Istilah dan pengertian
'yathabhutam nyanadassanam' sangat penting bagi seorang
pemeditasi vipassana. ... Semua guru vipassana pasti membicarakannya ... Yang saya tahu:
Mahasi Sayadaw, Ajahn Buddhadasa Mahathera, Chanmyay Sayadaw ...
Di dalam Sutta Pitaka istilah itu terdapat di beberapa tempat ... Yang paling terkenal di dalam
Dhammacakkappavattana-sutta, khotbah pertama Sang Buddha:
"Yaavakiiva~nca me, bhikkhave, imesu catusu ariyasaccesu eva.m tipariva.t.ta.m dvaadasaakaara.m yathaabhuuta.m ~naa.nadassana.m na suvisuddha.m ahosi, neva taavaaha.m, bhikkhave, sadevake loke samaarake sabrahmake sassama.nabraahma.niyaa pajaaya sadevamanussaaya anuttara.m sammaasambodhi.m abhisambuddho pacca~n~naasi.m.
Yato ca kho me, bhikkhave, imesu catusu ariyasaccesu eva.m tipariva.t.ta.m dvaadasaakaara.m yathaabhuuta.m ~naa.nadassana.m suvisuddha.m ahosi, athaaha.m, bhikkhave, sadevake loke samaarake sabrahmake sassama.nabraahma.niyaa pajaaya sadevamanussaaya anuttara.m sammaasambodhi.m abhisambuddho pacca~n~naasi.m.
~Naa.na~nca pana me dassana.m udapaadi akuppaa me cetovimutti, ayamantimaa jaati natthidaani punabbhavoti. Idamavoca bhagavaa attamanaa pa~ncavaggiyaa bhikkhuu bhagavato bhaasita.m abhinandunti."
"Para bhikkhu, selama pengetahuan & penglihatanku mengenai tiga tahap & dua belas kombinasi dari empat kebenaran mulia sebagaimana adanya--belum sempurna, aku tidak mengaku--di dunia beserta para dewa, Mara, Brahma, petapa, brahmana, bangsawan & orang kebanyakan--telah mencapai pencerahan sempurna tiada tara.
Tetapi, begitu pengetahuan & penglihatanku mengenai tiga tahap & dua belas kombinasi dari empat kebenaran mulia sebagaimana adanya--sempurna, maka aku mengaku ... telah mencapai pencerahan sempurna tiada tara.
Pengetahuan & penglihatan telah muncul dalam batinku: 'Tak tergoyahkan pembebasanku. Inilah kelahiranku terakhir. Tidak ada penjelmaan lagi sesudah ini.' "
Jadi, di sini
'yathabhutam nyanadassanam' berarti
"memahami & melihat (nyana-dassanam) apa adanya (yathabhutam)".
Bagaimana penjelasannya lebih lanjut?
*****
Istilah 'yatha-bhutam nyanadassanam' muncul beberapa kali di dalam
Sutta Pitaka. Yang menarik ialah istilah itu
tidak muncul sama sekali di dalam
Digha Nikaya dan
Majjhima Nikaya. Istilah itu hanya terdapat di Samyutta Nikaya, Anguttara Nikaya san Khuddaka Nikaya. Ini menunjukkan bahwa istilah itu berumur sangat tua, mungkin sekali berasal dari zaman Sang Buddha sendiri.
Istilah itu terdapat di dalam
Anguttara Nikaya:
- Dussila-sutta,
- Sila-sutta
- Indriyasamvara-sutta
- Hiriottappa-sutta
- Sati-sampajanna-sutta
- Khimatthiya-sutta
- Cetanakaraniya-sutta
- Upanisa-sutta I, II, III
Di dalam
Samyutta Nikaya:
-
Upanisa-sutta (berbeda dengan di A.N.)
-
Dhammacakkappavattana-suttaJuga terdapat di kitab
Patisambhidamagga dari
Khuddaka Nikaya.
Di dalam semua sutta di mana istilah 'yathabhutam nyanadassanam' itu muncul, istilah itu selalu dikaitkan dengan
samadhi, sebagai
hasil dari samadhi.
*****
Contohnya:
Upanissa-sutta(S.N. 12.23):Di sini Sang Buddha menyisipkan
'yathabhutam nyanadassanam' di dalam rangkaian
paticca-samuppada yang agak unik, karena tidak mengikuti 12 nidana yang biasa kita kenal. (Untuk mempermudah pemahaman, sutta itu saya singkatkan:)
Ketika berdiam di Savatthi, Sang Bhagava berkata:
"Para bhikkhu, berakhirnya kotoran batin (asava-kkhaya) hanya terjadi pada orang yang tahu & melihat, bukan pada orang yang tidak tahu dan tidak melihat:
(1) Berakhirnya asava didukung oleh tahu & melihat timbul & lenyapnya kelima kelompok arus diri (pancakkhandha) ...
(2) Pengetahuan akan kelenyapan didukung oleh pembebasan (vimutti) ...
