Tubuh ini tidak memuaskan, karena tidak bisa diatur, kalau sakit ya sakit, kalaupun sehat pasti akan tua dan mati, kalau lagi amsiong lumpuh tidak bisa diatur. Dari kenyang jadi lapar, dari segar jadi lemes, dan lain-lain.
Bentuk-bentuk batin tidak memuaskan, selalu berubah, tidak kekal. Lagi enak posisi duduk, lama-lama pegal juga. Kalau bertemu dengan orang yang klop pikiran rasanya enak, kalau ketemu preman dipalak rasanya gak enak, pikiran lagi senang, tiba-tiba berubah jadi tidak senang.
Orang yang kita cintai pergi, sakit, menderita, dan mati, kita juga akan sakit, menderita dan mati.
Nibanna berarti berakhirnya dukkha. Nah, hal seperti itu bisa diteorikan, tetapi lebih klop lagi kalau ditembus sendiri. Kayak orang dikasih tau rasa buah anu enak, tapi gak pernah dicoba. Lebih klop kalau coba sendiri.