(3) Pembebasan didukung oleh tanpa-gairah (viraga) ...
(4) Tanpa-gairah didukung oleh keengganan (nibbida) ...
(5) Keengganan didukung oleh 'tahu & melihat apa adanya' (yathabhutam nyanadassanam) ...
(6) 'Tahu & melihat apa adanya' didukung oleh samadhi ...
(7) Samadhi didukung oleh kebahagiaan (sukha) ...
(8.) Kebahagiaan didukung oleh ketenangan (passaddhi) ...
(9) Ketenangan didukung oleh kegiuran (piti) ...
(10) Kegiuran didukung oleh kegembiraan (pamujja) ...
(11) Kegembiraan didukung oleh keyakinan (saddha) ...
(12) Keyakinan didukung oleh dukkha ...
(13) Dukkha didukung oleh kelahiran (jati) ...
(14) Kelahiran didukung oleh proses menjadi (bhava) ...
(15) Proses menjadi didukung oleh kelekatan (upadana) ...
(16) Kelekatan didukung oleh kehausan (tanha) ...
(17) Kehausan didukung oleh perasaan (vedana) ...
(18) Perasaan didukung oleh kontak (phassa) ...
(19) Kontak didukung oleh enam landasan indra (salayatana) ...
(20) Enam landasan indra didukung oleh badan & batin (nama-rupa) ...
(21) Badan & batin didukung oleh kesadaran (vinnana) ...
(22) Kesadaran didukung oleh bentukan batin (sankhara) ...
(23) Bentukan batin didukung oleh ketidaktahuan (avijja).
Kemudian Sang Buddha mengurutkan kembali mata rantai itu mulai dari avijja ... terus ke depan ... melalui 'tahu & melihat apa adanya' > keengganan > tanpa-gairah > pembebasan > pengetahuan akan kelenyapan.
Demikianlah 'yathabhutam nyanadassanam' mempunyai peran yang amat penting sebagai
hasil dari samadhi di dalam
proses mencapai pembebasan & kelenyapan.
*****
Di dalam
Mulapariyaya-sutta (M.N. 1), Sang Buddha menjelaskan
proses pikiran yang berlangsung dalam batin
manusia biasa (puthujjana). Pikiran itu terjadi melalui
6 tahap secepat kilat:
1. persepsi murni terhadap obyek (belum ada pikiran: pengenalan, pelabelan, pembandingan, pengetahuan);
2. konseptualisasi (terjadi pengenalan, pelabelan, pembandingan, pengetahuan - di sinilah mulai pikiran);
3. munculnya atta/aku, tapi belum terpisah dari obyek;
4. atta memisahkan diri dari obyek, muncul dualitas subyek-obyek untuk pertama kali (subyek berhadapan dengan obyek);
5. subyek membentuk relasi dengan obyek (melekat, menolak dsb);
6. muncul perasaan (vedana - senang, tidak senang dsb).
Dalam sutta itu, Sang Buddha menjelaskan bahwa
dalam batin seorang arahat/buddha proses pikiran itu hanya berhenti sampai langkah #1 saja (
langkah #2 - #6 (pikiran & perasaan) tidak terjadi).
Dengan kata lain,
langkah #1 (persepsi murni) itulah
'melihat apa adanya' (yathabhutam nyanadassanam). Kalau sampai muncul langkah #2 - #6 (pikiran & perasaan) maka itu bukan lagi 'melihat apa adanya', karena
sudah dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, pengetahuan, si aku dsb.
Di dalam
Bahiya-sutta &
Malunkyaputta-sutta, Sang Buddha mengajarkan meditasi demikian:
"Di dalam yang terlihat HANYA ada yang terlihat (maksudnya tidak ada konseptualisasi, tidak muncul aku, tidak ada dualitas, tidak ada si aku ber-relasi dengan obyek, tidak ada perasaan);
di dalam yang terdengar HANYA ada yang terdengar;
di dalam yang tercerap oleh indra yang lain HANYA ada yang tercerap;
di dalam yang teringat dalam batin HANYA ada yang teringat;
kalau pemeditasi bisa berada dalam keadaan itu maka AKU TIDAK ADA LAGI, dan itulah, hanya itulah, AKHIR DUKKHA."
Meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam kedua sutta tersebut terakhir itulah
'persepsi murni', sesuai dengan
langkah #1 dari
Mulapariyaya-sutta; itulah
'yathabhutam nyanadassanam'. Di situ Sang Buddha mengatakan bahwa jika pemeditasi bisa berada dalam keadaan itu, maka
aku/atta tidak ada lagi, dan itulah
akhir dukkha. ... Dengan kata lain, orang menjadi
arahat.
*****
KESIMPULAN: 'yathabhutam nyanadassanam' (melihat apa adanya) adalah kunci dari pembebasan, yang tercapai melalui meditasi, di mana pikiran, perasaan, si aku berhenti - di situlah terdapat akhir dukkha, nibbana. Salam,
hudoyo